Di sofa, cairan merah gelap mengalir ke bawah kaki Christian.Hanya dalam waktu belasan detik, dia sudah kesulitan bernapas.Pupil matanya menyempit, seolah-olah kalau dia sudah mau mati.Mulutnya disumpal dengan apel, dia hanya bisa mengeluarkan suara erangan yang menyedihkan dari tenggorokannya.“Sst.”Jason dengan tenang menepuk bahunya, dia lalu tiba-tiba menarik keluar pisaunya.Cairan hangat memercik keluar bersama pisau tersebut, tubuh Christian lalu tersentak keras, kepalanya dimiringkan dan dia pun pingsan.Callista tertegun menyaksikan adegan ini, dengan tangan yang masih memegang apel, dia membeku di tempat dan diam tidak bergerak.Sebuah jentikan jari mengenai wajahnya.“Kembalilah jiwamu.”Callista merasa sangat terkejut saat melihat baju bagian depan Jason yang berlumuran darah serta pisau buah di tangannya yang masih meneteskan darah. Seluruh tubuhnya merasa sangat dingin.Jason memegang bahunya dan menatapnya, “Apakah kamu takut?”Sebenarnya, Callista ingin mengatakan k
Setelah Callista menutup pintu dan memastikan kalau pelayan di luar tidak melihat apa-apa, dia baru merasa lega.Melihat Christian yang tampak seperti mayat di sofa, Callista merasa sangat panik.“Dia, dia belum mati, ‘kan?”Jason menghabiskan isapan terakhir rokoknya, lalu menekan puntung rokok tersebut di atas meja dan berkata dengan santai, “Ini karena nasibnya yang buruk. Dia begitu lemah dan mati hanya dengan satu tusukan.”Dia mengatakannya dengan enteng. Itu adalah bagian tubuh yang paling fatal, bahkan mungkin saja, dia mati karena kesakitan.Namun, Callista tidak berani membantahnya. Dia takut, pria ini akan mencincangnya jika sampai dia merasa tidak senang.Dia juga takut kalau kematian Christian akan berakhir dengan buruk. Memikirkan hal ini, Callista pun menelan ludahnya beberapa kali, lalu berjalan menghampiri Christian.Pada saat ini, wajah Christian terlihat sangat pucat karena kehilangan terlalu banyak darah, detak jantungnya juga sudah tidak terlihat.Callista lalu men
Di balik pintuCallista membuat suara yang memalukan sambil menggoyangkan kursinya.Dia tidak tahu apakah orang di luar telah pergi atau belum, tetapi untuk berjaga-jaga, dia mau tak mau harus berakting secara maksimal. Meskipun dia terus mengatakan pada dirinya sendiri kalau itu hanyalah sebuah trik, tetapi tatapan dari orang yang ada di sampingnya membuatnya merasa semakin malu.Setelah orang-orang yang ada di luar telah pergi, wajahnya sudah sangat memerah. Callista menghindari pandangan Jason dan berusaha untuk terlihat lebih serius.“Ayo, kita keluar sekarang.”Baru saja berjalan dua langkah, dia telah dihadang oleh dada seorang pria, wajahnya diangkat oleh jari jemarinya.Tatapan pria itu yang sangat mendalam membuatnya tergagap, “Apa yang kamu lakukan?”Pria itu mengusap lehernya dengan ibu jarinya sambil berkata, “Suara teriakanmu sangat merdu, berteriaklah beberapa kali lagi.”“Tuan Jason!”“Sudah.”Jason menjentikkan jarinya di keningnya dengan kasar, “Tidak menggoda sama s
Luka Callista baru saja dibasuh dengan air dingin, suhu tubuhnya menjadi lebih rendah. Bibir dan lidah Jason yang hangat seolah membuat Callista membara.Jason menjilat bercak darah itu dengan wajah yang bengis. Tubuh Callista gemetar sampai dia mengeluarkan air mata.Sampai ketika Callista akhirnya dilepaskan, lukanya sudah mati rasa.Callista tidak ingin tindak kejahatan Jason berakhir sia-sia. Dia pun menatap Jason dengan mata berkaca-kaca, "Apakah Tuan Jason sudah tenang?"Jason mencibir dan mengusap jari-jarinya di pipi hingga leher Callista."Ini bukan apa-apa."Callista ketakutan, dia hendak berkata sesuatu, tiba-tiba terdengar suara berisik dari luar.Ada orang yang masuk ke dalam!Bagaimana ini bisa terjadi, bukannya mereka semua sudah diusir?Kalau sampai ada yang melihat Christian dalam kondisi menyedihkan seperti ini, Jason dan Callista tidak akan bisa meninggalkan tempat ini.Saat Callista masih merasa kebingungan, Jason berjalan keluar dengan santai.Terlambat bagi Callis
