"Untuk apa kamu masih menghadang pintu? Kenapa tidak menyingkir?"Julia melihat Callista tidak bergerak, nadanya menjadi makin keras.Setelah mendengar Edbert akan masuk, telapak tangan Callista penuh dengan keringat. Di hadapan Julia, dia tidak bisa mengusir Edbert. Callista menggertakkan giginya dan menyingkir.Namun yang tidak disangka, Julia mengikuti belakang Edbert dan masuk ke dalam.Hati Callista panik, Edbert saja sudah cukup sulit, apalagi ditambah seorang Julia.Callista berubah pikiran, dia mengambil langkah di depannya, lalu tersenyum dan berkata, "Ibu, aku sudah lama tidak mengobrol denganmu. Mari, masuk dan duduklah."Mendengar Callista berkata demikian, ada muncul ekspresi jijik di wajah Julia yang sudah masuk ke dalam kamar.Julia tidak suka mengobrol dengan Callista. Dia mengangkat wajahnya dengan anggun dan mendengkus dingin, "Tidak perlu! Kamu jagalah Edbert dengan baik. Itu sudah termasuk berbakti kepadaku.""Aku sudah tahu, Bu," ucap Callista.Julia pergi dan men
Pesan singkat yang dikirim bersamaan sepertinya sangat tepat. Jason yang sudah diusir dari Kediaman keluarga Davis merasa bahagia.Jason tumbuh besar di Kediaman keluarga Davis. Dia adalah orang yang tidak peduli hal apa pun.Jalan mana yang akan dilalui, Jason sudah bisa mengetahuinya biarpun dengan mata tertutup. Selama Jason ingin bersembunyi, tidak akan ada yang bisa menemukannya.…Di tempat lain, Callista yang telah lama menunggu tanpa ada balasan. Tiba-tiba ada panggilan masuk, saat dia meletakkan ponselnya.Suara rendah yang disertai senyuman, "Sayang, asyik, 'kan?"'Apanya yang asyik?' batin Callista.Callista mendengkus dua kali dan berkata, "Jiwa pun melayang karena ketakutan. Bagaimana menurutmu?"Terdengar tawa ringan. Tawa yang sangat menggetarkan dan telinga Callista terasa mati rasa."Kedengarannya menarik."Sambil berpikir dan memutar matanya, 'Orang yang tidak bermoral ini, cepat atau lambat akan disambar petir,' kutuk Callista dalam hati."Mengutukku di dalam hati?"
Topiknya berubah begitu cepat. Callista saja tidak memercayainya, apalagi Jason.Callista mendengar cara bicara Adrian yang terlalu sopan. Itu mengisyaratkan kalau Jason sudah tiba.Panggilan telepon ini seperti senjata makan tuan. Dia yang telah memintanya.Tepat di saat Calista panik dan tidak bisa menahan diri, suara Jason terdengar dengan tergesa-gesa."Alasan ini terlalu palsu. Pikirkan lagi yang lebih masuk akal dan ceritakan padaku lain kali."Telepon ditutup.Callista mengkhawatirkan Adrian dan dirinya sendiri. Dia berjalan bolak-balik di sekitar rumah seperti seekor lalat.Setelah kepanikannya berlalu, Callista perlahan-lahan menjadi tenang kembali.Callista berpikir, 'Sepertinya aku harus mengambil abu orang tua Jason.'-"Pang!"Satu set peralatan teh dari Corrientes dijatuhkan ke lantai.Setiap terdengar suara pecah, jantung Adrian berdegup kencang.Pada saat ini, Balai lelang barang antik sudah berantakan. Kondisinya seperti hati Adrian yang sudah hancur.Ketika Jason meng
Adrian berucap dengan lirih, "Meskipun aku tidak mengatakannya, kapan saja Jason tetap bisa mengetahuinya. Hal ini tidak dapat disembunyikan terlalu lama." Adrian memandang Callista dengan rasa simpati dan berkata, "Kalau kamu tidak memikirkan cara untuk mencegahnya terlebih dulu, akhir hidupmu juga akan hampir sama dengan Magnolia." Callista mengerti akan hal ini.Namun yang paling Callista khawatirkan, bukan karena ketahuan telah menipu uang, melainkan karena, uang itu telah digunakannya untuk membungkam mulut Wendry.Adrian mendecakkan lidah dan berkata, "Dasar kamu ini! Kenapa bisa begitu parah dalam memilih seorang pria? Kalau kamu ikut denganku, mana mungkin, harus menanggung dosa seperti ini?" Callista tersenyum tak berdaya dan berujar, "Ah! Ini namanya kurang pandai dalam memilih, 'kan?"Keduanya menghela napas serempak."Ngomong-ngomong, Pak Adrian, bolehkah aku bertanya?" ujar Callista dengan hati-hati."Apa?" sahut Adrian."Apakah kamu tahu penyebab kematian orang tua Jas
