Antonio sungguh terkejut dengan kemantapan Alice yang berkeras menghadapi Fien Clark yang akan membawa Alice ke bagian masa lalunya. Alice sungguh ingin menyelami masa lalunya.
"Kenapa kau selalu ingin aku menghindar dari masa laluku, Antonio?" tanya Alice sedikit kesal.
"Alice, apakah kau yakin dengan keputusan ini? Apakah kau siap dengan keadaan masa lalu yang mungkin saja membuatmu kembali terluka? Tidakkah kau baik baik saja tanpa harus melihat ke belakang? Kau juga menjalani kehidupan yang baik tanpa harus menoleh ke belakang."
Alice tersenyum tipis. Ia bisa mengerti kekhawatiran Antonio yang ingin dirinya meninggalkan masa lalu yang mungkin tidak menyenangkan. Antonio ingin ia jalani saja hidup yang sekarang ini.
"Tidakkah kau melihat hidupku saat ini lebih menakutkan, Antonio? Aku hidup seolah orang yang asing karena tak mengenali diriku sendiri. Ini lebih menakutkan dan gelap dari masa lalu s
"Kenapa tidak?"Alice masih menunggu alasan tepat kenapa Fien mengatakan bahwa itu cuma mimpi. "Baik, tapi aku masih ingin ke tempat tersebut. Aku yakin kau mengetahuinya.""Butuh waktu yang panjang untuk bisa ke sana, apa kau siap Alice?""Sepertinya kau tak menyukai aku melihatnya, kenapa?" selidik Alice."Karena aku ingin melihatmu mengenang sesuatu yang membuatmu bahagia. Kenapa harus makam? Bagaimana kalau ke pantai atau ke sebuah tempat rekreasi? Ah ya, kemanapun itu yang jelas kita akan menuju kota S dimana kita dulu tinggal bersama."Alice diam dan menerima saran Fien Clark. Ia tahu butuh banyak proses untuk kembali ke masa lalu itu.Setibanya di kota S, Fien membawa Alice ke rumah kantor dimana dahulu mereka bersama."Apakah dulu aku bekerja di tempat ini?"Fien Clark mengangguk. Saat itu Alice melihat sudut ruangan sebuah pantry kecil untuk membuat kopi para karyawan sebelum memasuki lift."Tunggu sebentar, aku ingat dulu
Fien Clark menelan salivanya. Alice sungguh mempertanyakan pernikahan yang terjadi antara dirinya dengan Grace waktu itu. Tak perduli bagaimana kesulitan yang telah ia hadapi waktu itu."Lalu apa yang akan membuat kau percaya Alice, aku telah mengatakan kejujuran kepadamu."Alice tak menjawab, lalu ia berdiri untuk berkeliling rumah Fien Clark. Ia memulainya dari dapur ruangan tersebut dan duduk di kursi makan. Memandangi secara keseluruhan tempat tersebut untuk mengurai mimpi mimpi yang pernah hadir di dalam tidurnya."Aku pernah melihat tempat ini di dalam tidurku," ujarnya."Tentu saja, itu karena kita sering menghabiskan waktu bersama di ruangan ini.""Karena aku koki pribadimu?""Hei, kau telah mengingat bagian itu."Alice tersenyum. Sebenarnya ia sempat bertanya kepada Antonio apa pekerjaannya dulu dan Antonio menjawab koki seorang bos arogan. Itu menunjukkan bahwa Fien Clark adalah bos arogan yang dimaksudkan Antonio."Lalu, apakah aku pel
Tidak, itu adalah kesalah fahaman, itu adalah kejadian yang sebenarnya tak akan pernah terjadi andai Alice tak menjadi orang yang berpura pura baik kepadanya padahal bertujuan untuk mengelabuhi dirinya."Itu hanya bayangan yang terlalu berlebihan، Alice. Itu sama sekali tak pernah terjadi. Akan tetapi kenapa kau terlalu berusaha keras untuk tahu segalanya? percayai saja apa yang ada di depanmu, kau bisa melihat dan merasakan bagaimana aku mencintaimu saat ini."Kata kata Fien Clark membuat ia kembali berpikir, bahwa segalanya memang tak harus ia ketahui karena hal itu mungkin akan memperburuk keadaan. Sama halnya dengan yang Antonio katakan, ia tak harus terlalu melihat ke belakang."Jadi, apa yang kau harapkan dari ingatanku?""Alice, kau bisa mencintai apa yang seharusnya kau cintai. Kau bisa memulai hidupmu kembali. Aku akan menerima segala keputusan terbaikmu. Akan tetapi aku memiliki rasa penasaran yang besar terhadap kejadian itu," kata Fien."Aku adal
