Axel terlihat sedih melihat Vyan, tapi dia tetap harus menerima jika anaknya akan membenci dirinya."Vyan..kamu ini bicara apa?" tanya Keara dengan heran."Mama tidak perlu menutupi kebusukan papa lagi, aku sudah tahu semuanya. Nenek memberitahu semua padaku." ucap Vyan dengan kesal."Nenek?" gumam Ivan dengan mengerutkan keningnya."Kenapa...kenapa..kenapa semua membela Axel itu...dia sudah menelantarkan mama dan kita berdua...kenapa mama tetap menyukai pria sialan itu." teriak Vyan dengan kesal."VYAN!!!" bentak Keara dengan kesal.Vyan sontak terkejut mendengar mamanya membentak dirinya untuk pertama kali, dan dia tambah kesal karena mamanya lebih membela papanya daripada dirinya.Axel hanya diam di belakang Vyan, dia tidak berhak untuk membela diri karena memang dia bersalah."Pak Gavin..." gumam Vina dengan heran, dia melihat Axel di depan pintu dan Vyan didepannya, dia juga mendengar mamanya marah tadi."Vyan..." gumam Vina dengan kesal.Keara mengerutkan keningnya dia baru sada
Malam harinya.Keara duduk di kursi meja makan dengan mereka berdua, dan tidak ada satupun dari mereka yang memulai pembicaraan, bahkan mereka berdua saling membuang muka."Maafkan mama ya..." ucap Keara dengan sedih, Vyan menoleh sekilas ke mamanya, dia paling tidak suka melihat mamanya sedih."Kenapa dia menyuruh kita pindah begitu saja?" tanya Vyan dengan kesal, Vina menoleh ke Vyan dengan kesal karena Vyan tidak sopan memanggil Axel dengan sebutan 'dia'."Vyan, keadaan kita sedang mendesak sekarang, mama tidak bisa jelaskan ke kalian berdua sekarang tapi ini demi kebaikan kita. Besok kita pindah ya...." ajak Keara dengan lembut.Vyan mendengus kesal, "Aku melakukan ini untuk mama bukan untuk dia." jawab Vyan dengan kesal lalu dia masuk ke kamarnya.Keara tersenyum, setidaknya Vyan mau ikut dengannya. Dan sekarang gantian dia harus membujuk putrinya."Mama," panggil Vina."Iya sayang?" tanya Keara dengan lembut."Aku ikut mama. Tidak perlu membujuk apapun." jawab Vina dengan wajah
Saat Vyan naik ke panggung, dia cemas karena dia tidak cukup belajar untuk olimpiade ini tapi dia tetap yakin jika dia bisa. Sedangkan itu, Axel pulang ke rumah Keara yang baru itu. "Axel..." Keara menyambut Axel dengan senang, dan dia langsung memeluk Axel. Axel tersenyum kecil, setalah itu Keara melepaskan pelukannya. "Kamu baik-baik saja?" tanya Keara. Axel tersenyum kecil. Lalu mereka duduk di sofa berdua, dan Keara membuatkan minuman hangat untuk Axel. "Maaf, aku tidak datang kemarin disini." ucap Axel. "Tidak apa-apa, tapi kamu baik-baik saja kan?" tanya Keara dengan cemas. Axel menoleh ke Keara sambil tersenyum, "Jangan cemas." "Bagaimana mereka, mereka nyaman disini?" tanya Axel. "Tentu saja." jawab Keara. "Tapi Axel, mereka sepertinya mengharapkanmu untuk disini juga, meskipun mereka tidak bilang langsung tapi mereka kelihatan kok kalau mereka menunggumu." ucap Keara sambil tersenyum. Axel sontak terkejut mendengar ucapa Keara, "Mereka menungguku?" tanya Axel deng
