Home / Fantasi / Healer Kesayangan Sang Duke / Episode 24: Takdir Besar

Share

Episode 24: Takdir Besar

Author: Arta Pradjinta
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aku tahu kedudukanku wahai Dewa, tapi aku merasa dipermainkan atas ketidaktahuanku yang harus terbiasa dengan hidup dari Gadis Healer yang tidak bersalah ini," sahut Aricia berani.

"Lantas ... apa yang akan membuatmu sudi mengemban tugas ini, Wahai Anakku, Healer?" tanya seorang Wanita berambut hijau cerah.

[Dewi Penyembuhan, Panacea]

[Entitas kuat berusaha membuat kontak jiwa dengan Player?]

[ya/tidak]

Aricia menghela napas cukup panjang, ia tak menduga sosok Dewi hendak menjalin kontak jiwa dengannya. Semua ini pasti ada alasannya tersendiri. "Sejak awal kedatanganku pada dunia ini, Dewi Verdandy mendengar keluhanku atas ketidaktahuan ini sehingga untuk membalas budinya, aku akan mengikuti Dewi Verdandy," putus Aricia.

"Tapi kau menyangkalnya?" sahut Dewi Panacea.

Aricia mengangguk memang semula dia menyangkal perkataan Dewi Verdandy. "Aku hanya merasa tidak adil oleh kematian Aricia Sang Healer legendaris ini harus digantikan olehku," ucap Aricia.

Wanita berambut hijau itu mengula
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 25 : Lengah Memberi Celah

    "APA!" jerit Aricia sembari beranjak berdiri dengan cepat, alhasil ia terjatuh dari tempat tidur sehingga bokongnya langsung menemui kerasnya lantai. Aricia meringis nyeri usai kecerobohannya sendiri tapi Pria bertelanjang dada itu jauh lebih mengejutkannya.Duke Victor terbangun sembari mengucek kedua mata birunya. Ia menatap Aricia dengan mata kantuknya. "Kenapa kau di lantai?" tanya Duke."Dasar bodoh!" bentak Aricia dengan wajah merah padam sembari melempar bantal gulingnya pada Duke Victor.Duke kembali merebahkan tubuh kekarnya itu. "Tidak perlu cemas, kemarin kau tidur duluan jadi aku juga ketiduran di sampingmu, bukan hal yang besar." Duke berucap sembari memiringkan tubuhnya kemudian menatap Aricia yang masih duduk ria di lantai. "Atau jangan-jangan, kau memang mengharapkan sesuatu terjadi diantara kita?" goda Duke dengan tampang datarnya."Cih, dasar gila!" bentak Aricia sembari beranjak berdiri. Aricia segera keluar dari ruang kamar itu, ketika menyadarinya ternyata Aricia

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 26 : Perasaan Kecewa

    "Tak heran jika jasa para Healer sangat fantastis karena para Healer harus membayar pajak besar dengan upah yang sedikit, mengingat para penyembuh hebat hanya ada di Plumeria." Davis melirik Aricia dengan tatapan yang sulit diartikan itu. "Kenapa?" ketus Aricia heran. "Belakangan ini aku juga sering melihat surat dari lambang kerajaan Plumeria, apa kau tahu soal itu?" tanya Davis. Aricia menggeleng meski Duke tidak pernah menceritakan prihal Ratu Clara padanya namun semua ini cukup aneh. Tak lama seorang Pria menawan mendekatinya dengan senyum lebarnya itu. "Aricia! Ya Tuhan apa kabarmu?" tanya Pria itu tak lain Ksatria Rever. Aricia tahu jika Ksatria ini selalu bersikap seolah-olah dia mengenal baik Aricia, masalahnya ingatan Healer Legendaris Aricia tidak membekas di Aricia alias Aricia Ahinsa dari dunia masa berbeda ini. “Kau mengenalnya?” tanya Davis berbisik. Aricia tersenyum canggung. “Tidak, tapi dia mengaku sahabat kecilku,” jawab Aricia tak kalah berbisik. Davis mengang

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 27 : Lautan Biru & Hamparan Pasir

    “Kalau begitu apakah aku bisa membantu Istrimu? Aku seorang Healer,” ucap Aricia menerkanya. Pria tua itu tersenyum haru. “Bagaimana Anda bisa tahu jika istriku sedang sakit keras?” Pria tua itu amat bahagia mendengar tawaran Aricia. “Healer merupakan orang yang sangat langka di Helian, biayanya mahal dan kami tak mampu membayarmu, Anak Muda.” Aricia menggeleng. “Ayo, bawa aku ke sana,” ucap Aricia. Kota Nariha, kota pesisir pantai yang hangat. Aricia tidak menyadari jika sepanjang perjalanannya menuju kediaman Kakek Tua itu jadi perjalanan yang ia sukai. Aricia jatuh cinta dengan lautan biru, pasir putih yang lembut dan desiran ombak yang merdu. Kereta kuda pengakut ini sampai pada jalanan luas yang kiri dan kanannya hanya hamparan tanaman gandum yang menguning. "Cantik sekali, kota ini," puji Aricia terpana melihat bangunan rumah yang dikelilingi tumbuhan bunga pada setiap rumah penduduk.Kakek Tua itu menghentikan kudanya. "Kita sampai di pinggir Kota Nariha, Nak." Kakek Tua it

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 28 : Penyakit Mimpi

    "Oh iya, benar juga, apa yang kau lakukan di Nariha?" tanya Duke Victor."Semula hanya ingin pelarian tapi mendadak menemukan seseorang yang harus aku tolong, seorang Elf yang terkena penyakit dari Iblis," jawab Aricia.Duke melototkan kedua matanya, kini ia beralih memengangi kedua bahu kecil Aricia. "Aricia, itu bukan perkara yang bisa kau selesaikan dengan mudah," sergak Duke. "Duke Ashkings, siapakah dirimu sebenarnya?" celetuk Aricia. "Ini rakyatmu, dia bagian dari Helian juga, bukan?" kedua mata ruby Aricia menatap menyalang. Ia memang tidak tahu cara menolong Wanita itu namun Aricia mengerti akan keinginannya.Duke menurunkan kedua tangannya yang semula memengangi pundak Aricia. Dia menyisir rambut pirangnya ke belakang dengan tangan kanannya sendiri, sembari menatap Aricia yang tetap keras kepala dengan keinginannya. Duke menyeringai puas usai menyaksikan tatapan Aricia dan wajah keras kepalanya yang menurutnya itu menggemaskan.Tangan kanannya meraih dagu Aricia. "Baiklah,

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 29 : Perjalanan Tidak Sederhana

    "Dia seperti sedang koma, ada tanda kehidupan tapi tidak ada kesadaran, kondisi seperti ini bisa karena penyakit atau kecelakaan tapi sulit bagiku percaya ... luka seperti ini bisa membuatnya koma seperti ini?" celetuk Aricia sembari melirik bekas luka pada Zumra. "Pasti ada sesuatu yang lain," ucap Duke Victor menatap langsung kedua mata ruby milik Aricia yang berkilau. Aricia mendadak mendeham karena canggung dengan tatapan tajam Duke yang senantiasa memandanginya itu. Bagaimana aku bisa bekerja dipandangi seperti itu terus? batin Aricia berceloteh sendiri. Alih-alih menemukan cara membantu Istri Pria Tua itu, Aricia malah bergulat dengan isi kepalanya sendiri. "Apa kau kesulitan?" tanya Duke Victor menghampiri Aricia. Sejenak Aricia terdiam sembari mengguman tidak jelas namun tak lama ia menjentikkan kedua jarinya. "Aha! aku tahu, harus bertanya siapa?!" jerit Aricia senang. Aricia pun beranjak keluar dari kediaman itu dengan Duke yang senantiasa mengekorinya. Aricia memejamkan

