"Ya, kami duduk bersama di kafetaria selama jam makan siang."
Lily menjawab pertanyaan Inspektur Conrald dengan telapak tangan gemetar dan wajah pucat karena baru kali ini Lily melihat mayat dari tubuh temanya sendiri.
"Apa saja yang kalian makan?"
"Kami makan makanan yang sama dari kafetaria." Kemudian Lily memperhatikan kaleng coca cola miliknya yang tadi ia letakkan di atas meja.
"Kami menduga korban mengalami keracunan makanan. Karena kalian makan makanan yang sama, sekarang coba apa yang kau rasakan, mungkin mual, atau pusing?"
"Tidak, aku hanya takut!"
Inspektur Conrald jadi ikut memperhatikan kaleng
"Apa dia membawa minuman itu dari cafetaria?"Lily kembali mengingat-ingat ketika mereka berpisah sebelum jam istirahat berakhir."Tidak-dia tidak membawa apa-apa!""Artinya ada yang memberikan minuman itu dalam perjalanan ke toilet!" Inspektur Conrald menyimpulkan.Lily meremasi telapak tangannya sendiri yang semakin dingin karena Lily juga ingat siapa yang terakhir dia lihat mendekati mesin minuman dan mengambil kaleng coca cola tepat beberapa saat sebelum jam istirahat berakhir.*****25 HARI SEBELUMNYA.Sebenarnya pagi ini Lily agak ca
"Masuklah sekarang giliranmu."Lily yang baru keluar berpapasan dengan Brandon di depan pintu. Lily hanya menoleh sekilas tidak bicara apa-apa. Sama seperti Lily juga tidak bicara pada Inspektur Conrald jika ia melihat Brandon keluar dari kafetaria beberapa saat sebelum bel istirahat berakhir. Brandon keluar dengan membawa satu kaleng coca cola yang baru dia beli dari mesin.*****24 HARI SEBELUMNYALily akan selalu bangun dengan perasaan cemas yang sama karena harus membuka pesan yang tidak pernah ingin untuk dia baca.[Buka kancing bajumu dan remas dengan lembut untukku]Lily benar
"Kenapa aku ikut dipanggil kemari?" Brandon langsung bertanya lebih dulu sebelum Inspektur Conrald memulai pertanyaannya.Inspektur Conrald juga baru menerima beberapa lembar kertas hasil uji laboratorium dari minuman kaleng yang ditemukan di samping tubuh korban."Sudah dipastikan jika korban meninggal karena racun yang terdapat dalam minuman kaleng."Brandon masih menunggu belum kembali berkomentar."Korban tidak akan menerima minuman kaleng yang sudah terbuka kecuali dari orang yang dia kenal. Karena itu kami akan meminta keterangan dari semua teman yang belakangan sering terlihat berinteraksi dengannya.""Bukan aku yang membunuhnya!" tegas Brandon.
"Di mana saja kau selama jam istirahat?""Aku juga berada di kafetaria," jawab Brandon."Menurut keterangan beberapa temanmu, kau terlihat pergi terburu-buru meninggalkan kafetaria sebelum jam istirahat berakhir dan kau datang terlambat untuk jam mata pelajaran berikutnya."Brandon terlihat diam tapi otaknya sedang berpikir cepat. Pihak kepolisian pasti sadar jika dirinya menghilang di rentan waktu kematian korban."Kau pergi ke mana di antara jeda waktu tersebut?""Aku sedang berada di ruang kepala sekolah."******23 HARI SEBELUMNYATepat setelah bel terakhir berbunyi Brandon langsung menerobos masuk keruang kepala sekolah dan menutup pintu di belakangnya dengan rapat."Beri aku semua file data rekaman kamera CCTV di seluruh sekolah ini mulai awal tahun lalu!"Mr. Derik masih terkejut memperhatikan anak muda tinggi besar yang sudah berdiri di hadapannya. Setelah menghela napas, baru kemudian pria dengan dahi lebar dan kepala plontos itu membenahi kacamatanya sambil bertanya. "Untuk a
"Brandon Lington menyatakan jika dirinya sedang berada di ruangan Anda tepat sebelum jam istirahat berakhir?" "Ya, itu benar," jawab Mr. Derik dengan gugup. "Anda berani bertanggung jawab dengan kebenaran keterangan Anda?" "Ya." Mr. Derik juga buru-buru mengangguk. Inspektur Conrald tetap harus sangat berhati-hati mengingat sekolah tesebut juga milik keluarga Lington. Artinya, keluarga Lington juga yang menggaji semua guru dan memberi Mr. Derik jabatan kepala sekolah. Keluarga Lington bisa berbuat apa saja untuk menekan siapapun dan memintanya untuk melakukan apapun untuk kepentingan mereka.
"Kami tidak akan tinggal diam jika sampai menemukan bukti kekerasan atau penindasan dalam bentuk apapun di lingkungan sekolah!" Inspektur Conrald segera berdiri dari tempat duduknya."Beri aku rekaman CCTV tiap sudut sekolah selama tiga bulan terakhir!" tegas sang inspektur sebelum benar-benar pergi keluar.*****20 HARI SEBELUMNYA.Bel istirahat sudah berbunyi dari tadi tapi Lily masih terduduk di bangkunya hingga kelas berangsur sepi dan kosong. Tangan Lily terus bergerak ritmis mengetuk-ngetukkan ujung pulpen ke atas meja sambil menggigiti sisi dalam bibir bawahnya.Lily mendongak pada kamera CCTV yang terpasang di sudut ruang kelasnya, terus menatap sampai
"Kenapa tidak ada kamera yang aktif di area toilet?" Inspektur Conrald kembali meminta keterangan dari kepala sekolah yang harusnya bertanggung jawab."Itu adalah area privasi, komite orang tua yang melarangnya. Kami hanya diijinkan untuk memasangnya untuk memberi efek takut.""Apa murid-murid tahu jika kameranya tidak aktif?""Seharusnya tidak.""Kami juga menemukan ada beberapa disk dari data rekaman CCTV di sekolah ini yang hilang.""Sungguh aku tidak tahu jika ada disk yang hilang," bohong Mr. Derik.*****18 HARI SEBELUMNY
Suasana sekolah masih diliputi duka, beberapa anak menempel kenangan foto mereka di pintu loker korban. Ada beberapa karangan bungan dan lilin yang juga masih di biarkan di sekitarnya untuk mengenang kepergian salah satu rekan mereka. Usia delapan belas tahun masih terlalu muda untuk berakhir dengan tragis. Selain kesedihan, suasana takut juga masih mencekam semua orang karena pelaku pembunuhan masih belum ditemukan dan mungkin masih berkeliaran diantara mereka. "Kami semua mencintaimu," ucap Lily sebelum menempel kenangan foto terakhir mereka di kafetaria tepat sebelum bencana mengerikan itu terjadi. Brandon juga ikut menempelkan foto yang kelihatanya sudah cukup lama. Lily memperhatikan tangan Brandon yang juga mengetuk dua kali pada pintu loker.
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut