Gw lahir dan besar di Cilegon (Banten), kota perindustrian yang letaknya agak di ujung barat pulau Jawa. Di kota inilah masa kecil gw tertempa lumayan keras.
Beruntung, gw punya Bapak yang "raja tega", beliau mengajarkan untuk kuat dalam hal apapun, termasuk menghadapi ketakutan2 akan hal2 mistis.
Beberapa kali gw dibiarkan untuk menghadapi dan melawan sendiri ketakutan2 yang ada, baik itu hal yang nyata maupun yang ghoib. Mungkin sebagian besar teman2 sudah tau, kalau daerah Banten cukup kental dengan hal2 yg mistis. Tapi memang benar begitu adanya, karena gw yang mengalami sendiri. Tapi gak tahu kalo sekarang, karna sudah cukup lama sudah gak menetap disana lagi. Gw akan cerita tentang pengalaman yang gw alami ketika masih SD, sekitar tahun 90an. Memang udah lama banget, tapi kurang lebih gw masih ingat detail kejadiannya.~~~~~~~
Sejak SD kelas satu, gw udah gak pernah diantaLegenda pesugihan dari laut selatan pulau Jawa yang selama ini dianggap dongeng sebelum tidur oleh sebagian orang. Nyi ratu “Blorong“, sosok siluman ratu ular sebagai simbol kekayaan, sejauh ini sang ratu hanya dianggap mitos yang sangat kental dengan dunia mistis.Faktanya ia ada dengan jati dirinya yang tak kasat mata dan tetap setia sampai detik ini dengan para sekutunya. Inilah kenyataan yang ada dan tak disadari sepenuhnya oleh manusia di kehidupan masyarakat milenial.Sebenarnya para pengikut sang ratu sebagian kecil masih tetap ada di sekeliling lingkungan kita tanpa ada yang tahu. Inilah salah satu kisahnya dari banyak cerita Nyi Ratu Blorong, kisah ini berasal dari teman saya sendiri yang pernah mengalaminya.Peristiwa ini terjadi di era akhir tahun1997 – 1999, saat krisis moneter melanda di negeri ini. Nilai rupiah terpuruk, diperberat dengan kejatuhan ekonomi di negeri kita tercinta.Keadaan ini memaksa sebagian pengusaha terpaksa men
Saat matahari mulai menyinsing, mereka beranjak pulang dan menyisihkan janji esok hari. Ronald langsung pulang kembali ke hotel tempat ia menginap, sementara kedua temannya pulang ke rumah masing-masing, Sarji pulang dengan membawa harapan besar untuk esok hari.Tapi Udin sebagai sahabat setia hanya perasaan dongkol terbawa sampai ke rumah, karena ia harus ikut berangkat menemani kawan sejatinya.Esok hari yang sangat ditunggu Sarji telah tiba. Jam sepuluh tepat, setelah mendapatkan izin dari keluarga masing-masing tadi malam mereka berangkat dengan membawa bekal seadanya. Langkah sarji dengan semangat pergi ke warung sesuai janji Ronald kemarin, sedang udin langkahnya gontai saat menemani Sarji di sisinya.Beberapa saat Sarji dan Udin sudah menunggu di warung, tapi Ronald belum kelihatan. Hari beranjak siang, panas mulai teresa. Kegelisahan terpancar jelas di wajah mereka berdua.Sarji dan Udin sudah lama menunggu (Ilustrasi), dok: pexelsSarji teru
Saat udin masih bersih-bersih, Sarji pergi ke toko bangunan untuk belanja semua kebutuhan. Sesaat kemudian Sarji datang dengan membawa bahan bangunan, ia juga ikut membantu udin mulai membenahi plafon, pintu dan mengecat ulang tembok yang lusuh.Hari demi hari Udin mengerjakan kamar itu tapi dirinya tetap tidak tahu maksud dan tujuan Sarji sebenarnya, sampai akhirnya tempat benar-benar terlihat bersih dan terlihat seperti kamar yang cukup mewah.Sarji tetap masih jadi pengangguran sedang Udin kerja serabutan. Terkadang Udin sehari kerja, tiga hari ia menganggur, hal ini yang sering dijalani Udin. Siang itu Sarji duduk di teras rumahnya sambil menghitung hari, pada hitungannya hari itu nanti malam terjadi bulan purnama,Karena petunjuk ini adalah wawasan dan pengalaman dari Ronald. Diwaktu sore hari ia kebelakang rumah berusaha menemui Udin yang tengah duduk sendirian dibawah pohon keres, sambil mengawasi kedua anaknya yang masih kecil-kecil bermain.“