"Tunggu dulu!"Callista hampir melompat ke arah Jason, dia mencoba menghentikan tangan Jason untuk menekan nomor di ponselnya.Jason dengan mudah menangkap Callista, lalu mengangkat tangan satunya lagi sambil memegang ponsel. Dia menekan nama kontak Yulita Garcia di hadapan Callista."Jangan …."Begitu Callista mau mengucapkan kata-kata, panggilan sudah tersambung.Callista lekas menutup mulutnya.Merasa wanita di pelukannya menegang dan menjadi kaku, Jason pun merasa senang dan merangkul pinggang Callista agar wanita itu tetap berbaring di atas tubuhnya.Jason pun mengatur pengeras suara di hadapan Callista."Halo, Nyonya Garcia."Itu jelas-jelas sebuah gelar untuk menghormati, tetapi ketika Jason mengucapkannya, sebutan itu terdengar acuh tak acuh dan sama sekali tidak ada rasa hormat.Nyonya Garcia yang begitu terdidik, tidak merasa marah mendengar ucapan Jason yang kurang ajar. Dia pun menjawab dengan sopan, "Tuan Jason, ada urusan apa?""Urusan, ya."Jason melirik Callista yang ke
Jason membuka mulutnya untuk menjawab, tetapi tiba-tiba mendengkus. Tenggorokannya terasa terbakar dan kemarahan terpancar di bawah matanya. "Tuan Jason?" Jason menengadah dan menutup matanya, setelah merasa lebih baik, dia berkata, "Siapa aku? kamu boleh pergi bertanya." Jason menutup teleponnya. Jason menjambak rambut dan menarik Callista ke atas, "Kamu sedang cari mati?" Mata Callista menyipit dan dia tersipu-sipu, lalu mencoba mempertahankan ketenangannya, "Katamu, level barusan itu masih tidak cukup." "Karena kamu sangat mendengarkanku, kamu datanglah sesuai keinginanku hari ini." Takut dengan kegilaan anak buahnya yang memukul, Callista menjadi terpaku. Sebelum Callista bisa berbicara, wajahnya dengan paksa menempel di meja kopi yang dingin. Mantel wanita itu telah robek dari bahu dan pergelangan tangan terikat di belakang punggung. Jason menampar pantatnya, "Berbaringlah." Suara pria itu rendah dan serius Kedua kaki Callista mulai gemetar terlebih dahulu. Dia meno
Callista batuk sambil berbaring di atas tempat tidur. Sebuah tangan besar di punggungnya menepuk-nepuk ringan. Ketika Callista selesai batuk, dia melihat Jason duduk bertelanjang dada di tepi tempat tidur. Callista berbicara dengan suaranya parau, "Jangan tepuk lagi, sakit." Kemudian, Callista mengambil air yang ada di tangan Jason dan meminumnya.Wajah Callista langsung muram dan berkata, "Airnya sangat dingin, tidak ada yang panas?" Jason melihat tingkah kecilnya yang pemilih, dia berkata sambil tersenyum, "Mudah tersinggung sehabis bangun tidur?" Callista yang setengah mati tersiksa oleh permainan Jason tidak berani berbicara apalagi marah, hanya memelototinya sambil berkata, "Ah, mana berani." Jason menempatkan air di meja samping tempat tidur, lalu berbalik ke tempat tidur. Callista yang masih belum tersadar dari tidurnya, dikejutkan oleh tingkah Jason yang tiba-tiba menariknya ke dalam pelukan. Begitu Callista bergerak, pinggangnya terasa tertarik dan membuatnya merintih k
Suasana hati Edbert terdengar kurang menyenangkan. Bahkan, suaranya tidak jelas. Lidah Edbert seperti menjadi cadel dan terkesan agak gelisah. Ini, mabuk? Callista dengan ragu-ragu bertanya, "Apakah kamu minum?""Kenapa minum? Apakah aku tidak diizinkan untuk minum? Aku tidak pernah begitu dipermalukan dalam hidupku! Callista, kenapa kamu melarangku? Sialan, sungguh berani sekarang!" ujar Edbert marah.Callista menjadi sedikit lega, Sepertinya Edbert pergi mencari wanita itu lagi setelah mabuk dan menemukan dia tidak ada di sana.Baru Edbert menelepon dengan heboh untuk menanyakan tentang keberadaannya. Di hadapan orang mabuk, tidak ada alasan untuk membicarakannya. Callista mengendurkan nada suaranya, "Edbert, kamu mabuk. Berbahaya keluar. Tidurlah dulu. Ada perlu apa, kita akan bicara besok." Bagi Callista, ini hanyalah tindakan yang wajar untuk menenangkan Edbert. Namun di mata orang lain, Callista yang berbicara dengan lembut dan begitu perhatian pada tunangannya. Jason me
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s