Sudah hampir tiga puluh tahun Margaret Lington tinggal seorang diri di rumah besar keluarganya. Sejak pernikahannya pertamanya yang hanya berumur beberapa bulan berujung perceraian, Margaret memutuskan untuk hidup seorang diri dan tidak pernah mau mendengar nasehat siapapun untuk kembali memiliki pernikahan.
Margaret benar-benar hidup sendiri, bahkan dia tidak memiliki pelayan atau asisten rumah lainya untuk mengurus rumah besarnya. Waktunya setiap hari dia habiskan untuk membersihkan rumah, merawat tanaman mawar di taman dan membuat makanannya sendiri sebagai seorang vegetarian.
Hari masih pagi ketika dia merunduk di antara tanaman mawar untuk membersihkan semak pengganggu dan menggemburkan tanah untuk tanaman yang baru dia siram. Sarung tangan karet tebalnya sudah sangat kotor dan telapak tangannya berkeringat hingga dia harus mengunakan siku bajunya untuk mengelap keringat.
Surai ikal keemasannya terlihat paling terang di antara rumpun tanaman mawar putih
YUK VOTE DULU
Geby meletakkan bunga pemberian bibi Margaret di meja balkon karena menurut Mr. Papkins tanaman mawar memerlukan banyak sinar matahari. "Apa Anda mendapatkannya dari Lady Margaret?" tanya Mr. Papkins yang bantu membawakan pot bunga Geby naik ke lantai dua. "Ya, Paman." "Bunga yang cantik." "Bibi Margaret punya banyak mawar putih di pekarangan rumahnya." "Sebenarnya leluhur keluarga Lington masih berkerabat dengan keluarga York. Mereka sudah saling menjalin hubungan pernikahan dari beberapa generasi." Geby tahu jika keluarga Loghan sendiri juga memiliki leluhur kekerabatan dengan bangsawan York. Jika dirunut lagi dalam fakta sejarah keluarga York memiliki lambang mawar putih pada masa Perang Mawar. "Mereka juga memiliki beberapa keturunan kembar sejak dari nenek moyangnya, tapi sepertinya baru tuan muda Jeremy yang memiliki lima sekaligus." Markus Lington, Margaret Lington, dan Madeline Lington sebenarnya mereka juga kem
Jeremy segera memeriksa beberapa foto yang lain termasuk membandingkan foto terakhir ibu mereka yang diambil pada saat ulang tahun James yaitu beberapa minggu sebelum kecelakaan itu terjadi. Bagaimanapun Jeremy juga memiliki anak kembar dan bisa membedakan masing-masing dari putrinya meskipun mereka tidak sedang ditandai, karena memang tidak ada yang benar-benar sama, pasti ada perbedaan walaupun sangat kecil tapi orang tua dan keluarga dekat biasanya tahu. Jeremy langsung memanggil Mr. Papkins untuk menemuinya di ruang baca. "Jelaskan apa maksud semua ini!" tuntut Jeremy yang langsung meletakkan dua lembar foto di atas meja. Jeremy yakin pria tua itu sudah mengetahui segalanya karena kalau tidak mustahil kemarin tiba-tiba dia menyinggung perkara saudari kembar ibunya. Bukannya Jeremy tidak curiga tapi waktu itu Jeremy hanya menolak memikirkannya. "Katakan apapun yang kau ketahui!" Nampaknya Mr. Papkins juga tidak mengira jika tuan mudanya justru akan menyadari hal tersebut dengan
Cuaca semaki terik menjelang akhir musim semi menandakan musim panas akan segera tiba dan akan segera digantikan lagi dengan musim dingin, terus berputar selama masih ada waktu. Sama seperti cuaca dan musim, hidup juga demikian akan terus silih berganti. Semua orang membuat kesalahan di masanya masing-masing dan hanya bisa beharap semoga Tuhan masih mau memaafkan. Dari sejarah keluarganya Jeremy belajar, jika pernikahan bisa sangat rumit dan berat untuk dijalani. Tanpa ingin menyalahkan siapapun di masa lalu, sekarang Jeremy hanya tidak ingin memikirkannya lagi. Karena sudah semestinya setiap orang memiliki akhir yang berbeda. Jeremy juga memilih pernikahan untuk hidupnya dan sangat sadar dengan pilihannya. Jeremy sedang duduk di sofa kamarnya, melihat ke luar pintu balkon yang terbuka lebar dengan semilir angin akhir musim semi di ha
