Alex menoleh dengan gerakan cepat ke arah sumber suara. Bak robot yang kehabisan baterainya, ia mematung tak memberikan respon ketika melihat Alea berdiri di ambang pintu ruang kerjanya.“Aku dengar keributan sejak tadi, ada apa?” tanya Alea melangkah semakin masuk ke dalam ruangan bergaya minimalis itu. Raut wajahnya terlihat khawatir. Apalagi sebelumnya ia mendengar suara Alex yang menggelegar hingga ke luar ruangan ketika membentak dua bawahannya.“Apa yang kamu lakukan di sini?” Alex balik bertanya. Nada bicaranya sedingin es di kutub utara. Pria itu pun terlihat tak tertarik dengan kehadiran sang istri di ruangannya.“Aku membawakan makan siang, pasti kamu belum makan. Tapi, tadi aku dengar kamu marah-marah. Apa ada masalah?”Habislah sudah riwayat Alex. apakah Alea telah mendengar semua hal yang ia ucapkan tentang Dea? Jika iya, mengapa istrinya justru bersikap tenang seolah ia tak mengetahui apapun?Batin Alex bertanya-tanya.Alex membiarkan Alea menempati posisi kosong di sebe
Dea terus mendesah. Sedangkan Alex tetap melancarkan aksinya lebih brutal. Ia melucuti satu per satu kain yang menempel di tubuh wanita itu. Dea terus memohon agar Alex melepaskan dan membiarkan dirinya pergi. Namun Alex seolah pua-pura tuli.“Lex, aku mohon jangan lakukan itu.”“Kenapa? Dengar Dea, aku terlalu mencintaimu namun kamu tak pernah melihat usahaku untuk mendapatkan hatimu. Bahkan kamu cenderung mengabaikan perasaanku tanpa alasan. Jadi, biarkan saat ini aku menunjukkan betapa besar cintaku padamu,” jawab Alex disertai seringaian licik yang membuat sekujur tubuh Dea merinding.Belum sempat Dea menyahut ucapan Alex, pria itu sudah membungkam mulut wanita pujaannya dengan pagutan lembut yang Alex berikan. Dea melenguh nikmat sekaligus merutuki perbuatan Alex yang semena-mena.Alex tak peduli lagi dengan apa yang akan Dea katakan. Lima tahun bukan waktu yang sebentar untuk memperjuangkan cinta pada seseorang dan Alex bukanlah pria yang memiliki tingkat kesabaran yang tinggi.
Pukul satu dini hari, Alex baru memasuki kamarnya dengan langkah gontai. Tubuhnya berjalan sempoyongan efek dari alkohol yang masih bersarang di tubuhnya.“Kamu pasti menjadi milikku, Dea,” gumam Alex tak jelas.Ketika ia hendak melangkah ke kamar mandi dengan sisa-sisa kesadarannya yang tinggal setengah, kepalanya menoleh ke arah tempat tidur pribadinya.Disana, Alea terbarung pulas menikmati malam seolah ia tak terbebani oleh apapun. Wajah cantiknya.“Dia lagi. Apa yang ada di pikiranku waktu itu hingga memutuskan menikahinya. Kini aku terjebak dalam rumah tangga yang tak aku inginkan sama sekali,” gerutu Alex lagi sambil melanjutkan langkahnya.“Emmhh..”Deg!Langkah Alex tiba-tiba terhenti ketika mendengar sebuah lenguhan yang keluar dari mulut Alea. Ia menoleh ke arah wanita itu. Alea membalikkan posisinya kini wanita itu memunggungi Alex.Dres satin mengkilap yang hanya sebatas paha itu tersingkap sempurna. Menampakkan bokong sintal milik istrinya yang terlihat menggoda.Untuk b
Suara berat milik Alex di telinga Alea terdengar begitu menggoda. Alex telah dilahap oleh gairahnya sendiri sehingga ia tak peduli lagi siapa wanita di hadapannya sekarang. Dalam satu kali tarikan, Alea telah jatuh ke dalam pelukan pria itu. Degup jantungnya yang berdetak tak karuan, membuat deru napasnya cepat dan naik turun.Alex tahu istrinya gugup, tetapi, dialah yang memulai semuanya.“Saat kamu mulai menggodaku, kamu harus menyelesaikannya,” ucap Alex lagi.Sedangkan Alea, mati-matiab dia bertekad untuk mempertahankan dinding kokoh yang ia bangun susah payah. Berusaha tak terintimidasi oleh godaan Alex karena sejujurnya, ia hanya menggoda pria itu tadi. Dengan bibir bergetar, tiba-tiba Alea mengucapkan sepatah kalimat yang langsung membuat Alex mati kutu.“Aku akan menyelesaikannya, tapi tolong jawab pertanyaanku dengan jujur. Wanita yang kamu sebut namanya ketika bersama Reza waktu itu siapa, mas?”Deg!“Apakah dia cinta pertamamu?”Jeder!Dua pertanyaan Alea bagaikan petir di
Dua cangkir kopi panas yang asapnya masih mengepul menjadi saksi kediaman Alex sejak setengah jam lalu. Pria itu bergeming dengan sekelumit pikiran yang kini memenuhi kepalanya.Di depannya, Reza menatap bingung pada sang sang sahabat yang mode diamnya sedang aktif-aktifnya. Membiarkan Alex sibuk dengan dunianya sendiri namun tetap memastikan kediamannya tak menimbulkan curiga.Selama itu pula Reza memperhatikan gelagat aneh yang ditunjukkan oleh Alex.“Mau sampai kapan lo melamun? Kalau masih lama lebih baik gue pulang dulu. Nanti kalau lo sudah selesai gue balik lagi,” cibir Reza.Tepat setelah kalimat itu berakhir, separuh kesadaran Alex mulai pulih. Ia menatap nanar pada Reza yang kini menetapnya dengan pandangan penuh tanya.“Sampai kapan di Sydney?” Alex bertanya tiba-tiba. Mengabaikan cibiran Reza sebelumnya.Berita kepergian Dea cukup mengguncang mental Alex saat ini. Ia tidak menyangka Dea memilih jalan instan untuk menjauhinya. Berdalih pekerjaan, wanita itu bertandang ke ne
"Mas Alex, minum dulu, mas," pekik Alea kaget melihat refleks sang suami.Napas Alex tercekat seolah nyawanya berada di ujung tenggorokan. Terlalu kaget dengan akan pertanyaan mamanya barusan. Alex mengulurkan tangannya menerima segelas air putih dan meminumnya hingga tandas."Terima kasih," ucap Alex dengan nada dingin. Alea menurut, ia menarik dirinya kembali ke tempat duduk. Gestur sepasang suami istri itu tak luput dari perhatian Mila sebagai orang yang paling dituakan di sana. Secercah perasaan curiga muncul dalam benak wanita dengan kacamata berbingkai emas itu."Baru ditanya masalah malam pertama, kagetnya sampai begitu, Lex. Apalagi kalau mama tanya masalah cucu. Coba, bagaimana perkembangan calon anak kalian?" Seolah tak peduli dengan respon yang ditunjukkan anaknya tadi, Mila kembali melayangkan sebuah pertanyaan yang langsung membuat tubuh Alex menegang.Ya, Alex tidak pernah mengetahui secara pasti tentang perkembangan janin di dalam kandungan Alea. Semua fokusnya hanya te
“Jadi, apakah kamu mau mengambil tawaranku untuk kedua kali?” Pertanyaan Alex dilontarkan dengan penuh percaya diri sekaligus mampu mengintimidasi Dea yang mematung di hadapannya.Wanita itu melemparkan pandangan penuh kebencian. Lagi-lagi otaknya memutar ulang kejadian empat tahun lalu dimana Dea bertekuk lutut dan mengikuti permainan Alex demi peningkatan karirnya di industri hiburan.Alex yakin wanita pujaannya ini tak akan memiliki pilihan lain selain mengikuti kkemauannya. Seharusnya Dea lah yang tahu diri dalam situasi saat ini.“Kalau kamu menolak, aku akan menyebarkan semua rahasiamu selama ini. Termasuk rahasia tentang kita,” ucap Alex mengulang kembali kalimatnya empat tahun lalu.“Kamu gila, Lex. Semua cara kamu lakukan demi mendapatkanku. Kamu sudah dikuasai oleh ambisimu sendiri.” Dea berkelakar. Kedua tangannya terkepal erat menahan emosi. Hal itu tak lepas dari pandangan Alex yang memindai tatapan dari ujung kaki hingga ujung kepala.“Ya, aku gila karenamu. Aku rela mel
