Beranda / Romansa / His Dangerous Secret / 4. Where are you?

Share

4. Where are you?

Penulis: Oot
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-10 21:10:47

“Pak, maaf, mengganggu waktunya sebentar ....”

Meeting online Edric mendadak diinterupsi oleh sang asisten pribadi, Hendry. Pria itu terpaksa mengalihkan pandangannya dari layar laptop. Kenapa Hendry berani masuk ke dalam ruangannya di saat dia sedang meeting dengan orang penting? Ada hal urgent apa?

“Excuse me, Sir. Give me three minutes.” Edric kemudian memberi kode kepada lawan bicaranya di depan layar sambil menonaktifkan fitur microphone-nya sebentar.

“Ada apa, Hen? Kamu tau saya sedang meeting.”

“Pak, saya baru mendapat kabar kalau nomor ID kemahasiswaan nona Zura sudah tidak aktif.”

“What?” Edric berdiri dari kursinya. Refleks. “Maksudnya bagaimana?”

“Sepertinya nona Zura sudah berhenti kuliah, Pak.” Hendry menjawab dengan mantap. Namun jantungnya kini berdetak cepat karena sudah memprediksi reaksi sang bos setelah ini. Benar saja. Raut wajah Edric berubah secepat saat kita akan memekik jika tidak sengaja menyentuh permukaan wajan yang masih panas. Kata-kata Hendry seperti petir di siang bolong baginya.

“Cari informasi yang valid, Hen!” 

“Ini sudah konfirmasi langsung ke kampusnya, Pak. Jadi, tadi saya berencana ingin membayar uang kuliah nona untuk semester depan, tapi gagal terus. Saat menelepon ke bagian administrasi, dapat info demikian.”

Edric mengusap wajahnya dan mondar-mandir di depan laptop. Tiga menit yang dia janjikan tidak terasa hampir habis sementara isi kepalanya sudah buyar dan kacau.

“Kamu sudah lacak GPS handphone-nya?”

“Sudah, Pak. Sinyalnya mati. Sepertinya nona juga sudah tidak memakai ponsel yang Pak Edric berikan.”

Seluruh udara di dalam paru-paru Edric seperti habis tak bersisa. Dia sama sekali tidak menduga hal seperti ini akan terjadi. Dia terlalu percaya diri akan tetap bisa mengikat Zura dengan caranya sendiri, yaitu dengan mewujudkan mimpi gadis itu kembali melanjutkan kuliah. 

Edric kembali duduk di kursi. Kursi yang lain. Tangannya menyugar rambut hitam dan lebatnya ke belakang. Tubuhnya sedikit gemetar membayangkan Zura benar-benar pergi. Sekalipun mereka sudah tidak bertemu selama delapan bulan lebih, Edric masih merasa aman karena dia selalu mengawasi Zura. Dia merasa gadis itu akan selalu berada dalam jangkauannya. Namun kenyataannya?

Apa yang terjadi sekarang? Ke mana gadis itu pergi? Kenapa dia malah memutuskan perkuliahan yang menjadi mimpinya sejak dulu? Sebanyak apapun Edric memasok udara ke dalam paru-parunya, rasanya masih tetap sesak dan membuatnya tidak nyaman. 

Di mana kau Zura Taniskha Wijaya? 

*****

Edric menghentikan virtual meeting-nya begitu saja. Menyuruh Hendry segera mempersiapkan mobil karena dia harus memastikan keberadaan Zura. Dia harus mendatangi kampus swasta dimana  dia mendaftarkan gadis itu beberapa bulan yang lalu. Berani-beraninya dia menghilang begitu saja! 

Hendry yang sudah menduga ini akan terjadi, tentu saja sudah mempersiapkan sopir di loby utama. Sehingga, saat Edric memberi komando, mereka bisa langsung berangkat tanpa harus membuang waktu untuk menunggu. Si bos sudah terlihat kalut dan tidak tenang. Sepanjang perjalanan menuju Kampus X, Edric hanya diam sambil menatap ke luar jendela dengan tangan yang menopang dagu. 

