Home / Romansa / Hey, Mama! / 15. Jalan-jalan

Share

15. Jalan-jalan

Author: dian_nurlaili
last update Last Updated: 2022-09-07 22:29:39

Intensitas pertemuan antara Ify dan Rio semakin meningkat. Entah bertiga dengan Atan, atau hanya berdua. Sekedar makan malam bersama atau seperti hari ini dimana Ify sudah berada di mobil Rio dengan tujuan ke salah satu tempat wisata di Surabaya.

Kebun Binatang Surabaya.

Atan merengek ingin berlibur bertiga. Meski berkali-kali diberi pengertian, tetapi balita itu sama sekali tak peduli. Hingga Ify pun mau tak mau harus memenuhi permintaan balita yang sudah mencuri hatinya itu.

Weekend memang waktu qtime yang cocok. Maka tak heran saat mereka sampai di kebun binatang sudah sangat ramai. Bahkan mereka hampir tidak mendapat tempat parkir saking ramainya.

Ify turun terlebih dahulu, membuka pintu belakang dan membantu Atan untuk keluar. Ify membawa tas kecil berisi susu dan air mineral untuk Atan. Berjaga-jaga kalau balita itu haus saat tengah bermain.

"Nggak ada yang ketinggalan?" tanya Rio begitu mereka bersiap masuk.

Ify menggeleng. Setelah membayar tiket masuk, mereka mulai menjelaja
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Hey, Mama!   16. Meeting

    Setiap satu bulan sekali, Jade Imperial selalu melakukan meeting internal. Seperti hari ini, mereka hanya membuka restoran selama setengah hari. Usai jam makan siang selesai, mereka menutup restoran. Usai beres-beres, semua karyawan mulai naik ke lantai dua, masuk ke dalam ruangan di sebelah ruangan manager yang memang diperuntukkan untuk meeting. Entah dengan klien, atau pun meeting internal antar karyawan. Ini adalah meeting pertama dengan manager baru. Ify berharap, meeting kali ini benar-benar berjalan sebagai mana mestinya. Tidak seperti saat Riko, dimana semua usul ditolak hingga Ify merasa tak ada gunanya mereka meeting."Semuanya sudah di sini?" tanya Bagas, selaku manager baru Jade Imperial. Usianya masih tergolong muda, tak jauh beda dengan Riko, tapi auranya jangan tanya. Berkali-kali lipat lebih berkharisma. Semua karyawan menaruh segan, apalagi Bagas bukan tipikal pemimpin yang banyak bicara, tetapi selalu serius dengan semua ucapannya. Tak terlalu menekan karyawan, tet

    Last Updated : 2022-09-10
  • Hey, Mama!   17. Pertemuan Tak Disengaja

    Ify dan Sivia turun dari gocar tepat di depan pintu utama Tunjungan Plaza. Cuaca masih sangat panas meski sudah pukul tiga sore. Tak ingin membuang waktu, keduanya dengan cepat masuk ke dalam mall dan menghela napas lega saat rasa sejuk merasuk kulit. "Mau beli apaan buat kado?" tanya Ify setelah beberapa saat mereka berjalan."Belum kepikiran juga, lo ada saran?""Baju? Tas?"Sivia menggeleng. "Udah terlalu banyak.""Make up?" Sivia kembali menggeleng. "Masih banyak juga."Ify menghela napas, keduanya berhenti sejenak di depan sebuah counter minuman."Beli minum dulu, gue haus."Keduanya membeli minum, lantas duduk sejenak di kursi, berpikir sejenak tentang barang yang ingin mereka beli, karena terlalu melelahkan jika terus berjalan tanpa tujuan di mall sebesar ini."Jadi, lo belum ada gambaran sama sekali tentang hadiah yang mau lo beli?""Sebenernya, udah sih! Tapi masih bingung.""Emang mau beli apa?""Cook set?" Sivia berkata setengah bertanya. "Akhir-akhir ini nyokap lagi hob

