Lius hanya menghela nafas panjang. Ia sungguh tidak habis pikir dengan sikap Raven yang suka berubah-ubah. bukan hanya Raven saja, sikap Romeo juga demikian. Lius terkadang merasa kedua sahabatnya itu benar-benar harus menjalani pengobatan kejiwaan serius. jika tidak akan semakin membahayakan orang lain.
Selesai dengan pikirannya, Lius berjalan masuk ke dalam ruangan, ia melihat seorang anak muda berusia sekitar 13 atau 15 tahun meringkuk kesakitan di atas ranjang pasien.
“Hai,” sapa Lius ramah.
“Hai juga,” balas Keith dengan senyuman pucatnya.
“Mana yang sakit?” tanya Lius langsung ke inti pembicaraan.
“Tidak ada,” sangkal Keith.
Lius tidak percaya, ia adalah seorang dokter ahli dan tidak ada yang bisa menipunya. Dengan menyembunyikan rasa sakit akibat penyakit tertentu.
Melihat Keith semakin kesakitan, Lius langsung melakukan pemeriksaan dan jika dugaanya tidak salah. Maka ia harus segera membuat tulang palsu untuk pende
*** Selama di kantor pikiran Raven tidak fokus, bayangan wajah Ruster yang memelas tadi pagi membuat hatinya terenyuh. Wajah cantik Ruster yang terlihat pucat saat di setubuhi Romeo yang dalam keandaan mabuk berat. Raven menghela nafasnya, duduk bersandar di kursi sambil memainkan pen hitam di jemari lentiknya. tidak lama ia merokoh saku jas nya ingin menghubungi telpon rumah nya tapi niat nya seketika berubah. Raven mematikan ponselnya kembali karena merasa ia tidak pantas melakukannya. Raven menggigit bibir bawahnya, terlihat berfikir keras dengan apa yang harus ia lakukan. "Apa yang aku lakukan, persetan dengan Ruster. dia bukan siapa siapa ku hanya seorang pelacur yang menghangatkan ranjang," maki Raven dengan memukul meja dengan kedua tangannya. Saat Raven ingin meyimpan kembali ponsel yang ia genggam. Ponselnya, tetiba bergetar hingga Raven mengenyitkan kening dalam dan menatap layar yang tertera nomor telpon rumah. "Hallo?" ucap
Melihat tidak ada reaksi dari Romeo. Aelin hanya tersenyum pilu dan ia juga pernah merayu Raven tapi dengan tegas di tolak oleh Raven yang merupakan pria kasar. kini ia secara terang-terangan mengejar Romeo dan sayang sekali. kali ini, ia harus kecewa lagi dengan sikap Romeo yang acuh tak acuh padanya Aelin adalah anak dari rekan bisnis orang tua Raven dan Romeo, sosoknya sangat menyenangkan tapi hanya sebatas sebagai kesenangan bagi kedua kembar yang menyimpang kelainan seks. "Ini sudah jam makan siang, aku tidak melihat Raven berada di ruangannya?" ucap Aelin dengan melepaskan dasi di leher Romeo. lalu membuka satu persatu kancing di kemeja Romeo. "Dia sudah pulang,” balas Romeo yang menahan tangan Aelin untuk tidak membuka kancing kemejanya yang ke tiga. "Aku ingin makan siang di luar apa kau mau menemaniku?" ucap Aelin yang tidak menyerah dengan usahanya untuk mendapatkan Romeo atau sekedar bermain di atas ranjang atau di dalam kantor. Sej
Keith merasa aneh dengan iparnya, karena ada perasaan berbeda dengan ipar yang ia temui sebelumnya dengan yang ini. “Mungkin hanya perasaanku,” batin Keith. “Terima kasih, kakak ipar. Hati-hati di jalan dan jangan mengemudi asal-asalan,” nasehat Keith yang di tangkapi dengan senyuman oleh Raven. Pintu di tutup, Raven memerintahkan Ruzel untuk mengawasi dengan detail dan jangan sampai kecolongan. “Baik Tuan.” Sepanjang perjalanan keluar dari rumah sakit. Raven menghela nafas panjang, ia sangat lelah hari ini dan memutuskan untuk segera pulang kerumah. *** Di kediaman Van Diora, Ruster terjaga dari tidurnya membuka matanya perlahan memperhatikan sekeliling kamar yang gelap. saat ia ingin bangkit dari tidurnya, Ruster terdiam merasakan seseorang memeluk pinggang rampingnya. Ruster menoleh ke samping, sosok Rameo yang tertidur semakin merapatkan diri ke tubuhnya. Ruster memilih tidak bergerak menunggu sampai suaminya itu te