Tanpa banyak kata Udin langsung mandi dan berkemas, tanpa sarapan pagi ia langsung menuju pasar. Kuli panggul waktu itu memang banyak saingan jadi untuk hari itu udin tidak mendapat jatah untuk membawa barang, karena udin juga berangkatnya sudah siangDengan langkah sedih Udin bukannya pulang malah pergi kewarung langganan, ia kembali mencatat hutangnya dan tak perduli berapa banyak lagi hutangnya sudah menumpuk. Sedang para pengunjung yang lain tahu akan keadaan udin memandangnya dengan tatapan sinis.Tapi Udin tak memperdulikan bisikan dan pandangan miring terhadapanya, karena disisi lain pikiran Udin sudah berat dan kalut ia hanya ingin sejenak melepas kepenatan dalam hidupnya diwarung kesayangan. Sesaat baru duduk didalam warung kakaknya yang sebagai Moden datang yang lewat depan warung langsung menghampirinya, karena tahu ada adiknya yang duduk menyendiri didalam.Setelah bersalaman dan menanyakan kabar tanpa basa basi Udin langsung menceritakan kejadian yang d
Tangan Retno dengan cepat menyibak tirai ini kedua kali, saat terbuka tirai itu ia mendapati kedua mertuanya sudah berdiri tepat di depannya menjadi pocong dengan kainnya yang lusuh dan compang camping semua. Mereka berdua membawa bau busuk yang menembus kaca dengan mukanya penuh luka sayatan.“Ya Allah, Astagfirullah bapak, ibu !!!," ucap spontan Retno serta tangan kanannya mengelus dada. Saat Retno masih beradu pandang mematung bersamaan dengan itu, bibir kedua mertuanya berucap bersamaan “Ingatkan suamimu nak, teganya membuat bapak ibu menjadi seperti ini." Selesai mereka bicara tubuhnya Retno masih tidak bisa digerakkan lagi karena tertegun, dengan cepat rasa takutnya menjalar ke seluruh tubuh membuat ia bisa menggerakkan tubuhnya.Saat badannya merasa bisa digerakkan sedikit, Retno langsung berteriak histeris dan menggeleng-gelengkan kepala “Tolong, tolong..tolong..enek bapak ibu di belakang."Sri tadinya tidur terlelap dengan ketiga buah
Suara pembicaraan di ruang telah terdengar ibu pemilik warung, membuat ia datang menghampiri mereka untuk menanyakan apa maksud dan tujuan mereka datang ke kampung ini. Ibu itu sendiri dari tadi malam juga belum sempat tanya karena panik dan takut. Sarji dengan tenang tapi tetap menutupi rasa gelisah dan takutnya, ia menjawab semua pertanyaan ibu itu satu persatu dengan logis, intinya alasan yang dipakai adalah urusan bisnis dengan Ronald.Dengan cepat ibu pemilik warung segera memahami alasan yang disampaikan Sarji, kini mereka bertiga yang penasaran dengan kejadian semalam memutuskan untuk keluar rumah dan menanyakan kebenaran fakta tadi malam.Mereka berniat langsung berjalan menuju rumah Ronald tapi langkah mereka terhenti di pos ronda karena warga sudah ramai berkumpul. Begitupun jalan menuju arah rumah Ronald beberapa warga sudah di jalanan bergerombol dan saling berbisik satu sama lain. Konon waktu kejadian malam itu hampir seluruh warga kampung Ronald mende
