Saat ijab kabul telah dilafalkan dan beberapa tamu menyalami kedua mempelai yang tampak bahagia. Terlihat, wajah semeringah Bella yang terus menatap dan berbisik ke telinga Erlangga. “Er, rasanya seperti mimpi. Aku bahagia sekali. Terima kasih udah jadi suamiku,” ucap Bella lembut, bertutur kata layaknya pasangan suami istri dengan mengubah, bahasa gue jadi aku dan elo jadi kamu, walau masih agak kaku. “Ya, aku harap kita bersama-sama mampu memperbaiki diri dikedepannya dan melupakan semua yang sudah terjadi. Aku nggak mau mengungkit yang sudah lewat,” tegas ucap Erlangga yang berniat melupakan Elena dan semua yang dimilikinya. Disaat semua tamu undangan yang merupakan kerabat dekat, teman-teman dekat dan kolega dari Nata Atmaja dan Elizabeth menikmati hidangan yang telah disediakan, Erlangga dan Bella pun masuk ke dalam rumah mewah itu untuk makam dan berganti kostum pengantin yang lebih simpel. Tanpa sengaja, diruang tengah dekat kamar khusus yang diperuntukkan pengantin berganti
Tepat jam 4 sore, beberapa teman SMA dan beberapa teman SMP Erlangga dan Bella pun berdatangan. Susilo, Ajeng, Indra tak kecuali Jamila bersama Alexander yang mendapat perhatian besar dari teman-teman lainnya. Alexander begitu tenang dan bahagia saat menggandeng tangan Jamila dalam kondisi hamil delapan bulan mendekati sebuah meja yang telah berisi Indra, Ajeng dan Susilo dalam sebuah meja bundar yang bisa memuat delapan orang pada sebuah taman samping hingga ke belakang rumah yang disulap menjadi sebuah tempat mewah bersama dekorasi dan tenda indah besar nan megah. “Alex! Sini bareng kita...!” teriak Indra seraya melambaikan tangannya. Ajeng yang melihat Jamila digandeng Alexander sempat berceloteh dan tersenyum miring, karena ketidaktahuannya atas status Jamila yang telah menikah dengan seorang dosen sebelum bersama Alexander. “Ih...! Jijik banget gue satu meja sama Salome..,” ujar Ajeng dengan gaya sombongnya. “Husstt! Ngawur aja lo. Dia itu lakinya Dekan kampus tau! Elo mah
Saat jam menunjukkan pukul 9 malam, seluruh tamu undangan telah pulang ke rumah masing-masing. Begitu pula dengan para undangan, bahkan ke dua kakak lelaki Bella telah pula pulang ke apartemen masing-masing.Erlangga tengah merebahkan diri di sebuah ranjang pengantin. Lelaki tampan itu telah membersihkan diri dan menggunakan piamanya. Pandangan matanya tertuju pada langit-langit rumah dan pikirannya pun melayang jauh memikirkan Tiara, dan Herlambang yang sebenarnya hadir dalam acara pernikahannya, ketika ia mendengar selentingan kabar yang di dengar dari gosip di lingkungan kerabat Bella.Batinnya berkecamuk hingga ia pun berbisik dalam hatinya, ‘Apa tujuan keluarganya Bella mengusir orang tuaku? Bukankah aku juga udah sepakat untuk memulai dengan melupakan dan memaafkan semua yang udah jadi? Sebaiknya aku tanyakan kebenaran ini semua pada mereka.’Sementara suara gemercik air shower dari kamar mandi yang tak ditutup pintunya masih terdengar diikuti oleh nyanyian kecil dari Bella y