Tiba-tiba Ruster merasakan sapuan lembut di bibirnya dan Ruster mengenali bibir siapa ini. Ia langsung membuka kedua matanya menatap kepada sosok pria yang berdiri bertumpu pada meja mengelus pucuk kepalanya. sekali lagi bibirnya di cium kemudian menjadi lumatan penuh nafsu. “Romeo…” batin Ruster. Entah sejak kapan Romeo sudah berada di sini, bergabung dengan kakaknya menyentuh tubuh Ruster. tangan Romeo bergerak lincah memilin Ruster lalu menghisapnya di sertai dengan gigitan kecil. Raven mencabut Rudalnya dan duduk di atas meja. dengan merengkuh tubuh Ruster yang duduk di atas pangkuannya. Dengan posisi menghadap ke arah Romeo yang berdiri di depannya. Ruster memekik keras saat jari tangan Raven memasuki liang anusnya. Raven kemudian, memberi cairan barusan kedalam liang anus Ruster. "Tidak... tidak!" tolak Ruster dengan menggelengkan kepalanya. Ruster tidak ingin di anal lagi. karena terakhir di oleh Romeo, terasa sangat men
“Apa kau ingin mengulangi kesalahan musuh keluarga Van Diora dengan mengorbakan semua air mata Karlos Van Diora yang memutar waktu berabad-abad hingga Raphael Van Diora terjebak keabadia dengan melihat orang terdekatnya meninggal satu demi satu. Kemudian, kedua ayah kalian mengulangi kehidupan tiga kali dengan air mata tak terhitung lagi!” jelas Lius Versalius yang berhasil mendapatkan serpihan ingatanya kembali, saat Karlos mengenggam tanganya di saat terakhir dengan senyuman bahagia. Karena berhasil memutarkan kembali waktu yang terampas dari perjanjian di masalalu dengan mengorbankan orang di sekelilingnya. Di masa kini, Karlos melihat orang yang terlibat di dalamnya hidup berbahagia dengan pasangan aslinya.“Maafkan aku,” kata yang pernah di ucapkan oleh Karlos di saat terakhir. Di dalam ingatan Lius sampai sekarang.“Tapi,” ragu Raven.“Ven, aku selalu di sisimu! Di masa lalu atau masa depan. berapa kali waktu
Ruster tidak ingin suaminya salah paham. Tapi justru itu yang membuat Devan semakin ingin mendekati Ruster. Setelah ia mendapatkan informasi, pernikahan Ruster dengan Romeo hanya sebatas kertas tipuan. Karena Romeo mencurigai Ruster adalah mata-mata dan pernikahan keduanya itu tidak sah. Pastor yang memberkati mereka adalah palsu dan surat pernikahan juga palsu. Hal seperti ini, mudah di dapatkan oleh Devan. Karena ia satu organisasi dengan kedua kembar.“Kalau begitu, hati-hati di jalan!” ucap Devan Holland dengan senyumannya.“Terima kasih,” balas Ruster dengan hati berdebar-debar.Di dalam mobil, Ruster mengamati pesan yang di kirimkan oleh Devan padanya. Ia membalasnya dengan singkat dan selalu menghapus semua pesan sampai bersih. Di ponselnya hanya ada nomor suaminya, ibu, Keith, Vio dan terakhir nomor Devan Holland yang di tulis dengan nama D.Kepulangan Ruster yang awal, tidak menimbulkan kecurigaan apapun pada penghuni ruma
Ruster sedikit kecewa, tapi ia tidak ingin mengatakan hal itu. hingga akhirnya Raven merasang area inti Ruster dengan mulut dan lidahnya. untuk menyiksa Ruster secara perlahan-lahan.Tangan Ruster spontan meremas rambut Raven. Sesekali mendorong kepala Raven semakin dalam menyentuh lembah basah itu. entah apa yang Ruster lakukan sekarang, tapi ia tahu ini salah. Tapi sentuhan lembut seperti ini, rasanya sangat sayang untuk ia tolak.Mungkin setelah ini, Ruster berpikir untuk berpura-pura tidak tahu sama sekali.“Ahhh ven..” ldesah Ruster yang merasakan kenikmatan membara.Tubuh Ruster bergetar hebat, di ikuti dengan cairan bening yang keluar begitu saja. Di bawah sana, Raven tersenyum penuh kemenangan. Ia mengecup area itu, lalu segara bangkit dari posisinya dan kembali menjejerkan tubuhnya dengan Ruster.Raven membuka resletingnya, membuat Ruster semakin was-was. Ia memang tidak masalah dengan Raven yang menyentuhnya dengan jari ataupu
Tanpa kehadiran Raven di rumah selama berapa hari ini. Ruster merasa lega kembali, ia bisa keluar dari rumah untuk mengunjungi ibunya dan adiknya yang sudah kembali dari liburan penukaran siswa di sekolah.Raven tetiba membatalkan semua kerjasama yang menurutnya akan merugikan perusahan. Sehingga ia pulang lebih awal dengan hati riang gembira. Ia memasuki rumahnya yang super mewah dengan segera menuju kamar Ruster untuk melepaskan gairahnya.Romeo membuka kamar Ruster, keningnya mengernyit dalam tidak menemukan Ruster di sana. Raven melangkah masuk dan membuka pintu kamar mandi yang di dalamnya tidak ada tanda keberadaan Ruster sama sekali. Padahal ia yakin, wanita itu selalu tidur siang di rumah tanpa kemana-mana.“Kemana Ruster?” batin Raven.Raven segera memanggil pelayan rumah dan mereka langsung menghadapnya.Raven bertanya Ruster kemana dan pelayan menjawab sebenarnya. Kemudian, Raven menyuruh pelayan menjauh dan rahangnya m
"Aku sayang padamu," ucap keduanya dengan memeluk Ruster bersamaan.Dahi Ruster semakin mengerut dalam, tetapi ia menikmati permainan kedua suaminya kali ini.Romeo mengandeng tangan Ruster di kiri dan Raven di kanan.Pintu utama di buka.Kedua mata Ruster terbelalak besar. ia melihat banyak tamu undangan yang hadir dan ada ibu juga adiknya."Ini?" tanya Ruster heran."Acara pernikahan kita," balas keduanya bersamaan."Ha?" balas Ruster yang masih binggung. tapi masih mengikuti keduanya berjalan ke altar."Dulu kita menipumu pakai pastor palsu untuk menikah, sekarang kita pakai yang asli. tepatnya kita akan menikah hari ini," jelas Romeo.Ruster melihat ke wajah Raven untuk meminta penjelasan."Maafkan kami berdua yang menipumu selama berapa tahun ini, pernikahan dulu tidak sah. ini yang sah," ucap Raven dengan senyuman lembut yang membuat hati Ruster meleleh."Jahat, kalian berdua sangat jahat. sampai aku
Romeo dan Raven saling memandang satu sama lain."Baik Bu. kami akan mempertaruhkan nyawa untuk menjaga Ruster selamanya dan tidak akan membiarkan siapapun mendekatinya," balas keduanya secara bersamaan.Ibu Ruster terkejut dengan tekat keduanya. lebih terkejut lagi, kenapa ia bisa melihat ada kembar yang segila keduanya yang mau berbagi istri.Selesai dengan acara pernikahan Keith dan Aelin.Ruster mengeluh sakit kaki, ia meminta kedua suaminya untuk memijat-mijatkan kedua kakinya. dengan posisi terbaring terlentang di atas ranjang yang besar dan empuk."Apa aku sudah tua? jadi badan aku sakit semua?" tanya Ruster kepada Raven dan Romeo."Siapa bilang kamu tua," balas Romeo yang tidak terima dengan perkataan Ruster yang mengatakan kata tua.Sedangkan Raven hanya diam. otaknya sedang sibuk dengan rencana selanjutnya. rencana yang akan membuat Ruster terkaget-kaget."Ven..." sahut Ruster pada Raven yang diam mematung sejak
