17.28
Matahari mulai tenggelam. Hari mulai gelap. Senja mulai menyelimuti seluruh langit, seiring Kak Ariana yang menyelimuti kedua bayinya, yang mulai mengarungi alam mimpi.
“Kak Ryan!” Panggil Dino, kemudian memberi isyarat khusus kepada Ryan sambil menunjukkan botol besar di tangannya.
“Wah! Kamu benar-benar membelinya, No. Love you, No!” Ujar Ryan setelah melihat botol di tangan Dino itu. Lalu segera mengambil dan memeluk botol itu.
Dino ikut senang, melihat Ryan yang tampak begitu gembira setelah menerima sebotol wine yang sudah dinanti-nantikannya.
“No, kamu hanya m
Barra mulai disibukkan kembali dengan jadwal syuting drama terbarunya. Dia hanya mampu berkomunikasi dengan Erin melalui telepon. Hari berganti hari. Sudah hampir sebulan, Barra dan Erin tidak berjumpa. Barra pun langsung mengajak Erin untuk bertemu saat jadwalnya kosong. Keduanya memutuskan untuk bertemu di sebuah kafe dengan outdoor yang terletak di pinggir sungai, sudut kota itu. Mereka memilih tempat itu karena lokasinya yang cukup jauh dari tengah kota. Berharap tidak akan ada yang mengenali sosok Barra di sana. Barra tiba terlebih dahulu di tempat itu. Lalu, tidak lama kemudian Erin pun tiba. Namun, dia tampaknya tidak datang sendiri. Erin datang dengan diboncengi oleh seorang pria, yang tidak familiar di mata Barra. Sesampainya Erin di depan Barra, Barra segera
Beberapa foto yang memperlihatkan Barra dengan seorang wanita, mulai tersebar di berbagai media. Berita itu seketika langsung menjadi perbincangan publik, hanya dalam waktu singkat. Berbagai spekulasi, rumor serta kontroversimulai muncul dan meramaikan berita mengenai Artis kenamaan itu. Pak Manajer dan para staf perusahaan mulai sibuk untuk menangani berita tersebut. Suasana perusahaan benar-benar tidak bisa tenang, setelah berita itu muncul. Ribuan undangan interview terus berdatangan ke perusahaan. Publik terus berusaha untuk meminta klarifikasi dari Idola Kesayangan Negeri itu. Hubungan percintaan selebriti memang selalu mampu membuat publik ramai. Banyak pihak yang selalu penasaran dan merasa harus tahu mengenai orang yang mampu menjadi pacar Artis tersebut. Bahkan terkadang beberapa pihak sering merasa bahwa dirinya berhak untuk menila
“Halo?” Tanya Erin kepada penelepon tak dikenal, yang terus meneleponnya sejak tadi. “Halo, Erin. Ini aku Barra.” Ujar penelepon itu. Erin yang saat itu masih berada di kantor, segera menyingkir dari rekan-rekan kerjanya. Erin bergegas pergi ke bagian rooftop kantor, yang saat itu kosong. Dia berusaha untuk bersikap tidak mencurigakan dan mengendalikan ekspresinya sedatar mungkin. “Halo, Bar…” Ujar Erin sambil mulai mengatur napasnya, karena ketegangan tadi. “Mengapa tarikan napasmu terdengar berat? Apa yang terjadi?” Tanya Barra yang mulai khawatir. “Ah ini… Aku masih di kantor sekarang. Aku takut, aku tiba-tiba mengucapkan namamu saa
“Barra, kamu benar-benar masih belum mau memberitahuku siapa perempuan itu? Perempuan di foto itu... gadis yang sama dengan yang kamu cium waktu itu, bukan?” Tanya Kak Rio kepada Barra, yang baru saja bertemu dengan gadis yang sedang di cari-cari oleh media saat ini. “Em. Dia gadis yang sama dengan yang aku ceritakan kepada Kakak waktu itu.” Jawab Barra segera. “Ya, maaf, aku belum bisa memperkenalkannya kepada Kak Rio. Hmm bahkan mungkin… aku memang tidak akan bisa, memperkenalkan gadis itu sebagai kekasihku kepada Kakak.” Lanjut Barra. “Hah? Apa maksudmu? Kau bertengkar dengannya saat bertemu tadi?” Tanya Kak Rio, yang mulai curiga. “Em, kita sepertinya memiliki cara pandang yang berbeda mengenai status hubungan kita. Dia masih belum siap untuk menjadikan status hu
