Share

BAB 25

Penulis: HyoriChan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-11 19:38:54

“Perkembangannya sudah sampai mana?”

Pertanyaan Abian membuat seluruh tim itu terdiam. Mereka menundukan kepala mereka, tidak ingin membuat kontak mata denga Abian. Namun itu berbeda dengan Hanum. Disaat semua orang menundukan kepala merasa bersalah, Hanum malah sibuk dengan khayalannya bagaimana cara membujuk Abian untuk bertemu dengan Ariana dan itu membuat Hanum sangat mencolok di mata Abian.

Hanum yang melamun tidak sadar akan situasinya yang sedari tadi dipandangi oleh Abian. Saat mata mereka bertemu, Hanum membelalakan mata terkejut dan langsung mengamati sekitarnya dan mendapati bahwa hanya dirinya saja yang menegakkan kepala sedangkan orang lain semua menunduk.

Aduh! Bisa-bisanya cuma aku yang seperti ini. Kenapa aku melamun coba? Kan jadi malu sendiri ketahuan melamun sama Pak Abian.

Hanum merutuki dirinya dalam hati. Ingin sekali menghantamkan kepalanya ke meja di depannya. Dia malu kepergok sedang melamun.

“Kenapa tidak ada yang menjawab?”

“…”

“Tim 1? Tim 2 dan tim 3?”

“Kam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Go Away, Boss!   BAB 26

    Benar saja, saat Hanum selesai berbicara, dan saat dia melihat Abian, bosnya itu sudah mengerutkan dahi seperti tidak suka dengan isi perkataan Hanum. Nyali Hanum langsung menciut dan tidak berani berbicara lagi.Ruangan kembali hening. Semua orang sibuk menahan napas mereka supaya tidak terdengar begitu keras. Mereka ibaratnya sedang menunggu gunung berapi yang kapan saja bisa Meletus. Mereka takut Abian akan memarahi kinerja mereka. Sebenarnya, jika dibandingkan dengan karyawan perusahaan lain, kinerja karyawan Perusahaan Damanta bisa dibilang di atas rata-rata jika soal performa. Mereka sudah memiliki kemajuan yang cukup signifikan padahal ini baru sehari ditugaskan. “Oke. Semua tim boleh keluar kecuali tim 3 merketing,” kata Abian yang membuat sebagian orang menghela napas lega kecuali tim 3 marketing yang masih harus bertahan satu ruangan dengan bos mereka.Satu persatu orang-orang keluar ruangan dan hanya menyisakan anggota tim 3 marketing.Abian sebenarnya tidak ada tujuan unt

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • Go Away, Boss!   BAB 27

    Hanum menghampiri kursi Abian dan memegang lengan Abian dengan cepat. Dia juga panik saat melihat kondisi Abian yang tiba-tiba berubah. Dia terlihat sangat kesakitan sampai keringat dingin keluar dari dahinya.“A-apa seperti ini, Pak?” Tangan Hanum gemetar. Dia dengan hati-hati memegang lengan Abian.“Bukan.” Abian langsung menarik jemari Hanum dan menautkan jarinya. Hanum membelalakan matanya saat Abian mengubah postur duduknya.Saat ini Abian sedang menghadap Hanum yang masih berdiri tak lebih dari lima puluh sentimeter itu dan kedua tangan Abian tertaut pada kedua telapak tangan Hanum. Jika orang lain melihatnya itu terlihat intim seperti sepasang kekasih yang sedang saling menautkan jemari mereka.“Lima menit. Hanya lima menit saja, aku mohon,” pinta Abian dengan lirih.Hanum yang hanya bisa membeku di tempat tidak tahu harus merespon seperti apa. Haruskah dia menampar Abian lagi? Tidak, tidak! Dia masih membutuhkan pekerjaan ini.Tanpa Hanum sadari, tingkah Abian ini membuat deb

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-13
  • Go Away, Boss!   BAB 28