Ruster melihat ke arah belakang, ia melihat tinggi sampai suara kedua suaminya memang sama satu sama lain."Kenapa aku baru sadar?" batin Ruster yang selama ini hanya bisa membedakan keduanya. kecuali orang lain akan susah."Mungkin aku spesial," lanjut Ruster dalam hati dengan perasaan bangga.Selesai memilih pakaian, ketiganya memutuskan segera pulang ke rumah. karena perut Raven sudah berbunyi nyaring.Romeo mengerutkan keningnya yang menatap Raven dengan tatapan jengkel."Sekarang perut Raven yang berbunyi, kemarin dirimu. kalian berdua ini selalu kompak deh," ucap Ruster dengan wajah senang. karena ia sudah malas mau jalan ke tempat lain lagi, beruntungnya nasib baik berpihak padanya.Raven hanya diam dengan wajah tidak senang. ia bisa saja memaksakan diri makan junk food atau makan luar. tetapi permintaan Ruster yang membuatnya tidak bisa mengatakan kata tidak.Sesampai di rumah, Ruster segera masuk ke kamar untuk melihat keanda
"Ven, kita harus menyelesaikan semua ini secepatnya. sebelum ketahuan oleh Ruster!" perintah Romeo kepada Raven."Kau juga, jangan sampai bocor. kita akan memperlihatkan pernikahan terindah dan termewah untuk Ruster," balas Raven dengan sikap seriusnya.Kedua kembar saling berpelukan, lalu tertawa renyah bersamaan."Kalian berdua kenapa?" tanya Ruster yang heran melihat kelakuan kedua suamianya yang super ajaib hari ini."Biasa, kita teringat permainan masa kecil. permainan yang kalah dan menang," dusta Romeo yang mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. sedangkan Raven memasang wajah masam.Ruster tertawa pelan, ketika melihat wajah Raven yang masam yang menandakan kalah permainan."Jangan marah lagi, ayo berangkat bersama-sama!" perintah Ruster menarik kedua tangan si kembar.Kedua pria sengaja jatuh ke dalam pelukkan Ruster dan bermanja-manja.
Ruster yang jengkel dengan kelakuan keduan suaminya. Ia memilih duduk di kursi lain daripada duduk di kursi yang membuatnya susah memilih. salah-salah di antara kedua suaminya akan bertengakr karena menganggap dirinya piluh kasih.Raven dan Romeo langsung pindah tempat duduk, melihat Ruster memilih duduk di tempat lain. daripada duduk di kursi yang mereka berdua tawarkan.Keduanya mengelus paha Ruster secara bersamaan sebagai arti lain.Ruster melototkan kedua matanya.Kedua pria kembar tersenyum lebar tanpa merasakan kesalahan.Ruster ingin mengumpat kedua suaminya kurang ajar. Tapi ia sudah terlena dengan sentuhan liar kedua suaminya yang semakin naik ke atas pahanya.Kryukkkk KryukkkkSuara perut Romeo yang super nyaring, membuat dahi Raven berkerut dalam. Lagi-lagi kesenangannya terhenti oleh ulah Romoe."Maaf," ucap Romeo