“Pak, kita sudah sampai.” Edric tersentak saat Hendry bersuara dari depan. Laki-laki itu membuang napas sembari menegakkan tubuh. Hendry turun dan membukakan pintu untuknya. Setelah itu, mereka berjalan memasuki gedung rektorat kampus. Pihak yang ingin mereka temui sepertinya sudah bersiap, karena Hendry sudah menghubungi mereka sesaat sebelum berangkat tadi. Itu lah pekerjaannya. Jika tidak, Edric pasti akan kesal karena harus menunggu.

“Selamat siang, Bapak Edric. Silakan duduk, Pak.” Bahkan sekelas rektor rela mengosongkan jadwal demi mereka. Pria berambut putih bernama Subianto itu ikut duduk setelah bokong Edric dan Hendry menyentuh permukaan sofa di hadapannya.

“Mohon maaf sudah mengganggu kesibukan Pak Subianto. Mungkin ini terlalu mendadak, tapi ada unsur urgensinya. Jadi kita terpaksa buru-buru ke sini.” Edric memulai dengan sopan.

“Tidak-tidak. Saya kebetulan sedang tidak ada jadwal penting. Malahan sepertinya Pak Edric lah yang sedang sibuk, tapi harus memaksakan diri datang ke sini. Semoga saya bisa membantu, Pak.”

Edric tersenyum kecil. “Saya ingin menanyakan status kemahasiswaan gadis yang saya bawa ke sini waktu dulu, Pak. Saya mendapat kabar bahwa dia sudah tidak melanjutkan perkuliahannya. Apakah benar demikian?”

Subianto terlihat berpikir. Karena memang Edric hanya datang satu kali ke tempat ini, pria paruh baya itu langsung mengingatnya. Gadis belia yang sempat putus kuliah dan disekolahkan kembali oleh Edric yang mengaku sebagai walinya.

“Hm ... bisa saya cek sebentar ke bagian kemahasiswaan?” Subianto jelas tidak mungkin mengawasi gadis itu karena pekerjaanya sebagai seorang Rektor tidaklah sedikit. Waktu itu Edric memang menitipkan gadis itu kepadanya. Namun Subianto tau itu hanya sebuah bentuk basa-basi dalam menutup pertemuan. Dia sangat yakin bahwa Edric memahami jadwalnya yang padat.

Sejenak Subianto berbincang di telepon. Hampir lima menit lamanya dia bertanya ini dan itu agar informasi yang dia sampaikan ke Edric tidak setengah-setengah. Kemudian, dia meletakkan kembali gagang telepon dan berdehem kecil.

“Jadi, dua bulan yang lalu, setelah ujian semester selesai, nona Zura memang mengajukan pengunduran diri secara resmi ke Universitas, Pak. Saya sudah meminta seseorang untuk membawakan surat asli pengunduran dirinya kemari, agar kita bisa membaca alasan yang bersangkutan ingin berhenti kuliah.”

Edric menghela napasnya. Tadinya, dia masih berharap Hendry keliru sehingga ingin memastikannya sendiri ke sini. Namun penjelasan Subianto membuat hatinya mencelos karena membenarkan informasi dari sang anak buah.

Diamnya Edric membuat dua orang lainnya ikut membisu. Mereka serba salah. Untungnya pihak yang ditugaskan Subianto untuk membawakan berkas-berkas Zura segera datang dan memecahkan keheningan di dalam ruangan. Setelah map itu ada di tangan Subianto, dia langsung memberinya kepada Edric.

“Saya rasa Pak Edric juga ingin melihat hasil perkuliahan nona Zura selama satu semester berkuliah di sini,” kataya sebagai alasan. Padahal pria itu hanya tidak mengerti apa yang diinginkan Edric secara spesifik. Lebih baik anak muda itu yang mencari jawabannya sendiri.

Edric menerima map database tentang Zura Taniskha Wijaya. Di sana ada berkas data diri Zura saat pendaftaran, ada transkip nilai selama satu semester dan tentunya surat pengunduran diri yang dimaksud Subianto. Edric sempat tersenyum kecil melihat nilai-nilai Zura yang sangat baik. Ternyata dia memang cerdas. Nilai ujian semesternya dipenuhi A dan B. Sama sekali tidak ada C. Edric sangat bangga kepadanya.

Namun senyum Edric langsung memudar setelah jari-jarinya sampai di lembaran terakhir. Surat pengunduran diri Zura. Edric membacanya dengan hati-hati. Begitu ingin tau mengapa gadis itu harus mengubur mimpinya menjadi seorang tenaga pendidik.

‘Adapun surat pengunduran ini saya buat dikarenakan saya harus ikut wali pindah domisili ke kota XX.’

Edric mengerutkan keningnya membaca satu paragraf yang menjelaskan alasan singkat Zura berhenti kuliah. Pindah domisili? Wali? Bukankah ibunya sudah meninggal? Bagaimana mungkin dia bisa pindah sendiri?? Kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan. Menggeleng pertanda tidak percaya akan apa yang tertulis di lembaran tersebut.

“Jadi dia sudah dua bulan meninggalkan kampus ini, namun tidak ada satu orang pun yang memberi tahu saya?” 

Subianto terdiam sejenak. Dia melihat ada sorot kekecewaan yang diarahkan Edric kepadanya. Pria tua itu cukup memahami jika Zura adalah orang yang sangat penting bagi Edric. Jika tidak, mana mungkin seorang putera keluarga Louis sampai turun tangan mengantarnya ke kampus seperti dulu? Edric bisa saja menyuruh orang kepercayaanya jika Zura hanyalah ‘kerabat’ biasa.

“Maafkan kami, Pak. Kami lalai dalam menangani ini.”

Ucapan permintaan maaf Subianto itu pun sukses menampar Edric. Kesadarannya yang hilang karena terlalu tenggelam dalam kepanikan akhirnya kembali. Sungguh tidak pantas dia melontarkan pertanyaan yang menyudutkan seperti tadi. Sampai-sampai orang yang lebih tua darinya meminta maaf atas sesuatu yang sebenarnya bersifat pribadi. 

Kunjungan kampus tersebut akhirnya disudahi dengan permintaan maaf yang sebesar-besarnya oleh Edric kepada Subianto karena sudah merepotkan beliau. Edric juga memberikan buah tangan yang biasanya selalu ready di mobil untuk diberikan kepada rekan kerja dan juga kerabat yang dia kunjungi setiap hari. Sebuah jam tangan dari brand mahal yang sudah pasti cukup untuk membayar waktu berharga seorang rektor besar universitas.  

Setelah keluar dari ruangan Subianto, Edric menyerahkan lembaran itu kepada Hendry dan meminta pria itu menganalisanya. 

“Cari ke mana dia pindah!” perintahnya sambil berjalan cepat menuju parkiran.

*****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nellaevi
penasaran iniii alurnyaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • His Dangerous Secret   5. Yang Edric mau.

    Pencarian akan Zura ternyata menjadi sebuah misi yang membuat produktifitas Edric di perusahaan menjadi sedikit terganggu. Dia dan Hendry sibuk mendatangi rumah orang-orang yang dianggap mengenal dan dikenal Zura di masa lalu. Mereka ke rumah orang tua Zura yang dulu dan juga ke apartemen yang diberikan Edric untuknya. Keluar masuk sana sini namun tidak ada yang bisa memberikan petunjuk yang berarti.Edric malahan semakin dibuat bingung dengan adanya saksi yang mengatakan bahwa sebelum Zura meninggalkan apartemen, gadis itu sering membawa laki-laki masuk ke dalam apatemennya. Tak pelak perasaan Edric bagai dihantam batu seberat 1 ton. Apakah Zura berselingkuh?Dan saat pertanyaan konyol itu muncul dalam benaknya, Edric seketika tersenyum miring. Selingkuh? Bukankah Edric sendiri yang menyudahi hubungan mereka?*****Bulan berganti tahun. Edric tetap menjalani kehidupannya yang sedikit banyak sangat terpengaruh atas keperg

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10
  • His Dangerous Secret   6. Hal yang mengejutkan.

    Dubai … dua hari kemudian. Edric dan Calvin sudah tiba di apartemen yang menjadi peninggalan buyut mereka, Louis. Dulu, apartemen yang berada di kawasan Marina Dubai itu dihadiahkan Louis kepada sang cucu sebagai hadiah pernikahan, yaitu Dominic. Sempat ingin menolak, namun akhirnya Dominic menerima pemberian mahal ini. Siapa sangka, sepertinya sang kakek memang sudah mempersiapkan semuanya, karena beberapa bulan kemudian, Dominic dan Brandon berhasil menandatangani sebuah kerja sama bisnis dengan salah seorang pengusaha berdarah Indonesia di Dubai. Jadi, apartemen ini benar-benar bermanfaat setiap kali mereka ada kunjungan ke sini. “Brother, sudah selesai belum? Jangan sampai tuan Radesh menunggu kita.” Calvin yang baru saja selesai mandi dan beberes terdengar memanggil Edric yang berada di kamar utama. Sesaat kemudian orang yang dipanggil keluar dengan penampilan yang sudah rapi, layaknya akan bertemu dengan rekan bisnis. “Hahhh, seharusnya kita tid

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10
  • His Dangerous Secret   7. Who are you?

    Zura … Taniskha … Wijaya. Mengapa Edric tidak bisa merasakan apa pun saat mendengar nama gadis itu? Hatinya seperti sudah kebas dihantam rasa rindu dan kesepian. Lagian, benarkah ini Zura yang pernah dia kenal? Mereka seperti dua orang yang berbeda. Zura yang Edric kenal adalah gadis berusia dua puluh tahun, anak kuliah yang lugu dan polos. Sementara, Zura yang ini dari penampilannya saja sudah berbeda. Dia begitu elegan dengan balutan blazernya. Hanya melihat sekilas saja Edric tahu betul, setelan kantor itu berasal dari brand ternama dan mahal. Belum lagi riasan wajah serta tatanan rambut yang membuat wanita itu terlihat jauh lebih dewasa dari usianya yang seharusnya. Bukankah seharusnya dia baru dua puluh lima tahun? What’s going on here? Apa yang telah terjadi? Apa yang sudah dia lewatkan? Edric masih terpaku di tempatnya sambil tidak berhenti menatap wanita itu. “Brother!” Calvin menyikut lengannya. Alhasil itu membuat Radesh tertawa kecil. Edric sendiri

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • His Dangerous Secret   8. Stop bersandiwara.

    “Brother!” Seruan Calvin serta sikutan sang sepupu di lengannya membuat kesadaran Edric kembali. Pria berkulit putih itu tersentak kecil dan langsung salah tingkah menyadari sekarang Zura dan Radesh sedang melihat ke arahnya.“Kau ingin menambahkan sesuatu?” ujar Calvin lagi, kini dengan anda yang sudah merendah. Sebenarnya, tanpa bertanya pun, Calvin tau Edric akan mengatakan tidak. Dia sangat tau jika sang sepupu tidak fokus dengan rapat mereka sejak tadi. Seandainya bisa, Calvin ingin sekali mengguyur kepala Edric dengan air es yang ada di dalam gelasnya demi mengembalikan kesadaran laki-laki itu.“Ah, tidak. Tidak ada.” Edric menjawab sambil tersenyum tipis. Kan? Dugaan Calvin benar.“Jadi Pak Edric sepakat ya dengan usulan Ibu Zura tadi?” Berbeda dengan Radesh yang sepertinya masih ingin memastikan Edric benar-benar memahami isi meeting mereka. Siapa juga yang tidak sadar jika sedari tadi pria itu seperti terp

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-13
  • His Dangerous Secret   9. Malam di sebuah club.

