Home / Lainnya / HYANG YUDA / 42. DEWA PERANG DAN HUKUMAN UNTUK KEN SORA

Share

42. DEWA PERANG DAN HUKUMAN UNTUK KEN SORA

Author: mahesvara
last update Last Updated: 2021-08-22 02:09:27

Satu hari sebelum pengadilan untuk Ken Sora. . . 

“Kakak. . .” panggil Dyah Manila ketika melihat kakaknya pulang. 

“Adikku, Manila. . .” balas Mahapati ketika mendengar panggilan dari adik kesayangannya. 

“Kudengar kakak membela Ken Sora dalam pengadilan kemarin dan bukannya membela Mahisa Taruna?” 

Mahapati tersenyum mendengar komentar dari adiknya yang secara tiba – tiba membicarakan pengadilan yang diikutinya bersama dengan Mahisa Taruna. “Kenapa? Kamu tidak suka aku berdiri membela Ken Sora, guru dari orang yang kamu sukai itu?”

Dyah Manila menggelengkan kepalanya dan membuat bibirnya sedikit cemberut. Setelah menggelengkan kepalanya, Dyah Manila kemudian menjawab pertanyaan dari Kakaknya itu, “Benar. . . aku tidak suka itu. Karena Sena sudah menjadi suami dari Pawestri Manohara, setidaknya aku ingin melihat Sena itu menangisi kematian gurunya. Dengan melihat Sena terluka, pasti Pawestri

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • HYANG YUDA   43. DEWA PERANG DAN KONSPIRASI DI KERAJAAN MAJAPAHIT 3

    Mendengar kabar mengenai hukuman untuk Gurunya, Hyang Yuda kemudian mengutus Pamarta melalui Anggara untuk mengirim surat kepada gurunya yang berada di Kadiri. “Bagaimana, Anggara?” Hyang Yuda bertanya kepada Anggara mengenai Pamarta yang dimintanya untuk segera mengirimkan suratnya kepada Gurunya, Ken Sora. “Sudah berangkat, Rakryan Tumenggung. Tapi Pamartayang kita kirimkan sedikit terlambat dibandingkan utusan Maharaja untuk menyampaikan surat keputusan pengadilan hari ini. . .” “Ah benar. . . siapa yang kali ini diutus Maharaja untuk mengirimkan surat keputusan hukuman untuk Guruku? Aku lupa menanyakan ini tadi kepada Bayangkara Rama.” “Mahapati, Rakryan Tumenggung. Berkat saran Mahapati, Ken Sora bisa lolos dari hukuman kematian. Dengan alasan itu, Maharaja menugaskan Mahapati sendiri untuk mengirimkan surat keputusan kepada Ken Sora. . .” Mendengar nama Mahapati, untuk sesaat Hyang Yuda m

    Last Updated : 2021-08-24
  • HYANG YUDA   44. DEWA PERANG DAN PILIHAN SULIT DI HIDUPNYA SEBAGAI MANUSIA

    Sejak pagi. . . Hyang Yuda merasakan pergerakan aneh di pasukan yang berada di Antapura. Jumlah pasukan yang berjaga di dalam Antapura dua kalibahkan tiga kali lebih banyak dari biasanya. Pasukan Antapura berjaga lebih ketat dari biasanya tanpa ada pemberitahuan sedikit punkepada dirinya dan hal itu membuat Hyang Yuda mencurigai sesuatu. Nalurinya sebagai panglima kerajaan yang sudah terbiasa dengan medanperang yang penuh dengan tipu muslihat, tidak bisa tertipu dengan sedikit perubahan tidak biasa yang saat ini sedang dilihat oleh dan dirasakan oleh Hyang Yuda. Hyang Yuda yang sejak pagi disibukkan oleh tugas – tugasnya melatih pasukan merasa tidak tenang melihat situasi yang tidak biasa di Antapura, kemudian melihat ke arah Anggara yang berdiri di sampingnya dan mengajukan pertanyaan kepada Anggara. “Anggara. . .” “Ya. . Rakryan Tumenggung.” “Apakah hari ini kamu tidak merasakan ada sesuatu yang ganjil