Jika orang yang sedang senyum itu adalah Romeo. mereka berdua tidak akan kaget seperti ini. tapi orang ini adalah Raven. maka di pastikan bencana akan datang dalam waktu dekat.Takut mendapatkan kemarahan, keduanya segera pamit dengan alasan mau fitting baju pegantin untuk acara bagian malam.Ruster sebenarnya sedikit terkejut dengan keputusan keduanya. yang tetiba pergi begitu tergesah-gesah.Sedangkan Raven masih duduk santai dengan kedua mata menatapi isi undangan pernikahan yang telalu simpel dan elegan.Jika di pikir-pikir, ia dan Romeo tidak pernah memakai kertas undangan untuk pernikahan Ruster. sesaat Raven merasa ia menajdi pria menyedihkan di dunia. untuk kertas seperti ini saja tidak mampu ia persiapkan untuk undangan tamu, saat menikahi Ruster."Sedang melihat apa?" tanya Ruster yang penasaran dengan sikap Raven yang diam sejak tadi."Melihat kertas undangan ini, begitu simple dan elegan. jika di pikir-pikir, aku dan Romeo tidak
"Lapar dalam arti apa?" tanya Raven yang berpura-pura bodoh. ia tahu Ruster meminta hal lain. Ruster yang kesal, langsung memukul wajah Raven dengan lembut. "Jangan pura-pura bodoh," seru Ruster yang dengan nada sedikit marahnya. Kemarahan Ruster di tangkapi dengan tawa oleh Raven. "Kau mulai jadi wanita binar," balas Raven yang menatapi Ruster dengan tatapan penuh nafsu. "Binar untuk suami sendiri, tidak salah kan?" balas Ruster yang mengedipkan salah satu mata dan mengigit bibir bawahnya. "Ya, tidak salah. justru sangat menyenangkan. aku suka itu," ucap Raven yang langsung menahan tengkuk Ruster. lalu mencium bibir Ruster semakin dalam di sertai dengan pangutan. Klekkk... Pintu terbuka dan Resti merasa bersalah. ia tidak tahu kedua tuannya sedang bermestraan di dalam ruangan kerja. "Ma-maaf... saya tidak sengaja," ujar Resti jujur. Raven hanya mendengus kesal. sedangkan Ruster berusaha mera
Kedua ayah hanya menatapi kedua anak kembar dengan tatapan kaget, bagaimana tidak, di usia yang masih belum 10 tahun, keduanya sudah akan masuk kuliah. "Daddy, kita mau pergi main-main dengan paman Zeus. boleh ya?" pinta Karlos memohon kepada Raven. "Ayolah Daddy, kita tidak akan nakal dan membuat Daddy cemas. boleh ya," pinta Raph kepada Romeo. Romeo melirik ke arah Raven dan begitu juga dengan Raven. keduanya saling menghela nafas panjang. bagaimanapun mereka sangat susah untuk memgatakan tidak kepada kedua anak kembar yang kini mulai tumbuh besar. "Janji jangan melakukan hal macam-macam yang membahayakan nyawa?" ucap Romeo pada akhrinya. "Tentu saja," jawab keduanya bersamaan. Raven mengelus kepala putra kesayangnya dan memeluknya dengan cinta. "Belajar yang cepat, agar bisa mengantikan daddy di masa depan. daddy capek kerja," ucap Raven kepada Karlos yang akan mengantikan dirinya di masa depan. Karlos menatapi
Melihat keduanya masih diam, Lius berjalan selangkah ke depan. Devan langsung mengakui apa yang terjadi barusan.BukSatu tinju melayang di wajah Devan Holland.Tanpa kata-kata Lius berjalan ke arah Romeo. satu kali pukulan juga di terima oleh Romeo. Tidak ingin menghabiskan banyak waktu, Lius memilih mencari ruangan Raven dan ia melakukan serangkaian pemeriksaan. Lalu matanya melihat ke arah Raven yang tertidur dengan tenang.Devan dan Romeo masih di luar menunggu dengan was-was.Kali ini Lius tidak marah, ia hanya berjalan keluar dan hal ini membuat keduanya terheran.Romeo memilih kembali ke dalam kamar yang merupakan kamar Ruster, tetapi ia tidak menemukan Ruster di manapun.Panik, itu lah yang di rasakan oleh Romeo. ia mencari istrinya di semua tempat dan terakhir mengingat kamar raven. tebakan Romeo benar, ia melihat Ruster duduk di samping Raven dan mengenggam jemari Raven yang dingin."Apa yang terjadi," tanya Ruster me