"Aku sudah menyuruh sopir untuk mengantarmu pulang, kau harus istirahat dan anak-anak kasihan di rumah sendirian." Ucap Axel.Keara mengangguk tersenyum, "Aku pulang ya, besok aku kesini."Axel mengangguk.."Vina..." Vyan langsung jongkok di depan saudaranya itu dengan heran, dia tidak tahu dan baru kali ini melihat Vina yang menangis ketakutan, dan keringat Vina yang keluar banyak."Tenanglah...tidak ada apa-apa disini.." Ucap Vyan dengan lembut. Tapi Vina tetap tidak bisa tenang, tangannya gemeteran, dan dia terisak-isak karena tangisnya.Vyan memperhatikan gerak-gerik Vina itu, dia merasa jika Vina mengalami panic attack. Lalu Vyan memeluk saudaranya itu."Tenanglah, tidak apa-apa tidak perlu takut." Ucap Vyan sambil mengusap punggung Vina."Mama.." Lirih Vina dengan sedih.Vyan menghela nafas dengan sedih, dia merasa jika yang terjadi dengan Vina ada kaitannya dengan buly yang dia terima dulu.Maaf Vina aku tidak bisa menjagamu. (Batin Vyan).Dan setelah itu Vyan hanya duduk di s
"Mama...." Panggil Vyan dengan terkejut. Mereka berdua sontak terkejut melihat Vyan yang tiba-tiba datang, dan Keara langsung melepas tangannya dari Axel."Vyan," Jawab Keara sambil tersenyum malu.Vyan menatap mereka dengan tatapan penuh kecurigaan, dia jelas melihat kalau mamanya memegang tangan gurunya itu, sedangkan Axel tetap terlihat tenang. Lalu Vyan menghampiri mereka."Pak Gavin kenapa disini?" Tanya Vyan dengan heran."Tadi mampir sebelum pulang," Jawab Axel.Vyan menoleh ke mamanya dengan heran, sedangkan Keara tersenyum kecil. Dia tidak tahu harus menjelaskan apa ke Vyan."Pak Gavin lama tidak bertemu, bapak kemana saja? katanya mau ajak saya main basket lagi." Ucap Vyan dengan kesal.Axel menoleh ke Vyan, "Maaf Vyan beberapa hari ini saya sibuk, bagaimana kalau besok saja?" Tanya Axel.Keara menoleh ke Axel, dia tidak akan mengijinkan itu karena Axel belum tentu pulih 100% tapi malah dia mau basketan."Okeee pak..." Jawab Vyan dengan senang."Mama..." Panggil Vina, mereka
"Mama...." Panggil Vyan dengan terkejut. Mereka berdua sontak terkejut melihat Vyan yang tiba-tiba datang, dan Keara langsung melepas tangannya dari Axel."Vyan," Jawab Keara sambil tersenyum malu.Vyan menatap mereka dengan tatapan penuh kecurigaan, dia jelas melihat kalau mamanya memegang tangan gurunya itu, sedangkan Axel tetap terlihat tenang. Lalu Vyan menghampiri mereka."Pak Gavin kenapa disini?" Tanya Vyan dengan heran."Tadi mampir sebelum pulang," Jawab Axel.Vyan menoleh ke mamanya dengan heran, sedangkan Keara tersenyum kecil. Dia tidak tahu harus menjelaskan apa ke Vyan."Pak Gavin lama tidak bertemu, bapak kemana saja? katanya mau ajak saya main basket lagi." Ucap Vyan dengan kesal.Axel menoleh ke Vyan, "Maaf Vyan beberapa hari ini saya sibuk, bagaimana kalau besok saja?" Tanya Axel.Keara menoleh ke Axel, dia tidak akan mengijinkan itu karena Axel belum tentu pulih 100% tapi malah dia mau basketan."Okeee pak..." Jawab Vyan dengan senang."Mama..." Panggil Vina, mereka
Malam harinya.Vyan sedang belajar untuk olimpiade yang akan ikuti minggu depan setelah liburan. Dan dia menutup bukunya setelah 5 menit belajar, karena Vyan harus menyiapkan barang yang akan dia bawa untuk liburan."Disana mungkin aku akan main voli jadi aku harus bawa baju ini..." Gumam Vyan setelah mengambil baju volinya dari lemarinya tapi dia mengembalikannya dan mengambil kaos biasa."Masih lama kenapa udah siap-siap sekarang?" Tanya Vina dengan heran.Vyan sontak terkejut melihat Vina yang tiba-tiba duduk di ranjang sebelahnya, "Masuk tuh ketuk pintu dulu kek!!" Omel Vyan dengan kesal."Vyan ajari aku tugas tadi," Ucap Vina."Taruh sana bukumu, aku masih sibuk." Jawab Vyan yang masih memilah-milah bajunya itu."Bantu aku kerjain bukan kau yang ngerjain." Jawab Vina.Vyan menoleh ke Vina dengan terkejut, "Wih tumben banget....""Cepatlah!!!" Ucap Vina setelah menendang Vyan, Vyan berdecih kesal."Itukah cara minta bantuan." Omelnya dengan kesal."Cepat!!!!" Bentak Vina.Sedangka
Dan akhirnya mereka sampai di villa milik Axel. Mereka segera turun dan masuk ke dalam villa."Wah gila gede banget..." ucap Mark dengan kagum, dia tidak berekspetasi akan tinggal di villa sebesar dan semewah ini."Ada 7 kamar disini, kalian bisa pilih kamar yang kalian inginkan." ucap Axel."Gila 7???" tanya Aldo dengan heran."Lebih baik kita bagi saja ya biar disiplin." ucap Vyan."Bagi sana." jawab Vina."Jadi nanti Aldo, aku, Mark satu kamar di kamar pertama itu, Rio dan Aril di kamar kedua, Vina dan Mia di kamar ketiga disana, mama dan bibi di kamar sebelah Vina, sedangkan paman Ivan sama pak Gavin di kamar sebelah mama." ucap Vyan."Sisa satu kamar buat apa?" tanya Mark dengan heran."Buat apa ya..ya biarin aja enggak enak tidur sendiri iya kan." jawab Vyan."Iya begitu saja." jawab Ivan."Sekarang kalian istirahat dulu ya nanti baru ke pantai." ucap Keara sambil tersenyum."Iya bibi." all.Lalu anak-anak itu masuk ke kamar mereka masing-masing, sedangkan para orang tua itu ke
Setelah sampai di pantai, anak-anak itu sedang bermain air, dan Aril balas dendam ke mereka semua, sedangkan Mark masih sibuk pakai sunscreen di bawah payuh untuk berteduh itu. Vina dan Mia berfoto-foto berdua, sedangkan Keara dan Hera memotong-motong semangkanya di bawah pohon sedikit jauh dari pantai itu."Anak-anak itu ya tidak tahu panas apa," ucap Hera dengan heran."Ini sudah kan, aku bawa ke sana ya semangkanya sekalian mau ngajak 2 gadis itu santai-santai." ucap Hera lalu dia membawa piring berisi semangka itu ke arah mereka."Kalau begitu aku akan ikut main air..." gumam Ivan lalu dia berlari ke arah anak-anak cowok itu dan Ivan sengaja menyenggol pundak Hera untuk menggodanya."Hehhhhh mau ku bunuh haaa???" omel Hera dengan kesal."Wehehhehe..." Ivan tertawa meledek ke Hera, Hera ingin menendang kaki Ivan tapi dia tertahan karena harus membawa semangka ini untuk anak-anak.Keara menghela nafas melihat mereka berdua, dan dia sadar jika sekarang hanya berduaan dengan Axel, jan
Sore harinya. Mereka semua sudah berada di pantai untuk melakukan voly. Vyan membagi tim menjadi 2 tim. Tim 1, Vyan, Ivan, Mark, Aldo, Hera, dan Mia, dan tim 2 adalah Axel, Keara, Vina, Aril, dan Rio. Pembagian tim diacak oleh Vyan menggunakan kertas lipat kecil, dan tidak ada yang protes dengan tim yang sudah di tentukan."Ayohh...ayohhh aku bersemangat ini..." ucap Rio sambil melompat-lompat."Ahh kau tidak beruntung ada aku disini," ucap Vina."Kenapa begitu?" tanya Rio dengan heran."Aku tidak bisa main ini," jawab Vina dengan cemas."Tenang saja. Aku yang akan membuat tim kita menang. Serahkan saja padakuu..." ucap Rio dengan penuh percaya diri.Aril menguap dengan lebar, "Huahhhmmmmmm...padahal aku baru bangun kenapa masih ngantuk." gumam Aril dengan heran."Aku juga tidak yakin aku bisa." gumam Keara dengan cemas."Ini hanya permainan, kalah menang tidak masalah." jawab Axel.Keara tersenyum kecil."Yooooo..yoooo..aku bersemangat ini..." teriak Rio dengan heboh."Tu orang beris