Saat Vyan naik ke panggung, dia cemas karena dia tidak cukup belajar untuk olimpiade ini tapi dia tetap yakin jika dia bisa.Sedangkan itu, Axel pulang ke rumah Keara yang baru itu."Axel..." Keara menyambut Axel dengan senang, dan dia langsung memeluk Axel.Axel tersenyum kecil, setalah itu Keara melepaskan pelukannya."Kamu baik-baik saja?" tanya Keara.Axel tersenyum kecil.Lalu mereka duduk di sofa berdua, dan Keara membuatkan minuman hangat untuk Axel."Maaf, aku tidak datang kemarin disini." ucap Axel."Tidak apa-apa, tapi kamu baik-baik saja kan?" tanya Keara dengan cemas.Axel menoleh ke Keara sambil tersenyum, "Jangan cemas.""Bagaimana mereka, mereka nyaman disini?" tanya Axel."Tentu saja." jawab Keara."Tapi Axel, mereka sepertinya mengharapkanmu untuk disini juga, meskipun mereka tidak bilang langsung tapi mereka kelihatan kok kalau mereka menunggumu." ucap Keara sambil tersenyum.Axel sontak terkejut mendengar ucapa Keara, "Mereka menungguku?" tanya Axel dengan tidak per
Sampai di rumah Andre, Axel langsung memberikan flasdisk berisi video cctv percakapan Rose dengan Dito itu."Ini yang kau inginkan. Sekarang lepaskan papaku!" ucap Axel dengan nada datar.Rose berdecih tersenyum, lalu....Malam harinya.Keara duduk di sofa ruang tamu, dia cemas karena Axel belum mengabarinya sampai saat ini."Terjadi sesuatu kah...." gumam Keara dengan cemas.Vyan melihat mamanya yang terlihat risau itu, dia heran kenapa mamanya begitu risau hanya karena Axel tidak datang lagi.Vina duduk di ranjang kamarnya dengan mengelamun, dia meneteskan air matanya dengan kesal. Dia benci dengan Axel tapi disisi lain dia sayang dengannya."Kenapa harus berbohong seperti ini..." gumamnya dengan kesal..Axel membuka matanya, dan saat dia membuka mata dia terkejut melihat tubuhnya yang telanjang dada, dan tangan kakinya diikat."Apa ini," gumamnya dengan kesal.Takkkkkkk!!!"Akhhh......" lirih Axel yang tiba-tiba punggungnya dicambuk, Axel berada di kandang kuda itu dan ada anak b
Lalu dengan cepat Vyan mengambil cambuk itu dari pria di belakang papanya itu dan dia memukul pria itu dengan keras, sampai pria itu tersungkur di tanah.Dan Vina sibuk melepaskan tali di badan papanya itu.Dan setelah talinya lepas, Vyan mengmbil tali itu dan segera menali ke pria itu agar tidak bisa menyerang Vina dan Axel."Papa..." lirih Vina dengan cemas, karena Axel berusaha bangun untuk membantu Vyan, tapi karena tubuhnya lemas dia tidak bisa bergerak."Papa diam saja! aku bisa menyelesaikan ini." ucap Vyan dengan kesal, lalu dia mengambil cambuknya lagi dan berjalan ke arah Rose dengan tatapan mautnya."Aku tidak selembut papa, aku bisa melukaimu." ucap Vyan.Rose berdecih tersenyum, "Benarkah?" tanya Rose dengan kesal."Vyan..." sontak Axel dengan terkekjut karena dia melihat para penjaga di rumah ini yang berlari ke arah mereka, dan Vyan dengan cepat berlari ke arah Rose dan...Dukkk!!!!!!Vyan memukul Rose sampai mulut Rose mengeluarkan darah, dan para penjaga itu menyerang
A Supplemantary Story : Behind Love Story"Mama, nanti mama tidak bisa jemput ya?" tanya seorang anak berusia 9 tahun itu."Iya sayang, nanti kamu pulang sama Ivan ya...tenang saja mama sudah bilang kok." jawab wanita berambut panjang itu. Dan anak itu hanya diam, dia sebenarnya malas jika dijemput orang lain. Dan anak itu adalah Axel, dia berusia 9 tahun. Dia sedang dia antarkan sekolah oleh mamanya yang bernama Celssie, mama Axel sangat cantik dan anggun.Dan setelah sampai sekolah, Axel diberi pelukan dan kecupan hangat dari mamanya agar putranya tambah semangat sekolah."Axel, mama bangga banget kamu menang olimpiade matematika sampai papa memberitahu semua rekan-rekannya di kantor loh," ucap Celssie sambil tersenyum.Axel tersenyum kecil, "Padahal kan aku sudah sering, papa tidak capek apa?" canda Axel.Celssie tersenyum, lalu dia mengusap kepala putranya itu."Semangat buat hari ini ya,""Mama mau bertemu bibi itu lagi?" tanya Axel dengan heran."Iya, itu teman lama mama. Udah A
7 Tahun Kemudian.Semenjak aku mengungkapkan perasaanku ke dia, sampai saat ini dia menjadi orang yang lebih dingin. Biasanya dia masih bicara sama teman-temannya tapi sekarang dia hanya diam.Aku tetap mengawasinya sejak dulu hingga sekarang, meskipun kita beda sekolah tapi itu bukanlah penghalang bagiku. (Batin Keara)"Oeyyy mbak pengintip..." bisik Ivan."Hwaaaaa!!!!" teriak Keara dengan terkejut. Keara menatap Ivan dengan kesal karena menggaggu dirinya. Dia sedang mengintip Axel yang sedang membaca buku di perpustakaan umum itu."Hihhhh...nanti dia denger..." bisik Keara dengan kesal."Bagaimana bisa kau tahu aku disini?" tanya Keara dengan heran."Ya dimana ada Axel disitu ada kau." jawab Ivan. Dia dan Keara sudah dekat sejak saat itu, Ivan seringkali melihat Keara mengikuti Axel dan dia menjadi akrab dengan Keara karena Keara selalu bertanya tentang Axel ke dirinya.Keara berdecak kesal melihat Ivan, lalu dia menoleh ke Axel."Ivan, apa ada cewek yang menembaknya lagi?" tanya Ke
"Terimakasih sudah membimbing putraku. Dia tidak menyusahkan kan?" tanya Axel. Felix berdecih tersenyum, "Gila kau ya..kau kemana aja sih??" omelnya dengan kesal. "Banyak hal terjadi, itu nanti saja. Kalian kesini mencari papa kan..dia sudah kabur dengan Sharena dan semua anak buahnya aku sekap di dalam kamar..." jelas Axel. Vyan tidak peduli lagi dengan kakeknya itu, matanya masih terfokus ke pria yang sangat ia rindukan itu, dan air mata Vyan tidak bisa ditahan lagi untuk keluar. "Vyan, nanti akan papa jelaskan untuk saat ini kita fokus ke kakek." jelas Axel. Vyan mengepalkan tangannya dengan kesal, dia mau memukul papanya tapi Axel menahan tangannya itu. "Papa...kenapa papa selalu seperti ini?? papa selalu menghilang saat kita berdua butuh bahkan mama juga ikut menghilang...apa papa tahu Vina sangat terpuruk karena kalian meninggal..dia bahkan jarang keluar kamar dia selalu menangis setiap m
"Kau gila?" tanya Vyan dengan heran."Aku ingin menikah denganmu." jawab Hana.Semua orang sontak melihat mereka dengan terkejut, Vyan juga sangat syok mendengarnya, dia mungkin terbiasa di tembak cewek tapi untuk di lamar ini sangat perdana baginya.Vyan berdecih tersenyum melihat Hana dan dia mengakui keberanian Hana itu."Pergilah ke kelas! jam mu sudah mulai." ucap Vyan."Ditolak kah..." gumam Hana sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.Vyan menatap Hana dengan senyuman tipis di bibirnya, lalu Vyan mengusap rambut Hana."Terimakasih..tapi untuk menikah saat ini sangat tidak mungkin...bukankah kita seharusnya berada di tahap pendekatan dulu?" tanya Vyan sambil tersenyum.Hana mendongak ke Vyan dengan terkejut, "A.a.apa maksudnya?" tanya Hana dengan heran."Hana...aku sudah tentangmu dari Aldo beberapa kali...hanya kau saja yang direstui oleh Aldo itu katanya. Sesekali aku sering melihatmu, kau su