“Hmm apa perkataanku kemarin itu salah? Apa aku terlalu keras dengannya kemarin? Apa dia baik-baik saja sekarang? Ahh Bagaimana ini!? Apa aku yang harus minta maaf kepadanya terlebih dahulu? Ahh! Tapi, dia juga salah kemarin. Dia duluan yang bersikap egois, memaksakan keinginannya kepadaku. Padahal, aku sudah memberitahunya sejak awal bahwa aku tidak ingin terburu-buru. Pacaran itu bukan hanya persoalan saling menyukai. Tapi juga tentang adanya rasa membutuhkan satu sama lain yang membuat hubungan itu bertahan. Rasa membutuhkan itu, yang masih belum aku miliki hingga saat ini. Aku masih merasa bahwa aku masih bisa menjalani kehidupanku tanpa dirinya.” Ujar Erin dalam hatinya. “Apa!? Bagaimana bisa!? Ya ampun…Baiklah, Bibi segera menuju rumah sakit sekarang, ya.” Jawab Ibu pada panggilan di teleponnya dengan terlihat kaget dan khawatir. “Ada apa, Bu? Siapa yan
Hari ini adalah hari ulang tahun Bi Trisha dan seperti biasa, kita semua di undang untuk merayakannya. Namun, kali ini kami melihat sosok yang berbeda. Ternyata, Bi Trisha kedatangan sahabatnya di Korea. Sahabat Bi Trisha juga merupakan orang Indonesia. Dia menikah dengan orang berkebangsaan Korea dan tinggal di sana. Dia datang ke Indonesia bersama dengan anak perempuannya, yang seumuran dengan kami, bernama Suzy. Gadis itu terlihat cantik dengan paras wajah orang Korea dengan tubuh putih dan langsing. Suzy cukup pandai berbicara dalam bahasa Indonesia. Gadis itu juga terlihat pandai bergaul dan menyenangkan. “Semuanya! Perkenalkan, ini salah satu sahabat saya di Korea, namanya Lidya. Dia orang Indonesia yang menikah dengan orang Korea dan tinggal di sana.” Jelas Bi Trisha. “Halo semuanya! Salam kenal.” Ujar wanita itu.
17.55 “Bu, aku pamit ya besok mau ke luar kota.” Ucapku kepada Ibu, yang sedang menyiapkan masakan untuk makan malam. “Oh besok? Mendadak sekali?” Ujar Ibu. “Iya, program sekarang memang suka diberikannya mendadak.” “Hmm tapi kamu sudah menyiapkan semuanya untuk besok, bukan?” Tanya Ibu. “Em, aku sudah menyiapkannya barusan. Nanti malam akan aku cek lagi.” Jawabku. “Sendirian?” Tanya Ibu. “Ah tidak. Aku pergi bersama dengan Virgo.” Jawabku. “Virgo? Dengan anak itu lagi? Sepertinya hubungan kalian semakin dekat.” Ujar Ibu, yang mulai sadar bahwa aku dan Virgo sering menghabiskan waktu bersama.
Kondisi kesehatan Barra sudah benar-benar pulih, setelah peristiwa kecelakaan itu. Dia mulai kembali disibukkan dengan berbagai aktivitasnya di dunia hiburan. Namun, Kak Rio mulai menyadari bahwa sikap Barra tampak aneh akhir-akhir ini. Fisik Barra memang telah kembali sehat, tapi Kak Rio ragu dengan kesehatan mentalnya. “Bar, ada apa sebenarnya denganmu? Mengapa kamu sering terlihat melamun dan tidak fokus akhir-akhir ini? Apa ada masalah? Apa ada hal yang mau kamu ceritakan kepadaku?” Tanya Kak Rio, dengan ekspresi penuh kekhawatiran. “Hah? Ah tidak. Aku tidak apa-apa.” Jawab Barra. “Tidak apa-apa, bagaimana!? Di acara musik kemarin, di saat waktunya kamu mulai bernyanyi, kamu malah hanya terdiam membeku di panggung. Lalu, saat syuting tadi, di saat kamu seharusnya berpelukan dengan lawan mainmu, kamu malah men