“Mami...!” panggil Erlangga saat masuk ke ruang tamu.“Er..., Maafkan Mami.., sayang.” Dipeluknya putra tunggalnya yang selama ini menjadi kekuatan atas hidupnya.“Er, selamat ya..., Maaf waktu itu kami nggak memberikan kamu izin,” ucap Herlambang.Walaupun sebenarnya, Herlambang sama sekali tidak tahu menahu perihal penolakan Tiara memberikan restu pada pernikahan Erlangga dan Bella, saat keluarga Bella ke rumah mereka. Semua itu diketahuinya, saat Tiara bercerita di rumah ketika mereka tidak diperbolehkan masuk ke rumah Bella.“Apa kabar Pak, Buu...,” sapa Nata Atmaja menyalami kedua orang tua Erlangga.“Baik Pak...,” sambut Herlambang. Tetapi, Tiara yang masih merasa kesal dengan kejadian pagi tadi hanya terdiam, memandang tajam ke arah Nata Atmaja yang sebenarnya sama sekali tidak mengetahui kejadian sebenarnya.“Ibu..., Bapak..., Silakan diminum...,” sapa Elizabeth yang keluar bersama seorang pembantu yang mengekor di belakangnya.“Apa ini aman?” tanya Tiara memandang ke a
Sekitar pukul 6 pagi, seperti biasa Elena bangun dan ikut masak untuk sarapan pagi. Saat itu pelayan bagian dapur yang biasa menyiapkan masakan di pagi itu tengah sibuk membuat nasi goreng seafood kesukaan Erlangga dan keluarga itu.Elena yang melihat, Suti pelayan bagian dapur menyiapkan hidangan nasi goreng seafood yang cukup banyak pun menegurnya.“Mbak Suti, masaknya banyak banget? Nanti dimarah Nyonya Tiara kalau sampai kebanyakan seperti ini,” tegur Elena yang setiap pagi menyiapkan susu ibu hamil sendiri.“Pagi Nyonya..., Semalam Nyonya besar minta saya masak untuk 5 orang,” jawab Suti menoleh ke arah Elena dan kembali sibuk dengan penggorengannya.“Untuk 5 orang...? Oh, mungkin ada teman mami yang mau sarapan bareng, kali yaa...,” ucap Elena membawa susu hamil dan duduk di meja makan.“Bukan Nyonya..., Kata Pak Dimas..., Tuan Erlangga sama istrinya ke rumah semalam. Mungkin Nyonya Elena udah tidur,” ucap Suti yang mengetahui hubungan antara mereka.Mendengar cuitan Suti,
Sementara itu, di tempat terpisah tampak Jamila tengah jalan santai di sebuah taman bersama Alexander pada pukul 7 pagi. Sejak kematian tragis seluruh anggota keluarganya, Jamila memilih tinggal di Perth pada sebuah apartemen milik almarhum suaminya. Sedangkan, Alexander sendiri menyewa apartemen dekat kampusnya. Jarak tempuh dari apartemen milik Jamila ke apartemen Alexander bekisar 30 menit.Awalnya, Jamila ingin melahirkan di Perth. Namun, saat mendapatkan undangan pernikahan dari Erlangga, Jamila pun mengurungkan niatnya untuk kembali ke Perth. Walaupun, Jamila punya rumah yang diberikan oleh almarhum suaminya, ia lebih suka tinggal di rumah Alexander. Apalagi, ketiga kakak perempuan Alexander sudah menikah dan tinggal di rumahnya masing-masing.“Lex..., Istirahat dulu. Capek,” pinta Jamila duduk di bangku taman dan berselonjor kaki.“Ini minum airnya.” Alexander memberikan satu botol air mineral yang dibeli saat mereka memutari taman tersebut.Usai meneguk air, Jamila pun mem
Erlangga yang marah pada Bella, masuk ke dalam kamarnya. Bella yang ada dibelakang Erlangga, terus mengikuti langkah lelaki yang dicintanya.“Er! Pasti kamu masih sayang kan, sama si kampungan itu!” umpatnya sesampai di dalam kamar.Erlangga yang marah melihat kelakuan Bella, menatap tajam ke arah wanita tersebut. Lalu, dengan kasar Erlangga memegang dagu Bella.“Aku peringatkan padamu! Jangan sesekali menghina Elena seperti itu! Dan kalau aja kamu berpikir aku masih ingin bersama Elena..., lebih baik kamu pergi dari sini!” ancam Erlangga dengan keras.Mendengar ancaman Erlangga, Bella pun merunduk dan memegang kaki Erlangga dan menangis sejadi-jadinya.“Maafkan aku..., aku janji nggak begini lagi. Maafkan, aku..., Er..., hikss...,” tangis Bella tersedu-sedu.Ada perasaan sedih teramat sangat dalam, kala Erlangga mendengar tangis Bella. Selama ia bersama Elena, tidak pernah sekali pun, membuat nangis dan bersikap keras pada Elena. Namun, entah mengapa pada Bella, Erlangga bersik