Tahun 2008 Waktu itu saya masih berumur 8 tahun dan ayah juga ibu saya mengajak untuk pergi ke desa sumatra untuk pergi ke acara pernikahan.Ketika saya melihat isi undangan tersebut tertulis yang menikah adalah Nurhasannah binti Muhammad Aini dengan H Basid bin Muhammad.Bahkan tidak pernah terpikir sekalipun di benak saya waktu itu jika Nur berwujud buaya dan Basid berwujud ular.Sebuah pernikahan yang menerjang logika sehat. Namun, yang namanya pernikahan pastilah ada pesta begitu juga dengan pernikahan ini.Pagi itu, ayah dan ibu mengenakan pakaian layaknya pergi kondangan karna masih anak-anak saya pun mau ikut dan ayah saya melarang karena tempatnya sangat jauh.Dulu dari kota Kuala Tungkal menuju desa tersebut hampir makan waktu 3 sampai 4 jam. Karena memang jalannya memutar tidak seperti sekarang yang hanya dilakukan dalam 2 jam kurang saja sudah sampai.Karena ngotot mau ikut, akhirnya ayah pun menyerah dan mengizinkan saya un
menutup pintu dan hanya mengintai dari balik jendela. Dia tidak berani membukakan pintu sampai Saini pulang.Hingga pada siang hari tepatnya pukul jam 2 siang, Saini pun pulang hari ini lebih cepat dari biasanya. Karena hasil tangkapannya hari ini melimpah sehingga perahu yang digunakannya untuk menjaring telah penuh dengan ikan.Dia pun pulang dengan membawa beberapa ikan untuk di makan sendiri karena sebelum itu dia sudah menjual ikannya ke pasar sebelum sampai ke rumah."Assalamualaikum, Bapak pulang," Ucap Saini sambil mengetuk pintu."Walaikumsallam," ucap Asmah dari dalam sambil menuju pintu lalu membukanya."Tumben bapak pulang cepat hari ini" Tanya Asmah kepada Saini."Alhamdulillah bu, Hari ini hasil tangkapan bapak lumayan banyak nih uang hasil dari menjual ikan tadi," sambil menyodorkan uang dari sakunyaKemudian Asmah pun mengambil uang itu dan menyimpannya.Saini pun duduk di depan teras rumahnya, lalu Asmah masuk dan memb
Kiai Muntaqo beserta para santrinya berhamburan ke belakang asrama. Semua orang yang ada di sana panik melihat Ririn menggantung di dahan pohon mahoni. Kiai Muntaqo membaca kalimat-kalimat ruqiah sambil mengacungkan telunjuknya ke arah Nurul. Saat itu juga Nurul mulai terlihat kesakitan. Lima orang santri muncul dengan menggotong sebuah spring bed besar untuk menahan tubuh Ririn.Nurul menjatuhkan Ririn dan untung saja wanita itu jatuh tepat di atas spring bed, sementara Nurul masih bertengger di atas dahan pohon mahoni. Kalimat-kalimat ruqiah terus dilantunkan oleh Kiai Muntaqo, Nurul pun terjungkal ke belakang. Dia juga jatuh tepat di atas spring bed sehingga tidak ada luka sedikit pun. Faisal memeriksa keadaan adiknya itu, dia menangis karena tak tega melihat adiknya yang sering sekali kesurupan.***Satu Minggu Kemudian.Sudah lima kali Faisal bermimpi tentang sumur tujuh yang ada di puncak gunung Karang. Dalam mimpinya itu, Faisal didatangi kakek
Sudah dua hari hewan ternak warga kampung Kaduengang hilang secara misterius. Puluhan ayam lenyap dari kandangnya, kambing yang dipelihara bertahun-tahun juga hilang. Belum lagi kerbau, ada sepuluh ekor yang hilang secara misterius. Mereka yakin pasti ada maling di kampung mereka. Warga kampung itu sepakat untuk memperbanyak pos ronda. Setiap malam para pemuda dan bapak-bapak bergantian menjaga kampung. Mereka sangat hati-hati jika ada orang asing yang masuk ke kampung mereka.Anehnya tidak ada tanda-tanda maling di kampung itu. Selama satu minggu berjaga, tak satu pun orang asing yang masuk ke kampung. Kasus hilangnya hewan ternak belum terpecahkan, tapi sudah muncul kasus baru. Banyak warga yang melapor ke ketua RT kalau warung mereka kemalingan. Barang dagangan mereka hilang, tapi si maling hanya mencuri barang yang bisa dimakan saja seperti kue, biskuit, kopi, dan makanan lainnya.Kejadian ini benar-benar menggemparkan seluruh warga kampung. Mereka bahkan m