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 30 : Mencari Mimpi

    “Kabar baik, Oh ho ... kau membawa kekasih kali ini, ayo masuk nona manis,” ucap Tabib tua pada Aricia.Victor tersenyum canggung. “Paman, dia seorang Healer,” ucap Victor pada pamannya ini.Tabib tua itu menurunkan kacamatanya yang sudah retak itu. Dia memperhatikan Aricia dari atas hingga bawah. “Jarang sekali, matamu merah dan rambutmu hitam.” Tabib Tua itu terperangah pada Aricia.“Benar, Tuan,” jawab Aricia. “Masuklah, kita berbincang di dalam saja Anak muda,” ajak Tabib tua mempersilahkan masuk.Aricia memperhatikan ruangan rumah yang sederhana ini. Tabib tua ini adalah tabib handal di istana, mengherankan jika dia hidup dengan penuh kesederhanaan seperti ini. "jadi kalian ada perlu apa denganku?" tanya Pria tua itu.Aricia dan Victor saling berpandangan. "Kami mau bertemu Morpheus." Aricia berucap sembari mengikutsertakan Victor yang bersamanya. Aricia melirik Victor yang kala itu hanya diam memandanginya dengan tatapan tajamnya."Siapa Gadis kecil ini? hendak bertemu Dewa se

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 31 : Bertemu Penguasa Mimpi

    "Aku salut jika Healer sepertimu rela membantu menyebuhkan seseorang dengan tulus," ucap Tabib. "Kenapa kau mau membantu Elf itu, wahai Healer Gracewill?" tanya Tabib.Aricia memang tidak punya alasan khusus, jika karena balas budi kebaikan Pria Tua itu karena sudah menumpanginya menuju Nariha, tentu bukanlah alasan yang tepat tapi karena Aricia tersentuh dengan cinta yang mereka miliki. "Seseorang menantimu selama bertahun-tahun, melalui musim demi musim dengan harapan jika kau akan membuka mata dari mimpi yang panjang, Nah Tabib, bisa kau bayangkan bagaimana rasa bahagia itu jika akhirnya kau mendapatkan harapan jadi kenyataan?" tanya Aricia dengan lembut. Aricia menepikan beberapa helaian rambutnya ke belakang telinga. "Cinta yang seperti itu ... semua orang akan menginginkannya." Duke baru tiba diambang pintu, langkahnya cukup pelan namun ia dapat mendengar suara Aricia yang berbincang dengan pamannya itu. Saat berada diambang pintu menuju ruangan, ia tertegun ketika mendengar

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 32 : Elf yang Menderita

    "Apakah kau dewa Morpheus?" tanya Aricia. "Ah itu ... haha, kau kenal Verdandy ternyata," jawab Wanita itu tertawa hambar.[Morpheus, Dewa Mimpi]Seketika panel menampaki identitas dari Sang Dewa, dugaan Aricia benar kemudian Aricia beranjak dari duduknya kemudian menyambar tangan kanan Wanita itu dan menggengamnya. "Aku membutuhkan bantuanmu," ucap Aricia. "Eh?" Wanita itu mengeryitkan dahinya dengan heran. Aricia menatap dengan penuh harapan pada kedua mata merahnya yang berbinar. Ia tak memerdulikan wajah Morpheus yang kala itu menatap degan bingung sampai pada akhirnya Morpheus pun menghela napas. Ia menyerah menatap kegigihan dari Aricia. "Baiklah namun kau harus menerka jawaban dari pertanyaanku," ucap Morpheus. Aricia tersenyum lebar atas keberhasilannya bertemu dengan Dewa Mimpi itu. "Katakan, aku akan berusaha menjawabnya." Aricia menyahut dengan semangat. "Mengalir dengan perlahan mengikuti inti bumi, menjadi sebuah kehidupan?" tanya Wanita itu. Aricia lama terdiam. P