Usai membersihkan diri, Herlambang pun keluar dari kamar Elena. Disaat bersamaan, Tiara yang naik ke lantai satu, baru saja menapaki langkahnya ke lantai satu dan mendapati Herlambang keluar dari kamar Elena. “Ehemmm!” Herlambang yang terkejut dengan suara dehem tersebut menoleh ke arah suara dan tampak salah tingkah kala Tiara menatap dirinya tanpa ekspresi apa pun.Namun dalam hati yang terdalam, hati Tiara bergemuruh menyaksikan lelaki yang sangat dicintanya keluar dari kamar Elena, calon madunya.“Tia, apa kamu sudah sarapan?” tanya Herlambang kikuk dengan sesekali memalingkan wajahnya ke arah balkon lantai satu.“Sudah,” jawab singkat Tiara melangkahkan kakinya ke kamar dan saat di depan pintu kamarnya, wanita yang masih tampak cantik dan judes itu balik bertanya pada Herlambang tanpa menoleh ke arahnya.“Kamu dan Elena, udah makan juga kan?” tanyanya dengan tubuh mematung di depan pintu kamar.“Kami? Hmmm..., belom,” jawab Herlambang berdiri memandang punggung Tiara.D
Erlangga yang mengetahui kedatangan Herlambang, membuat lelaki tampan itu uring-uringan. Di rumah, Erlangga yang tak pernah membentak Bella atas kesalahan kecil yang diperbuatnya, di pagi hari itu saat lelaki tampan itu akan ke kantor, membuat Bella menangis atas hal kecil yang tak diduganya.“Lain kali, kamu itu mikir! Masa iya aku ke kantor pakai pakaian ini? Apa kamu pikir ini cocok aku pakai? Padahal sejak awal kamu pilihkan pakaian ini, aku sudah ngomong..., singkirkan dari lemari pakaianku! Dasar perempuan nggak bisa buat suami bahagia!” teriak Erlangga pada Bella kala wanita cantik itu mengambilkan pakaian yang tak disuka oleh Erlangga.Elizabeth yang mendengar putrinya dibentak oleh Erlangga pun masuk ke dalam kamar itu dan menegur menantunya, “Ada apa sih sama kamu? Masalah pakaian saja sampai memaki-maki Bella! Apa putriku kurang baik mengurus putramu?!” Erlangga yang terkejut dengan kehadiran Elizabeth yang datang ke kamar mereka pun melirik ke arah wanita yang telah cukup
Perselingkuhan yang dimulai oleh libido yang tak tersalurkan oleh Elena, membawanya dalam pusaran ketakutan dan hasrat yang kian tak terbendungkan. Karena sejak saat itu, mereka sering melakukan hubungan intim di ruang kerja Erlangga. Terlebih, Bella kini sudah sangat percaya pada Erlangga sejak sang suami mempunyai sekretaris seorang lelaki.Seperti pagi ini, Erlangga berpamitan di pagi hari dengan alasan akan ada kunjungan dari investor sehingga ia harus mengecek seluruh data yang diminta oleh investor tersebut. Dan Erlangga juga meminta pada Elena untuk datang pukul 7 pagi, dengan alasan yang sama. Maka, saat Erlangga telah berada di ruangan kerjanya, lelaki tampan yang telah mempersiapkan diri dengan meminum vitamin dan suplemen serta obat kuat pun, menunggu kedatangan Elena.Tok ... Tok ... Tok ...“Ya masuk,” ucap Erlangga seraya tersenyum lebar kala melihat jam baru menunjukkan pukul 7 kurang sepuluh menit.Lelaki tampan itu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Elena y