    Last Updated : 2022-09-14
  • Hey, Mama!   18. Dilabrak

    Duduk bersila di ranjang dengan ponsel yang ada di depannya, Ify berkali-kali menghela napas panjang. Tangannya dengan cepat mengambil ponsel saat terdengar bunyi notifikasi, lalu menghela napas kecewa setelah melihatnya. "Gue ngapain, sih?" rutuknya. Ify kemudian membaringkan diri, membiarkan ponselnya dalam keadaan terkunci di kaki ranjang. Matanya menerawang menatap langit-lagit, mencoba mendistrak pikiran yang sejak tadi gentayangan di otaknya.Sudah pukul sepuluh malam. Memang lebih baik dirinya tidur karena besok masih shift pagi.Ify memejamkan mata. Menghitung domba berharap ia segera tertidur seperti biasa, tapi sial sekali matanya tak bisa diajak bekerja sama. Ting!Mata Ify kembali terbuka lebar. Tubuhnya tanpa diperintah refleks bangkit dan mengambil ponsel, membuka kunci lalu melihat pesan masuk.P. Lintang Headchef : Ify, saya besok ijin cuti mendadak karena nenek saya meninggal. Saya sudah ijin cuti ke Pak Bagas dan diapprove. Tapi Bu Dea tidak bisa menggantikan po

    Last Updated : 2022-09-15
  • Hey, Mama!   19. Anger Bad Control

    Rio mengumpat pelan. Malam sudah sangat larut dan dia baru saja menyudahi acara makan malam. Rio pikir, undangan makan malam dari Menteri Perindustrian itu hanyalah makan malam biasa sebagai perayaan atas berhasilnya kerjasama di antara mereka. Rio tak pernah menyangka, jika tua bangka itu akan membawa putrinya. Rio tak bodoh, hal seperti ini seringkali ia alami. Banyak para pejabat yang menginginkan dirinya untuk putri mereka, terkadang menggunakan sedikit ancaman yang sayangnya tak mempan untuk Rio. Ia pantang melakukan sesuatu yang tak ia inginkan. Namun kehadiran Clara, putri dari Pak Heru benar-benar di luar rencananya. Awalnya, hanya ada dirinya dan Pak Heru di ruang privat salah satu restoran terkenal. Membahas tentang bisnis yang membuat Rio hampir lupa waktu. Saat bersiap untuk pamit, tiba-tiba saja seorang perempuan yang kemudian ia tahu adalah anak dari Pak Heru masuk ke dalam ruangan. Perasaan Rio semakin kacau saat Pak Heru justru pulang lebih dahulu dan menitipkan ana

    Last Updated : 2022-09-17
  • Hey, Mama!   20. Sekilas Memori

    Tangan Rio masih gemetar. Meski dokter sudah menjelaskan jika Ify hanya kelelahan dan kekurangan cairan, bahkan bisa sadar tak lama lagi, tapi rasa takut masih menjalar di hatinya. "Kamu pembawa sial, tau nggak?""Semua orang yang ada di dekatmu bakalan sial.""Anak sial, orangtua kamu mati gara-gara kamu.""Gara-gara kamu, anak saya mati. Harusnya saya tidak ijinkan anak saya menjalin hubungan sama kamu.""Pak Rio, bapak tidak apa-apa?" Rio terbangun dari lamunan dan menatap Sivia yang tengah melihatnya dengan raut khawatir."Saya tidak apa-apa," ucapnya mencoba untuk tak bergetar. Kedua tangannya mengepal erat di samping tubuh."Ify nggak akan kenapa-kenapa kok, Pak! Memang gitu anaknya sering lupa minum. Apalagi hari ini dia gantiin posisi Pak Lintang, jadi kecapean." jelas Sivia.Rio hanya mengangguk. Penjelasan Sivia sama sekali tak membantunya."Bapak pucet banget, apa nggak lebih baik bapak pulang buat istirahat? Kan nggak lucu kalau Ify siuman tapi gantian bapak yang pingsan