Geby hendak membuka laci untuk mengambil pulpen ketika kemudian sadar jika laci yang serat itu ternyata terkunci padahal selama ini tidak ada yang mengunci laci meja. Karena penasaran Geby mengambil jepit rambutnya, melipat ujungnya sedikit kemudian memasukkannya ke lobang kunci pelan-pelan. Geby mempelajari keahlian itu dari sepupunya Tobias si anak laki-laki paling jenius di rumah keluarganya. Seharusnya Geby memang tidak perlu terlalu penasaran karena kadang hal seperti itu justru akan menyusahkan dirinya sendiri. Lipatan kertas yang sudah agak kusam menguning itu memang langsung menarik perhatiannya begitu baru membuka laci. Lagi-lagi karena rasa penasaran ia mengambil lipatan kertas tersebut dan membukanya. Sebuah tulisan tangan yang cantik dan tentu dia langsung mengenali nama di sudut bawah surat singkat tersebut. Itu nama ibunya tapi Geby pikir 'untuk apa ibunya menulis surat seperti itu kepda Sir. William Loghan?' Geby langsung pergi untuk me
Meskipun Ovelia seperti rubah betina peliharaan Jeremy, tapi wanita itu tidak akan sepercaya diri kemarin jika bukan karena sedang membawa fakta. Geby juga tidak bodoh mengenai hal itu. "Jadi kau juga tahu jika pamanku yang mencelakai James?" tanya Geby pada Jeremy, setelah nyaris tidak sabar menunggu kepulangan suaminya. Geby juga mengungkapkan semua fakta yang kemarin dituduh kan Ovelia padanya sampai Jeremy tidak bisa berkelit kecuali akhirnya bercerita meskipun Jeremy tetap harus sangat hati-hati memilah-milah ceritanya. Jeremy tetap tidak mau Geby sampai mengetahui tragedi yang telah menimpa orang tua mereka. "Jadi kau tahu aku di bawa kemari untuk kalian?" Jeremy mengangguk.
Geby kembali minta diantara ke makam ayah mereka dan kali ini dia berdiri di depan batu nisan George Loghan. Berdiri berdua bersama Jeremy di depan makam ayah mereka yang tidak pernah berkumpul seumur hidupnya tapi sekarang mereka bersama dalam satu liang lahat. "Bisa jadi kematian jauh lebih panjang dari pada kehidupan," ucap Jeremy. Kedua ayah mereka sama-sama meninggal di usia pertengahan tiga puluhan. Sepertinya mereka memang akan lebih lama bersama-sama di dalam liang lahat. Terlalu banyak luapan perasaan yang sedang Geby rasakan hingga dia sendiri bingung dan belum bisa memilahnya satu-persatu. Setelah berbagai tragedi dan rahasia yang telah puluhan tahun ditutupi dari mereka sekarang akhirnya semua sudah terbuka dan mereka
Waktu itu ketika Jeremy pertama kali duduk di depan makam James, sebenarnya Jeremy sedang berterimakasih di dalam doanya, berterima kasih karena James sudah memilihkan wanita untuknya. Karena Jeremy yakin jika James pasti punya tujuan ketika membuat surat wasiatnya. James tahu sifat Geby yang penyayang layaknya seorang ibu bagi Lily. Geby tidak akan mungkin melepaskan Lily begitu saja pada pria seperti Jeremy, dan James juga tahu jika wanita seperti itu lah yang diperlukan adik laki-lainya agar bisa pulang. Jadi ketika Mr. Papkins memberi tahu James jika Jeremy mencium Geby di kandang kuda James juga langsung sadar jika Jeremy akan segera menaruh perhatian pada Geby atau mungkin malah sudah. Wanita yang menunggangi kuda dan seorang ibu yang hebat seperti leluhur mereka Lady Elizabeth Lington, tentu James tahu bila adiknya mengagumi wanita seperti itu. Jeremy juga memaafkan James karena Geby, sama seperti dia memaafkan Mr. Harlot dan Matias Durant. Jeremy juga semakin
SEASON 2 Title: HOT NIGHT Blurb: "Arg... Oh.... Ah...Ooooh...." Berbagai desahan dan erangan nikmat silih berganti menjadi irama menggairahkan dari percintaan panas yang meningkat semakin liar. "Ooooh..."Sebuah desakan dalam memicu erangan yang lebih panjang tapi juga nikmat luar biassa. Tidak sakit sama sekali meskipun pria itu sangat besar dan keras. Semuanya nikmat, sekujur tubuhnya sangat nikmat dan jantan. Pinggul liatnya terus berayun menumbukkan berbagai rasa kejang bertubi-tubi. Rasa kejang yang diinginkan wanita manapun dari desakan kejantanan pria yang menyelip di antara kedua pangkal pahanya. Tidak sembarang pria bisa memberikan rasa seperti itu. "Oh... Ya ampun!" bibir wanita itu memekik lag