Kepergian Herlambang dalam menjajaki pembukaan perusahaan baru atas nama putranya Sakti, membuat Elena merasa kesepian saat berada di rumah. Wanita cantik itu lebih suka menghabiskan waktu di kantor, karena lebih cepat waktu berlalu dibandingkan saat ia berada di rumah. Terlebih saat ini, Sakti yang kini telah berusia 9 tahun, lebih banyak kegiatan ekstra di sekolah atau pun di tempat bimbel serta tempat olah raga.Seperti saat ini, setelah dua minggu berlalu, Elena yang merasa kesepian karena sang putra harus melakukan kegiatan olah raga memilih untuk ke rumah Herlina. Di rumah Herlina, Elena biasanya mengobrol banyak hal pada sang mama yang telah semakin menua.“Lena..., mama kangen sekali sama Jamila. Apa kamu bisa menghubungi Jamila?” tanya Herlina.“Ya Maa.., sekarang Lena hubungi Mila,” jawab Elena.Satu jam kemudian, Jamila yang diminta datang ke rumah Herlina pun, menyambangi wanita yang telah dianggap mamanya pula. Mereka bercengkerama dan bercerita pada masa tinggal di sebua
Sejak Erlangga mengajak makan siang Elena, hubungan mereka kian akrab. Keakraban mereka tanpa diketahui pasangan masing-masing telah terjalin selama 2 tahun sejak Elena menjadi kepala cabang dari perusahaan EDC tersebut. Namun, selama ini keakraban mereka hanya sebagai atasan dan bawahan, ayah dan ibu dari seorang pewaris utama. Dan mereka juga sering bercerita tentang rumah tangga masing-masing dengan kebahagiaan masing-masing serta membicarakan tumbuh kembang Satrya di bawah pengawasan Bella, ketika mereka makan bersama di saat Herlambang keluar kota. Hal ini mereka lakukan, agar tidak adanya kesalahpahaman atas hubungan yang kini terjalin di antara mereka. Seperti saat ini usai mereka mengikuti rapat di sebuah Bank Swasta, mereka pun makan bersama pada sebuah restoran. Di momen ini, Elena mulai mengeluhkan perihal diri Herlambang pada Erlangga. Dan hal itu jelas membuat Erlangga terkejut. Karena selama ini, Elena sangat bersemangat jika membicarakan tentang Herlambang yang sering
Erlangga yang sejak awal ingin memutuskan hubungan dengan Anggun akhirnya dapat dengan mudah melempar wanita yang semakin ingin memilikinya. Sementara, Elena yang telah dua kali ditolong Erlangga saat menghadapi kendala di tempatnya bekerja merasa berhutang budi atas segala tindakan yang telah dilakukan oleh Erlangga pada dirinya. Maka, usai pemecatan yang dilakukan langsung oleh HRD, Erlangga memanfaatkan kejadian itu dengan mengajak Elena untuk keluar makan bersama, kala wanita nan cantik jelita itu sedang menghadap di ruang kerjanya. “Terima kasih Pak, sudah menolong saya dari kekasaran sekretaris Bapak,” ucap Elena tersenyum samar.“Sama-sama. Memang selama ini, aku sempat dengar beberapa staf komplain ke HRD perihal perangai Anggun yang arogan dan kurang bisa diajak kerja sama. Finalnya ya tadi itu. Berarti dia itu orang yang nggak bisa menghormati orang lain, terlebih orang baru seperti kamu,” tutur Erlangga basa-basi dengan memikirkan siasat agar Elena bisa diajak makan bersam
Sejak Elena bekerja di perusahaan milik keluarga Erlangga dan Herlambang, lelaki tampan itu sudah membuka percakapan untuk memberitahukan istrinya perihal Elena. Namun, setiap kali Erlangga membuka percakapan tentang Elena. Bella selalu menolaknya dan hal itu telah dilakukan beberapa kali, hingga akhirnya Elena telah bekerja di bawah kepemimpinan Erlangga selama tiga bulan.Erlangga kembali memberitahukan Bella perihal Elena pada pagi hari sebelum lelaki tampan itu berangkat ke kantornya di sebuah meja makan saat mereka sarapan pagi. “Sayang, aku ingin memberitahu kamu tentang Elena,” ucap Erlangga saat menyelesaikan suapan terakhir sarapannya.“Aku nggak mau tau!” ujarnya sembari meletakkan gelas usai ia meneguk air mineral yang ada dalam gelas panjang bening miliknya.“Sayang ... Mau nggak mau kamu harus mendengar penjelasanku sebelum kamu menuduhku macam-macam,” ujar Erlangga menyeka bibirnya dengan serbet putih.“Menuduh...? Maksudnya menuduh siapa?” tanya Bella menghentikan sua
