Saat Yaya barusaja kembali setelah makan siang, dia menerima telepon dari ruangan suaminya dan memintanya untuk segera datang kesana. meski sudah diminta untuk datang, dia tidak langsung pergi dan malah menghabiskan minuman miliknya terlebih dahulu.
beberapa menit kemudian, ponselnya mulai berdering. jika sebelumnya panggilan dari kak Ryan berasal dari telepon kantor, maka kali ini dia beralih menggunakan ponsel.
Yaya hanya menatap ponselnya dan tidak berniat untuk menjawab sama sekali. beberapa detik setelah panggilan itu mati, ponsel kembali berbunyi lagi.
di lain sisi, di ruang kerja Ryan
"Mana Yaya? kamu nggak ajak istri kamu makan siang?" tanya mama Reni. mamanya Ryan
mendengar itu, Ryan hanya diam saja dan tidak menjawab apapun. melihat putranya yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya juga membuat dia merasa kesal.
"Mama nggak maksa kamu buat nikah loh. tapi mama seneng banget akhirnya kamu mutusin buat nikah. Yaya itu pantas buat ka
"Huh! Akhirnya pulang juga." ucap Ryan lega setelah dia menatap pintu yang baru saja tertutup ituYaya yang melihat suaminya menarik napas lega hanya bisa menatap dengan tatapan biasa saja."Apa saya boleh minta naik gaji?" tanya yaya menyuarakan isi pikirannyaMendengar itu, Ryan lalu memandang ke arah yaya dengan sebelah alis yang terangkat. Dia kebingungan"Apa keluargamu sudah hampir bangkrut?" tanya Ryan"Kamu bahkan bisa membeli perusahaan ini atau bahkan menjadi seorang CEO di perusahaan milik keluargamu." lanjutnya lagiYaya hanya duduk dengan tenang sembari tertawa singkat. "Tak apa. Hanya berjaga-jaga supaya saya tidak resign dari sini." balas yaya santaiRyan yang masih tidak puas dengan jawaban itupun, lalu berkata kembali. "Kau meminta naik gaji hanya karena bersikap baik di hadapan ibu mertuamu?" ucap Ryan"Padahal mama berpikir bahwa aku adalah menantu yang baik."Mendengar itu, Yaya lalu menegakkan punggu
Suasana begitu tenang saat Yaya mendorong trolli belanjaan miliknya. Saat ini dia sedang berada di sebuah supermarket. Meski begitu, siang hari ini terasa lebih nyaman. Mungkin itu karena dia selalu menganggap semua hal menarik. Bahkan hal-hal kecil yang tidak pernah dia rasa penting. Tapi itu cukup membuatnya merasa tertarik.Dia memilih beberapa buah dan selalu mengutakan buah kesukaan suaminya. Meski Ryan tidak pernah mengatakan apapun terkait masakannya, dia sudah tahu makanan apa saja yang disukai dan tidak disukai oleh suaminya itu.Beberapa menit berlalu dan dia telah menyelesaikan kegiatan belanjanya itu. Setelahnya, dia menuju kasir dan membayar semua belanjaan miliknya. Berjalan ke mobil dan meletakkan belanjaan itu, tapi dia merasa tertarik pada sesuatu saat ini.Yaya mengarahkan pandangannya pada lantai dua dan tersenyum simpul. Sudah lama dia tidak berjalan-jalan disana dan sepertinya kali ini dia punya lebih banyak waktu. Maka dari itu, yaya melang
“Tolongin sendoknya bi!” ucap yayaDia sedang menyiapkan makan malam saat ini. Pekerjaannya di rumah hanya mengurus rumah dan menyiapkan makanan. Meski kak ryan tidak pernah memintanya untuk memasak. Dia bahkan selalu bersikap ogah-ogahan saat yaya mengajaknya untuk sarapan, ataupun makan malamTapi yaya tetap saja melakukan semua pekerjaan rumah tangga walau suaminya tidak pernah melihatnya. Tidak ada lagi yang dia lakukan selain itu. Itu karena kak ryan menyuruhnya untuk bekerja.Dia menatap arloji di tangannya. Pukul tujuh malam dan kak ryan belum juga pulang. Padahal jam pulang kantor sudah lewat beberapa jam. Sembari menunggu, yaya memakan sepotong kue yang tadi dibeli olehnya.“Paling bentar lagi pulang.” Ucap yaya pada dirinya sendiriWaktu terus berlalu dan yaya sudah tidak bisa lagi menahan kantuknya. Dia menatap jam dan waktu menunjukkan pukul Sembilan malam. Akhirnya, dia berinisiatif untuk menelpon suaminya.
Dua hari ini Yaya merasakan bahwa rumah milik Ryan sudah menjadi rumahnya. Tidak ada bedanya antara dia menikah atau tidak. Karena dia tetap saja sendirian. Dia melangkahkan kakinya dan hendak turun ke lantai dasar rumah mereka. Dia sudah menyiapkan makan siang dan akan makan saat itu. "Iya, sayang!" Saat itu, yaya baru saja sampai di anak tangga terakhir dan dia mendengar sebuah suara yang sudah tidak asing. Meski menolak untuk mengakui bahwa dia kesal ketika mendengar suara itu, apa lagi dengan alasan keberadaan orang tersebut yang sudah dia ketahui dengan pasti, dia masih saja berjalan mendekat ke asal suara. Bertepatan saat yaya baru saja di ruang makan, pandangannya langsung bertemu dengan Ryan. Jangan lupakan Diana yang juga berada di sampingnya. "Ohh. Ada nyonya rumah ini ternyata." ucap diana Yaya hanya menatapnya tanpa minat sama sekali. Dia bahkan tidak menatap ke arah suaminya saat itu. "Makasih udah disiapin m
Yaya yang barusaja mengambil beberapa barang dan kunci mobil itupun, langsung kembali keluar. Dia bisa menebak bahwa diana dan ryan masih ada di sana"Bi!" panggil yaya pada bibi yang kebetulan berada tak jauh dari tempatnya."Mereka udah selesai makan?" tanya yaya langsung pada bibi.Mendengar itu, bibi langsung mengangguk sebagai jawaban. Baguslah. Dia tidak ingin diana dan ryan memperlakukan bibi dengan seenak hati mereka."Kalau gitu, mejanya langsung di bersihin aja bi. Biar mereka nggak balik lagi." ucap yayaBibi yang mengerti langsung bergegas pergi dan menjalankan perintah yaya. Meski pemilik rumah alias tuan mereka tidak memperlakukan yaya dengan baik, yaya tetap saja nyonya di rumah itu.Yaya bisa menduga bahwa diana dan ryan sedang berada di ruangan keluarga. Atau mungkin ruang tamu? Ah, atau mereka sedang berduaan di kamar ryan.Diana dan ryan bisa berada dimanapun. Asal bukan di kamar yaya. Meski rumah itu bukan miliknya
Hari ini Yaya sudah siap dengan pakaian kantor miliknya. Dia akan bekerja di kantor ryan dan meski pria itu menolak, dia akan tetap pergi.Dia sudah mengambil cuti. Tapi itu bukan berarti dia mengundurkan diri. Lebih baik bekerja dibanding harus menjaga rumah ryan yang tentu saja tidak akan hilang jika yaya tidak menjaganya dengan baik.Melihat yaya yang baru saja turun untuk sarapan, ryan lalu menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat."Ke kantor?" tanya ryan singkat.Yaya yang meski mendengar pertanyaan itu, tidak langsung menjawab.Dia menyiapkan sarapannya dan mengambil tempat duduk paling jauh dari ryan.Ryan bahkan diam saja dan tidak mengatakan apapun saat yaya sama sekali tidak menjawab pertanyaannya."Oh iya boss." kata yaya sengaja menggantungkan ucapannya"Cuti saja selesai hari ini. Jadi saya nggak bisa libur lagi." lanjut yayaMeski tidak langsung menjawab pertanyaan ryan beberapa saat yang lalu, tentu s
Siang ini, Yaya sedang tidak berada di kantor. Dia sedang melakukan pembahasan bisnis bersama seorang klien.Bukan klien wanita. Tapi sekretarisnya seorang wanita. Mereka sudah memiliki janji untuk membahas urusan bisnis di sebuah restoran.Yaya melangkah turun dan menyempatkan untuk menyapa temannya di bagian resepsionis terlebih dahulu.Sudahkah yaya memberitahu bahwa dia adalah seorang manager keuangan sekarang? Sepertinya dia lupa memberitahu terkait hal itu.Saat yaya sedang berbicang, ryan dan sekretarisnya baru saja datang dari luar. Melihat itu, beberapa karyawan mulai menyapa ke arah mereka.Tapi yaya hanya diam saja dan melakukan sesuatu di meja resepsionis."Ehh, Bu!" ucap Fani-bagian resepsionis"Kenapa suaminya nggak disapa?" tanya Fani langsung. Tentu saja dia memelankan suaranya saat ituMendengar itu, yaya langsung mengangkat wajahnya dan menatap seolah bertanya."Maksudnya?" tanya yaya bingung
