VOTE YANG BANYAK YA
"Papa, Lily tidak ada! di kamarnya juga tidak ada!""Bagaiman kau bisa masuk ke kamarnya jika Lily tidak ada?" tanya Tobias pada Jeny yang baru memberitahunya dari telepon."Pintunya terbuka, aku langsung masuk."Tadi Tobias menyuruh Jeny untuk pergi mengambil tas sekolahnya yang tertinggal."Tempat tidurnya berantakan."Tobias langsung cemas dan segera menelpon ke nomor Lily yang ternyata juga tidak aktif.*****"Lily hilang!" kaget Geby.Tobias datang ke Yorkshire untuk langsung memberitahu Geby serta Jeremy setelah dua hari dia menunggu dan Lily tetap belum pulang."Bagaiamana Lily bisa hilang di apartemennya?" Geby masih syok belum bisa berpikir masuk akal."Aku melihat Brandon Lington berada di apartemen Lily.""Apa maksudmu!" kaget Jeremy yang langsung menegakkan punggung dari sandaran kursi."Aku juga tidak pernah tahu jika mereka masih berhubungan." Tobias coba menjelaskan mengenai kejadian kemarin sebelum tiba-tiba Lily menghilang dari apartemennya dengan pintu dibiarkan terbu
Kelopak mata Lily masih terasa berat untuk bergerak meski otaknya perlahan-lahan sudah mulai sadar. Berulang kali kesadarannya mulai tumbuh itu juga meredup kembali oleh rasa kantuk yang luar biasa tidak bisa ditahan. Sesuatu yang lembut dan nyaman seolah sedang memeluknya hingga cuma ingin kembali terlelap lelah. Terakhir yang Lily ingat dirinya sedang disetubuhi oleh Brandon Lington di atas ranjang, di apartemennya. Lelaki itu terus menerkamnya, mengisinya berulang kali sampai Lily tidak perduli telah diapakan saja. Lily sudah terlalu lelah, nyaris pingsan, hingga mungkin akhirnya tertidur tidak ingat apa-apa. Kali ini Lily kembali terbangun oleh rasa gelisah dan haus yang mencekik tenggorokan. Sesuatu yang lembut serta hangat menyapu-nyapu dahinya. Lily membuka kelopak matanya pelan-pelan, masih redup dan berat. "Kau sudah bangun." Lily mengenali suara berat pria tapi belum bisa melihat apa-apa kecuali cahaya buram dan silau. Lily mengernyitkan mata agar pupilnya beradaptasi d
"Kau benar-benar tidak akan memberiku pakaian?" tanya Lily setelah dirinya dan Brandon sudah kembali ke kamar. Brandon cuma menggeleng pelan. "Tidak!" "Aku tidak bisa terus basah seperti ini!" Lily melihat ujung pakaiannya yang masih terus menetes-netes di lantai. "Sudah kukatakan, lepas saja jika kau tidak suka pakaian basah!" Lily menggegat giginya sendiri untuk menahan diri karena tahu Brandon sengaja ingin membalasnya. "Apa kau butuh bantuan?" Brandon pura-pura bertanya tapi nadanya jelas sedang mengejek. "Kau pengecut!" keras Lily. "Pengecut yang cuma berani menindas wanita!" "Kau sendiri yang melompat ke air bukan aku yang mendorongmu." Lily sudah kehabisan kesabaran dia langsung maju untuk memukuli Brandon. Kedua tangan Lily mengepal, memukuli dada tebal Brandon Lington yang tetap seperti tidak merasakan apa-apa kecuali tangan Lily sendiri yang nyeri. "Sekarang kau harus mengikuti aturanku! Tidak bisa semaumu sendiri, karena di sini tidak ada keluarga Loghan yang selalu
Brandon Lington memang sama sekali tidak buruk. Sangat pantas jika dia bisa begitu percaya diri ketika harus telanjang di depan wanita. Selain makin kecoklatan, gestur tiap otot maskulinnya juga terbentuk semakin tegas. Lily merinding karena bukan cuma dari sekujur lengan, bahu dan otot dada pria itu saja yang kali ini sedang meregang. "Pilih saja kau mau menggigit di mana!" Brandon Lington memang sinting, sama sekali tidak malu menyuguhkan kepala organ jantannya. "Untuk apa kau menutup mata!" Lily dan Brandon sebenarnya sudah sering telanjang bersama tapi rasanya tetap berbeda setalah sekian tahun dan masing-masing dari mereka juga sudah tentu berubah. "Aku tidak mau, Brandon." Lily terus membekap wajahnya dengan kedua telapak tangan sambil kerepotan menjaga lilitan selimut di dadanya agar tidak melorot. "Sungguh aku tidak mau!" "Telan aku jika kau tidak mau menelan makanan!" Lily makin mengerjap rapat dan menggeleng kencang. Lily tahu Brandon tetap akan menemukan berbagai car
Geby memperhatikann Jacob dan Emily yang sedang bermain bersama Mara. Kedua bocah lima tahun itu sedang mengajak adik bayinya bermain jerapah karet yang bisa mengeluarkan berbunyi berisik ketika dipencet. Jacob dan Emily sama-sama berambut gelap dan seumuran, karena itu semua orang percaya jika mereka memang kembar laki-laki perempuan. Geby masih tidak habis pikir bagaimana Jared dan Mara bisa ikut membohongi mereka hingga selama enam tahun untuk perkara seserius ini.Geby berjalan mendekati mereka kemudian mengulurkan tangan ke pada Jacob yang juga langsung mendekatinya. Anak laki-laki tampan bernetra kehijauan sama persis seperti milik Brandon Lington."Kau sangat tampan." Geby menangkup pipi montoknya yang kemerahan kemudian memeluk anak laki-laki itu erat-erat.Meski Jared dan Mara telah membesarkan Jacob dengan penuh cinta, tapi mustahil bila hati Geby tidak pedih. Jacob memang tidak pernah tahu siapa ayah dan ibu kandungnya. Bahkan Geby tidak tahu apa Brandon Lington akan mengin
"Apa ini?" kaget Lily dengan beberapa berkas yang baru Brandon sodorkan ke hadapannya. "Itu akta pernikahan kita, cepat tandatangani!" perintah Brandon. "Apa kau gila!" Lily segera melebarkan bola matanya. "Aku akan memberimu pakaian setelah kau menandatanganinya!" "Aku tidak mau menikah denganmu!" "Bukan kau yang menentukan!" "Kau tidak bisa memaksaku!" "Aku sangat bisa!" "Brandon, apa tidak ada hal lain yang bisa kau lakukan selain menindasku?" "Kau hanya tinggal menandatanganinya dan kau juga akan memiliki apa yang menjadi milikku!" "Terimakasih atas kemurahan hatimu untuk menikahiku dan berbagi hartamu yang melimpah, tapi aku tetap tidak mau!" ketus Lily terus berkeras menolak ide gila Brandon. "Aku tidak mau menikah dengan pria sepertimu!" "Kenapa?" Sepertinya kali ini Brandon benar-benar bertanya dan menunggu jawaban Lily seolah dia tidak sadar dengan cacat mentalnya. "Kau kasar, kau sinting, dan suka memaksa!" Brandon terlihat masih tenang tidak terbaca bakal bermur
"Aku tidak mau memakai baju macam itu!""Kau hanya tinggal memakainya dan banyak-banyaklah tersenyum karena sebuah pernikahan harus tetap nampak meyakinkan.""Silahkan paksa! aku tetap tidak akan mau memakainya!" tantang Lily yang justru semakin berkeras begitu tahu apa tujuan Brandon.Lily tidak bodoh, karena dia juga masih ingat bagaiman dirinya dulu banyak menampilkan kemesraan bersama Tobias di depan media agar Brandon mau segera membatalkan kontrak pernikahan mereka. Lily tahu Brandon akan sangat cemburu pada Tobias dan ide itu memang langsung berhasil."Kau juga tidak akan bisa memaksaku tersenyum di depan semua orang!""Jangan persulit dirimu!" Brandon segera memungut baju yang tadi Lily lempar.Brandon benar-benar akan memaksa Lily memakai gaunnya, Brandon sudah membuka resleting punggung gaun tersebut sambil dia bawa mendekati Lily yang terus beringsut mundur. Tiba-tiba Brandon menarik paksa gumpalan selimut kusut yang melilit tubuh Lily dengan sentakan kasar."Brandon!" Lily
Lily memandangi pantulan dirinya di depan cermin, gaun putih yang baru dia pakai juga terlihat menempel tepat di lekuk tubuhnya yang ramping. Benar-benar gaun yang pas dan cantik, berleher V rendah dengan detail simpel tapi elegan, pas dengan gaya anak muda. Lily sampai harus mengingatkan dirinya berulang kali jika dia tidak sedang berada dalam mimpi yang indah. Bahkan tidak ada cincin yang melingkar di jari manisnya dan tidak ada satupun keluarga yang bakal melihatnya dengan gaun putih tersebut. Setiap kali yang Lily lihat dari jendela cuma langit biru dan lautan, dia sama sekali tidak tahu sudah dibawa pergi sejauh apa dan akan dibawa kemana lagi. Lily segera berpaling begitu mendengar suara pintu yang terbuka. Kali ini bukan Brandon tapi dua orang pria membawa sebuah kotak besar. "Gaunnya sangat pas dan cantik, tinggal perlu sedikit polesan untuk menyempurnakannya," salah satu dari mereka bicara dengan gemulai. Ternyata kotak koper yang mereka bawa berisi peralatan make-up dan p
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut