Share

Bab 42 : Mantan

Penulis: 2miles_dreams
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Senyum terus mengembang di bibirnya. Martin tidak pernah merasa bersemangat dalam menjalankan tugas dari Max seperti sekarang ini. Meskipun Martin sudah mendapatkan data lengkap tentang seorang pria bernama Nolan, namun ini akan menjadi sebuah alasan bagi dirinya untuk bertemu dengan Nina, gadis cantik yang sudah mengusik pikirannya.

Kini mobilnya sudah berhenti di depan lahan parkir sebuah Dojo milik ayah Nina. Martin melirik jam tangannya, lalu merapikan kerah kemejanya. Dojo nampak sepi, karena memang sudah waktunya tempat latihan karate untuk mengakhiri jam latihannya hari ini. Dan sengaja, Martin datang saat Nina pulang kerja.

Tangan Martin mendorong pintu kaca yang terbagi dalam motif kotak-kotak kayu. Meja resepsionis dan lobi dojo nampak lengang. Suasana hening dan tidak seorang pun yang terlihat disana. Apa Nina sudah pulang? Terlambat kah dirinya datang?

"SIALAN! LEPASKAN AKU, BRENGSEK!"

Sebuah suara bentakan dari arah dalam dojo, membuat Martin terkejut. Martin bergegas mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
2miles_dreams
semangat nulis
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Harem milik Suamiku   Bab 43 : Rayuan playboy

    Nina menyeruput latte macchiato tanpa benar-benar menikmatinya. Minuman perpaduan kopi dan susu dengan takaran yang seimbang ini, biasanya menjadi minuman kesukaan Nina ketika menikmati secangkir kopi di kafe.Tetapi hari ini suasana terasa gerah. Dengan adanya teman minum kopi yang menyebalkan dan suasana canggung, membuat perut Nina terasa begah. Lelaki tampan nan keren yang duduk di depannya sedang menikmati secangkir kopi espresso panas, tampak acuh tak acuh meski mendapatkan serangan sinar laser berjilid-jilid dari Nina."Percuma menikmati pahitnya kopi, jika kamu terus menambahkan susu sebanyak itu ke dalam cangkirmu. Yang ada, kamu itu meminum susu beraroma kopi," komentar datar Martin saat melihat Nina kembali menambahkan susu putih ke dalam kopi macchiato nya.See.. Bukan cuma sosoknya yang sok belagu, tetapi juga mulutnya yang suka bicara tanpa saringan. Rasanya Nina ingin menuangkan cairan hitam pekat yang sedang diminum laki-laki itu ke atas kepalanya sendiri. Nina berpiki

  • Harem milik Suamiku   Bab 44 : Hukuman

    Max pulang ke Edelweis mansion disambut oleh beberapa pelayan. Langkahnya menuju ruang kerja, dicegat oleh Chrysan, istri keduanya."Malam, Tuan Max," ucap Chrysan lembut. "Aku membuat camilan kesukaanmu. Ini masih hangat, baru keluar dari oven. Akan kuantarkan sendiri ke ruang kerjamu."Max memandang datar pada Chrysan yang berdiri cantik sambil membawa nampan berisi kue yang harum, menyambut kepulangannya. Dengan kedua tangan yang dimasukkan saku, Max berjalan pelan mendekati Chrysan yang wajahnya semakin berbinar karena mendapat perhatian dari tuan milyader."Bawa camilan itu beserta dirimu ke kamarku saja. Aku menunggumu disana," bisik lembut Max di telinga Chrysan. Lalu tanpa menunggu jawaban dari istri keduanya, Max langsung melangkah pergi.Chrysan yang mendengar bisikan mesra itu langsung sumringah. Wajah cantiknya berseri-seri. Dari perkawinan nya dengan Tuan Max beberapa bulan yang lalu, baru satu kali dirinya berbaring di ranjang tuan milyader, yaitu saat malam pertama pern