"Papa..." lirih Vina dengan terkejut.Pria yang duduk di kursi itu berdiri dan menatap Vina dengan raut wajahnya yang senang."Vina?"Vina meneteskan air matanya mendengar nama dia disebut oleh pria itu.Pria itu berjalan pelan-pelan menuju ke Vina, dan pria itu mengusap wajah Vina dengan sedih."Ini benar Vina?" tanya pria itu.Vina menganggukkan kepalanya dan dia memeluk pria itu dengan erat."Papa...." lirihnya dengan senang.Barack menghela nafas melihat mereka, dia sudah terlambat ingin menghentikan Vina."Paman, maaf..." ucap Barack ke Axel itu.Axel tersenyum lalu dia melepaskan pelukannya dari Vina."Papa bagaimana papa bisa selamat? mama? mama bagaimana?" tanya Vina dengan cemas."Mama mu sedang dalam pemulihan, aku lebih cepat pulih dari obat itu karena ada penangkal racun ditubuhku. Tenang saja Keara sebentar lagi akan bangun." jawab Axel."Ini semua apa ma
Vyan berdiri jauh dari rumah kakeknya sampai malam hari, dia berjanji kepada Felix jika dia tidak akan menghancurkan rencananya, Vyan penasaran saja dengan kehidupan kakeknya di belakang dirinya itu.Jam 11 malam, Andre baru pulang dan dia turun dari mobil dengan Sharena. Vyan berdecak tersenyum, dia tidak terkejut lagi karena Sharena mengkhianatinya. Sharena memberitahu padanya jika kakeknya ada sangkut pautnya dengan semua ini tapi Vyan masih tidak mengerti dengan hal itu tapi ternyata Sharena sekarang dengan kakeknya itu."Wanita apa dia." gumam Vyan dengan kesal.Vyan memasang earphone yang menyambungkan alat sadapnya. Vyan kini mendengarkan semua pembicaraan mereka, tapi yang dia dengar hanyalah desahan Sharena."Cih!" gumam Vyan dengan kesal, lalu dia melepas earphonenya. Setelah beberapa menit dia memasangnya lagi."Aku capek jika terus mejadi pemuas nafsu saja." ucap Sharena."Aku tidak bisa menikahimu." jawab Andre.
"Vyan..." lirih Hana dengan terkejut."Kenapa disini? menyedihkan sekali!" ucap Vyan dengan nada ketusnya itu.Hana mengusap air matanya, dan dia segera berdiri dan berhadapan dengan Vyan."Ka.kamu bagaimana bisa tahu kalau....-""Aku kesini mau basketan!" sahut Vyan karena dia tidak mau Hana geer dengannya.Hana mengangguk dengan mengerti, dan Vyan memperhatikan pipi Hana yang memar itu tanpa dia tanya pun dia sudah yakin jika Hana pasti ditampar oleh Selena."Pergilah!" usir Vyan karena dia juga harus pergi dan memastikan jika Hana pergi dari tempat ini."I.iya." jawab Hana dengan pelan dia segera berjalan keluar karena tidak mau mengganggu Vyan, belum juga selangkah berjalan Vyan mendengar suara Selena dan beberapa anak yang berjalan ke arah ruangan ini, dan tanpa sadar Vyan langsung menggandeng tangan Hana lalu mengajaknya bersembunyi.Hana terkejut saat Vyan mendekapnya di balik troli berisi bola itu, Vyan
Felix berjalan menyusul Vyan dengan raut wajah tenangnya itu."Ini..ini apa maksudnya..." lirih Vyan dengan terkejut, di ruangan itu ada banyak sekali tumpukan uang, dan di rak itu ada beberapa emas batang."Ini milik siapa?" tanya Vyan dengan heran."Menurutmu...kau tidak bisa memikirkan sampai sini?" tanya Felix dengan kesal.Vyan hanya diam, karena dia benar-benar tidak mengerti kaitannya dengan semua ini."Tenangkan dirimu dan berpikirlah!" ucap Felix.Vyan hanya diam karena dia masih kebingungan dengan semua ini..Sedangkan itu, Sharena keluar dari apartemennya untuk pergi ke suatu tempat. Dia pergi sendirian tanpa mengajak asprinya.Dan ada seseorang yang mengikutinya dari tadi, tapi Sharena tidak tahu itu.Sharena sampai di rumah seseorang, dia masuk ke dalam dan orang yang mengikutinya itu hanya berdiri didepan rumah ini."Kenapa disini." gumamnya dengan heran..