    Last Updated : 2021-08-26
  • HYANG YUDA   45. DEWA PERANG DI DETIK - DETIK SEBELUM KEMATIAN MENJEMPUT

    Di kediaman Pawestri Manohara. . . “Pawestri Manohara. . .” Biyada memanggil Pawestri Manohara setelah menyiapkan makanan untuk Pawestri Manoahara. Hari itu, Pawestri Manohara bangun lebih siang dari biasanya karena semalam tidak bisa tertidur dengan nyenyak. Lebih tepatnya selama beberapa hari ini, Pawestri Manohara tidak bisa tidur dengan nyenyak. Alhasil setelah beberapa hari tidak bisa tidur dengan nyenyak, Pawestri Manohara hari ini bangun lebih siang dari biasanya dan mendapati suaminya, Sena sudah pergi mengerjakan tugasnya. Setelah berpakaian rapi, Pawestri Manohara dibantu dengan beberapa Biyada duduk di meja makan dan mulai memakan makan pagi yang tidak lagi bisa disebut makan pagi. Matahari nyaris berada tepat di atas kepalanya ketika Pawestri Manohara mulai memakan makan paginya sambil beberapa kali mengelus perutnya yang mulai buncit. Sesekali juga, Pawestri Manohara berbicara sendiri dengan calon anaknya yang m

    Last Updated : 2021-08-28
  • HYANG YUDA   46. DEWA PERANG DAN KEMATIANNYA SEBAGAI SENA

    Teriakan dari Pawestri Manohara tidak menghentikan aksi pengeroyokan kejam itu. Dengan luka – luka yang diterimanya, Hyang Yuda mulai kehilangan keseimbangannya dan jatuh berlutut dengan darah yang terus mengalir dari tubuhnya. Genggaman pedang milik Hyang Yuda terlepas dan tubuhnya mulai mati rasa. Sementara itu. . . Anggara yang sejak tadi mengikuti Pawestri Manohara, kemudian berlari mendekat ke arah Hyang Yuda dan berusaha melindungi Hyang Yuda yang sudah terluka parah dan sekarat. Dengan menggunakan tubuhnya sendiri, Anggara menahan pedang – pedangpasukan Antapura yang kehilangan kendali yang ditujukan ke arah Hyang Yuda dan menggantikan Hyang Yuda menerima luka – luka itu. Sama seperti yang dialami oleh Hyang Yuda, Anggara kemudian jatuh berlutut di hadapannya Tuannya dengan tubuh bersimbah darah. Dalam waktu sekejap, tanah hitam di halaman Antapura basah oleh darah dari Hyang Yuda, Anggara, Ken Sora dan kedua temannya. Awan gelap yang menutupi langit dan a

    Last Updated : 2021-08-30
  • HYANG YUDA   47. DEWA PERANG DAN KEBANGKITANNYA SEBAGAI DEWA

    Hyang Yuda yang mendengarkan penjelasan dari Hyang Tarangga masih tidak percaya dirinya kini telah berubah menjadi makhluk yang tinggal di Amaraloka dan menyebut dirinya sebagai dewa. Hyang Yuda kemudian memikirkan setiap langkahnya di saat hidup sebagai manusia dan mengingat kembali alasan dirinya memilih untuk menyelamatkan gurunya. Hyang Yuda yang dulunya hidup sebagai Rakryan Tumenggung dari Kerajaan Majaaphit yang ahli dalam berperang dan mengatur strategi merasa ada sesuatu yang mengganjal di dalam pikirannya. “Hyang Tarangga, bisakah aku bertanya?” “Silakan, Hyang Yuda. . .” “Apa tujuan sebenarnya dari Hyang Tarangga? Hyang Tarangga datang menemuiku dan berteman denganku saat aku masih hidup sebagai manusia bernama Sena. Berkat pertanyaan yang Rangga ajukan padaku, mengantarkanaku pada dua pilihan berat di hadapanku. Jadi sejak awal. . . mungkinkah Hyang Tarangga sudah memilihku untuk mengangkatku menjadi Dewa?” Se

    Last Updated : 2021-09-01
  • HYANG YUDA   48. DEWA PERANG DAN BERKAH YANG DIMILIKINYA 1

    Dua puluh tahun yang lalu. . . Hyang Tarangga yang mengerjakan tugasnya di Janaloka tiba – tiba mendapat serangan dari pasukan Ashura di bawah pimpinan Mahamara. Hyang Tarangga yang saat itu hanya seorang diri kesulitan melawan pasukan Ashura dan harus bersembunyi di Janaloka untuk memulihkan tenaganya. Dalam usaha penyelamatan dirinya tanpa di sengaja, HyangTarangga bertemu dengan seorang pria butayang sedang berkeliling menjual tanaman herbal. “Tuan baik – baik saja?” tanya pria buta itu ketika merasakan ada seseorang di dekatnya dalam keadaan terluka. “Tuan bisa melihat saya?” tanya Hyang Tarangga heran. Pria buta itu menganggukkan kepalanya. “Aku mungkin buta di hadapan para manusia, tapi dengan mataku yang buta ini aku bisa melihat dengan jelas makhluk – makhluk yang bagi kebanyakan manusia tidak terlihat dan kasat mata.” Sepertinya. . pria ini adalah penerima berkah k