Fien Clark dengan senang hati membawa Alice ke kapal tua tersebut. Ia berharap, ini adalah akhir dari penderitaan dirinya selama ini. Ia telah menderita sejak dahulu kala, ketika dirinya masih kecil dan hidup bersama Erick Davis.Bukan karena Erick bersikap jahat kepadanya, akan tetapi karena sebenarnya ia tak pernah merasa tenang dan menerima kehadiran Erick di dalam hidupnya.Hal itu adalah penderitaan yang paling menyakitkan selama bertahun-tahun lamanya sehingga membentuk sebuah dendam. Akan tetapi, setelah Erick tiada, penderitaan itu justru lebih mendalam sehingga kebencian itu telah berubah menjadi rasa rindu yang tak akan pernah terobati."Fien, kapal ini terlihat menyeramkan," kata Alice saat mulai melangkah ke atas geladak kapal.Bunyi decitan besi tua dan menggaung sesekali membuat Alice merinding."Sepertinya akan turun hujan lebat dan badai. Bagaimana kalau kita kembali saja, Alice? Kita bisa melakukannya lain waktu," saran Fien Clark karena mel
"Siapa kau sebenarnya, dan apa maumu?".kata Fien Clark berusaha bernegosiasi dengan pria tersebut. Pasti ada sesuatu yang salah bukan?Bukan menjawab, sang pria mengetatkan dekapannya di leher Alice untuk mengancam Fien Clark."Jawablah dengan jujur, apa sebenarnya maumu dan mengapa kau menyerang kami? Hentikan, kita bisa bicara baik," kata Fien Clar .yang penasaran siapa sebenarnya pria tersebut.Fien Clark berusaha membocorkan jauh ke dalam sorot mata pria tersebut barang kali ia bisa menebak siapa sebenarnya yang berada di balik topeng hitam tersebut. Ia bahkan merasa tak asing dengan postur tubuh tersebut. "Katakan padaku, apa maumu?"Setiap Fien Clark melangkah, pria tersebut memperketat dekapannya dan berjalan mundur.Alice yang semakin ketakutan berpikir untuk bisa lolos dari dekapan pria tersebut dan memikirkan cara. Lalu ia sempat melihat kebawah dan ia memiliki ide.Dengan sekali hentakan yang kuat ia menginjakkan kakinya di kaki pria ters
Fien Clark berpaling dari pandangan Alice dan berusaha mengusap air matanya. Siapa tahu kesedihan seorang pria seperti Fien Clark? Ia adalah seorang pria bertubuh besar dan kokoh, menangis nyaris tak mungkin dalam hidupnya.Akan tetapi siapa yang tahan melihat gadisnya diancam dilukai dengan sebilah pisau di depan matanya? Siapa yang akan tega dengan keadaan seperti yang dialami wanita yang dicintainya? Tidak, membayangkan saja Fien sudah tak sanggup.Fien Clark lebih baik mati andai itu terjadi di hadapannya. Ia hampir putus asa andai Antonio tak datang."Apa maksudmu aku menangis? Gerimis sudah jatuh sejak tadi, kau pikir itu air mataku? Itu hanya air hujan, Alice," katanya dan mencoba membentuk senyuman di bibirnya.Alice tak merespon, ia merasa yakin kalau itu adalah air mata."Apa seorang lelaki tak boleh menangis?" tanya Alice dan saat itu Fien Clark telah mendudukkan Alice di meja makan. Fien Clark dengan telaten membuka mantel Alice yang kotor oleh k
Bagaimana mungkin Antonio semudah itu mengatakannya? Ia hanya tertunduk lesu menatap kepergian mereka semuanya, meninggalkan rasa tak berdaya dan marah pada dirinya sendiri.Fien Clark menghadap dinding, membenturkan keningnya pada permukaan dinding itu. Ia benar-benar kalut untuk mengatakan betapa terlukanya hatinya. Antonio benar, bahwa Alice selalu saja sial saat bersamanya, seolah takdir tak berpihak untuknya. Seolah tak akan ada yang rela saat mereka bersama. Hujan sangat deras mengguyur pantai di atas rumah cinta yang telah dengan susah payah Fien Clark bangun untuk Alice. Selangkah lagi, selangkah lagi Alice telah berada di dekatnya, tapi segalanya seolah seperti pasir yang hilang diterpa air hujan.Fien berlari ke tengah hujan menghadap lautan yang sedang pasang. Tak perduli bagaimana gelapnya cuaca, hatinya sungguh lebih gelap dan kalut.Iapun menjerit dan berteriak ke lautan lepas untuk meluapkan kesedihannya. Ia sungguh tak berdaya.Malam it
