Callista yang sudah berhasil kabur, tidak lagi berani pulang. Dia berjongkok sambil melepas lelah dan memesan transportasi online melalui ponselnya. Setelah menunggu hampir dua puluh menit, belum juga ada orang yang bersedia mengambil orderannya. Callista menggosok lengannya karena cuaca agak dingin dan mulai berpikir untuk berjalan kaki pulang saja."Ding!"Terlihat sepasang lampu depan menyala dari kejauhan, Callista sampai menyipitkan matanya untuk memastikan dengan penuh kegirangan.Pada jam seperti ini, bagaimana bisa ada mobil?Itu alih-alih mobil gelap yang kerap terlibat dalam penculikan orang?Dalam waktu singkat, berita yang sebelumnya pernah dibaca oleh Callista kembali berputar di benaknya. Tepat ketika Callista sedang memikirkan apakah akan kembali dan memohon pada Jason dengan mengakui kesalahannya, dia tiba-tiba merasa mobil itu tampak sedikit familier.Mobil berhenti di depannya, jendela mobil diturunkan dan memperlihatkan wajah Rudy."Nona Callista, aku datang menjempu
Begitu mobil berhenti di depan kediaman Garcia, Edbert segera membuka pintu dan keluar dari mobil.Sepanjang perjalanan, rasa mabuknya telah banyak berkurang, tetapi cara jalan Edbert masih sedikit terhuyung-huyung."Callista! Ayo, keluarlah!"Satpam yang sedang tertidur menjadi terbangun gara-gara teriakan Edbert. Awalnya satpam itu berpikir hanya orang gila, ketika melihat lebih dekat wajahnya, dia baru menyadari orang gila itu adalah Edbert."Tuan Edbert?"Edbert dengan mabuk meraih kerah satpam, "Callista tidak ada di kediaman Garcia?""Aku hanya seorang satpam yang bekerja pada shift malam. Aku tidak tahu." "Pembohong!" tukas Edbert.Edbert mendorong satpam itu menjauh dan dengan marah berujar, "Kalian semua membantunya berbohong padaku!""Semuanya pembohong!" teriak Edbert marah.Melihat ini, Jessica buru-buru pergi untuk membantunya."Kak Edbert, kamu berteriak seperti ini, Callista juga tidak bisa mendengarnya. Jadi lebih baik kamu meneleponnya dan menyuruhnya keluar." Saat b
Callista berdiri di balik pintu dan tersenyum pada keduanya, "Apakah perlu aku menyingkir terlebih dulu?"Di bawah cahaya remang-remang bulan, terlihat jubah Callista menutupi baju tidurnya dan rambut panjangnya dengan santai menutupi sisi lehernya, juga wajahnya menjadi sedikit lesu karena terbangun.Sulit untuk mengabaikan pandangan tajam Callista yang begitu memikat hingga membuat Edbert tertegun selama beberapa detik, dia belum pernah melihat Callista yang seperti ini.Dulu, Callista terlihat sangat membosankan, kemudian setelah beberapa waktu baru terlihat agak berubah.Namun, Edbert selalu merasa jijik terhadapnya, tidak pernah dia melihat Callista tersenyum memikat seperti ini.Bahkan saat tertawa pun, Callista terlihat jelas mencemoohnya.Edbert tertegun sejenak sebelum bereaksi, "Kamu! Benarkah kamu di kediaman Keluarga Garcia?"Callista merentangkan tangannya, "Kalau tidak, apakah kamu sedang melihat hantu? Atau apakah kamu ingin berakting dalam drama menangkap seorang penzin
Kembali ke mobil, Edbert menendang sisi badan mobil dengan kedua kakinya dan memukul semua yang bisa dilihatnya. Emosi yang meledak tidak terkontrol lagi.Melihatnya seperti ini, Jessica tidak berani membujuk dan memutuskan pulang sambil menunggu waktu yang tepat untuk berbicara.Jessica masih khawatir tentang janji Edbert dan berkata dengan hati-hati, "Kak Edbert, kamu baru saja mengatakan kalau kamu ingin memberi tahu bibimu tentang kita berdua ...."Edbert menekan gejolak amarah di dalam hatinya. Dia masih penuh pemikiran tentang bagaimana mengajar wanita cabul itu, lalu dengan santai dan asal-asalan menjawab, "Ini belum waktunya." Jessica hampir meledak amarah di dalam hatinya, tetapi dia harus membuat ekspresi perhatian dan bijaksana di wajahnya."Aku mengerti Kak Edbert. Selama aku bisa bersamamu, tidak peduli tentang itu."Mendengar pengakuannya, Edbert kurang tertarik dan hanya menjawab dengan suara kecil, "Ya."Asal-asalan seperti itu membuat Jessica makin membenci Callista,