"Bagaimana pak Gavin?" tanya Aril dengan heran, mereka serentak menoleh ke Axel."Tentu saja pernah." jawab Axel."Wahhh siapa pak siapa?" tanya Mia dengan penasaran."Namanya tidak akan saya sebutkan," jawab Axel.Penonton kecewa."Padahal aku penasaran sama orangnya bagaimana." ucap Mia."Aku juga, pak Gavin bagaimana ciri-cirinya?" tanya Vina dengan heran."Itu rahasia." jawab Axel.Penonton kecewa part 2."Sepertinya pertanyaan apapun akan dijawab seperti itu." ucap Rio.Mark mengangguk dengan setuju, dan tidak ada yang berani memaksa Axel untuk jujur.Dan akhirnya mereka lanjut main, dan botolnya berhenti di Vyan."Yassshhhh Vyan siap-siap..." ucap Aldo dengan tatapan garangnya."Kau mau ngapain aku emang?" tanya Vyan dengan nada malasnya."Vyan sejak dan sebelum kau pindah di sekolahan baru mu, berapa gadis yang menulis surat cinta dan memberimu coklat?" tanya Rio."Woyyyy kita katanya diskusi dulu!!!" omel Aldo dengan kesal."Udah deh paling semua kepo." jawab Rio."Ehhh iyakah
"Terimakasih sudah membimbing putraku. Dia tidak menyusahkan kan?" tanya Axel. Felix berdecih tersenyum, "Gila kau ya..kau kemana aja sih??" omelnya dengan kesal. "Banyak hal terjadi, itu nanti saja. Kalian kesini mencari papa kan..dia sudah kabur dengan Sharena dan semua anak buahnya aku sekap di dalam kamar..." jelas Axel. Vyan tidak peduli lagi dengan kakeknya itu, matanya masih terfokus ke pria yang sangat ia rindukan itu, dan air mata Vyan tidak bisa ditahan lagi untuk keluar. "Vyan, nanti akan papa jelaskan untuk saat ini kita fokus ke kakek." jelas Axel. Vyan mengepalkan tangannya dengan kesal, dia mau memukul papanya tapi Axel menahan tangannya itu. "Papa...kenapa papa selalu seperti ini?? papa selalu menghilang saat kita berdua butuh bahkan mama juga ikut menghilang...apa papa tahu Vina sangat terpuruk karena kalian meninggal..dia bahkan jarang keluar kamar dia selalu menangis setiap m
"Kau gila?" tanya Vyan dengan heran."Aku ingin menikah denganmu." jawab Hana.Semua orang sontak melihat mereka dengan terkejut, Vyan juga sangat syok mendengarnya, dia mungkin terbiasa di tembak cewek tapi untuk di lamar ini sangat perdana baginya.Vyan berdecih tersenyum melihat Hana dan dia mengakui keberanian Hana itu."Pergilah ke kelas! jam mu sudah mulai." ucap Vyan."Ditolak kah..." gumam Hana sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.Vyan menatap Hana dengan senyuman tipis di bibirnya, lalu Vyan mengusap rambut Hana."Terimakasih..tapi untuk menikah saat ini sangat tidak mungkin...bukankah kita seharusnya berada di tahap pendekatan dulu?" tanya Vyan sambil tersenyum.Hana mendongak ke Vyan dengan terkejut, "A.a.apa maksudnya?" tanya Hana dengan heran."Hana...aku sudah tentangmu dari Aldo beberapa kali...hanya kau saja yang direstui oleh Aldo itu katanya. Sesekali aku sering melihatmu, kau su
"Papa..." lirih Vina dengan terkejut.Pria yang duduk di kursi itu berdiri dan menatap Vina dengan raut wajahnya yang senang."Vina?"Vina meneteskan air matanya mendengar nama dia disebut oleh pria itu.Pria itu berjalan pelan-pelan menuju ke Vina, dan pria itu mengusap wajah Vina dengan sedih."Ini benar Vina?" tanya pria itu.Vina menganggukkan kepalanya dan dia memeluk pria itu dengan erat."Papa...." lirihnya dengan senang.Barack menghela nafas melihat mereka, dia sudah terlambat ingin menghentikan Vina."Paman, maaf..." ucap Barack ke Axel itu.Axel tersenyum lalu dia melepaskan pelukannya dari Vina."Papa bagaimana papa bisa selamat? mama? mama bagaimana?" tanya Vina dengan cemas."Mama mu sedang dalam pemulihan, aku lebih cepat pulih dari obat itu karena ada penangkal racun ditubuhku. Tenang saja Keara sebentar lagi akan bangun." jawab Axel."Ini semua apa ma
Vyan berdiri jauh dari rumah kakeknya sampai malam hari, dia berjanji kepada Felix jika dia tidak akan menghancurkan rencananya, Vyan penasaran saja dengan kehidupan kakeknya di belakang dirinya itu.Jam 11 malam, Andre baru pulang dan dia turun dari mobil dengan Sharena. Vyan berdecak tersenyum, dia tidak terkejut lagi karena Sharena mengkhianatinya. Sharena memberitahu padanya jika kakeknya ada sangkut pautnya dengan semua ini tapi Vyan masih tidak mengerti dengan hal itu tapi ternyata Sharena sekarang dengan kakeknya itu."Wanita apa dia." gumam Vyan dengan kesal.Vyan memasang earphone yang menyambungkan alat sadapnya. Vyan kini mendengarkan semua pembicaraan mereka, tapi yang dia dengar hanyalah desahan Sharena."Cih!" gumam Vyan dengan kesal, lalu dia melepas earphonenya. Setelah beberapa menit dia memasangnya lagi."Aku capek jika terus mejadi pemuas nafsu saja." ucap Sharena."Aku tidak bisa menikahimu." jawab Andre.
"Vyan..." lirih Hana dengan terkejut."Kenapa disini? menyedihkan sekali!" ucap Vyan dengan nada ketusnya itu.Hana mengusap air matanya, dan dia segera berdiri dan berhadapan dengan Vyan."Ka.kamu bagaimana bisa tahu kalau....-""Aku kesini mau basketan!" sahut Vyan karena dia tidak mau Hana geer dengannya.Hana mengangguk dengan mengerti, dan Vyan memperhatikan pipi Hana yang memar itu tanpa dia tanya pun dia sudah yakin jika Hana pasti ditampar oleh Selena."Pergilah!" usir Vyan karena dia juga harus pergi dan memastikan jika Hana pergi dari tempat ini."I.iya." jawab Hana dengan pelan dia segera berjalan keluar karena tidak mau mengganggu Vyan, belum juga selangkah berjalan Vyan mendengar suara Selena dan beberapa anak yang berjalan ke arah ruangan ini, dan tanpa sadar Vyan langsung menggandeng tangan Hana lalu mengajaknya bersembunyi.Hana terkejut saat Vyan mendekapnya di balik troli berisi bola itu, Vyan
Felix berjalan menyusul Vyan dengan raut wajah tenangnya itu."Ini..ini apa maksudnya..." lirih Vyan dengan terkejut, di ruangan itu ada banyak sekali tumpukan uang, dan di rak itu ada beberapa emas batang."Ini milik siapa?" tanya Vyan dengan heran."Menurutmu...kau tidak bisa memikirkan sampai sini?" tanya Felix dengan kesal.Vyan hanya diam, karena dia benar-benar tidak mengerti kaitannya dengan semua ini."Tenangkan dirimu dan berpikirlah!" ucap Felix.Vyan hanya diam karena dia masih kebingungan dengan semua ini..Sedangkan itu, Sharena keluar dari apartemennya untuk pergi ke suatu tempat. Dia pergi sendirian tanpa mengajak asprinya.Dan ada seseorang yang mengikutinya dari tadi, tapi Sharena tidak tahu itu.Sharena sampai di rumah seseorang, dia masuk ke dalam dan orang yang mengikutinya itu hanya berdiri didepan rumah ini."Kenapa disini." gumamnya dengan heran..