Keesokan harinya!Ivan datang ke rumah mereka untuk membawakan sarapan yang ia beli, bahkan mereka berdua belum ada yang bangun. Ivan bisa bebas keluar masuk karena dia punya kunci cadangan rumah mereka ini. Ivan masuk ke kamar Vina dan dia masih tertidur lelap, Ivan mendekat ke gadis itu dan memperhatikannya dengan penuh rasa iba. Dia tidak menyangka jika kejadian buruk selalu menimpa gadis yang ia anggap sebagai putrinya sendiri itu.Axel...kedua kalinya kau melewatkan masa tumbuh mereka, masa remaja mereka sudah usai dan dipenuhi tangis tentu saja masih terjadi sampai detik ini, dan mereka sudah berumur 20 tahun, mereka bukan anak-anak lagi...harusnya kau yang disini untuk melihat mereka.- batin Ivan.Ivan mengusap air matanya, lalu dia mengusap rambut Vina dengan lembut."Paman?" tanya Vina dengan setengah sadar."Ah maaf..tapi memang paman sengaja mau membangunkanmu..ayo bangun sudah pagi.." ucap Ivan sambil tersenyum."Itu
Vyan sedang berlatih boxing sendirian di rumah, dia merebahkan tubuhnya di lantai karena penat dan lelah."Nih!" ucap Aldo sambil membawakan minuman yang ia buat, Aldo memang sedang main dirumah Vyan."Kau buat makan malam apa?" tanya Vyan, karena Aldo bilang jika dia akan memasak untuk mereka berdua itu, Aldo benar-benar sudah dianggap seperti keluarga sendiri dirumah ini bahkan Vina pun sudah tidak heran lagi jika Aldo melakukan apapun dirumah ini."Vina bilang mau dibuatin sup..aku sudah memasak ayo makan bareng!" ajak Aldo.Vyan tersenyum, "Dia tidak pernah request padaku...bisa-bisanya dia request denganmu." ucap Vyan dengan heran."Karena masakanmu tidak enak." canda Aldo lalu dia beranjak dari tempat duduknya dan segera memanggil Vina untuk makan malam bersama.Vyan tersenyum kecil.Setelah Vyan mandi dia segera bergabung dengan mereka berdua di meja makan. Vyan melihat Vina yang makan dengan lahab, dia senang mel
Keesokan harinya!Vyan dan Felix berada di depan rumah Andre, mereka melihat Andre yang pergi keluar dengan asprinya itu."Aku akan mengambil dokumen warisan itu, paman cukup disini saja. Jika mereka tahu paman ikut nanti mereka akan bilang kakek." ucap Vyan.Felix hanya mengangguk lalu Vyan segera masuk ke dalam rumah kakeknya itu. Vyan pura-pura bertamu dan mencari kakeknya, dia bersikap biasa saja disana agar tidak ada yang mencurigainya.Dan Vyan masuk ke dalam ruangan kakeknya untuk mencari dokumen yang ia incar itu, disaat dia sibuk menggeledah, Vyan menemukan foto Andre dengan seorang remaja, Vyan tidak yakin itu papanya karena wajahnya sangat berbeda, dan dia juga tidak yakin jika ini adalah adik papanya yaitu Dito. Wajah anak yang berfoto itu tidak mirip dengan kakeknya itu."Siapa ini..." gumam Vyan dengan heran. Vyan memfoto foto itu dari hpnya karena dia masih penasaran dengan remaja di samping kakeknya itu, Vyan menaruh foto