Ryan hendak untuk memesan beberapa hidangan untuknya. Tapi saat dia sudah membuka buku menu, dia langsung menutupnya kembali.Tentu saja yaya tidak terlalu memusingkan hal itu. Tapi sedetik kemudian, ryan memberikan buku menu itu pada yaya"Pesenin makanan." ucap ryanMereka bisa melihat pelayan yang sepertinya merasa takjub dengan perlakukan ryan yang seperti itu. Pelayan itu tertawa tapi berusaha untuk menahannya.Yaya yang ingin menolak itupun, hanya bisa menatap ryan dengan tatapan tajamnya.Setelahnya, yaya memesan beberapa hidangan dan ryan sama sekali tidak terganggu dengan pesanannya. Itu karena dia sudah tahu apa yang disukai dan tidak disukai pria itu."Baik Bu. Mohon ditunggu sebentar!" ucap pelayan itu lalu pergi meninggalkan merekaBertepatan saat pelayan itu baru saja pergi, ponsel yaya lalu berdering. Hanya beberapa detik. Jadi yaya memeriksa ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana."Ehh!" ucap yaya kaget.
“Bukan hanya keluargamu. Aku juga peduli tentang kamu.”Sore itu, yaya bersama grandma dan banyak pekerja di rumah grandma masih berada di yayasan. Mereka sudah memotong kue ulang tahun sejak siang tadi.Ketika yaya sedang duduk dan bermain bersama seorang anak perempuan, grandma tiba-tiba saja datang. Beliau membawakan sebuah benda yang nampak seperti album di tangannya“Hari ini kamu juga ulang tahun. Terus kenapa Ryan nggak ngajak jalan-jalan?” tanya grandma setelah mereka berdua duduk bersama disanaGrandma mulai membuka album foto yang tadi dibawa olehnya. “Setahu grandma, Ryan itu punya pacar.” Ucap grandma yang langsung membuat yaya terdiam. “Tenang saja. Grandma tahu semuanya.” Lanjut grandma lagi sembari menatap yaya. Beliau bisa melihat raut wajah yaya yang nampak kaget.Yaya mengira bahwa grandma tidak tahu tentang itu semua. “Grandma tahu kebiasaan pacar suamimu. Tapi grandma senang karena Ryan menikah denganmu. Kau baik, dan grandma cuman meminta untuk menjaga Ryan. Dia a
“Tidak ada hadiah yang lebih berharga dibanding anggota keluarga baru.”“Grandma!” panggil Ryan saat dia melangkah mendekat ke arah neneknyaDisana, terdapat seorang wanita paruh baya yang berumur sekitar 70 tahun. Beliau masih terlihat sehat dan sepertinya sangat merawat diri. Mendengar panggilan dari Ryan barusan, grandma langsung mengalihkan pandangannya dan tersenyum lebar saat mendapati cucu kesayangannya berada di sanaMereka saling berpelukan dan saat itu, Yaya baru menyadari bahwa Ryan ternyata masih memiliki sisi lembut terhadap keluargannya. Dia bisa menduga bahwa Ryan sangatlah dekat dengan grandma. Bahkan kepada mama dan papa, Ryan tidak memberikan senyum selembut itu“Ini cucu Grandma, kan?” tanya grandma sembari tersenyum ke arah Yaya. Yaya yang mendengar itupun, langsung tersenyum ramah. “Iya Grandma. Kenalin, ini Yaya!” ucap RyanSetelah itu, Yaya dan Grandma saling berpelukan. Mereka terlihat seperti senang bertemu satu sama lain. Bahkan mereka lebih terlihat seperti