‘Mas, kamu mau kemana? Bukannya kamu mau temani aku cek kandungan?” ucap Alea dari arah dapur ketika melihat Alex yang menuruni anak tangga dengan langkah terburu-buru. Tubuh tegapnya sudah sudah dibalut kemeja dan jas formal. Sedangkan sebelah tangannya menjinjing tas tangan pria dengan merek terkenal. Terlihat formal namun santai. “Batalkan jadwalmu hari ini. Aku ada urusan kantor mendadak,” balas Alex santai sambil mengancingkan pergelangan tangannya. Alex terkesan acuh dengan kehadiran Alea disana . Bahkan tak sedetikpun dirinya melirik sang istri yang termangu dalam suasana hati yang buruk. “Tapi, mas, kamu kan sudah janj—“ “Kamu dengar apa yang aku ucapkan tadi ‘kan Alea? Kalau kamu tidak bisa membatalkannya, kamu kan bisa pergi sendiri,” seloroh Alex dengan nada tinggi. Ekspresi yang sebelumnya hangat berubah menyeramkan seiringan dengan emosi Alex yang tersulut. Setelah memastikan penampilannya sempurna, Alex berbalik menghadap sang istri. Di depannya, Alea berdiri dengan
Alex setia berdiri di balik pintu ruang model yang sengaja disiapkan khusus untuk Dea latihan berpose atau apapun yang berhubungan dengan profesi tercintanya. terdengar dua sejoli yang begitu akrab tengah berusaha saling meyakinkan satu sama lain."Dia pikir, dia bisa mengkhianatiku. Jangan salah, Dea. Aku bisa lebih keji dari iblis paling jahat di muka bumi ini. Ini semua aku lakukan karena aku mencintaimu," gumam Alex di balik tempat persembunyiannya.Belakangan Alex tahu skandal yang sedang terjalin diantara dalah satu kolega sekaligus komisaris agensi modeling tempat wanita pujaannya bernaung, setelah kejadian penyerangan yang menimpanya kemarin."Pak Alex, ada telepon dari Bu Alea."Suara Narco seketika merubah suasana menyenangkan yang tengah Alex selami menjadi suasana yang menjengkelkan ketika telinganya mendengar satu nama yang mengusik kenyamanannya. Alex mendengus kesal, melayangkan tatapan intimidasi atas kecerobohan sikap sang asisten karena telah menyebutkan satu-satinya
‘Mas, kamu mau kemana? Bukannya kamu mau temani aku cek kandungan?” ucap Alea dari arah dapur ketika melihat Alex yang menuruni anak tangga dengan langkah terburu-buru. Tubuh tegapnya sudah sudah dibalut kemeja dan jas formal. Sedangkan sebelah tangannya menjinjing tas tangan pria dengan merek terkenal. Terlihat formal namun santai. “Batalkan jadwalmu hari ini. Aku ada urusan kantor mendadak,” balas Alex santai sambil mengancingkan pergelangan tangannya. Alex terkesan acuh dengan kehadiran Alea disana . Bahkan tak sedetikpun dirinya melirik sang istri yang termangu dalam suasana hati yang buruk. “Tapi, mas, kamu kan sudah janj—“ “Kamu dengar apa yang aku ucapkan tadi ‘kan Alea? Kalau kamu tidak bisa membatalkannya, kamu kan bisa pergi sendiri,” seloroh Alex dengan nada tinggi. Ekspresi yang sebelumnya hangat berubah menyeramkan seiringan dengan emosi Alex yang tersulut. Setelah memastikan penampilannya sempurna, Alex berbalik menghadap sang istri. Di depannya, Alea berdiri dengan
“Jadi, apakah kamu mau mengambil tawaranku untuk kedua kali?” Pertanyaan Alex dilontarkan dengan penuh percaya diri sekaligus mampu mengintimidasi Dea yang mematung di hadapannya.Wanita itu melemparkan pandangan penuh kebencian. Lagi-lagi otaknya memutar ulang kejadian empat tahun lalu dimana Dea bertekuk lutut dan mengikuti permainan Alex demi peningkatan karirnya di industri hiburan.Alex yakin wanita pujaannya ini tak akan memiliki pilihan lain selain mengikuti kkemauannya. Seharusnya Dea lah yang tahu diri dalam situasi saat ini.“Kalau kamu menolak, aku akan menyebarkan semua rahasiamu selama ini. Termasuk rahasia tentang kita,” ucap Alex mengulang kembali kalimatnya empat tahun lalu.“Kamu gila, Lex. Semua cara kamu lakukan demi mendapatkanku. Kamu sudah dikuasai oleh ambisimu sendiri.” Dea berkelakar. Kedua tangannya terkepal erat menahan emosi. Hal itu tak lepas dari pandangan Alex yang memindai tatapan dari ujung kaki hingga ujung kepala.“Ya, aku gila karenamu. Aku rela mel
"Mas Alex, minum dulu, mas," pekik Alea kaget melihat refleks sang suami.Napas Alex tercekat seolah nyawanya berada di ujung tenggorokan. Terlalu kaget dengan akan pertanyaan mamanya barusan. Alex mengulurkan tangannya menerima segelas air putih dan meminumnya hingga tandas."Terima kasih," ucap Alex dengan nada dingin. Alea menurut, ia menarik dirinya kembali ke tempat duduk. Gestur sepasang suami istri itu tak luput dari perhatian Mila sebagai orang yang paling dituakan di sana. Secercah perasaan curiga muncul dalam benak wanita dengan kacamata berbingkai emas itu."Baru ditanya masalah malam pertama, kagetnya sampai begitu, Lex. Apalagi kalau mama tanya masalah cucu. Coba, bagaimana perkembangan calon anak kalian?" Seolah tak peduli dengan respon yang ditunjukkan anaknya tadi, Mila kembali melayangkan sebuah pertanyaan yang langsung membuat tubuh Alex menegang.Ya, Alex tidak pernah mengetahui secara pasti tentang perkembangan janin di dalam kandungan Alea. Semua fokusnya hanya te
Dua cangkir kopi panas yang asapnya masih mengepul menjadi saksi kediaman Alex sejak setengah jam lalu. Pria itu bergeming dengan sekelumit pikiran yang kini memenuhi kepalanya.Di depannya, Reza menatap bingung pada sang sang sahabat yang mode diamnya sedang aktif-aktifnya. Membiarkan Alex sibuk dengan dunianya sendiri namun tetap memastikan kediamannya tak menimbulkan curiga.Selama itu pula Reza memperhatikan gelagat aneh yang ditunjukkan oleh Alex.“Mau sampai kapan lo melamun? Kalau masih lama lebih baik gue pulang dulu. Nanti kalau lo sudah selesai gue balik lagi,” cibir Reza.Tepat setelah kalimat itu berakhir, separuh kesadaran Alex mulai pulih. Ia menatap nanar pada Reza yang kini menetapnya dengan pandangan penuh tanya.“Sampai kapan di Sydney?” Alex bertanya tiba-tiba. Mengabaikan cibiran Reza sebelumnya.Berita kepergian Dea cukup mengguncang mental Alex saat ini. Ia tidak menyangka Dea memilih jalan instan untuk menjauhinya. Berdalih pekerjaan, wanita itu bertandang ke ne
Suara berat milik Alex di telinga Alea terdengar begitu menggoda. Alex telah dilahap oleh gairahnya sendiri sehingga ia tak peduli lagi siapa wanita di hadapannya sekarang. Dalam satu kali tarikan, Alea telah jatuh ke dalam pelukan pria itu. Degup jantungnya yang berdetak tak karuan, membuat deru napasnya cepat dan naik turun.Alex tahu istrinya gugup, tetapi, dialah yang memulai semuanya.“Saat kamu mulai menggodaku, kamu harus menyelesaikannya,” ucap Alex lagi.Sedangkan Alea, mati-matiab dia bertekad untuk mempertahankan dinding kokoh yang ia bangun susah payah. Berusaha tak terintimidasi oleh godaan Alex karena sejujurnya, ia hanya menggoda pria itu tadi. Dengan bibir bergetar, tiba-tiba Alea mengucapkan sepatah kalimat yang langsung membuat Alex mati kutu.“Aku akan menyelesaikannya, tapi tolong jawab pertanyaanku dengan jujur. Wanita yang kamu sebut namanya ketika bersama Reza waktu itu siapa, mas?”Deg!“Apakah dia cinta pertamamu?”Jeder!Dua pertanyaan Alea bagaikan petir di