    Calvin menghela napas lega saat melihat Edric akhirnya muncul dari lift VIP yang baru saja terbuka. Pria itu nyaris kehabisan bahan obrolan dengan Radesh. Namun dia tidak mendapati Zura berjalan bersama Ed. Calvin langsung memahami jika percakapan mereka tidak berjalan dengan baik.“Maaf membuat Pak Radesh menunggu lama.” Edric menghampiri mereka sambil menyampaikan permintaan maafnya.“Tidak apa-apa, Pak Edric. Saya dan Pak Calvin juga sedang asik mengobrol.” Radesh menyahut dengan ramah. “Ah, Ibu Zura-nya ke mana?”“Sedang ke toilet dulu, Pak. Mungkin sebentar lagi akan turun.” Edric hanya mengarang. Hanya kebetulan karena Zura juga tidak ada di sini. Besar kemungkinan gadis itu singgah ke toilet untuk memperbaiki penampilannya.“Ohh,” gumam Radesh. “Ah ya, Pak Edric, tadi saya dan Pak Calvin sudah merencanakan dinner bersama, entah besok malam atau lusa. Semoga Pak Edric tidak keberatan.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • His Dangerous Secret   10. Teler.

    Zura sedari tadi hanya berdiam diri di tengah tiga orang pria yang sedang sibuk membahas trading dan saham. Dia sebagai pendengar mulai bosan karena Radesh kelihatannya sangat nyaman dengan Calvin dan Edric. Zura berniat untuk mencari angin sejenak di luar gedung. Seingatnya, di bagian belakang stage vvip ini ada pintu yang mengarah ke balkon gedung. Dia kemudian berbisik kepada Radesh untuk permisi dan pria itu mengangguk sebagai tanda mengizinkan.Melihat Zura yang bangkit berdiri, perhatian Edric langsung terbagi dari Calvin yang sedang berbicara ‘Mau ke mana dia?’ Batin Edric penasaran.“Ibu Zura mau ke mana?” Mulutnya refleks terbuka dan melontarkan pertanyaan konyol itu. Namun, sedetik kemudian, dia langsung menyadarinya dan mengutuk dirinya. Sebegitu tidak inginnya dia Zura pergi. Ke manapun itu.“Dia ingin mencari angin.” Radesh yang menjawab karena Zura tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Gadis itu seperti tida

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • His Dangerous Secret   11. Nasi Padang.

    Zura merasakan jantungnya berdenyut lebih kencang mendengar bisikan Edric yang begitu persis di telinganya. Dia menegakkan kembali punggungnya dengan tempo yang wajar, karena Calvin masih menunggu jawaban atas pertanyaannya : 'Dia (Edric) bilang apa?'"Dia hanya mengigau dan dia sudah tertidur," jawab Zura. Berusaha membuat Calvin tidak khawatir. Kenyataannya memang Edric terlihat kembali tenang setelah bisikan terakhirnya.Sial. Dia tidur tenang, aku yang berdebar. Zura mengumpat dalam dirinya sendiri. Dibuangnya pandang ke arah jendela mobil. Debar-debar di dalam dadanya sekarang ini persis seperti debaran saat pertama kali Edric sering menggodanya di kantor dulu. Saat sang bos mulai menunjukkan perhatian lebih yang tidak pernah dia duga.Hufffff. Semakin sesak dadanya mengingat hal tersebut. Karena pikiran Zura sudah langsung melompat ke satu tahun setelahnya. Saat Edric tiba-tiba membuangnya karena sebuah perjodohan.Kedua mata Zura tidak dapat berboh

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20
  • His Dangerous Secret   12. Kenapa bisa?

    Meja berisi empat orang itu sejenak hening kala Edric baru saja membeberkan satu menu nasi padang secara rinci dengan sekali tarikan napas. Itu adalah menu kesukaan Zura yang baru saja ingin disebutkan Radesh juga. Alhasil Edric langsung sadar bahwa dia sudah melakukan sebuah kesalahan. Lagi. "Wah, bagaimana Pak Edric bisa tau? Benar loh, Ibu Zura sangat suka dengan menu yang Pak Edric barusan jabarkan." Kedua mata Radesh membesar bersamaan dengan senyum yang merekah di wajahnya. Menutupi kecurigaan yang sebenarnya semakin besar melihat terlalu banyak kejanggalan di sini. Apakah Zura dan Edric memang mempunyai masa lalu? Kalau iya, bukankah itu sangat kebetulan ketika mereka kembali bertemu di Dubai sebagai partner bisnis? Sebuah kebetulan yang hanya akan terjadi satu di antara seribu kisah cinta. "Ah ...." Edric menggaruk lehernya yang tidak gatal. Mampus lah. Sekarang harus bilang apa coba? Apalagi gadis di hadapannya itu kini melihatnya dengan tatapan data