Salju mulai menebal di pertengahan Desember dan sampai puncaknya di bulan Januari. Padang rumput yang luas sudah sempurna diselimuti salju. Meskipun para kuda termasuk hewan yang paling tahan terhadap cuaca dingin, tapi biasanya justru para pekerja yang semakin enggan membawa kuda keluar istal. Cuma Jared yang terlihat tetap tidak keberatan untuk berkeliaran di cuaca yang sudah semakin membeku, menurutnya kuda-kuda tersebut tidak hanya cukup di beri tumpukan jerami kering, mereka perlu bergerak utuk terus bugar dan mempertahankan panas tubuhnya. Mateo memperhatikan Jared yang sudah beraktifitas sejak pagi, seolah sama sekali tidak mengenal rasa dingin meskipun napasnya terlihat berkabut. "Kubuatkan minuman panas untukmu!" Mateo mengangkat segelas coklat panas utuk dia tunjukkan pada Jared yang masih sibuk membawa kuda-kuda berputar di sekitar istal. "Sebentar lagi Paman!" Jared berputar sekali lagi sebelum kemudian memasukkan kuda-kuda ke dalam istal. Paling tidak dua jam dalam se
Semua pekerja istal ikut berkumpul di beranda samping rumah utama mengelilingi meja besar di area dapur kekuasaan Carolina. Jadi jangan heran jika juru masak bertubuh subur itu jadi yang paling jumawa jika ada yang berani melanggar aturannya. Carolina sudah menyiapkan bebagai menu masakan dan seperti biasa para pria-pria tua itu selalu rakus. "Kemari, Jared. Sudah kuambilkan sup untukmu." "Karena dia masih muda dan tampan jadi kau paling memanjakannya?" "Diam kau, Kakek Tua! " Carolina tidak menghiraukan dia tetap menarik lengan Jared yang kebetulan terakhir tiba. Anelies sudah ikut duduk di tengah meja makan bersama mereka semua dan ikut menertawakan entah lelucon apa karena Jared memang sudah tertinggal. Anelies menoleh padanya dan tersenyum. "Ingat anak muda jangan coba menggoda nona kami, cukup Carolina saja. " Carolina langsung memukul punggung sepupunya itu dengan spatula. Selain sepupunya, paman Carolina dulu juga bekerj
Anelies duduk di atas batu agak datar di antara semak rumput tidak terlalu tinggi, gadis itu menyingkirkan sisa terakhir pakaiannya, membiarkan Jared melihatnya. Tungkai rampingnya yang lembut terlihat sepeti kaki peri ketika Anelies menjejak ke tepian batu tempatnya sedang duduk setengah berbaring. Jared langsung melompat turun dari punggung kuda, menyambar pakaian Anelies untuk menutupi tubuh gadis itu. "Satu minggu yang lalu usiaku sudah genap tujuh belas tahun aku sudah cukup dewasa untuk berbuat apa saja, dengan siapa saja. Kau tidak perlu khawatir, aku juga sudah pernah melakukannya," ucap Anelies pada Jared yang masih coba menutupi tubuh Anelies sekenanya. "Aku tidak akan apa-apa." Anelies mencekal tangan Jared yang hendak berdiri dan gadis itu masih menengadah se
Jared kembali melihat daun pintu kamar yang sedikit terbuka, dia tahu apa ayang akan terjadi jika dirinya tetap melangkah, tapi setiap kali rasa penasaran itu selalu tumbuh lebih besar untuk menenggelamkan sisa kewarasannya. Dirinya juga akan hancur tak tertolong dan tidak bisa dihentikan, dia bisa mengubah erangan kenikmatan menjadi jeritan bersimbah darah. Tubuhnya akan mulai bergetar meningkat semakin panas, terus bergolak seolah nadinya memang dialiri magma. Jared akan meregang dan mengerang sendiri dalam rasa kejang yang menyiksa dengan sangat luar biasa sampai akhirnya ia akan tersentak dari tidurnya dan terduduk dengan sisa jantung berdentam-dentam.Sudah lewat tengah malam, ketika Jared kembali terbangun dengan telapak tangan bergetar dan mengepal. Napasnya berderu kasar dan sama sekali belum bisa menjinakkan ritme jantungnya yang liar. Mimpi mengerikan itu kembali menerjang beru