    Hanum tidak terima saat dia dikatai bau. “Maksud Anda apa mengatai saya bau?!” kesal Hanum seolah lupa orang di depannya ini adalah bosnya.“Siapa yang mengataimu bau?”“Tadi Anda berbicara sendiri. Anda bilang saya berbau aneh,” keluh Hanum.“Bukan itu maksud saya. Sudah, kamu boleh pulang. Ini sudah lewat jam kerja kantor.”Memang benar ini sudah melebihi jam kerja kantor. Hanum juga tidak mau berlama-lama di satu ruangan dengan Abian. Dia merasa aneh jika dekat-dekat dengan Abian. Sebuah perasaan yang lagi-lagi tidak bisa ia gambarkan.“Kalau begitu saya permisi.” Hanum keluar dari ruangan rapat. Hanya ada dia sendiri di kantornya, semua orang sepertnya sangat senang bisa pulang tepat waktu, tidak seperti dirinya yang tertahan oleh Abian dan malah disuruh melakukan hal di luar nalar.Hanum memberesi barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. Tak dia sangka, saat keluar dari gedung kantor, dia kembali melihat mobil kevin yang melaju di depannya. Kevin tidak sendirian, lagi-lagi dia

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-15
  • Go Away, Boss!   BAB 29

    Ini adalah pengalaman Hanum menaiki mobil super mewah. Dia tidak menyangka kalau dirinya bisa menaiki mobil yang hanya dimiliki oleh orang-orang kalangan tertentu saja. Interiornya jelas berbeda dan terlihat sangat mewah. Dia mencoba duduk dengan nyaman, karena di sepanjang jalan tidak ada obrolan dan Hanum merasakan kenyamanan yang teramat, tanpa sadar dia tertidur.Abian sesekali menoleh dan melihat Hanum. Saat mendapati Hanum tertidur, Abian menaikan sudut mulutnya. Dia tersenyum kecil merasa lucu. Ini adalah pertama kalinya dia memperbolehkan orang lain untuk ikut menaiki mobil kesayangannya ini. Abian tidak memiliki niatan lain, tidak! Dia hanya merasa sangat nyaman jika di dekat Hanum.Tak lama kemudian mobil memasuki area parkiran rumah sakit. Dia memarkirkan mobil dan tidak keluar. Abian menunggu cukup lama karena dia tidak tega untuk membangunkan Hanum.Hanum perlahan membuka matanya. Dia mengucek matanya, bersikap sanagat nyaman dan untuk sesaat dia lupa bahwa dia sebenarny

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16
  • Go Away, Boss!   BAB 30

    “Kenapa kamu di sini?” tanya Daniel dengan ketus.Abian tak menghiraukan pertanyaan ketus dari Daniel. Dia main menyelonong masuk ke ruangannya Daniel dan duduk di kursi pasien.“Aku seorang pasien, tentu saja harus konsultasi.”“Apa ada kemajuan?”“Jelas ada. Kalau tidak, aku tidak akan repot-repot menemuimu lagi di rumah sakit.”“Ap aitu?”“Ini tentang Hanum. Memang benar sepertinya ada yang spesial dari tubuhnya. Maksudku, aromanya saja bisa membuatku tenang. Kemarin saat sakit kepalakutiba-tiba kambuh, aku langsung memegang tangan Hanum sekitaran lima menit dan rasa sakit kepalaku berangsur-angsur menghilang. Berada di dekatnya membuatku tenang.”“Apa kamu juga mengantuk?” Daniel sudah siap dengan buku catatan kecilnya. “Maksudku adalah, saat kau sakit kepala dan memegang tangan Hanum, apa kau merasa mengantuk juga?”Abian berpikir cukup lama mencoba mengingat momen tadi sore. “Mm, sepertinya tidak mengantuk. Aku tidak tahu karena saat itu dibarengi rasa sakit kepala yang teramat.