  • Harem milik Suamiku   Bab 45 : Saling memuaskan

    Martin membalikkan tubuhnya ketika mendengar suara desahan dari ranjang Max. Bagaimana pun juga, Chrysan adalah istri Max. Martin harus tetap menundukkan matanya. Sikapnya tadi hanyalah sebuah akting yang dipaksakan Max padanya."Apa kamu tidak terlalu kejam pada istrimu sendiri? Memberinya obat perangsang lalu menyuruhnya memuaskan dirinya sendiri, itu sebuah hukuman yang kejam, Max. Bagaimana kalau istrimu memilihku untuk memuaskannya?" cecar Martin yang menarik Max menjauh dari ranjang. Suara rengekan istri Max membuat Martin gelisah.Max memukul bahu Martin dengan keras. "Itu tidak mungkin, bro. Aku mengenal Chrysan dengan baik. Harga diri Chrysan terlalu tinggi terlalu tinggi untuk disentuh olehmu. Jadi... membawamu dalam masalah ini, akan menyelematkan sedikit harga dirinya dari hukuman memalukan itu," katanya sambil tersenyum dingin."Ck, dasar gila," umpat Martin sebal."Aku harus melakukan ini, Martin," bantah Max menjelaskan maksudnya. "Chrysan sudah menyakiti Marigold. Jika

  • Harem milik Suamiku   Bab 46 : Penyambutan (1)

    Beberapa hari kemudian."Sudah siap pulang?"Marigold melirik asisten pribadi tuan milyader yang sedang mendorong kursi rodanya menuju mobil Roll-Royce. Marigold hanya memberikan senyum canggung sebagai jawaban. Semakin dekat dengan posisi mobil mewah yang sedang terparkir di depan lobi rumah sakit, semakin bertambah berat hembusan nafas Marigold.Rasa nyeri yang masih terkadang datang akibat punggung yang terpanggang di oven panas, serta pergelangan tangan yang di gips pasca operasi tulang, membuat Marigold sedikit bergidik ngeri untuk kembali ke Edelweis Mansion."Apa aku akan kembali ke mansion itu?" tanya Marigold ragu-ragu dengan kepala yang kembali menoleh ke belakang."Tentu saja. Selama anda menikah dengan Tuan Max, disanalah anda akan tinggal," jawab Martin sopan. "Saat ini Tuan Max sedang menunggu anda di mobil. Kita akan segera membuat penyambutan resmi atas kedatangan anda di Edelweis Mansion. Dengan begini, status anda sebagai nyonya ketujuh Tuan Max, akan jelas. Semuanya

  • Harem milik Suamiku   Bab 47 : Penyambutan (2)

    "Selamat datang kembali, Nyonya Orchid," sapa antusias manager hotel yang menyambut kedatangan Orchid dan Max, saat keduanya memasuki pintu utama lobi Hotel Alexander."Halo Pak Johan. Senang melihatmu kembali," sapa Nyonya Orchid riang. Pak Johan adalah salah satu manager hotel yang sangat memuja kecantikan Orchid secara terang-terangan."Kamar suite yang anda pesan sudah kami persiapkan.""Terima kasih," ucapnya dan memberikan senyum penuh pesona hingga membuat Pak Johan tertegun, kemudian berbinar-binar bak sinar matahari jam dua belas siang. "Dan antarkan makan malam sekarang.""Baik, Nyonya Orchid."Blam. Pintu kamar suite tertutup rapat.Max memperhatikan sosok Orchid yang menendang lepas sepatu high heels, disusul dengan mantel, lalu melemparkannya sembarangan di sofa. Sambil menggerai rambutnya yang disanggul diatas kepalanya, tatapan Orchid memaku mata Max. Ujung rambutnya terurai indah hingga ke pinggang.Sambil menyilangkan kakinya di sofa, Max menggoyangkan gelas anggur ny