    Last Updated : 2022-09-20
  • Hey, Mama!   21. Gosip

    Sungguh, Ify sama sekali tak pernah mengira akan berada di posisi ini. Selama ini Jade Imperial tak menetapkan managerial layaknya restoran bintang lima. Dengan adanya dua tim untuk berganti shift, dua headchef dan empat chef utama, Jade Imperial berjalan dengan lancar. Meskipun sebagai chef mereka harus menguasai berbagai macam masakan. Mulai dari saucier, poissonnier, butcher, roast, vegetable, meat, cool-food, fry, pattisier, Ify dan Sivia dituntut untuk bisa menguasai itu semua. Beruntung untuk bagian Commis, Cook helper dan expediter ada sendiri, atau biasa mereka sebut sebagai 'asisten'.Senin pagi sebelum Jade Imperial buka, meeting dadakan membuat semua karyawan mengumpat. Lantaran mereka harus datang lebih pagi daripada biasanya. Termasuk Ify yang meskipun tinggal menyebrang, tapi karena tidurnya yang terlalu larut lantaran sleepcall dengan Rio membuatnya lumayan tergesa. Keluar dari kamar sambil menguncir rambut, menyaksikan sang adik yang sudah duduk manis dengan wajah cemb

    Last Updated : 2022-09-23
  • Hey, Mama!   22. Sebuah Pengakuan

    "Ada yang mengganggu pikiranmu?"Ify tersentak, lantas tersenyum dengan canggung melihat Rio dan Atan yang melihatnya dengan heran."Mama kenapa?" tanya Atan setelah menelan makanan yang ada di mulut. "Tidak, aku tidak apa-apa," jawab Ify dengan senyum lebar. Mencoba untuk mendistraksi pikirannya dengan makanan yang ada di depannya.Tidak! Ify sudah tidak memikirkan tentang gosip tempo hari yang menimpanya. Hanya saja, sudah satu minggu sejak kejadian ia pingsan, dan Rio belum juga menjelaskan apa yang dulu ingin ia jelaskan. Bertanya sekarang pun bukan waktu yang pas, perbincangan mereka tidak seharusnya didengar oleh Atan. Bocah lucu itu sedang menikmati makanannya dengan bahagia. Mulutnya belepotan penuh saus katsu. "Atan makannya pelan-pelan, sayang!" Ify terkekeh sembari mencabut tisu dan mengusap sekitar mulut Atan. Atan nyengir. "Habisnya enak sih, Ma! Kalau aku bisa makan bekal buatan mama tiap hari pasti enak.""Atan mau dibikinin bekal?"Atan mengangguk dengan semangat."

    Last Updated : 2022-09-24
  • Hey, Mama!   23. Langkah Besar

    "Untuk hadiah utama kasih aja liburan gratis satu minggu ke luar negeri."Gabriel melongo. Ia sama sekali tak mengerti dengan sikap bos besarnya akhir-akhir ini. Sebelumnya, ia tak terlibat sejauh ini untuk acara kecil yang ia adakan sebagai acara rutin Bfood. Ada banyak cabang perusahaan yang pastinya membuat laki-laki itu sibuk, sehingga ia hanya perlu menyiapkan proposal dan kegiatan sepenuhnya dihandle oleh Bfood. Rio hanya akan menerima laporan pertanggungjawaban saat kegiatan selesai.Namun tahun ini, Rio juga ingin berpartisipasi sebagai juri.Sebuah langkah yang membuat para dewan direksi pun berkomentar jika Rio melakukan suatu hal yang tak perlu. Namun, apa yang bisa mereka lakukan? BIAN GROUP adalah kerajaan bisnis yang 60% saham dipegang oleh Rio. Jadi, mereka bisa apa? Keputusan mutlak ada di tangan Rio.'Nona, mohon tidak masuk dulu, Pak Rio sedang ada tamu''Aku nggak peduli, cepat minggir!'Perdebatan keras yang terdengar membuat meeting antara Gabriel dan Rio tertunda

    Last Updated : 2022-09-27

Latest chapter

  • Hey, Mama!   47. Extra Part 2

    "Bawa seperlunya saja, Sayang! Kita nanti bisa beli di sana," ucap Rio saat melihat sang istri yang kebingungan karena kopernya yang tidak muat."Apakah boleh?" tanya Ify polos yang membuat Rio terkekeh."Kamu masih belum terbiasa dengan dompet suamimu ini?"Ify mendengus, meski Rio sudah memberinya black card, terkadang Ify terus saja lupa. Kebiasaannya berhemat ternyata sangat susah dihilangkan. "Baiklah, aku akan menghabiskan seluruh uangmu nanti," ancam Ify yang diangguki dengan semangat oleh Rio."Habiskan Sayang! Memang sudah tugasmu menghabiskan uangku. Aku takut pihak bank nanti kewalahan menyimpan uangku.""Sombong sekali," cibir Ify yang membuat Rio gemas dan mencuri kecupan kecil di bibir sang istri."Tapi, Mas! Atan tidak apa-apa ditinggal?" Entah ini pertanyaan ke-berapa kali yang Rio dengar saat mereka akhirnya memutuskan untuk bulan madu selama satu bulan penuh dengan mengunjungi beberapa negara.Rio menutup koper lalu membimbing istrinya untuk duduk di ranjang."Sayang

  • Hey, Mama!   46. Extra Part 1

    "Taruh di sana, awas jangan sampai telurnya pecah!" "Sayurannya di sini."Ify terus memberikan pengarahan demi kenyamanan dapurnya. Agar ia bisa bergerak cepat, ia juga harus mengetahui letak bahan-bahannya dengan baik. Ify melihat lawan-lawannya yang juga melakukan hal yang sama. Sebagai yang terpilih mewakili Jade Imperial, Lintang memiliki harapan yang tinggi dan itu sedikit membuat gugup. Apalagi head chef-nya itu hadir di barisan para juri.Tangan Ify terasa agak gemetar karena gugup. Ini adalah kali pertama ia mengikuti acara kontes memasak. Tidak seperti saat ia mengikuti tes interview, kali ini semua orang akan melihat karena acaranya diliput secara exclusif oleh salah satu stasiun TV terkenal."Semangatt!! Kamu bisa!!" Sivia mengepalkan tangannya, memberi semangat kepada sang sahabat yang dibalas Ify dengan senyuman tipis. Apron sudah terpasang apik di tubuhnya. Ia kembali mengingat semua resep yang telah dihapalnya. Matanya memejam sembari berdoa agar ia bisa menyelesaika

  • Hey, Mama!   45. Epilog (21+)

    "Mas, bangun! Mas ....!" Ify terus menggoyang-goyangkan tubuh Rio, berharap suaminya itu terbangun. Pasalnya, Rio tengah merintih dalam tidurnya dengan air mata yang berderai."Sudah bangun suamimu, Fy?" "Belum, Ma! Mas Rio susah banget dibangunin. Nggak tahu mimpi apa sampai nangis kaya gini." Ify terus mengusap peluh dan air mata Rio. Sedikit khawatir karena Rio seperti sedang berada di dimensi mimpi yang sangat jauh sehingga sulit meraih kesadaran."Coba guyur pake air, Fy!" Zahra sudah datang dengan segayung air setelah sebelumnya masuk ke kamar mandi pengantin baru itu."Kasihan Mas Rio dong, Ma!""Ya terus gimana? Takutnya mimpinya terlalu jauh itu, Fy! Susah banget dibilangin jangan tidur menjelang maghrib juga, malah istrinya ditinggal sendirian," omel Zahra."Mas Rio kecapekan, Ma! Biar Ify usap aja siapa tahu Mas Rio bangun." Ify lantas mengambil alih gayung air dari tangan mertuanya, mencelupkan tangan lantas mengusapkan di wajah Rio. Dua kali usapan, kerjapan mata dari s