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23

Bab terbaru

  • His Dangerous Secret   102. Happy ending (Tamat)

    Pernikahan Edric dan Zura adalah salah satu perhelatan akbar di kalangan para pebisnis di tahun ini. Resepsi mereka sampai diliput oleh banyak awak media baik dari tv swasta maupun tv milik pemerintah. Kisruh yang terjadi antara keluarga Edric dan Zura, yang sempat mencuat di hadapan publik membuat hadirin bertanya-tanya bagaimana semuanya bisa berakhir di pelaminan seperti ini. Dan tentu saja tidak ada yang perlu dijelaskan karena tidak semua orang perlu mengetahui apa yang terjadi di antara Edric dan juga Zura.Acara resepsi berlangsung cukup lama. Semua orang berbahagia, terutama keluarga Louis dan juga Ellordi. Acara ini juga bagaikan sebuah reuni untuk semua rekan-rekan bisnis Chris, Dominic dan juga Brandon. Chalondra dan juga Janice tak kalah heboh dengan istri-istri pejabat yang mereka kenal. Embun tak kalah menjadi sorotan. Sejak acara pemberkatan hingga resepsi, dia selalu berada di antara kedua orang tuanya. Bahkan Edric ikut memasangkan cicin kecil di jari manis Embun set

  • His Dangerous Secret   101. Menjelang pernikahan.

    Satu bulan berlalu dengan begitu cepat. Heidy sibuk bukan main. Tiada hari tanpa pergi ke sana-sini. Bukan hanya Heidy, keluarga calon pengantin juga tidak kalah sibuk. Sibuk jahit baju untuk seragam di hari H nanti. Satu minggu terakhir, undangan sudah ready dan siap untuk dibagikan. Semua orang berpencar untuk mengantar semampunya. Entah kenapa, semakin tinggi status sosial kalian, semakin kurang pantas jika mengundang hanya lewat panggilan telepon. Dominic dan Chalondra berkeliling ke rumah-rumah maupun ke kantor-kantor rekan bisnis Inti Global. Berbagi dengan Zac dan Zoey. Sedangkan Edric dan Zura, menyebarkan undangan ke teman-teman sejawat yang masih stay di Jakarta.“Oh My God. Ternyata ngurus nikahan akan sampai secapek ini.” Zac bergumam setelah mereka masuk ke dalam mobil lagi. Keduanya baru saja mengantar undangan untuk salah seorang investor. “Padahal bukan nikahan sendiri. Gimana kalau nikahan sendiri?” timpal Zoey.“Hm-m. Udah siap belum?”“Udah.” Zoey menjawab dengan

  • His Dangerous Secret   100. Bertemu Wedding Organizer.

    Dominic dan Chalondra menyambut rencana baik Edric untuk segera menikah dengan Zura. Memang itulah yang harus mereka lakukan sekarang. Apalagi sudah tidak ada alasan untuk menunda. “Kalau bisa secepatnya aja, Ed. Setelah itu kalian tinggal di sini.” Chalondra memberi saran. Mereka sedang sarapan pagi seperti biasa.“Kenapa harus tinggal di sini?” Edric langsung fokus pada ucapan Cha yang terakhir.“Memangnya kamu mau ninggalin mama, Ed?”Edric langsung tidak bisa berkata-kata. Diliriknya Zura yang menikmati sup ikannya dalam diam.“Percaya deh, mama bukan ibu-ibu resek yang bakal ngatur ini itu. Cukup mama atur papa kalian aja. Nggak usah takut kalau kalian tinggal di sini, kalian akan kehilangan privasi. Rumah ini terlalu besar untuk kita-kita saja. Lagian, mama sudah nyaman ada Embun di rumah. Kalau kalian pindah, rumah bakal balik sepi lagi.” Selera makan Cha sepertinya langsung hilang hanya membayangkan Embun akan meninggalkan rumah.“Udah, jangan bikin anak-anak mikir dulu, Cha.