  • Harem milik Suamiku   Bab 48 : Camilan

    Sementara itu di tempat lain.Martin's POV.Pip-pip.Martin membuka pesan di ponselnya. Pesan yang berasal dari Nyonya Orchid, istri pertama Max. Wanita cantik itu menginginkan camilan kesukaannya segera diantarkan ke kamar suite nya di Hotel Alexander. Sambil memutar bola matanya, Martin mengetik balasan singkat, "Baik."Martin memajukan badannya untuk memberitahu sopir taksi. "Pak, tolong mampir dulu di toko kue Durian Rasa.""Baik." Pak sopir taksi menjawab sambil mengangguk.Kemudian Martin menoleh ke arah Marigold yang duduk di sebelahnya, sedang melamun memandang keluar kaca jendela taksi."Nyonya Marigold, apa anda suka camilan serba durian?"Marigold memutar kepalanya dan membalas tatapan Martin yang bertanya padanya. "Durian? Tidak, aku tidak suka. Pahit dan baunya menusuk. Kenapa bertanya?""Nyonya pertama menyuruhku untuk membeli camilan durian kesukaannya. Biasanya, yang diinginkan itu seperti lumpia isi daging buah durian, pancake durian, kue sus krim durian, nastar duria

  • Harem milik Suamiku   Bab 49 : Suasana canggung

    Marigold's POV."Pak, kita sudah tiba di toko Durian Rasa," sela pak sopir yang memutar tubuhnya menghadap ke jok belakang."Tunggu sebentar disini. Aku tidak akan lama," kata Martin pada Marigold yang mengiyakan.Drrrt-drrrt-drrrt.Marigold mengerutkan kening, memandang nomer asing di layar ponselnya. Meski tidak tahu siapa yang menelpon nya, Marigold tetap mengangkatnya. Akhir-akhir ini dirinya mendapatkan beberapa kenalan baru dari pernikahannya dengan tuan milyader."Halo?" sapa Marigold sambil memperhatikan punggung Martin yang masuk ke toko kue untuk membeli pesanan nyonya pertama tuan milyader."Ini aku, Marigold."Marigold membeku. Suara itu, suara yang dirindukannya selama setahun terakhir. Suara dari laki-laki yang membuatnya merindu. "Nolan?"Gelak tawa ringan terdengar sangat merdu di telinga Marigold. Kedua mata Marigold mengerjap cepat, untuk mencegah air matanya turun."Tak kusangka, ternyata kamu masih mengingatku dengan baik. Marigold.""Benarkah ini kamu, Nolan?" bis

  • Harem milik Suamiku   Bab 50 : Nolan

    Brak.Nolan membanting pintu apartemennya dengan geram. Dengan kasar, ditariknya dasi yang mencekik lehernya sedari tadi. Nolan berjalan mendekati meja bar di sebelah jendela apartemennya. Dituangnya cairan putih itu ke dalam gelas. Sekali teguk, Nolan menghabiskan minuman keras itu.Tuk.Dibantingnya gelas itu di meja bar. Pikirannya kembali ke restoran dimana dirinya bertemu dengan Marigold, mantan kekasih yang ditinggalkannya tanpa kabar. Nolan kembali mengisi penuh gelasnya, lalu berjalan mendekati jendela kacanya."Marigold, bagaimana mungkin seorang upik abu seperti dia, bisa menarik perhatian seorang milyader terkenal seperti Maximilian Alexander?" gumamnya sambil memandang ke arah jendela, yang menampilkan suasana malam dengan pemandangan kota yang cantik, terpampang jelas di depannya.Marigold adalah kekasihnya. Awalnya dirinya hanya ingin bermain-main dengan gadis polos itu. Berkencan dengan bergandengan kesana-kemari tanpa tujuan. Berciuman tanpa rasa dan hasrat, membuat No

Bab terbaru

  • Harem milik Suamiku   Bab 129 : Endingnya..