  • Hey, Mama!   44. Hari Bahagia (Ending)

    Gugup. Satu kata yang cukup menggambarkan bagaimana kacaunya Rio. Berkali-kali ia merapikan jas yang sudah rapi. Berjalan bolak-balik dari ranjang ke depan kaca karena takut penampilannya tidak memuaskan. Tangannya menggenggam tisu karena keringat dingin yang terus keluar. "Tenang Rio, tenang ... tarik napas ... buang ..." Rio terus menyugesti dirinya sendiri agar tak terlalu gugup. Suara pintu terbuka membuat Rio berjengit kaget. Ia menekan dadanya sendiri karena detak jantung yang semakin menggila seolah jantung itu bisa keluar dari dadanya dengan sendirinya."Mama ngangetin!" pekik Rio begitu mendapati entitas penyebab jantungnya semakin berdetak anomali."Padahal mama udah ketuk pintu, loh!" Zahra berjalan masuk perhalan. Menahan senyum melihat kegugupan sang anak yang terlihat sangat jelas."Gugup? Padahal bukan pertama kali loh!""Ish, Mama! Meskipun ini bukan pertama kali buat Rio, tapi sensasinya tetep aja bikin gugup, Ma!""Cih, cemen!" cibir Zahra yang membuat Rio melotot

  • Hey, Mama!   43. Resign

    Ify menghela napas panjang usai mendengar semua penjelasan Rio dan melihat rekaman CCTV. Memang terlihat jelas bagaimana Rio mencoba untuk menjaga jarak, tetapi perempuan itu mengambil kesempatan, dan entah kenapa momen itu tepat saat Ify tiba. Klasik, seperti momen-momen yang sering Ify baca di novel. Namun, itu juga alasan kenapa Ify mau mendengarkan penjelasan dari Rio. Ify hanya tak ingin menjadi orang yang menyesal karena kesalahpahaman."Sayang, jangan marah lagi ya! Aku minta maaf," Rio menatap Ify dengan pandangan memelas. Ify hanya mengangguk singkat. Meski tak lagi marah, tapi rasa kesal masih ada. Ingin rasanya ia menjambak rambut wanita itu hingga botak.Rio menghela napas melihat Ify yang setia dengan kebungkamannya. Harusnya ia memang mulai membuat peraturan tak tertulis kalau wanita itu kini dilarang datang ke kantornya."Aku harus apa biar kamu maafin aku?"Ify menoleh, mendapati Rio dengan ekspresi putus asa."Aku sudah maafin kamu, Mas! Lagian bukan salah Mas juga,

  • Hey, Mama!   42. Ujian

    "Ikut aku ke kantor aja gimana?" tawar Rio sebelum masuk ke mobil. "Mau ngapain, Mas? Jadwalku nanti masuk siang."Rio mencebik. "Kalau gitu nanti makan siang bareng ya?""Aku kan harus siap-siap ke restoran, Mas!""Sayaaang, nggak bisa apa bolos sehari gitu nemenin aku kerja?" Ify terkikik geli, Rio yang bertingkah clingy benar-benar sesuatu yang baru. Sisi yang cukup mengejutkan mengingat kesan pertama yang Ify lihat dari Rio adalah hot daddy."Ada ya, bos yang nyuruh karyawannya bolos?" "Ya lagian kamu sibuk banget, padahal di sini bosnya aku.""Kan aku ikut bantu ngurus persiapan pernikahan kita, Mas! Justru yang sibuk itu Mas Rio tau. Masa kita yang mau nikah tapi Mas Rio pasrah aja gitu nyerahin semuanya ke WO."Kali ini Rio menyengir dengan penuh rasa bersalah. "Maaf, sayang! Aku lagi ngebut kerjaan buat tiga bulan ke depan biar abis kita nikah, bisa honeymoon keliling dunia."Mendengar ucapan Rio, tak ayal dada Ify kembang kempis, perutnya terasa tergelitik mengundang sen