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-17
  • Go Away, Boss!   BAB 31

    Hanum langsung buru-buru mematikan teleponnya untuk memastikan bahwa dia tidak salah nomor. Tapi setelah dia cek, memang benar itu nomor ponsel Kevin, tapi kenapa yang mengangkat suaranya seorang perempuan? Seingat Hanum, Kevin tidak memiliki adik atau saudara jauh yang merupakan perempuan.Hanum mencoba berpikir positif, tapi tidak bisa. Dia sudah memikirkan scenario terburuknya. Napsu makannya langsung hilang, dia tidak ingin memakan baksonya, apalagi saat melihat kuah yang dipenuhi oleh sambel itu membuat Hanum berpikir dua kali untuk memakannya. Tapi dia juga tidak boleh membuang-buang makanan. Oleh karena itu Hanum dengan terpaksa memakan habis baksonya yang membuatnya menangis karena kepedasan.Dia menuangkan semua kesedihannya dengan memakan bakso pedas itu. Dia bisa menangis dan tersamarkan dengan alasan dia tadi salah mengambil terlalu banyak sambal. Tapi sayangnya tidak ada yang memperhatikan Hanum dan semua orang sibuk dengan urusan masing-masing.Tapi dari kejauhan, dua or

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-18
  • Go Away, Boss!   BAB 32

    “Tadi juga yang mengangkat telepon itu suara perempuan. Lagi ngapain coba malem-malem begini sama cewek. Maksudku, kenapa cewek itu bisa pegang ponselnya Kak Kevin.” Hanum kembali menangis. Kali ini dia menumpahkan keluh kesahnya pada sahabatnya. Mulai dari masalah adiknya hingga masalah bersama bosnya.“Mungkin aja lagi ada acara alumni? Atau ada acara apa mungkin.” Denta mencoba membantu Hanum untuk perpikir positif.“Oh, iya. Kamu benar juga,” kata Hanum yang langsung duduk tegak dan menghapus sisa air matanya.Denta memandang Hanum dengan tatapan aneh. Dia tidak percaya sahabatnya ini sangat mudah dibujuk untuk tenang. Denta pikir dia akan membutuhkan waktu lama untuk membujuk Hanum supaya tidak menangis lagi.“Udah nangisnya? Cuma segitu?” Denta dibuat melongo oleh tingkah konyol Hanum.Dengan polosnya Hanum menjawab, “Udah. Kan tadi nangis karena aku numpahin sambel banyak banget.”“…”“Tahu tidak, Den.”“Tidak.”“Kan aku belum ngomong. Gimana, sih!” Suasana hati Hanum berubah d

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-19
  • Go Away, Boss!   BAB 33

    Hanum menepuk jidatnya saat dia menyadari bahwa dia sudah membuang kesempatan untuk membujuk Abian. Dia baru teringat kalau dia belum mendapat persetujuan dan belum membahas perkembangan soal Ariana dengan Abian. Di sepanjang jalan menuju ruangan neneknya dia merutuki dirinya sendiri. Rasanya ingin berbalik dan berbicara dengan Abian tapi tidak mungkin Hanum berani. Dia tadi sudah bersikap tidak sopan dan membuat Abian menungguinya yang tertidur. Dan kemungkinan Abian juga sudah pergi itu tinggi.“Kenapa?” tanya Denta yang melihat Hanum berhenti di depan pintu kamar neneknya dan malah menepuk jidatnya sendiri bukannya masuk ke dalam.“Lupa!” kata Hanum heboh sendiri.“Apanya yang lupa?”“Hehe.” Jujur saja dia sangat malu kalau mengingat dia sudah berkali-kali berbuat hal yang memalukan di depan Abian. Dia ingin sekali melupakan kejadian-kejadian itu dan menguburnya agar tidak pernah lagi mengingat momen memalukan di dalam hidupnya. Haruskah dia bercerita ke pada Denta?“Malah cuma ket