Keesokan harinya!Ivan datang ke rumah mereka untuk membawakan sarapan yang ia beli, bahkan mereka berdua belum ada yang bangun. Ivan bisa bebas keluar masuk karena dia punya kunci cadangan rumah mereka ini. Ivan masuk ke kamar Vina dan dia masih tertidur lelap, Ivan mendekat ke gadis itu dan memperhatikannya dengan penuh rasa iba. Dia tidak menyangka jika kejadian buruk selalu menimpa gadis yang ia anggap sebagai putrinya sendiri itu.Axel...kedua kalinya kau melewatkan masa tumbuh mereka, masa remaja mereka sudah usai dan dipenuhi tangis tentu saja masih terjadi sampai detik ini, dan mereka sudah berumur 20 tahun, mereka bukan anak-anak lagi...harusnya kau yang disini untuk melihat mereka.- batin Ivan.Ivan mengusap air matanya, lalu dia mengusap rambut Vina dengan lembut."Paman?" tanya Vina dengan setengah sadar."Ah maaf..tapi memang paman sengaja mau membangunkanmu..ayo bangun sudah pagi.." ucap Ivan sambil tersenyum."Itu
Vyan sedang berlatih boxing sendirian di rumah, dia merebahkan tubuhnya di lantai karena penat dan lelah."Nih!" ucap Aldo sambil membawakan minuman yang ia buat, Aldo memang sedang main dirumah Vyan."Kau buat makan malam apa?" tanya Vyan, karena Aldo bilang jika dia akan memasak untuk mereka berdua itu, Aldo benar-benar sudah dianggap seperti keluarga sendiri dirumah ini bahkan Vina pun sudah tidak heran lagi jika Aldo melakukan apapun dirumah ini."Vina bilang mau dibuatin sup..aku sudah memasak ayo makan bareng!" ajak Aldo.Vyan tersenyum, "Dia tidak pernah request padaku...bisa-bisanya dia request denganmu." ucap Vyan dengan heran."Karena masakanmu tidak enak." canda Aldo lalu dia beranjak dari tempat duduknya dan segera memanggil Vina untuk makan malam bersama.Vyan tersenyum kecil.Setelah Vyan mandi dia segera bergabung dengan mereka berdua di meja makan. Vyan melihat Vina yang makan dengan lahab, dia senang mel
Keesokan harinya!Vyan dan Felix berada di depan rumah Andre, mereka melihat Andre yang pergi keluar dengan asprinya itu."Aku akan mengambil dokumen warisan itu, paman cukup disini saja. Jika mereka tahu paman ikut nanti mereka akan bilang kakek." ucap Vyan.Felix hanya mengangguk lalu Vyan segera masuk ke dalam rumah kakeknya itu. Vyan pura-pura bertamu dan mencari kakeknya, dia bersikap biasa saja disana agar tidak ada yang mencurigainya.Dan Vyan masuk ke dalam ruangan kakeknya untuk mencari dokumen yang ia incar itu, disaat dia sibuk menggeledah, Vyan menemukan foto Andre dengan seorang remaja, Vyan tidak yakin itu papanya karena wajahnya sangat berbeda, dan dia juga tidak yakin jika ini adalah adik papanya yaitu Dito. Wajah anak yang berfoto itu tidak mirip dengan kakeknya itu."Siapa ini..." gumam Vyan dengan heran. Vyan memfoto foto itu dari hpnya karena dia masih penasaran dengan remaja di samping kakeknya itu, Vyan menaruh foto