    Last Updated : 2021-09-03
  • HYANG YUDA   49. DEWA PERANG DAN BERKAH YANG DIMILIKINYA 2

    Hyang Yuda terkejut mendengar penjelasan dari Hyang Tarangga mengenai usaha terakhirnya ayahnya yang tidak lagi diingatnya. Bahkan bayangannya sekalipun sama sekali tidak tertinggal dalam ingatan Hyang Yuda.“Jadi. . . Hyang Tarangga bertemu dengan ayahku? Bagaimana rupa ayahku?”Hyang Yuda bertanya dengan penuh rasa penasaran akan wajah dari sosok ayah yang tidak pernah ditemuinya seumur hidup sebagai manusia bernama Sena.“Dia pria yang baik. Meski buta, dia memiliki wajah yang tampan untuk pria di usianya yang mendekati empat puluh tahun. Dia juga memiliki mata yang indah sama seperti mata yang kamu miliki Hyang Yuda. Sayangnya. . . takdir yang dimilikinya lebih buruk dari takdirmu sebagai manusia, Hyang Yuda. Menikah di usia yang sudah cukup tua dan terlambat memiliki anak. Ketika akhirnya memiliki anak yang begitu didambakannya, dia tidak bisa bersama dengan putranya dan bahkan tidak bisa melihat wajah putranya yang sangat tamp

    Last Updated : 2021-09-05
  • HYANG YUDA   50. DEWA PERANG MENGAMUK

    Ada sebuah legenda yang telah turun temurun diwariskan dalam prasasti yang tersimpan di Aula Amaraloka. Dalam legenda itu dikatakan bahwa kelak akan datang masa di mana seorang dewa mampu memanggil senjata legendaris yang bermata dua. Dua buah senjatalegendaris itu adalah Kandaga dan Gandhewa memiliki dua nama yang dapat membawa bencana dan membawa kedamaian bagi tiga alam. Kandaga dan Gadhewa itu memiliki nama Atahiktri(1) dan Sanghara yang kelak bisa membawa perdamaian dan kiamat bagi tiga alam. (1)Atahiktri dalam bahasa sansekerta memiliki arti kebajikan. Mendengar peringatan yang dibuat oleh Hyang Tarangga dalam saluran komunikasi, para Hyang yang sedang berjaga dan bertugas seketika membanjiri saluran komunikasi dengan berbagai pertanyaan. [Sanghara Gandhewa?] Tanya Hyang Marana yang sedang bertugas danberada di Nirayaloka dan Sadyapara. Tidak lama kemudi

    Last Updated : 2021-09-07

Latest chapter

  • HYANG YUDA   EXTRA CHAPTER

    “Begitulah kisah cinta dan kisah perjuangan dari Rakryan Tumenggung Sena dan Pawestri Manohara. Setelah terpisah oleh kematian, setelah melewati tiga kehidupan penuh ujian dan penantian yang panjang, Rakryan Tumenggung Sena dan Pawestri Manohara akhirnya bersatu kembali di Amaraloka.” “Benarkah begitu Paman?” tanya anak laki – laki dari lima anak laki – laki yang mendengarkan kisah dari pendongeng bernama Rangga. “Benar.” “Lalu apakah kerajaan dan Maharaja melupakan Rakryan Tumenggung Sena dan Pawestri Manohara?” tanya satu dari empat anak perempuan yang juga ikut mendengar kisah dari pendongeng bernama Rangga. “Maharaja tidak melupakan adik kesayangannya, Manohara. Hanya saja kisah cinta mereka kemudian terkubur bersama dengan kematian seluruh saksi dari kejadian yang membunuh RakryanTumenggung Sena dan Pawestri Manohara. Semua saksi dalam kejadian itu menyimpan rahasia itu sebagai bentuk sumpah setia kepada Maharaja dan

  • HYANG YUDA   74. EPILOG

    Hyang Yuda berdiri di depan gerbang Sadyapara menunggu pratiwimba milik Hyang Marana datang membawa atma dari Isvara yang merupakan reinkarnasi keempat dari Manohara. Dengan gugup, Hyang yuda berdiri menunggu sementara Hyang Tarangga yang berdiri menemani di sampingnya tampak begitu tenang seperti biasanya. “Tenanglah, Hyang Yuda.” Hyang Tarangga berusaha menenangkan Hyang Yuda yang begitu gugup bahkan lebih gugup ketika harus memimpin perang. “Kenapa pratiwimba milik Hyang Marana lama sekali, Hyang Tarangga?” Hyang Yuda berkata dengan raut wajah yang sudah tidak lagi bisa menahan rasa sabarnya. “Manusia yang mati hari ini berjumlah ratusan dan belum lagi yang mati di sisi lainnya di Janaloka. Tugas Hyang Marana begitu banyak, jadi tunggulah dengan sabar,Hyang Yuda. Atma dari Isvara tidak akan menghilang.” Tidak lama kemudian dari gerbang masuk Sadyapara, Hyang Yuda melihat kedata

  • HYANG YUDA   73. DEWA PERANG DAN KEMATIAN ISVARA

    Sepuluh tahun kemudian. Tahun 1945. Isvara kini telah tumbuh menjadi gadis yang cantik dengan karakter dan kepribadian yang baik. Dengan keluarganya yang merupakan keluarga bangsawan, tidak sulit bagi Isvara untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi untuk masa depannya kelak. Isvara yang sudah memiliki kecerdasan yang cukup tinggi sejak masih kecil mengenyam pendidikan di Sakolah Raden Dewi(1) dan lulus di usianya yang masih muda. (1)Sakolah Raden Dewi adalah sekolah yang didirikan oleh Dewi Sartika pada tahun 1904 dengan nama sekolah istri atau sekolah untuk perempuan di Bandung. Sekolah ini mengalami perubahan nama beberapa kali sebelum akhirnya pada tahun 1929 berubah nama menjadi Sakolah Raden Dewi. Hyang Yuda yang melihat pertumbuhan Isvara merasa begitu senang karena Isvara memiliki kehidupan yang benar – benar membuatnya bahagia. Hyang Yuda

  • HYANG YUDA   72. DEWA PERANG DAN PENANTIAN YANG BERAKHIR

    Tahun 1925 Hyang Yuda menghela napas panjang ketika mendapati dirinya harus bertugas hanya berdua dengan Hyang Marana. Mendengar helaan napas panjang dari Hyang Yuda, Hyang Marana melirik dengan tajam ke arah Hyang Yuda dan berkata, “Aku mendengar helaan napas panjang itu, Hyang Yuda. Apakah begitu membosankannya bagi Hyang Yuda untuk bekerja bersama denganku?” Hyang Yuda dengan cepat berusaha tersenyum mendengar omelan dari Hyang Marana yang mendengar helaan napas panjangnya dan menjawab pertanyaan dari Hyang Marana, “Tidak, Hyang Marana.” “Kalau begitu berhentilah menghela napas panjang karena bukan hanya Hyang Yuda saja yang merasa sebal. Aku pun juga merasakan hal yang sama. . . Akan lebih baik jika Hyang Tarangga ada di sini menjadi penengah di antara kita berdua. . .” Hyang Yuda menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Hyang Marana. Untuk pertama kalinya dalam 600 tahun keh

  • HYANG YUDA   71. DEWA PERANG DAN SERATUS TAHUN PENANTIANNYA

    Seratus tahun kemudian. . . Selama seratus tahun, Hyang Yuda melakukan semua pekerjaan yang dimilikinya dengan giat. Dari pergi melihat jalannya perang bersama dengan Hyang Marana dan Hyang Tarangga, kemudian pergi bersama dengan Hyang Marana dalam menjemput banyak atma manusia yang tewas karena serangan wabah dan sesekali membantu pekerjaan para Hyang lainnya ketika Hyang Yuda sebagai Hyang Ruksa melepas panah Sanghara Gandhewa dan membuat kiamat kecil datang ke Janaloka. Pada tahun 1815, Sanghara Gandhewa yang dilepaskan oleh Hyang Yuda membuat Tambora Giri(1) meletus dan mengakibatkan banyak manusia yang tewas. Hyang Marana dan Hyang Tarangga benar – benardibuat bekerja keras ketika Sanghara Gandhewa milik Hyang Ruksa dilepas ke Janaloka. Tidak hanya itu saja akibat dari letusan Tambora Giri yang sangat dahsyat, tsunami datang di beberapa titik di Janaloka dan mengakibatkan ribuan manusia kehilangan nyawanya. Akibat l

  • HYANG YUDA   70. DEWA PERANG DAN PENYESALAN SASARADA

    Mendengar ucapanku, sosok hitam dengan wujud wanita itu kemudian memasang wajah murka kepadaku. Tangannya mengepal berusaha merusak selubung pelindung yang dibuat Hyang Yuda sebelum hilang kesadarannya. Tatapan matanya menyala seakan berusaha membakarku dengan amarahnya. Beruntungnya aku,berkat selubung itu aku berhasil menyelamatkan diri dan berjalan menjauh dari sosokhitam dengan wujud wanita itu. Menyadari aku yang perlahan berusaha pergi, sosokhitam dengan wujud wanita itu kemudian memanggil senjata miliknya yakni sabit besar berwarna hitam yang pernah aku lihat ketika sosok itu menyerang Hyang Yuda dan berusaha menghancurkan selubung yang melindungiku. Entah itu beruntung atau mungkin kekuatan Hyang Yuda lebih kuat darinya, selubung itu masih melindungiku dan membuat usaha sosok itu berakhir dengan kegagalan. “Sial. . .” Sosok itu mengumpat kesal ke arahku sembari melempar tatapan tajam penuh amarah kepad

  • HYANG YUDA   69. DEWA PERANG DAN KEHIDUPAN REINKARNASI KETIGA MANOHARA 3

    Pertemuanku dengan Hyang Yuda benar – benar berjalan mulus sesuai dengan rencana yang dibuat oleh sosok itu. Dengan jantung yang berdetak kencang, aku berusaha keras menyembunyikan rona merah di wajahku dan suara detak jantungku yang bahagia melihat kedatangan Hyang Yuda tepat di hadapanku. Aku tahu hanya diriku seorang yang dapat mengingat kehidupan lama Hyang Yuda sebagai Sena. Tapi dengan hanya itu saja, akuyang hidup berteman dengan kesepian dan kehilangan semua harapanku sejak kematian bibiku akhirnya memiliki sebuah harapan lagi. Meski Hyang Yuda melupakan jati diri dan identitasku di masa lalu, meski Hyang Yuda tidak mengingat janji dan cinta di antaraSena dan Pawestri Manohara, aku akan membuat Hyang Yuda kembali menyukaiku seperti yang pernah terjadi antara Sena dan Pawestri Manohara di masa lalu. Itulah yang aku harapkan. Hyang Yuda membantuku dengan menggendongku di punggungnya yang hangat, membawaku kembali ke rumah s

  • HYANG YUDA   68. DEWA PERANG DAN KEHIDUPAN REINKARNASI KETIGA MANOHARA 2

    Adegan demi adegan dengan cepat berputar di dalam benakku. Adegan yang memutar segala kenangan milik Pawestri Manohara bersama dengan Rakryan Tumenggung Sena dari pertemuan pertama, waktu – waktu yang dihabiskan oleh Pawestri Manohara bersama dengan Sena sewaktu menjadi pengawal pribadinya, permintaan Pawestri Manohara kepada Maharajamengenai pernikahannya, kemudian pesta pernikahan antara Pawestri Manohara, kehamilan Pawestri Manohara hingga terakhir kematian mengenaskan yang dialami oleh Manohara dan Rakryan Tumenggung Sena sebagai suaminya. Semua adegan berputar dengan cepat dalam waktu singkat seakan tumpah di dalam benakku. Begitu pemutaran adegan itu berakhir, air mataku tanpa kusadari jatuh dan membasahi wajahku. Sementara aku menghapus air mata di wajahku, sosok gelap di hadapanku kemudian mengangkat telapak tangannya dari keningku, menghentikan pemutaran adegan di dalam benakku. “Apa yang baru saja aku lihat ini?” tanyaku masih dengan mengh

  • HYANG YUDA   67. DEWA PERANG DAN KEHIDUPAN REINKARNASI KETIGA MANOHARA 1

    Hyang Yuda akhirnya mengerti. Hyang Yuda akhirnya memahami alasan dari Sasarada yang memiliki kemampuan untuk melihat sosoknya sebagai Dewa. Kemampuan itu seakan menjadi jawaban dari keinginan dua reinkarnasi Manohara sebelumnya yakni Anindya dan Samanta. Harapan itu didengar oleh berkah milik Hyang Yuda yang sejak awal juga ingin kembali pada Tuannya. Berkah itu membuat dua reinkarnasi dari Manohara menyimpan perasaan yang dalam dari Manohara untuk suaminya, Sena yang tidak lain adalah Hyang Yuda. Berkah itu jugamembuat Samanta dapat melihat beberapa kenangan miliknya di kehidupannya sebagai Manohara dalam bentuk mimpi. Seperti ucapan Hyang Tarangga pada Hyang Yuda, reinkarnasi Manohara terlindungi dari makhluk – makhluk tak kasat mata yang berniat mengganggunya. Namun dalam ucapan Hyang Tarangga pada Hyang Yuda itu ada sebuah kesalahan kecil yang harusnya menjadi peringatan untuk Hyang Yuda. Hyang Yuda juga termasuk ke dalam makhluk

DMCA.com Protection Status