    Seorang dokter sedang mengenakan jubah medis lengkap, tidak ketinggalan masker, menutupi hampir sebagian besar wajahnya. Melangkah masuk ke ruang ICU, pemandangan menyedihkan langsung terpampang di depan mata. Seorang pasien laki-laki terbaring lemah, dikelilingi beberapa alat yang tersambung pada tubuh ringkihnya. Dengung tanpa nada dari alat bantu penunjang kehidupan dari pasien itu terdengar menyesakkan jiwa.Pria dengan jubah putih khas dokter itu mendekati ranjang pesakitan, lalu mengambil papan laporan dan memperhatikan alat detak jantung yang bergerak lamban. Pasien itu koma, setelah mengalami kecelakaan tunggal menghantam pagar beton pembatas parkiran mall.Perlahan, ditariknya masker yang menutupi wajahnya, lalu.."Halo Gerry, aku datang menjengukmu," sapa dokter yang ternyata adalah Tuan Archie, atasan dari Gerry, si pasien ICU. "Kamu.. terlihat mengenaskan."Archie tersenyum tipis, melihat kedutan lemah pada kedua kelopak mata Gerry, seolah merespon kedatangannya. Archie se

  • Harem milik Suamiku   Bab 128 : Emosi Martin

    RS. Sehat Selalu.Martin menemui istrinya yang sedang tertidur pulas. Perawat bilang, Nina baru saja diberi obat penenang karena tubuhnya yang syok akibat kehilangan banyak darah. Jadi istrinya membutuhkan banyak istirahat."Sayang.." Martin mencium kening Nina, lalu duduk di samping ranjang. Hatinya hancur melihat Nina yang begitu lemah. Martin segera menyadari, ternyata seperti ini perasaan Max yang terpuruk, setiap kali melihat Marigold, istrinya terbaring tak berdaya di ranjang pesakitan.Tak lama kemudian, seorang perawat datang mendekat untuk mengecek kondisi vital Nina."Bagaimana keadaannya?" Martin bertanya setelah perawat itu menyelesaikan tugasnya."Istri anda akan berangsur pulih. Kehilangan bayi bisa membuat perasaan ibu terluka dan depresi. Anda hanya perlu memanjakannya," ucap perawat itu sembari tersenyum menenangkan."Terima kasih." Martin menghembuskan napas lega. "Akan kuikuti saran anda. Memanjakan Nina adalah tujuan hidupku.""Mar-martin.."Mendengar suara lirih

  • Harem milik Suamiku   Bab 127 : Nina bikin cemas

    Sementara Martin menjadi pahlawan menyelamatkan Marigold, Nina duduk gelisah di samping Oskar yang sedang menyetir sembari bersiul riang."Aku senang bertemu denganmu, Nina." Oskar menyeringai senang, tanpa mempedulikan ekspresi Nina yang menahan rasa sakit akibat darah yang merembes keluar, membasahi gaunnya.Nina membuang pandangannya, sama sekali tidak menjawab. Nina memandang ke arah jendela kaca mobil yang melaju kencang, terlihat dari pohon-pohon yang terlewati dengan cepat."Kamu terlihat semakin cantik, membuatku gemas dan ingin memelukmu," puji Oskar menyentuh pundak Nina dan mengelusnya."Jangan pegang-pegang, Oskar!" Nina menyembur jengkel. "Kita hanya mantan, tidak ada hubungan lagi, terlebih aku adalah wanita bersuami.""Aku sama sekali tidak keberatan dengan statusmu." Oskar menoleh, tersenyum lebar. "Walau sebenarnya sangat disayangkan karena aku tidak mendapatkan darah perawanmu, tapi tidak apalah. Saat ini, kamu pasti sudah berpengalaman untuk memuaskan aku."Nina men