Pukul satu dini hari, Alex baru memasuki kamarnya dengan langkah gontai. Tubuhnya berjalan sempoyongan efek dari alkohol yang masih bersarang di tubuhnya.“Kamu pasti menjadi milikku, Dea,” gumam Alex tak jelas.Ketika ia hendak melangkah ke kamar mandi dengan sisa-sisa kesadarannya yang tinggal setengah, kepalanya menoleh ke arah tempat tidur pribadinya.Disana, Alea terbarung pulas menikmati malam seolah ia tak terbebani oleh apapun. Wajah cantiknya.“Dia lagi. Apa yang ada di pikiranku waktu itu hingga memutuskan menikahinya. Kini aku terjebak dalam rumah tangga yang tak aku inginkan sama sekali,” gerutu Alex lagi sambil melanjutkan langkahnya.“Emmhh..”Deg!Langkah Alex tiba-tiba terhenti ketika mendengar sebuah lenguhan yang keluar dari mulut Alea. Ia menoleh ke arah wanita itu. Alea membalikkan posisinya kini wanita itu memunggungi Alex.Dres satin mengkilap yang hanya sebatas paha itu tersingkap sempurna. Menampakkan bokong sintal milik istrinya yang terlihat menggoda.Untuk b
Dea terus mendesah. Sedangkan Alex tetap melancarkan aksinya lebih brutal. Ia melucuti satu per satu kain yang menempel di tubuh wanita itu. Dea terus memohon agar Alex melepaskan dan membiarkan dirinya pergi. Namun Alex seolah pua-pura tuli.“Lex, aku mohon jangan lakukan itu.”“Kenapa? Dengar Dea, aku terlalu mencintaimu namun kamu tak pernah melihat usahaku untuk mendapatkan hatimu. Bahkan kamu cenderung mengabaikan perasaanku tanpa alasan. Jadi, biarkan saat ini aku menunjukkan betapa besar cintaku padamu,” jawab Alex disertai seringaian licik yang membuat sekujur tubuh Dea merinding.Belum sempat Dea menyahut ucapan Alex, pria itu sudah membungkam mulut wanita pujaannya dengan pagutan lembut yang Alex berikan. Dea melenguh nikmat sekaligus merutuki perbuatan Alex yang semena-mena.Alex tak peduli lagi dengan apa yang akan Dea katakan. Lima tahun bukan waktu yang sebentar untuk memperjuangkan cinta pada seseorang dan Alex bukanlah pria yang memiliki tingkat kesabaran yang tinggi.
Alex menoleh dengan gerakan cepat ke arah sumber suara. Bak robot yang kehabisan baterainya, ia mematung tak memberikan respon ketika melihat Alea berdiri di ambang pintu ruang kerjanya.“Aku dengar keributan sejak tadi, ada apa?” tanya Alea melangkah semakin masuk ke dalam ruangan bergaya minimalis itu. Raut wajahnya terlihat khawatir. Apalagi sebelumnya ia mendengar suara Alex yang menggelegar hingga ke luar ruangan ketika membentak dua bawahannya.“Apa yang kamu lakukan di sini?” Alex balik bertanya. Nada bicaranya sedingin es di kutub utara. Pria itu pun terlihat tak tertarik dengan kehadiran sang istri di ruangannya.“Aku membawakan makan siang, pasti kamu belum makan. Tapi, tadi aku dengar kamu marah-marah. Apa ada masalah?”Habislah sudah riwayat Alex. apakah Alea telah mendengar semua hal yang ia ucapkan tentang Dea? Jika iya, mengapa istrinya justru bersikap tenang seolah ia tak mengetahui apapun?Batin Alex bertanya-tanya.Alex membiarkan Alea menempati posisi kosong di sebe