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20

Bab terbaru

  • Go Away, Boss!   BAB 40

    Tapi bukan Hanum namanya jika dia menyerah begitu saja. Dia kembali mencoba membujuk Ariana.“Dengarkan kami dulu, Kak-““Saya bilang pergi! Dengar tidak, sih?”“Saya akan membantu Kak Ariana untuk mencari kalungnya!” ucap Hanum cepat dalam sekali hembusan napas.“Kalung?”Hanum menganggukan kepalanya seperti ayam yang sedang mematuki makanannya.“Kau mendengar perkataanku tadi?”Hanum kembali menganggukan kepalanya tidak sadar bahwa pertanyaannya adalah sebuah jebakan. Ariana bangkit dan perlahan berjalan ke arah Hanum. Sedangkan Hanum hanya berdiri di tempatnya tidak tahu apa yang akan Ariana lakukan.Ariana mendekat ke arah Hanum dan membisikan kata, “Rahasiakan kejadian barusan. Atau kamu akan mendapat masalah jika menyebarkannya. Apa kamu juga ikut melihatnya?” Kini Ariana beralih ke Riyan. Riyan juga menganggukan kepalanya membenarkan perkataan Ariana.“Aku tidak takut dengan ancaman seperti ini. Jadi, daripada membuang-buang waktu untuk menyebarkan perlakuanku barusan. Mending

  • Go Away, Boss!   BAB 39

    “Natapnya biasa aja kali,” protes Hanum saat melihat Riyan tak kunjung menyudahi ekspesi kagetnya serta mulutnya yang masih ternganga lebar.“Ini serius?” Riyan masih tidak percaya. Pasalnya, image yang dibangun perusahaan selama ini adalah Ariana yang sangat anggun dan murah senyum serta baik hati.“Serius! Coba aja tuh lihat sendiri.”“Mana?” Yang Riyan lihat adalah sosok Ariana yang sedang duduk dengan nyaman sambil bersedekap.“Ariana lagi duduk?” tanya Riyan lagi.“Bukan! Coba lihat ekspresinya.”“Tidak kelihatan. Mataku kan minus.”Hanum menepuk dahinya cukup keras hingga meninggalkan bekas merah, “Ya Tuhan. Pantesan.”“Ayo samperin,” ajak Riyan yang kini mulai berdiri dan bersiap untuk menghampiri Ariana. Tapi sebelum sempat melangkah, kakinya tertahan oleh suara keras yang ia dengar dari arah Ariana.“Belum ketemu juga? Gimana sih? Pokoknya harus dicari sampai ketemu!” tanya Ariana dengan nada tinggi.“Lapor Ariana, semua set dan staff sudah selesai menyiapkan keperluan pemotr

  • Go Away, Boss!   BAB 38

    “Aww!”Hanum tersandung properti yang menghalangi jalan. Sebenarnya yang Hanum lewati itu bukan jalan luas, melainkan tempat seperti gudang yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan alat-alat syuting. Areanya cukup berdebu dan setiap kali Hanum menginjakan kakinya, pasti akan menimbulkan kepulan debu yang berterbrangan.Logika Hanum mengatakan bahwa jika Ariana tidak terlihat di set pemotretan, maka satu-satunya tempat yang menjadi tujuan adalah ruangan make up Ariana. Berhubung Hanum tidak hapal dan tidak tahu letak ruangannya, jadilah dia acak berjalan. Dia berniat akan bertanya pada seseorang jika dia bertemu salah satu kru pemotretan nanti.PLAKK!Hanum tidak percaya dengan apa yang barusan ia lihat dan dengar. Dia terus berdiri di tempatnya saat ini dan tidak bisa berkata-kata.“Sudah berapa kali aku bilang kalau kalung itu sangat penting. Kenapa hilang?” teriak Ariana pada salah satu asisten yang bertugas mendampingi Ariana.Barusan ia menampar wajah salah satu asistennya. Arian