Hati Callista lebih memilih kalau ini hanya sebuah kebohongan. Dia berharap Wendry telah menipunya dan ingin menjatuhkan harga dirinya.Kalau tidak, Callista tidak berani memikirkannya.Sepanjang perjalanan, hati Callista melemah seperti rerumputan. Begitu Callista tiba di Sanatorium Villa Temari, dia langsung pergi ke kamar perawatan Thomas Anderson.Setelah masuk, dia baru tahu Thomas telah pindah ke kamar perawatan yang lain.Melihat Callista masuk, Thomas meletakkan buku di tangannya dan tersenyum padanya."Claris, sudah datang lagi, ya."Thomas tidak bertanya mengapa butuh waktu yang lama Claris baru bisa menjenguknya, juga tidak bertanya mengapa dia kelihatan begitu cemas.Hanya seperti saat di rumah yang di antara hari-hari yang tidak terhitung lamanya, Thomas menunggu dan menyambut kedatangan adik semata wayangnya.Setelah periode perawatan ini, tabung oksigen Thomas telah dilepas. Meskipun dia masih kurus, wajahnya sudah kembali ke ketampanannya yang dulu.Ketika Thomas menat
"Tidak begitu kenal. Dia sering pergi ke konser ayah kita dan bertemu beberapa kali ketika dia pergi ke belakang panggung untuk mengantarkan bunga kepada ayah kita."Callista sampai mengerutkan kening.Suzy juga sering pergi ke konser David Anderson? Kalau begitu, ada kemungkinan dia pernah bertemu dengan Suzy?Kalau Suzy teringat dan mengetahui dia berasal dari Keluarga Anderson.Keluar dari Villa Temari, hati Callista bercampur aduk.Bukan hanya karena apa yang dikatakan Wendry benar, tetapi juga karena "Familier" dengan Suzy.Namun tidak peduli bagaimana Callista bertanya, Thomas menolak untuk mengungkapkan apa pun tentang peristiwa tahun itu.Sepertinya kalau ingin mengetahui kebenarannya, Callista masih harus bertemu dengan Wendry lagi.Callista sebenarnya ingin meminta Wendry untuk bertemu, tetapi begitu dia meninggalkan Villa Temari, ponselnya berdering dan itu berasal dari Suzy.Ketika berdering tadi, kemungkinan Suzy sudah mengetahuinya dan Callista memiliki sekelumit perasaan
Takut Suzy akan melihat kejanggalan ini, Callista tidak berani bergerak. Dia berdoa dalam hatinya agar Jason tidak menjadi gila di sini.Callista seperti tali kencang yang bisa terputus cukup dengan pukulan kecil saja.Ketika eskalator perlahan naik dan sampai di lantai dua, Callista akhirnya bernapas lega. Baru saja, dia hendak menginjaknya. Tiba-tiba dari belakang ditabrak yang membuat Callista terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang. Jason dengan santai melewatinya dan berdiri di depannya, sambil tersenyum tanpa merasa bersalah, "Kamu berjalan terlalu lambat." Callista menunduk dan tidak berbicara, pinggangnya masih terasa sakit dan berdenyut karena tertabrak dan ujung telinganya memerah.Suzy masih berpikir Callista marah dan berkata dengan kesal, "Kak Jason, kamu jangan terlalu tidak sopan. Kamu hampir menjatuhkan Callista." Jason mengangkat telapak tangannya di depannya, "Yah, ini salahku." Melihat toko pakaian wanita, mata Jason beralih penuh luapan kegembiraan dan dia
Callista hampir meledak emosinya, apalagi tidak dapat bersuara terlalu keras.Bagaimana Callista bisa melupakan betapa nakalnya pria ini.Setiap kali menyinggung Jason, pasti akan berakibat buruk.Callista menurunkan volume suaranya, lalu dengan lirih berucap, "Kemarin Aku salah, aku minta maaf. Lain kali, aku tidak akan berani seperti itu lagi." "Permintaan maaf seharusnya dengan cara yang benar.""Cara apa?" ujar Callista terhenyak.Jason melihat tangan Callista menutupi dadanya, langsung merengut tanpa harus berkata apa-apa lagi.Callista masih berusaha bertahan, ketika Jason tiba-tiba mengetuk dua kali di dinding yang terhubung ke pintu sebelah."Tok, tok!"Pupil Callista melebar dan dia hampir mengutuknya."Ada apa?"Suara Suzy mengikuti, "Apakah kamu sudah selesai mencoba?""Uh, tidak! Aku tak sengaja menabrak," ucap Callista."Tidak sakit, 'kan?""Tidak, Aku ...." Calistta tak mampu meneruskan perkataannya.Karena saat itu, Callista melihat Jason hendak mengetuk lagi. Callista
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s