Tok…tok…tok…tok…!Sebagian siswa juga masih merasakan hadirnya seseorang di sekitar asrama yang tak terlihat wujudnya. Salah satu yang merasakan hal itu adalah Laila. Siang itu, sekitar jam dua belas siang, Laila memasuki asrama sehabis pelatihan. Aura menyeramkan di ruang tamu terasa sekali hingga bulu kuduknya terasa meremang. Ia merasa di belakangnya ada yang mengikuti, namun begitu menoleh, tak dilihatnya seorang pun di sana. Saat masuk ke kamar tiba-tiba hawa dingin menerpa tubuhnya, padahal suasana siang itu begitu terik. Ia merasa ada yang mengawasi dirinya, namun tak di dapatinya seorang pun di kamar. Untuk mengurangi rasa takut, ia nyalakan musik dari ponsel sekencang-kencangnya.“Aku merasa ada yang memperhatikanku! Tapi, aku tak melihatnya sama sekali! Tapi, aku yakin, dia memperhatikanku aku!” seru Laila. Ternyata, teman-teman lainnya juga merasakan hal yang sama.Hampir seluruh siswa di asrama merasakan hal yang sam
Blok MMelamun sesaat, fokusku hilang dikala hening senyap menjerat kesadaran.Tapi tiba-tiba aku melihat sesuatu di kejauhan, ada bayangan berbentuk orang yang muncul dalam gelap.1Aku yang awalnya kaget, berangsur jadi agak tenang ketika merasa kalau sepertinya yang datang itu benar-benar orang.Ternyata memang benar, aku melihat ada seseorang sedang melangkah mendekat. Karena masih cukup jauh, jadinya aku masih hanya bisa melihat dalam bentuk siluet.Tapi aku sudah bisa yakin kalau orang ini adalah sosok laki-laki, kalau melihat dari posturnya.Ketika sudah cukup dekat, barulah aku bisa melihat dengan jelas kalau ternyata yang mendekat ini adalah seorang sekuriti gedung.Ah leganya, aku jadi bisa segera turun dengan meminta untuk ditemani ke bawah.“Pak, hmmmmm.” Aku menegurnya, ketika kami akhirnya sudah berhadapan. Karena gak familiar, aku melirik ke nametag yang ada di seragamnya, aku membaca nama “Wawan”.Iy
Katanya, Sulis sakit keras. Badannya telah lumpuh total, hanya mampu berbaring di ranjangnya. Matanya selalu melotot, ada borok di sekujur tubuhnya, padahal perutnya semakin membuncit karena janin yang dikandungnya. Bu Sri memohon untuk mengantar Sulis ke Rumah Sakit.Karena waktu itu, hanya keluargaku yang memiliki mobil. Akhirnya tanpa pikir panjang, aku dan suamiku mengantar Sulis saat itu juga.Sulis sudah seperti mayat hidup bila ku lihat. Matanya terbuka, masih bernafas, namun tidak bisa di ajak bicara, dan tidak mampu bergerak. Borok di sekujur tubuhnya berbau sangat busuk.Sesampai di RS, Sulis langsung ditangani oleh dokter. Hampir 3 jam kami menunggu hasil pemeriksaan dokter, setelah itu kami ketahui bahwa Sulis menderita diabetes akut yang membuat sekujur tubuhnya terluka dan bernanah.Setelah satu hari dirawat, Sulis akhirnya menghembuskan napas terakhir. Beruntung kata dokter, janin dalam perutnya belum memiliki nyawa, bentuknya pun belum sempurn