  • His Dangerous Secret   99. Hon-Babe.

    Zura kembali ke kamar dan mendapati kedua belahan jiwanya sedang bermain di dalam kamar. Dominic dan Chalondra sudah menyerah untuk memisahkan mereka bertiga, karena pada akhirnya Edric akan selalu berakhir di kamar tamu, dimana Zoey dan Embun berada. Pagi harinya mereka tetap bergelung di dalam selimut layakya pasangan suami istri. “Sayang? Kamu dari mana?” Edric langsung menyadari kedatangannya.“Dari kamar kak Zoey.” Zura ikut naik ke atas kasur. Embun langsung melompat ingin memeluknya.“Anak mama belum tidur? Tadi katanya mau tidur sama papa?” tanya Zura dengan nada penuh kelembutan. Oh iya, sejak peristiwa itu, mereka melatih Embun untuk memanggil Edric dengan sebutan papa. Bukan om lagi. Dan sepertinya Embun sudah terbiasa sekarang. Bagaimana tidak? Edric memberinya pengertian dengan cara yang aneh bin ajaib.‘Pokoknya papa itu adalah laki-laki yang tidur dengan mama’. Simple dan Embun langsung mengerti, karena memang yang dia perhatikan setiap malam adalah mamanya tidur denga

  • His Dangerous Secret   98. Rencana surprise.

    Malam berlalu, Edric sama sekali tidak bisa tidur. Dia menjaga Embun yang sedang terlelap dan juga menunggu Zura terjaga. Yang lain jadinya memilih tidur di kamar ini juga. Ada yang tidur di sofa, ada yang menambah bed. Setelah percakapan mendalam tentang status Zoey, semuanya merasa lega karena ‘kembaran’ Zac itu sama sekali tidak berniat untuk meninggalkan rumah. Juga banyak air mata yang berjatuhan karena rasa haru setelah semuanya terungkap. Kini semua orang tidur dengan pulas. Kini masalah yang tersisa adalah Morgan dan Radesh. Mereka akan memikirkannya setelah kembali ke kota besok.Zura Taniskha Wijaya … wanita yang selalu ada dalam hati Edric. Dulu, sekarang dan sampai mereka menua nanti. Tak sekalipun Edric merasa cintanya luntur. Bahkan saat mereka terpisah selama empat tahun lamanya, atau saat Edric tau Zura akan mengkhianatinya, dia tetap mencintai wanita ini. Edric tau Zura adalah wanita sederhana dengan hati yang lembut, yang tidak mungkin bisa membencinya. Kini mereka

  • His Dangerous Secret   97. Tangis rindu Embun.

    Ruang operasi terbuka dan sejumlah perawat mendorong hospital bad keluar. Edric, Zac dan Zoey langsung menghampiri dengan setengah berlari. Terutama Edric, langsung mengambil posisi di sisi kasur Zura karena ingin melihat wajah sang wanita itu. Pucat, jelas. Dan Zura masih dalam pengaruh obat bius. Dia masih belum siuman. Edric sangat tau itu karena dia pun mengalaminya kemarin lusa.“Gimana hasilnya, Dok?” Dia bertanya kepada Dokter sambil berjalan.“Operasi berjalan dengan baik, Pak. Mari ikut saya ke ruangan sebentar.”Edric mengangguk. Kemudian memberi kode kepada Zac dan Zoey agar mengikuti perawat sampai ke kemar Zura. Edric sudah memesan kamar persis di sebelah ruangan Embun. Hanya untuk malam ini saja, karena besok mereka akan pindah ke Cakrawala.Pembicaraan dengan dokter terbilang sebentar. Dua puluh menit setelahnya, Edric sudah kembali ke ruangan. Over all, operasi Zura berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala yang terlalu berarti. Setelah ini Zura akan siuman, setelah

  • His Dangerous Secret   96. Siblings.