"Berapa umurnya Grandma sekarang?" tanya yayaSaat ini mereka sedang berada di pesawat pribadi milik RyanYaya sudah mengambil tempat duduk yang jauh dari tempat Ryan. Dan dia bisa melihat bahwa pria itu tidak merasa senang"Ada apa?" tanya yaya karena sedari tadi dia tidak mendapatkan jawaban dari RyanYaya menatapnya dan Ryan hanya bersikap acuh sembari membaca sebuah majalah bisnis yang ada di sana"Kenapa diam saja? Saya bertanya berapa umur grandma sekarang" kata yaya mengulang kembali ucapannyaTapi hasilnya tetap saja. Dia tidak mendapatkan jawaban apapun dari Pria itu"Harusnya saya bertanya pada Yudha tadi." kata yayaBegitu ucapan itu selesai, dia bisa melihat Ryan yang merubah posisinya dan tidak lagi membaca majalahSaat itu, pramugari datang dan menyiapkan makanan untuk mereka. "Cukup hidangkan satu." terdengar ucapan dari Ryan begitu pramugari itu meletakkan makanan diatas mejaMendengar itu, yaya langsung dengan cepat berkata "Jangan. Letakkan saja disitu." kata yayaSe
Tok Tok TokSaat Yaya sedang merapikan berkas di ruangan kerjanya, dia mendengar sebuah ketukan di pintu ruangan miliknya"Masuk!" kata Yaya mempersilahkanDia berdiri untuk menunggu siapa yang baru saja mengetuk pintu ruangannya. Tapi hingga beberapa saat, tidak ada siapapun yang melangkah masuk ke sanaAkhirnya, Yaya melangkah menuju pintu untuk memeriksa. Saat dia membuka pintu itu, dia tidak menemukan siapapun disanaSiapa yang tidak memiliki pekerjaan sehingga mengetuk tapi tidak ingin masuk seperti itu?Tidak ingin berpikir lebih jauh lagi, Yaya segera kembali dan mengambil tas tangan miliknya. Sekarang adalah jam pulang kantor jadi dia akan segera pulang.Dia melangkah keluar dan seketika bertemu dengan Dio yang sedang berdiri di depan pintu lift"Boss!" sapa DioYaya berjalan mendekat dan Dio mengajaknya untuk masuk bersama ke dalam lift. Padahal Yaya ingin menolak dan hendak masuk ke lift khusus karyawan"Masuk aja dulu. Pa Ryan nggak ada kok." ucap Dio saat menyadari bahwa Y
Pagi hari ini, Diana baru saja tiba di rumah Ryan. Dia sudah membawakan kue dan berencana untuk mengajaknya makan siang nantiDia tidak perlu mengatakan apapun dan langsung saja pergi ke kamar milik Ryan."Good Morning, sayang!" ucap Diana setelah dia membuka pintu kamar RyanTapi detik setelahnya, dia mengangkat sebelah alisnya bingung. Sepertinya ini adalah hari sabtu dan Ryan tidak pergi ke kantor untuk bekerja. Lalu kemana perginya?Diana lalu berjalan ke arah kamar mandi dan mengetuk. Dia berharap bahwa Ryan ada di sana. Tapi ternyata hasilnya sama saja. Ryan tidak ada disanaKemana perginya?Diana turun kembali dan mencari keberadaan Ryan di sekitaran rumah. Dia berjalan ke segala arah karena dia yakin Ryan masih ada disana. Dia bisa melihat mobil pria itu yang sedang terparkir di halamanSaat dia berjalan ke ruang keluarga, dia lalu berhenti dan mematung sejenak."AHH! APA-APAAN INI?"Mendengar teriakan itu, Yaya yang masih terlelap langsung tersadar dari tidurnya. Bukan hanya