Saat itu tahun 2005.[Suara HP berbunyi]"Halo? Assalamualaikum Pak?""Halo, Waalaikumsalam Dung. Gimana kabarmu? Gimana kuliahmu?""Alhamdulillah semua lancar pak, kabar saya sehat. Bapak ibu sehat kan?""Syukurlah nak, bapak ibu sehat,"Kemudian seketika hening, tak ku dengar lagi suara bapak dari telepon. Yang ku dengar hanyalah suara lelaki tengah menahan isak tangisnya.Feeling-ku benar, sepertinya bapak sedang tidak baik-baik saja, sudah kuduga sejak ku angkat gagang telepon, suara dan nada bicara bapak tidak seperti biasanya."Pak, bapak kenapa?,""Gapapa nak, kamu buruan pulang ya. Kalau bisa minggu depan. Bapak mau ngomong sama kamu,""Iya pak insyaallah saya pulang minggu depan,"[Tuut..tuut..tuut..]Sejenak aku berpikir bagaimana agar minggu depan bisa ku penuhi permintaan bapak untuk pulang. Karena jujur saja, aku berkuliah sambil bekerja di kota metropolitan. Aku tidak ingin menambah beban bapak yang hanya seor
Ada apa dengan Guci ini sih?Kenapa banyak kejadian seram setalah ada guciGimana sejarah guci ini?Semakin seram, semakin menakutkan, banyak peristiwa yang terjadi di rumah Jessica.Jessica akan lanjut bercerita di sini, di Briistory.#BriiStoryJangan baca sendirian, lanjut di komentar yaaa!***#1Begitulah, banyak kejadian janggal yang terjadi sejak kehadiran guci itu di rumah. Kejadian janggal dan kadang menyeramkan, yang secara langsung maupun gak langsung mempengaruhi kehidupan kami juga.Setelah banyak kejadian, aku menjadi selalu was-was apa bila harus di rumah sendirian walaupun itu siang hari. Lalu, sebisa mungkin menahan diri untuk gak ke kamar mandi tengah malam, aku akan menahan pipis sampai pagi.Jo jadi semakin jarang tidur di rumah, lebih sering bermalam di rumah teman atau di rumah Om Fendy. Dia bilang, gak tahan dengan penampakan-penampakan seram yang dia lihat gak satu dua kali, tapi sering.Selama k
Rumah, seharusnya menjadi tempat teraman dari rasa takut dan cemas, tapi ternyata gak selalu demikian. Seperti yang dialami oleh Jessica dan keluarganya.ADVERTISEMENTRumah mereka menjadi sumber teror yang menakutkan.Jessica yang akan bercerita sendiri di sini, di Briistory.#BriiStory#MalamJumatLanjut di komentar ya..***#1Sekali lagi aku terjaga, jam setengah dua malam. Penuhnya kandung kemih, memaksaku tersadar dari tidur. Kebelet banget, gak tahan, mau gak mau harus pergi ke toilet.Tapi belakangan, bangun malam jadi hal yang membuatku paranoid, apa lagi ketika terpaksa harus ke luar kamar.Sama seperti malam ini, tiba-tiba terbangun pingin pipis. Padahal sudah berusaha maksimal untuk menahan dan kembali tidur, tapi gak bisa, sudah di ujung.Aku takut, takut dengan hal ganjil dan menyeramkan yang belakangan selalu terjadi ketika melintasi ruang tengah.Kebetulan toilet letaknya di depan kamar Papa Mama, berse
Tahun 2007 awal pernikahan dengan Imas, 3 tahun sebelum aku berganti pekerjaan sebagai tukang cukur (mempunyai pangkas) awalnya aku adalah penjual martabak manis, tempat aku berjualan sekitar satu jam dari rumah, di sebuah kampung dekat dengan sebuah danau, di mana di situlah orang-orang sering ramai, walau yang berjualan bisa terhitung dengan jari.Yogi adalah teman masa sekolahku yang mempunyai resep martabak karena memang turun temurun dari keluarganya, atas persetujuan modal yang aku keluarkan sangat terbatas, akhirnya aku dan Yogi sepakat memulai usaha tersebut, penampilanku sama halnya dengan sekarang tidak pernah rapih sama sekali.Selepas waktu ibadah solat asar, aku dan Yogi yang memang kebetulan tidak jauh rumahnya dari rumah Ibuku (waktu itu masih tinggal bersama Ibu) selalu menjemputku dengan membawa adonan martabak dan segala perlengkapan lainya untuk berdagang.Sudah hampir 3 bulan berjalan, dan memang selalu habis jauh di mana waktu prediksiku yang seha