  • Hey, Mama!   41. Brother Feelings

    Mas Rio :Sayang, aku nanti agak telat nggak apa-apa ya? Masih ada sedikit pekerjaan mendesak :( Me :Nggak apa-apa, Mas!Lagian aku nanti juga mau belanja bentar di supermarketMas Rio : Belanjanya nggak pas kita pulang aja?Me :Nggak deh Mas! Takutnya nanti keburu capek, kita kan nggak tahu fitting-nya nanti sampai jam berapaMas Rio: Ya udah deh, hati-hati ya sayang!Belanja pake kartu yang aku kasih aja!Me :Iya Mas sayaang!Lagian aku cuma belanja dikit doang kok, Mas!Mas Rio: Pokoknya pake aja, Sayang! Aku nungguin notifikasi kartu yang kamu pake, nih!Me :Kamu aneh deh, Mas! Nggak takut apa kalau aku cuma mau porotin kamu doang?Mas Rio: Ngapain takut? Duitku banyak dan tugasmu buat habisinIfy tercengang tanpa bisa berkata melihat balasan terakhir dari Rio. Memang aneh orang kaya satu ini. Saat yang lain menyeleksi calonnya dengan ketat karena takut dimanfaatkan, Rio justru menyodorkan diri untuk diporoti. Jika sudah begini, maka Ify pun tak akan ragu lagi. Dengan se

  • Hey, Mama!   40. Satu Langkah

    "Pulang aja, ya! Aku lebih suka masakanmu."Ini adalah kelima kalinya Rio meminta untuk pulang. Ify hanya terdiam tanpa berniat merespon."Ify .... Sayaaang!" Rio merengek bak anak kecil, sama sekali tidak malu dengan Pak Aziz, sang supir yang tersenyum tipis melihat tingkah majikannya."Apa sih, Mas! Diem, kita hampir sampai!" Rio merengut. Menegakkan tubuhnya dengan tangan bersedekap dan memandang ke depan dengan penuh permusuhan. Bangunan hotel bintang lima itu seolah ingin ia musnahkan dalam sekali pandang."Nggak mau turun, Mas!"Ify tersenyum tipis melihat Rio yang merajuk. Sangat mirip dengan Atan. Sampai merek ke dalam hotel dan masuk ke restoran, Rio sama sekali tak berniat untuk mengubah ekspresi wajahnya yang penuh permusuhan. Semua orang yang menyapanya dengan ramah ia balas dengan pandangan dingin dan menusuk. Terutama saat melihat entitas seseorang yang kini tengah berjalan ke arah mereka dengan senyum lebarnya."Hai, Cantik! Aku udah siapin meja yang spesial buat ka

  • Hey, Mama!   39. Sampai Kapan?

    Keadaan hening di dalam lobi saat Agni, selaku mantan istri dari Rio berhasil diusir meski melibatkan satpam. Ify menghela napas sekali lagi saat Rio tak juga membuka suara."Mau sampai kapan kita kaya gini?" Ify membuka suara yang membuat Rio terlonjak kaget. Sedikit tergagap dan melihat Ify dengan sendu."Maaf," ucapnya lirih."Maaf kenapa?""Maaf karena aku selalu membuatmu dalam posisi yang sulit, aku juga selalu membuatmu berada dalam bahaya."Ify melangkahkan kakinya ke kursi yang memang tersedia di lobby dekat receptionist, duduk disana diikuti oleh Rio."Jadi itu alasan Mas Rio pergi?"Lidah Rio kelu, tak sanggup menatap Ify yang kini memusatkan perhatian padanya.Rio kembali membisu, Ify menghela napas tajam. Meskipun ada rasa tak tega melihat Rio yang sangat kacau, tapi Ify harus melakukannya. Agar Rio tak lagi mencoba kabur dan berani menghadapi ketakutannya."Itukah cara Mas untuk kabur dari tanggungjawab?" Lagi-lagi Rio tak membuka suara."Mau tahu cerita nggak, Mas? Ak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status