Malam harinya setelah kejadian tadi siang, Ryan sudah lebih dulu berada di Rumah. Dia mengecek beberapa tempat dan saat melihat ke arah parkiran, dia sadar bahwa Yaya belum juga kembaliDia berjalan untuk bertanya kepada bibi, dan bibi juga mengatakan bahwa Yaya belum kembali dari kantor.Apa yang sedang wanita itu lakukan?Ryan naik ke kamarnya untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Biasanya, walaupun Yaya sudah aktif kembali bekerja di kantor, dia akan pulang tepat waktu dan membuat makan malam.Meski dia tahu Ryan tidak akan memakannya, dia tetap akan makan sendirian di meja makan dan membuat suasana seolah dia sangat kesepian.Walau Yaya tidak memaksanya untuk makan malam, Ryan akan tetap makan di meja yang sama bersamanya.Ryan melepaskan jasnya, menaruh semua barang-barang dan mulai berendam. Dia merasa penat hari ini. Tapi anehnya, itu bukan karena terlalu banyak pekerjaan yang harus dia handle. Tapi karena kejadian tadi siang saat dia bertemu dengan Diana di jalan, dan malah
"Saya tahu ini cuman kontrak. Tapi seharusnya kamu tidak menolak saya di depan asisten saya tadi!" ucap Ryan saat mereka baru saja berhenti di lampu merahMendengar itu, Yaya langsung menatap ke arah Ryan. "Saya mulai bertanya, apa yang saya dapat dari pernikahan kontrak dengan anda." balas YayaBukannya menjawab pertanyaan pertanyaan Ryan, Yaya malah mengutarakan isi pikirannya."Bukankah kamu setuju dan sebagai gantinya, saya tidak akan menyusahkan karyawan di perusahaan." kata RyanYaya menganggukan kepalanya setelah terdiam beberapa saat. "Bukankah anda terbiasa menyusahkan karyawan?" tanya Yaya"Kalau begitu, saya akan memecat mereka!" lanjut Ryan"Terserah saja. Toh itu bukan perusahaan saya." kata Yaya dengan santaiJika beberapa saat tadi, Ryan menjawab dengan santai, maka sekarang tidak lagi. "Kamu tahu saya tidak suka main-main." kata Ryan seperti sedang mengancam"Jadi anda mengira saya hanya bergurau?" balas Yaya"Sebentar. Saat kamu memecat karyawan di kantor, apa itu art
Ryan hendak untuk memesan beberapa hidangan untuknya. Tapi saat dia sudah membuka buku menu, dia langsung menutupnya kembali.Tentu saja yaya tidak terlalu memusingkan hal itu. Tapi sedetik kemudian, ryan memberikan buku menu itu pada yaya"Pesenin makanan." ucap ryanMereka bisa melihat pelayan yang sepertinya merasa takjub dengan perlakukan ryan yang seperti itu. Pelayan itu tertawa tapi berusaha untuk menahannya.Yaya yang ingin menolak itupun, hanya bisa menatap ryan dengan tatapan tajamnya.Setelahnya, yaya memesan beberapa hidangan dan ryan sama sekali tidak terganggu dengan pesanannya. Itu karena dia sudah tahu apa yang disukai dan tidak disukai pria itu."Baik Bu. Mohon ditunggu sebentar!" ucap pelayan itu lalu pergi meninggalkan merekaBertepatan saat pelayan itu baru saja pergi, ponsel yaya lalu berdering. Hanya beberapa detik. Jadi yaya memeriksa ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana."Ehh!" ucap yaya kaget.
Siang ini, Yaya sedang tidak berada di kantor. Dia sedang melakukan pembahasan bisnis bersama seorang klien.Bukan klien wanita. Tapi sekretarisnya seorang wanita. Mereka sudah memiliki janji untuk membahas urusan bisnis di sebuah restoran.Yaya melangkah turun dan menyempatkan untuk menyapa temannya di bagian resepsionis terlebih dahulu.Sudahkah yaya memberitahu bahwa dia adalah seorang manager keuangan sekarang? Sepertinya dia lupa memberitahu terkait hal itu.Saat yaya sedang berbicang, ryan dan sekretarisnya baru saja datang dari luar. Melihat itu, beberapa karyawan mulai menyapa ke arah mereka.Tapi yaya hanya diam saja dan melakukan sesuatu di meja resepsionis."Ehh, Bu!" ucap Fani-bagian resepsionis"Kenapa suaminya nggak disapa?" tanya Fani langsung. Tentu saja dia memelankan suaranya saat ituMendengar itu, yaya langsung mengangkat wajahnya dan menatap seolah bertanya."Maksudnya?" tanya yaya bingung