    Setengah jam kemudian, Edric keluar dari kamar Embun, menuju ruang lantai dimana ruang operasi berada. Posisinya sudah digantikan dengan sang ayah yang tadi menyusul ke atas bersama Chris dan Amber yang baru saja datang. Zac dan Zoey masih menunggu dengan setia, dengan perasaan yang harap-harap cemas.."Jo, kau bisa ke atas kalau ingin istirahat. Biar kami berdua yang menunggu di sini." Edric menyarankan, melihat Zoey yang sepertinya sedikit mengantuk."Nggak kok, Kak. Aku masih sanggup."Edric dan Zac saling bertukar pandang. Akhirnya mereka sama-sama mengangguk. Pada akhirnya, ketiga kakak beradik itu duduk berjejer di kursi yang ada di sana."Jadi ... Zura adalah adikmu?" Edric berucap dengan hati-hati. Bertanya kepada Zoey yang duduk di tengah-tengah dia dan Zac."Hm. So funny. Sejak bertemu dengan dia, aku sama sekali tidak punya firasat apapun."Edric menyentuh jemari adiknya yang ada di atas paha perempuan itu dan meremasnya dengan pelan. "Tapi kau tetaplah adikku, saudara kem

  • His Dangerous Secret   95. Menunggu di RS.

    Zac dan Zoey kini duduk berdampingan di depan ruang operasi dimana Zura sedang ditangani oleh tim medis rumah sakit. Sedangkan Chalondra, dia menemani Embun yang juga sudah diperiksa oleh dokter dan diberi obat untuk menghilangkan efek obat tidur yang terdeteksi di dalam tubuhnya.Chalondra menggenggam tangan Embun yang kecil. Sudah dua puluh menit dia duduk di sana tanpa bergeser sedikitpun. Tanpa berpaling dari wajah Embun yang pucat. Hatinya teriris melihat sejak siang Embun hanya tidur karena dicekoki obat dengan dosis tinggi oleh kakeknya sendiri. Sungguh keterlaluan. Chalondra rasa-rasanya ingin mencabik wajah dan tubuh Morgan serta Radesh karena sudah mengotori raga anak kecil yang tidak berdosa seperti Embun.Tidak hanya itu, Chalondra juga merasakan kepedihan mengingat semua ini terjadi menimpa keluarga kecil puteranya, Edric. Sepasang anak muda yang hanya ingin mempersatukan cinta, namun harus mengalami banyak ujian seperti ini. Hingga nyaris meregang nyawa. Padahal niat Edr

  • His Dangerous Secret   94. Tulisan tangan?

    “Don’t cross your line, Chris. Aku tidak punya urusan denganmu.” Morgan memberi peringatan karena sepertinya Chris tidak main-main ingin membongkar semua rahasianya. Sial sekali! Dari mana Chris tau tentang semua ini?“Kau lupa sudah menghancurkan Eco Paper? Kau juga sedang cari masalah denganku, Morgan.” Chris tetap tenang meski Morgan memberinya ultimatum untuk tidak ikut campur. Morgan ini harus diberi pelajaran.Morgan menahan rahangnya kuat-kuat. Si tua bangka itu sepertinya tidak main-main. Morgan harus menarik ulur dulu. Dia jelas akan kalah kalau Chris sudah turun tangan. Dia dan Dominic adalah founder Eco Paper. Sudah pasti mereka akan membuat ini lebih ramai dari kemarin. Dia menarik napas kuat-kuat sambil tidak melepaskan sorot matanya dari Chris. “Mari kita pergi.” Dia memberi aba-aba kepada Radesh dan puluhan anak buahnya yang berdiri mengelilingi ruangan. Sepertinya, kali ini dia memang harus mundur. Tapi Dominic tentu saja tidak mengijinkannya. Langkah pertama Morgan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status