  • Harem milik Suamiku   Bab 126 : Dikejar mobil gila

    Tidak jauh dari keduanya berdiri, sebuah mobil mendekat dengan kekuatan sedang, terus melaju semakin cepat dan.."AWAS!"BRAK.CKRIITT..Gerak refleks Marigold yang cepat, membuatnya bisa melompat ke samping sebelum mobil itu menyerempet. Namun, Nina tidak berhasil menghindar. Nina tertabrak dan terjatuh keras di pelataran. Darah mulai merembes, mengalir diantara kedua kakinya."Ma-marigold, da-darah.. bayiku..""Astaga Nina.." Marigold panik melihat Nina berlumuran darah. CKRIITT..Marigold membatalkan niatnya untuk membungkuk, mengecek kondisi Nina, ketika mendengar mobil gila yang menyerempetnya tadi, berputar sangat cepat hingga menimbulkan decitan kasar. Mata Marigold membelalak panik saat melihat mobil itu kembali, meluncur cepat ke arahnya.BRAK."Hosh-hosh-hosh.." Marigold berusaha secepat mungkin bersembunyi di belakang mobil yang terparkir di sebelahnya. "Aduh perutku..," rintihnya memegang perutnya yang mengencang, akibat tiba-tiba bergerak cepat dan terburu-buru.Keringat

  • Harem milik Suamiku   Bab 125 : Jalan dengan Nina

    Hari-hari yang dilewati Marigold sangat menyenangkan sekaligus menjemukan. Kondisi yang hamil besar di trimester ketiga, membuatnya kesulitan untuk bergerak bebas. Dirinya juga tidak diperbolehkan melakukan ini dan itu. Semuanya serba dilayani bagaikan ratu. Terlebih dirinya dikawal ketat oleh mama tercinta dan mama mertua. Keduanya selalu standby di dekat Marigold, takut terjadi sesuatu yang buruk pada calon cucu pertama mereka.Hal itu membuat Marigold sering cemberut dan bete."Kamu ini! Kenapa mukamu ditekuk jelek kayak unta?!" omel mama Marigold yang sedang menyuapkan sepotong buah melon untuk putrinya. "Asal kamu tahu, semua wanita menginginkan posisimu saat ini. Kamu sedang mengandung pewaris kerajaan bisnis, dicintai suami yang tampan dan kaya raya, dimanja habis-habisan, bahkan mertuamu terlalu ekstra perhatian sampai membuat mama muak.""Tapi aku ini bosan, ma. BOSAAAN," rengek Marigold mengacak-acak rambutnya, jengkel. "Tiap hari kerjaanku hanya makan minum tidur, makan min

  • Harem milik Suamiku   Bab 124 : Bersitegang

    "Aku ingin kamu menceraikan semua istrimu. Aku ingin menjadi satu-satunya istrimu," kata Orchid lantang.Max memandang nanar pada Orchid, istri pertamanya yang selalu terlihat cantik dan menawan. Permintaan Orchid mustahil untuk dilakukan. "Tidak. Jika aku harus menceraikan semua istriku, wanita yang akan mendampingiku adalah Marigold, bukan kamu."Mendengar jawaban suaminya, Orchid tergelas sinis. "Huh! Jangan bercanda, Max," sentaknya geram. Dengan menunjuk ke arah kamar utama, Orchid kembali meraung marah, "Wanita udik seperti dia, tidak akan pernah bisa menandingi pesonaku, kharismaku, bahkan aura glamorku untuk menjadi pendampingmu, seorang milyader kelas dunia. Wanita udik itu pantasnya berada di gua. Kamu dengar itu, GUA! "Kamu mau kemana?" Max menarik lengan Orchid yang menghentakkan kakinya, hendak menerobos masuk ke kamar tidur utama. "Lepas!" Orchid mengibaskan lengannya. "Jangan halangi aku. Aku akan mengusir wanita udik itu! JALANG KECIL ITU TIDAK PANTAS DISINI!" teriak