Latest chapter

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 73 : True Ending

    "Sungguh? bagaimana diriku saat itu?" tanya Victor dengan santai."Anda ... salah satu cara keabadian dari Iblis yang gagal didapatkan," jawab Aricia. "Aricia kau tahu, aku benci dongeng ...," ucap Pria itu segera Aricia sela."Dan aku mencintaimu, di versi apa pun itu!" jerit Aricia sembari memundurkan langkahnya. Kedua matanya membelalak karena menatap hal yang tak dapat ia percayai, ia baru saja mengungkapkan perasaannya karena rasa rindu menghantui dirinya. Aricia terisak sendiri. "Aku menderita karena harus berpisah darimu meskipun semua ini karena kebodohanku," ucap Aricia. Aricia berlutut sembari terus terisak. "Meski kau menipuku, memakai wujud dan rupanya, berbicara dengan suaranya, tapi ... aku ....," ucap Aricia tertahan. Ia menyeka air matanya sendiri. "Kau tetap licik, menggunakan penderitaanku untuk menjebakku Iblis!" bentak Aricia. Wajah Aricia menanggah, ia menatap sosok Victor Katsh Braun yang sedang menyeringai tipis padanya. Bagaimana Aricia baru bisa menyadariny

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 72 : Gagal Abadi

    "Memangnya kenapa?" "Jika benar maka kau tak dapat luput dari hadapanku,""Ya, kenapa?""Demi membuktikan jika dongeng turun temurun itu benar maka jika Healer Gracewill bereinkarnasi maka keluarga Katsh Braun bertanggung jawab atas keselamatannya," "Tidak perlu,""Kalau begitu bagaimana jika kita menikah saja?""Apa katamu?!" kedua mata Aricia melotot sempurna. Sudahlah kembali pada hidup yang tak diinginkan tapi ia dijebak lagi untuk menikah dengan Victor lagi. Sejenak saat itu Aricia terdiam, dia pernah menolak Victor meski bertolak belakang dengan perasaannya. "Beri aku waktu untuk memikirkannya," ucap Aricia. Victor Katsh Braun mengangguk. Ia beranjak berdiri untuk pergi dari ruang perawatan ini. Pria itu sempat menatap Aricia sejenak. Samar-samar benaknya menampilkan kilas sosok wanita yang mirip dengan Aricia meski ia sendiri yakin belum pernah bertemu dengan Aricia. "Tuan Braun?" tanya Aricia menatap Pria yang melamun di hadapannya itu.Victor menggeleng. "Maaf, aku akan p

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 71: Kehidupan Tak Diinginkan

    "Aku mengenalmu, jauh sebelum kau bertemu denganku," ucap Aricia. Perasaannya bergemuruh tentu saja, sosok lelaki yang membuatnya cinta setengah mati dan juga membuat Aricia rela mengorbankan dirinya. Aricia sendiri meragukan arti perasaannya pada Victor tapi saat kehidupan itu ditinggalkan kemudian kembali, justru Victor kembali hadir pada sosok Pria ini.Victor Katsh Braun hanya memandangi Aricia dengan heran. Dia tak kenal Aricia sebelum Erika yang mengenalkan Gadis yang hendak bekerja sebagai perawat neneknya itu. "Jangan menatapku begitu, kau seperti orang patah hati padahal aku baru pertama kali bertemu denganmu," ucap Victor dengan nada dingin meskipun suaranya berat. "Lantas kenapa?!" sahut Aricia menginggikan suaranya. "Kenapa? apakah kau mau uang untuk membalas budi jasamu?" sahut Victor tak mau mengalah. Aricia malah menatap geram Victor. Di dunia yang ia kenal, Victor Frederick Ashkings memanglah pria yang arogan. Seharusnya ia terbiasa tapi ini dunia asalnya. Bagaimana