  • Go Away, Boss!   BAB 37

    Hanum dan Riyan kembali mengunjungi kantor agensi Ariana. Kali ini mereka langsung menghubungi manajer Ariana di lobi. Tak lama kemudian manajer Ariana datang dengan tampang kecutnya. Sepertinya manajer Ariana sedang dalam suasana hati yang tidak mengenakan dan hal itu membuat Hanum sedikit ragu. Dia takut akan membuat misi kali ini kembali gagal.“Jadi bagaimana? Apa direktur kalian setuju untuk bertemu dengan Ariana,” tanya Lala langsung tanpa basa-basi. Dan mereka masih berdiri di lobi kantor membuat mereka dilihat oleh orang-orang yang lewat. Mereka bahkan tidak disuruh untuk duduk di suatu ruangan. Sikap ini sedikit membuat Hanum kecewa terhadap perlakuan dari karyawan agensi Ariana ini.“Eum … jadi begini … tujuan kami datang adalah untuk menegosiasikan persyaratannya kembali.” Hanum berbicara langsung pada intinya.Hanum melihat perubahan wajah Lala yang sudah terlihat seolah tidak senang dengan kedatangan mereka menjadi tambah terlihat dingin.“Kalau begitu kalian bisa pergi d

  • Go Away, Boss!   BAB 36

    “Azila, kamu ada masalah apa, sih sama kita berdua? Kayaknya kok sinis banget. Ini tuh tugas bersama. Bukan cuma aku dan Riyan,” jawab Hanum yang membuat suasana tambah runyam.“Tapi kan ini kemarin ditugaskan ke kamu,” jawab Azila dengan tampang tidak berdosanya.“Ini tugas bersama. Kemarin kita serahkan ke Hanum dan Riyan karena kami pikir pekerjaan ini mudah. Tapi ternyata malah diluar dugaan. Begitu sulit. Malah kalau sebenarnya ini harus dikerjakan sama senior,” kata Stefani yang langsung membuat Azila bungkam seribu Bahasa.“Tapi kan-““Sudah. Jangan dibahas. Sekarang kita fokus memikirkan jalan keluarnya bersama-sama,” kata Geo memotong pembicaraan Azila. Dia harus melakukan ini supaya tidak ada lagi pertengkaran di dalam tim tiga marketing. “Jalan satu-satunya ya kita minta tolong sama Pak Abian,” kata Riyan sesuai fakta tapi membuat rekan-rekannya diam dan tidak tahu harus merespon seperti apa. Memang benar mereka harus meminta bantuan pada Abian, itu memang syarat yang Aria

  • Go Away, Boss!   BAB 35

    “Apa benar-benar tidak bisa dilakukan dalam waktu sembilan hari?”Jelas tidak! Ingin rasanya orang-orang di divisi marketing berteriak dan memaki Abian. Mereka ingin Abian sendiri mencoba merampungkan proyek di waktu yang sangat singkat ini.“Tidak, Pak. Kami memerlukan waktu setidaknya satu bulan paling cepat.” Bagi divisi marketing, Kevin ini sudah seperti pahlawan yang melawan penjahat terberat bagi mereka.“Baiklah. Saya beri kalian waktu satu bulan yang berarti ini sama saja dengan bukan proyek hadiah ulang tahun ibuku.” Abian memutuskan untuk mengikuti apa kata para bawahannya. Padahal, jika itu dirinya, dia yakin bisa menyelesaikan dalam waktu sembilan hari. Jelas, mereka berbeda level dalam bekerja dan ketepatan waktu. Abian ini seperti tidak menyadari kalau dirinya itu berbeda dengan para karyawannya yang jelas tidak memiliki relasi seluas Abian yang dapat mempermudah segala urusan dan pekerjaannya. Abian nampak kecewa, namun pertemuan rutin tahunan itu selesai dengan tambah