Tiga bulan setelah Elena menyandang gelar sarjana manajemen and Business, wanita cantik itu pun mulai memberanikan diri untuk terjun langsung dalam bisnis yang digeluti oleh Herlambang setelah suami tercintanya menjelaskan secara rinci perusahaan yang selama ini dimiliki oleh Erlangga dan dirinya. Dimana, perusahaan tersebut telah bekerja sama dengan beberapa Bank yang menawarkan jasa dalam pengembangan digital seperti mesin EDC.Selama ini, perusahaan tersebut telah menjadi distributor utama mesin EDC, sebuah mesin yang digunakan untuk bertransaksi di beberapa merchant seperti resto, butik, swalayan termasuk hotel-hotel. Kalau selama ini, perusahaan ini hanya sebagai pemasok mesin EDC atau mesin gesek untuk transaksi yang dilakukan beberapa merchant terkait, kini sejak kehadiran Erlangga dan menyandang sebagai CEO, lelaki tampan itu melakukan terobosan baru dengan mendirikan anak perusahaan yang mengelola mesin EDC berikut System IT yang dikembangkan sebagai inovasi dari mesin EDC ya
Bella yang telah kesal dengan Elena tak mampu melampiaskan kemarahannya pada wanita cantik itu. Untuk melampiaskan kekesalannya pada Erlangga pun, bukan suatu yang bisa ia lampiaskan. Apa lagi mengikuti cara Elizabeth. Kalau saja dirinya tidak mandul, mungkin ia sudah memaki-maki dan melampiaskan kekesalannya pada Erlangga dan Elena. “Sekarang, Bella harus gimana Maa?” tanya wanita cantik nan judes itu sembari memegang dan memijat-mijat dahinya.“Kasih aja foto ini, tanya baik-baik pada Erlangga. Kenapa dia harus bohong jika harus bertemu dengan Elena? Dengan begitu, Erlangga akan semakin menghormati dan menganggap dirimu memang berkelas. Jangan marah-marah ... Pakai akalmu,” nasihat Elizabeth.“Mama sih, gampang. Pakai akal ... Mama aja yang tahu Papa nikah sama sekretarisnya langsung labrak dan buat Papa malu di kantornya dan lebih memilih wanita itu...,” cibir Bella yang kesal atas nasihat Elizabeth.“Bella, kenapa Mama minta cerai? Karena untuk apa juga Mama urus Papa kamu yang u
Bella yang penasaran atas cerita Elizabeth atas diri Erlangga sedikitnya merasa penasaran atas apa yang dikatakan mamanya. Karena itu, usai ia melakukan Nail pada kuku jemari tangan dan kakinya, wanita cantik itu dengan keraguan di hatinya beberapa kali meraih ponselnya dan meletakkannya kembali dengan bermonolog.“Aku nggak bisa curiga seperti itu terus menerus sama Erlangga. Kalau ternyata kecurigaanku salah dan apa yang dituduhkan mamaku hanya berita kebohongan, bagaimana cara aku mempertahankan mama tinggal disini?” tanyanya pada diri sendiri.Bella yang ragu untuk menghubungi Erlangga, kembali meletakkan ponselnya untuk ke sekian kalinya. Hingga akhirnya, wanita cantik itu memanggil Indah yang biasanya sedang menonton televisi di kamar Satrya.“Indah...! Indah...!” panggil Bella setengah berteriak hingga membuat beberapa pelayan di rumah itu, berlari ke ruang keluarga.Melihat dua orang pelayan di rumah itu tergopoh-gopoh berlari ke arah Bella yang ada di ruang keluarga, membuat