Tak butuh waktu lama bagi Alice untuk merias dirinya dan juga Alex. Sudah dua hari sejak pertemuan terakhirnya dengan Fien Clark, Alex selalu bertanya soal Fien Clark. Ia menjadi gusar karena keputusan Antonio untuk dirinya tak lagi menemui Fien Clark yang selalu membuatnya dalam bahaya. Akan tetapi sebenarnya, ia merasa berat dan menganggap itu adalah keputusan sepihak. Alice masih penasaran tentang jati dirinya terutama hubungan cinta dengan Fien Clark. Meskipun sebenarnya hatinya saat ini memang terpaut pada pria itu terlepas dari hadirnya Alex diantara mereka."Kenapa kau tak menemuiku lagi atau menghubungi aku?" lirihnya sedih.Sementara itu Antonio samasekali tak perduli dengannya kecuali keselamatan hidupnya."Kau seperti hendak pergi?" tanya Antonio melihat Alice sudah berpakaian rapi dan juga Alex. "Mau kemana?""Ehmm, aku harus menemui Fien Clark. Alex selalu bertanya tentang Fien. Aku rasa, mereka butuh untuk saling bertemu," ujarnya tanpa menghi
Fien Clark hanya pasrah kemana Alice dan Alex membawanya. Hingga akhirnya Alex tahu bahwa mereka menuju sebuah arena bermain."Wah, permainan apa yang akan kita mainkan?""Tidak sulit, ini cuma roll coaster, kau pasti akan menyukainya."Fien Clark makin terkejut. ia tak pernah tahu Alice suka dengan yang seperti ini.Sebenarnya Fien Clark tak pernah punya kesempatan untuk melakukan hal semacam itu. Ia bahkan merasa ngeri membayangkan sensasi semacam itu."Alice, bagaimana kalau kalian berdua saja yang melakukannya?""Apakah kau takut?""Ah, bukan begitu.... tapi aku merasa tak punya pengalaman.""Nah, itulah sebabnya kau harus mencobanya.""Daddy, aku percaya Daddy lebih hebat dari paman Erick. Jadi, Daddy harus mencoba. Bagaimana?"Mendapatkan tantangan dari Alex, Fien Clark tak berdaya. Ia terpaksa menuruti kemauan putranya apalagi setelah kejadian burung yang kabur tadi."Oke, tapi kalian harus jamin semua baik baik saja."Alex dan Alice melakukan tepukan toast tanda sepakat. "Ali
"Tapi Alice, balas dendam sangat tidak bagus dalam hidup kita ini. Kita harus selalu memaafkan dan tidak selalu menjadikan kemarahan itu hal yang penting. Dengan begitu hidup kita akan menjadi tenang dan membahagiakan.""Baik, tapi... apakah kita harus jujur dalam sesuatu? Misalnya haruskah kita jujur dalam sebuah kesalahan dan mengakuinya?""Tentu saja? Manusia yang baik adalah yang jujur. Bukankah begitu Alex?""Jadi, kau sungguh tak tahu siapa pria mengumopatku waktu itu?"Fien Clark melebarkan matanya. Ternyata Alice sungguh mengingat semuanya."Ah...itu...," ia mulai menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Uhmm, baiklah... aku mengakui bahwa itu adalah aku... maafkan ya...humm?"Alice sangat gemas dengan mimik wajah Fien Clark yang lucu sehingga ia mencubit kedua pipi Fien Clark."Alice, kau pasti sangat sedih waktu itu. Kau kehilangan pria sebaik saudaraku."Alice hanya diam, ia merasa itu hanya samar. Baginya hanya ada Fien Clark saat ini, kesedihan itu sepertinya hilang bersam