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 70 : Reset

    [Sistem akan melakukan reset pada protagonis]"Eh? apa maksudnya? apakah aku selesai?" tanya Aricia yang bergumam dalam kehampaan itu. Aricia terdiam mendapati dirinya di ruang hampa. Aricia menatap keheningan semua ini. Ia seorang diri kemudian beranjak berdiri. "Aku di mana?" Aricia bergumam seorang diri. Aricia menatap cahaya-cahaya yang berkilau ke sekitarnya kemudian berkumpul membentuk sosok seorang wanita yang bercahaya. Aricia bahkan tak bisa melihat jelas rupa wajahnya. "Siapa kau?" tanya Aricia."Aku selama ini membimbingmu," jawab Wanita itu.Kedua mata Aricia membulat sempurna. "Kaukah Sistem?" Aricia menunjuk Wanita itu. Sang Wanita hanya mengangguk pelan. Sekujur tubuhnya hanyalah cahaya, sampai ia mendekati Aricia kemudian menyentuh pipi kanannya. "Kau memilih Ending yang menyakitkan dirimu sendiri, Aricia." Sang Wanita berucap sembari membelai wajah Aricia. "Kalau begitu, apakah semua orang yang mengenalku sudah melupakanku?" tanya Aricia bernada sendu. Ia memikirkan

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 69 : Protagonis Utama Yang Mati

    "Kalian datang berdua?" Ratu Clara bertanya dengan nada angkuhnya. Ia duduk di singasana hitam, istana yang sudah suram dan banyak monster besar yang menjadi bawahannya. Sekejab mata, Plumeria yang putih sudah jadi gelap. Aricia berdiri di sebelah Victor, Duke yang seharusnya tak perlu bersikap sejauh ini. "Aku berniat mati sendiri, asal kau tahu." Aricia berceletuk sembari tersenyum kecil. "Katakan, bagaimana cara memulihkan semua kekacauan yang kau buat, bedebah!" bentak Aricia yang langsung merubah raut wajahnya.Ratu Clara tertawa terbahak-bahak. Ia menertawakan Aricia yang berani menantang mautnya sendiri. "Clara sudah tiada, aku baru saja melahap habis jiwanya seperti yang ia inginkan ... dia hanya mau kematianmu!" bentak Ratu Clara sembari menuruni singasananya. Aricia langsung waspada. "Victor, aku tak mau kau yang berkorban," tegas Aricia.Duke Victor tertegun mendengar ketangguhan Aricia. Seorang Wanita yang berdiri lebih dulu di depannya bagaikan ksatria yang tangguh. Sek

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 68 : Takdir Masa Depan

    "Tabib Agung ... Helian memberi sinyal meminta bantuan!" "Victor!" teriak Aricia panik. Ia mengabaikan deretan para bangsawan yang menatap Aricia. Saat itu Aricia merasakan jika tangannya digenggam oleh Tabib Agung Gilovich. Aricia langsung menoleh mendapati wajah cemas dari Pria Tua itu. "Guru, anggaplah aku manusia dari antah berantah ... yang telah siap mati," ucap Aricia tersenyum lembut. Tabib Agung Gilovich menggeleng. "Belati itu masih bisa menyegelnya tapi kekasihmu jadi kunci keabadiannya," sahut Pria itu."Aku tahu, aku tahu." Aricia menurunkan tangan Sang Tabib. "Aku tak akan mengambil takhta, aku tidak tahu apakah aku masih hidup usai berhadapan dengan Ratu kalian ... sebaliknya, carilah garis keturunan yang aku yakin masih ada," perintah Aricia dengan suara mengalun lembutnya. Aricia keluar dari Markas Penyembuh. Ia menghela napas, terasa penat karena semuanya tak kunjung usai. Aricia berhenti di depan gerbang Plumeria. Ia merasakan angin senja berhembus pelan membelai