  • Go Away, Boss!   BAB 34

    Abian menghadiri dan memimpin acara hari ini. Meski ini adalah acara evaluasi tahunan Perusahaan Damanta, nyatanya ini juga dilakukan untuk membahas kegiatan ulang tahun Perusahaan Damanta bersama para karyawan.“Tahun lalu sudah melakukan acara mendaki gunung bersama-sama. Tahun ini acara ulang tahun tidak akan diadakan di luar, maksud saya tidak akan diadakan di alam terbuka karena mengingat kami juga memiliki proyek yang harus segera dirampungkan. Proyek itu kalian pasti tahu sendiri, kan? Iya proyek untuk ulang tahun ibu saya yang masih berkaitan dengan produk skincare. Saya harap sebelum hari ulang tahun Perusahaan Damanta, proyek produk skincarenya sudah rampung. Apa kalian mengerti?” tanya Abian pada karyawannya yang langsung dijawab serempak dan kompak kalau mereka mengerti maksud Abian.Abian sesekali melihat Hanum. Wajah dan semangat Hanum hari ini sepertinya sudah terkuras habis. Dia bahkan tidak terlihat terlalu memperhatikan selama evaluasi berlangsung. Tingkah itu tak se

  • Go Away, Boss!   BAB 33

    Hanum menepuk jidatnya saat dia menyadari bahwa dia sudah membuang kesempatan untuk membujuk Abian. Dia baru teringat kalau dia belum mendapat persetujuan dan belum membahas perkembangan soal Ariana dengan Abian. Di sepanjang jalan menuju ruangan neneknya dia merutuki dirinya sendiri. Rasanya ingin berbalik dan berbicara dengan Abian tapi tidak mungkin Hanum berani. Dia tadi sudah bersikap tidak sopan dan membuat Abian menungguinya yang tertidur. Dan kemungkinan Abian juga sudah pergi itu tinggi.“Kenapa?” tanya Denta yang melihat Hanum berhenti di depan pintu kamar neneknya dan malah menepuk jidatnya sendiri bukannya masuk ke dalam.“Lupa!” kata Hanum heboh sendiri.“Apanya yang lupa?”“Hehe.” Jujur saja dia sangat malu kalau mengingat dia sudah berkali-kali berbuat hal yang memalukan di depan Abian. Dia ingin sekali melupakan kejadian-kejadian itu dan menguburnya agar tidak pernah lagi mengingat momen memalukan di dalam hidupnya. Haruskah dia bercerita ke pada Denta?“Malah cuma ket

  • Go Away, Boss!   BAB 32

    “Tadi juga yang mengangkat telepon itu suara perempuan. Lagi ngapain coba malem-malem begini sama cewek. Maksudku, kenapa cewek itu bisa pegang ponselnya Kak Kevin.” Hanum kembali menangis. Kali ini dia menumpahkan keluh kesahnya pada sahabatnya. Mulai dari masalah adiknya hingga masalah bersama bosnya.“Mungkin aja lagi ada acara alumni? Atau ada acara apa mungkin.” Denta mencoba membantu Hanum untuk perpikir positif.“Oh, iya. Kamu benar juga,” kata Hanum yang langsung duduk tegak dan menghapus sisa air matanya.Denta memandang Hanum dengan tatapan aneh. Dia tidak percaya sahabatnya ini sangat mudah dibujuk untuk tenang. Denta pikir dia akan membutuhkan waktu lama untuk membujuk Hanum supaya tidak menangis lagi.“Udah nangisnya? Cuma segitu?” Denta dibuat melongo oleh tingkah konyol Hanum.Dengan polosnya Hanum menjawab, “Udah. Kan tadi nangis karena aku numpahin sambel banyak banget.”“…”“Tahu tidak, Den.”“Tidak.”“Kan aku belum ngomong. Gimana, sih!” Suasana hati Hanum berubah d

DMCA.com Protection Status