  • Harem milik Suamiku   Bab 123 : Gangguan

    Marigold membuka matanya. Langit-langit yang dilihat Marigold bukanlah plafon putih kamar VIP yang beberapa hari ini menjadi tempatnya bernaung. Warna biru serta awan putih yang tergambar di langit-langit, perlahan membuat Marigold memahami kalau saat ini dirinya sedang berada di kamar apartemen Max, suaminya.Marigold menoleh ke samping, mendapati seseorang sedang berbaring di sebelahnya, memeluknya dengan posesif."Max..""Hmmm, sudah bangun?" Suara Max terdengar serak, khas orang baru bangun tidur. "Jam berapa sekarang? Setengah delapan," ucapnya sembari melihat jam digital di nakas samping ranjang."Max, aku haus.""Aku akan mengambilkan air," jawab Max sambil mengecup dahi Marigold, lalu mendekap tubuh mungil istrinya. "Tapi sebelumnya, aku ingin memelukmu sekali lagi. Aku harus menyakinkan diriku, bahwa dirimu aman dalam dekapanku. Akhir-akhir ini, kamu terlalu sering terluka. Jadi jika tidak melihatmu sedetik saja, aku takut akan kehilanganmu. Hmm, aku sudah menemukan posisi t

  • Harem milik Suamiku   Bab 122 : Gerry dan atasannya

    Gerry membuka pintu apartemen, terseok-seok masuk sembari memegangi dadanya yang berdenyut nyeri.Brak. Pintu apartemen terbanting tertutup dengan dorongan kakinya. Gerry juga membanting kunci, dompet, serta ponsel ke atas meja dekat pintu masuk."Akh, dasar wanita sialan!" rutuk Gerry kesal. "Uhuk-uhuk.. Aduh, dadaku sakit."Gerry melepas kaos hitamnya dan melemparkannya sembarangan. Diperiksanya dada bidang miliknya yang nyeri karena lebam, pada cermin besar. Gerry meraba memar-memar yang mulai membiru."Brengsek!" umpat Gerry mengusap hidungnya yang nyeri dan terus mengeluarkan darah. Siku wanita itu menghantam telak pada tulang hidungnya yang pernah patah saat remaja dulu.Gerry mengambil kotak obat di dapur, juga es batu di kulkas, lalu membanting pantatnya di sofa depan televisi layar datar miliknya."Sial! Dia merusak penampilanku. Auch, sakit."Ketika Gerry sedang mengobati lukanya, tiba-tiba pintu apartemen terbanting terbuka. Seseorang menerobos masuk dengan penuh amarah."

  • Harem milik Suamiku   Bab 121 : Cepat pergi!

    Tiba-tiba.. Seseorang muncul di pintu kamar. Gerakannya yang cepat, menyambar tangan Nina yang sedang dicengkram Gerry.Bugh-bugh-bugh..Gerry yang terkejut dengan serangan itu, tidak bisa berkutik, hanya bisa pasrah menerima dua bogem mentah yang mendarat keras di wajahnya."Jangan sentuh istriku," gertak Martin yang memberikan tinjunya sekali lagi hingga Gerry terhuyung-huyung ke belakang dan menabrak sofa."Martin." Nina langsung memeluk suaminya dengan erat, sekaligus mencegah Martin ditangkap gegara memukuli orang. "Untung kamu segera datang. Aku takut."Martin memeluk Nina erat, dengan mata memicing tajam membalas tatapan Gerry yang marah akibat pukulannya. Dan permusuhan pun terbit hanya dalam hitungan detik.Sedangkan Max menerobos masuk dan langsung menerjang Archie. Dicengkramnya kaos berkerah sepupunya, lalu mendesaknya ke dinding. "Dasar brengsek! Sudah berapa kali kuperingatkan, jauhkan tanganmu dari Marigold! Dan satu lagi, jangan umbar mulut berbisamu di telinga istri

DMCA.com Protection Status