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 67 : Pengorbanan

    "Apa yang sedang kau coba katakan?" tanya Aricia. "Berhenti membuatku penasaran.""Aku ... jantung seorang Naga Suci dapat membuat Iblis hidup abadi sekaligus mendapatkan tubuh manusianya," "Apa!" kedua mata Aricia membelalak. Ia mendadak melangkah mundur. Ternyata usaha kerasnya menghunus belati peninggalan Ellis Francielli sebuah kesia-siaan. "Rever tewas untuk harga yang sia-sia," ucap Aricia dengan suara yang bergetar. Penyesalan dan merasakan diri sendiri yang salah menjadi-jadi karena semua itu Aricia berlari keluar dari kediaman Ashkings. "Aricia!" teriak Duke Victor hendak menghentikannya tapi mengurungkan niatnya.Davis yang sejak tadi telah kembali hanya bisa menatap prihatin tuannya itu. "Sire ... alangkah lebih baiknya kita membiarkan Healer menenangkan dirinya, Ksatria Rever orang yang cukup dekat dengan Healer jadi wajar jika dia berduka," ucap Davis. Duke kembali duduk di kursi kayu kemudian menompang dahi dengan kedua tangannya sembari menunduk. "Seharusnya aku kata

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 66 : Tidak Seutuhnya Sirna

    Tiga hari seorang Aricia terbaring tak sadarkan diri. Pagi ketika matahari menaiki permukaan angkasa semesta sosok Aricia membuka kedua kelopak matanya. Ia terbangun dengan keadaan tubuh seutuhnya terasa nyeri. Gadis itu mengerang pelan sembari menduduki dirinya. Ia menyibak rambut hitam panjangnya."Seingatku rambutku itu masih pendek?" tanya Aricia seorang diri dengan suara serak paraunya. Tenggorokannya terasa sakit. "Aku haus, butuh air." Aricia berucap sembari beranjak berdiri. Tubuh rampingnya memakai gaun tidur dengan jubah yang menutupi kedua lengan polosnya. Aricia berjalan keluar dari kamarnya. Ia berada di kediaman Ashkings dengan tatapan heran. "Bukannya kediaman ini hancur oleh ulah Ratu Clara," ucap Aricia sendiri. Tak lama ia mendapati Duke tengah menyeduh teh. Aricia tersipu karena Pria itu yang biasanya berpakaian resmi dan formal kini menggunakan kemeja putih yang sebagian lengannya digulung hingga ke sikunya. "Duke ... aku," ucap Aricia tertahan."Oh, iya, selamat

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 65: Cinta yang Buta

    Ratu Clara tiba di istana dengan wajah masamnya. Seisi istana masih belum menyadari jika Sang Ratu sudah terpengaruh oleh iblis termasuk Ksatria Rever. Ratu tiba menatap Ksatrianya yang sibuk karena penyeranga diseluruh penjuru kota yang ada di Plumeria. Pria itu langsung mendatangi Ratu kemudian menggengam tangannya."Ya Tuhan, kemana saja Anda sedari tadi yang mulia?" tanya Ksatria Rever dengan cemas.Ratu Clara sudah buta mengenali segalanya. Selain perasaan benci yang teramat sangat dengan Aricia. "Apakah kau mencemaskanku?" tanya Ratu Clara.Pria itu mengangguk kemudian mendekap Sang Ratu. "Clar bagaimana bisa aku tidak mencemaskanmu sementara Sang Iblis di luar sana sudah mulai memporak-porandakan Plumeria?" Ksatria Rever berbalik melontarkan pertanyaan dengan senyuman hangatnya. "Apa yang sudah kau lakukan?" celetuk Ratu Clara sembari menepis tangan Ksatria Rever. Ia mengamuk tanpa sebab sembari mengayunkan kedua tangannya yang telah berupa cakaran tajam. Ratu Clara yang kehil

DMCA.com Protection Status