Anelies tidak menyangkan jika bibir seorang pria akan terasa seperti ini. Hangat dan tebal bertekstur tapi tetap lembut ketika menakup dan mengaisnya dalam lumatan. Gairahnya berbeda, tidak seperti ketika dia sekedar 'flirting' bersama teman laki-laki di sekolah.Napasnya pria dewasa lebih panas merongrong untuk terus dipenuhi kemauannya. Lidahnya bisa disebut lembut tapi juga kasar dengan caranya menjerat mangsa dengan tepat. Pria itu liar, besar, panas bergemuruh penuh nyali.Jared masih menakup pipi Anelies dengan kedua telapak tangannya yang hangat sampai gadis itu cukup menengadah untuk menyambut hisapannya.Entah kemana perginya udara yang tadi nyaris membeku karena kali ini atmosfer di sekitar mereka tiba-tiba menjadi panas seperti uap sup jamur mereka yang terlupakan.Anelis merasa tengkuknya mulai dicengkeram, cukup keras tapi tidak tahu kenapa sepertinya dia juga tidak mau pria itu berhenti memperlakukannya seperti itu. Bibirnya kembali digigit
Sebentar lagi akan menghadapi musim dingin dan beberapa tahun belakangan ini musim dingin bisa menjadi lebih ekstrim, bahkan tahun kemarin sampai mencapai titik terendah minus 10 derajat celcius di bulan Januari. Dari sekarang semua pengurus istal harus bersiap agar dapat bertahan sampai musim semi tahun depan. Semua penghangat di istal harus dipersiapkan dan memastikan semua mesinnya berfungsi dengan baik. Karena sudah lama tidak digunakan kali ini juga menjadi pekerjaan tambahan Jared untuk memastikan semua penghangat masih berfungsi normal. Sebenarnya kemarin Mato sudah hendak memanggil tukang servis tapi Jared melarangnya dan menawarkan diri karena itu kadang hanya Mato yang menemaninya bekerja sampai malam ketika harus melembur pekerjaan tersebut. Sebagai kepala pengurus istal Mato juga merasa ikut bertanggung jawab dan tentunya dia juga menyukai Jared yang tidak pernah pilih-pilih pekerjaan. Dia mau memegang pekerjaan apa saja
"Jared ..!" pekik gadis yang sedang ia himpit ke sudut istal. Tangan rapuhnya mencengkram erat pada pagar tiang pengait kuda, berusaha mencari pegangan apa saja ketika tubuhnya semakin bergoncang-goncang. Jared terus mendesaknya meskipun tau gadis itu sudah sangat kesakitan dan berulang kali memohon agar dirinya berhenti. "Kau sakit ...." pekiknya sekali lagi "Oh ...!" "Hentikan! kau menyakitiku .... " Tapi Jared tetap tidak bisa berhenti, dia senang melakukannya dan justru semakin terpacu untuk menumbukkan pingulnya lebih keras lagi. Dirinya sangat besar keras dan kejang, sekujur tubuhnya panas seperti api ketika sedang terbakar seperti ini. Sebenarnya Jared sangat membenci kek
Jared sudah kembali memakai celana panjangnya meskipun tubuh dan rambut di kepalanya masih basah menetes-netes ketika menghampiri gadis muda yang sedang merintih kesakitan di atas rumput. "Maaf apa kau tidak apa-apa?" "Kakiku terkilir." "OH, Tuhan!" Jared segera mengangkat tubuh gadis itu utuk dia bawa ke dalam pondok. Jared mendorong daun pintu dengan kaki panjangnya kemudian mendudukkannya di tepi ranjang. "Bagian mana yang sakit?" Jared buru-buru memeriksa karena gadis itu mulai menangis disertai air mata. "Ini sakit sekali..." dia masih merintih sambil memegangi lututnya sampai tidak terlalu perduli dengan pria yang sedang berjonkok di depannya. "Tarik napasmu pelan-pelan biar kuperiksa." "Kau tidak bisa!" buru-buru dia mencegahnya. " Aku memakai celana!" baru kemudian gadis itu sadar jika dia juga tidak mengenal pemuda yang coba menolongnya itu. "Apa kau mau aku memanggilkan seseorang?" Jared juga terlihat
Jared pergi tanpa berpamitan dengan siapapun bahkan paman dan bibinya pun juga tidak tahu. Jared pergi hanya dengan membawa ransel seperti biasanya ketika dia berangkat bekerja. Cuma ada beberapa lembar pakaian di dalam benda tersebut. Jared bukan tipe pria yang bakal mau repot mengurusi penampilannya, baginya yang terpenting tubuhnya bersih rambutnya pun selalu kelewat panjang untuk bercukur. Sampai Jared pergi kemarin, paman dan bibinya juga tidak tahu jika ia sudah di usir dari bengkel Norton dan sedang jadi pengangguran. Meskipun kemarin Josephine mengatakan bahwa ayahnya ingin dirinya bekerja lagi, tapi Jared yakin itu juga cuma kerena Josephine yang memohon lagi kepada ayahnya. Jared kenal sifat tuan Norton, mustahil dia mau menarik ucapannya kembali hanya untuk pemuda tak berguna seperti dirinya meskipun ia terbukti tidak bersalah.