Ya, secara diam diam kebetulan Alice sering mengunjungi makam Erick tanpa sepengetahuan Fien Clark. Ia ingin tahu sejauh mana hubungan mereka dulu sehingga ia diam diam mengenang perjalanan ke makam tersebut. nyatanya ia hanya ingat seorang pria yang sering mengintai dirinya di makam tersebut. Ia tahu betul bahwa pria itu adalah Fien Clark. Untuk sebuah alibi, Alice akan mengajak Alex berjalan jalan dan memberi banyak makanan sehingga Alex melupakan masalah berdiam diri di makam dan hanya mengingat senangnya bepergian itu."Mau pergi kemana?" Fien Clark sedikit memiringkan kepalanya."Ayolah Daddy, sesekali kita ke makam paman Erick. Mommy sering membawaku ke sana.""Alice? Adakah penjelasan untukku?""Apa yang harus kujelaskan? Kau bisa ikut jika mau. Toh aku hanya berkunjung dan pergi bersenang senang dengan Alex. Kenapa? Kau cemburu?""Aku? Cemburu? Hah, bagaimana mungkin?"Alice mengulum senyum, ia tahu ekspresi Fien Clark yang masih saja cemburu."Bagus, aku senang pria yang spo
Banyak hal yang dilalui, Peter sedikit bersyukur pada akhirnya keadaan menyatukan mereka.bersama kondisi kejiwaan Grace yang berubah. Ketulusannya membuahkan hasil, sebagaimana Fien Clark yang berhasil mendapatkan wanita yang dicintainya. Di sisi lain Peter juga harus kehilangan sahabatnya Fien Clark karena sebab perbuatan Grace. Akan tetapi ia juga menyadari, bahwa kehidupan memang tak sempurna dan berjalan mulus sesuai keinginan. Ia kehilangan Fien Clark, tapi mendapatkan Grace. Sekarang ia hanya perlu memperbaiki semua sisi yang ia mampu, berharap Grace bisa mencintai sebagai ia mencintainya.Bagi Fien Clark, Peter adalah yang terbaik. Disaat semua membenci karakter Grace, pria itu malah menyukainya. Bahkan rela melakukan apapun."Maafkan Grace, aku tahu dia tak bisa memikirkan hal lain selain mengganggu hidupmu," kata Peter suatu hari saat menemui Fien Clark."Suatu hari nanti, aku berharap kita akan bertemu dalam keadaan melupakan semua dendam dan kesalahan Grace dan juga kesalah
Grace terus mencoba mengerti apa yang Peter ucapkan. Baginya itu terlalu menakutkan jika harus bersama dengan pria yang tidak dicintainya, tapi lihatlah apakah cinta itu begitu penting untuk dibahas lagi sementara ia hanyalah wanita yang butuh dengan superhero seperti Peter?Seorang anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dan cinta, ia bahkan sedikit canggung dan benci karena itu adalah putra Peter."Kenapa kau sanggup menjalani hal semacam ini? Aku merasa terlalu banyak berhutang kepadamu. Bagaimana aku bisa lepas dari dirimu?""Kalau begitu, jangan pernah mencoba untuk pergi dariku. Aku akan mencari kemanapun kau pergi. Lagipula aku sudah tak perlu merasa khawatir karena semua sudah berakhir. Percayalah, kau justru yang akan merindukan aku, hmm?"Grace tersenyum. Sebenarnya itu mulai bisa dibenarkan."Jangan terlalu percaya diri. Bagaimana kalau ternyata aku benar-benar pergi darimu, kau mungkin juga sudah bosan menderita."Peter menatap tajam Grace, hati kecilnya sebenarnya t
Bukan hal yang aneh lagi, kalau Alice dan Fien Clark cenderung sering berdebat seperti orang bertengkar. Siapapun yang melihatnya akan merasa pasangan ini justru terlalu sering mengumbar kebersamaan."Lihat, kau ini wanita kenapa nggak nurut sama suamimu," begitu kata Fien Clark kalau sudah kalah debat."Ya ampun, apa itu sangat membuatamu senang? Aku menurut tapi menyimpan ketidak sukaan, nggak terima dan benci. Lebih baik aku mengatakan argumentasi, kalah menang memang bukan tujuan." "Begitu?"Fien Clark menyerah, Alice memang sangat pintar berargumentasi dengan sesuatu yang lebih masuk akal.Selain itu, cinta memang telah membuat ia sepenuhnya mempercayai Alice dan sangat ingin membuatnya bahagia. Ia tak ingin menyesal dan kehilangan Alice lagi yang membuatnya menderita."Kau bisa memilih gadis lain yang lebih baik dan cantik dariku seandainya kau tak menemukan aku pada waktu itu," suatu hari mereka berbincang tentang kisah bagaimana Fien Clark berjuang mencari keberadaan Alice."
Hampir saja membuat Barenzki menyesali apa yang terjadi kalau saja bukan karena gadis biasa seperti Sherly, yang selalu membuat Antonio tegar, melupakan Cindy dengan cepat. Ah, Fernandez bahkan berharap Antonio sungguh melupakan Cindy sama sekali.Kabarnya gadis itu telah kehilangan pekerjaannya karena terlalu berani menerima suap dari klien sehingga menghilangkan tanda bukti kejahatan seseorang. Salah satunya adalah kasus pembunuhan Grace dan komplotannya, ia menerima suap dari Wiliam, paman Grace. Pada akhirnya karir Cindy hancur, begitu juga keluarga Grace menerima hasil dari perbuatan mereka masing masing.Antonio akhirnya menyadari bahwa Cindy bukan wanita yang seharusnya dicintai. Bisa saja cinta itu sulit untuk dibuang, akan tetapi seorang pria pasti berharap hidupnya penuh ketenangan dan tidak mau dikhianati.Hal itu lambat lain membuat Antonio akhirnya menerima Sherly yang memang telah lama menyukai Antonio."Daddy, kemana saja, Antonio mencarimu sejak tadi." Tiba tiba Sherl
Tentu saja Alice menggelengkan gelengkan kepalanya dengan tingkah kedua ayahnya tersebut.Mereka hanya meributkan soal apakah Alice akan aktif dalam perusahaan ayahnya atau akan tetap bersama keluarga Fien Clark dengan aktifitas dirinya yang hanya mengurusi rumah tangga."Daddy, perusahaan itu bisa diserahkan kepada Sherly, dia lebih punya latar belakang bekerja, dan aku cuma sekolah rendahan. Tak akan bagus hasilnya sehingga usaha yang kau rintis itu hanya akan hancur di tanganku.""Ah, itu bisa dipelajari sambil bekerja. Kau juga pintar dan punya kemampuan, aku yakin itu.""Tidak, Daddy. Biarkan saja usaha itu dikelola Antonio dan Sherly dan aku hanya dapat hasilnya saja meskipun sedikit. Aku sudah cukup berlebih di sini, dan Antonio juga sudah mapan, Daddy tidak perlu khawatir tentang anak-anak Daddy.""Oh, jadi kau hanya mau terima beres ya? hmm?"Alice tertawa. Ia tahu ayahnya melunak, tak bisa lagi berbuat apa-apa dengan keputusannya."Benar, aku yakin Fien Clark tidak akan setu
Terbayang dalam ingatan, bagaimana ia berusaha dengan keras berbuat adil kepada dua orang anak lelaki yang merupakan putra Jenifer dan juga putranya, mereka dalam tanggung jawabnya sebagai seorang ibu setelah Jenifer pergi dari rumah itu. Akan tetapi berjalan waktu dirinya mulai menyesal karena tak semudah itu menjadi ibu Fien Clark. Bocah itu selalu protes dan memintanya pergi dari rumah. Sifat Fien Clark sangat keras seperti ayahnya, dan karena kerasnya mereka tidak pernah akur samasekali. Adapun putranya, Erick Davis, bocah itu selalu mengalah dalam banyak hal. Seolah-olah mengerti posisi dirinya. Seakan mengerti bahwa ibunya adalah orang yang pantas untuk disalahkan atas perceraian antara Fernandez dengan Jenifer. Mengingat hal itu, hati Nancy sangat terluka. Pada akhirnya putranya justru membenci dirinya, ibunya sendiri. Adapun dengan Fien Clark, saudara tirinya, Erick Davis selalu membela dan menyayangi kakak tirinya meskipun ia diperlakukan dengan sangat menyedihkan.Nancy