Suara tembakan memecah keheningan langit malam.Callista bahkan sampai basah kuyup, seolah-olah tersiram oleh air dingin.Kenapa bisa ada tembakan?Sekarang Callista sudah berjalan cukup jauh dan situasi di bagian belakang, dia tidak dapat lagi melihat dengan jelas.Callista tidak tahu apakah tembakan itu telah merenggut nyawa Theo, juga kurang jelas apakah Callista perlu kembali ke tempat itu? Kalau dia memilih kembali, bukankah hasil kerjanya ini akan sia-sia saja?Akan tetapi, apabila Theo tidak mati atau sedang berada di situasi kritis, lalu Callista membiarkannya begitu saja. Hal ini bisa membuat Callista terkesan seperti orang yang kejam.Callista mengertakkan gigi. Dia ingin mendapatkan kotak ini untuk menyelamatkan hidupnya sendiri, tetapi jangan sampai mengorbankan nyawa orang lain gara-gara kotak berharga ini.Callista akhirnya mengambil keputusan, dia tidak hanya berbalik. Callista berbelok ke sudut hutan tempat yang mereka baru saja gunakan untuk bersembunyi.Suara tembaka
Dalam sekejap mata, salah satu mobil van yang sedang mengejar di belakang telah berhasil menyusul dan langsung menabrak mobil Callista dengan kuat.Tulang rusuk Callista terbentur setir dan wajahnya langsung membiru karena kesakitan.Untungnya, Callista masih mampu bereaksi dengan cepat dan menghindari benturan kedua dari mobil van itu.Pada saat yang sama, suara Theo terdengar di barisan belakang, "Cepat ke jalan besar!" Setelah suara klakson mobil yang keras, mobil SUV hitam yang dibawa oleh Callista langsung menembus keluar dari hutan dan menuju ke jalan raya.Tidak ada halangan di jalan dan kedua mobil di belakang menjadi makin serampangan. Keduanya berlari membayangi satu sama lain sekencang mungkin.Kaki Callista yang menginjak pedal gas terasa sakit karena ketegangan yang berlebihan dan betisnya mulai berkedut-kedut, tetapi dia tidak berani bersantai sejenak pun. Karena jarak mobilnya dengan mereka sudah terlalu dekat.Suara tembakan mengenai telinganya dan pupil Callista langs
Jason berdiri di dekat jendela besar yang terbuka sambil merokok, wajahnya terselubungi oleh gelapnya malam hari. Hanya terlihat secercah api merah menyala yang terjepit di antara kedua tangannya, membakar isi batang rokok dengan menggelora membuat suasana terasa lebih mencekam.Entah kenapa, Callista merasakan tekanan yang luar biasa dalam dirinya. Dia sampai ketakutan dan berusaha menelan air ludahnya, sambil berkata, "Kenapa kamu tidak menyalakan lampu?" Callista ketakutan sampai berusaha untuk melakukan sesuatu dan menekan tombol sakelar.Lampu akhirnya menyala dan dia dapat melihat wajah Jason dengan jelas.Jason menyipitkan mata dan pupil matanya terkesan lebih gelap dibanding dengan kegelapan malam.Penampakannya yang seperti itu, belum pernah Callista lihat sebelumnya.Keheningannya jelas sangat berbahaya.Jason tidak bergerak, dia hanya mengamati Callista dengan saksama. Tatapan Jason menyisiri inci demi inci di wajah Callista, sebelum mendarat di kotak yang dibawanya.Sudut
Bagaimana Callista berani mengakuinya, dia menggelengkan kepalanya dan mengeluarkan beberapa tetes air mata."Tidak," sahutnya dengan tercekat."Aku benar-benar telah melakukan kesalahan. Tidak seharusnya, aku menggunakan ini untuk menyenangkanmu," tambah Callista dengan bergetar."Oh?" Jason terkesima.Jason akhirnya berhenti, lalu dengan suara bercanda, "Bukankah, kamu baru saja mengatakan kamu melakukan ini demi diriku, juga kebahagiaanku?""Apakah kamu berbohong padaku?" tanya Jason curiga.Callista kembali tertarik oleh gravitasi dan kemungkinan jatuh bisa terjadi kapan saja. Dia hanya merasa aman dengan bergantung pada pergelangan tangan Jason.Dalam hal ini, Callista tidak berani berbohong lagi. Dia berkata dengan suara yang lemah, "Aku hanya ingin Tuan Jason memperlakukan diriku lebih baik." "Hah!" dengkus Jason.Bibir tipis Jason menunjukkan senyum mengejek, "Callista, apa yang kamu pikirkan, aku tahu semuanya. Terlibat dalam hal-hal yang tidak seharusnya, hanya akan membuatm
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s