Hembusan nafas pelan namun sarat dengan rasa lelah yang luar biasa terdengar dari seorang Libra Aditya. Pemuda itu merebahkan dirinya di kasur dengan tangan menutupi mata.
Hidup begitu keras baginya. Tidak ada yang benar-benar berpihak, tidak ada yang peduli selain diri-sendiri. Libra merasakan sakitnya sendiri, dia merasakan perihnya sendiri, dia selalu berdarah sendirian dan menyembukan luka sendiri.
Sudah hampir lima tahun lamanya pemuda itu meninggalkan rumah. Meninggalkan ibunya yang selalu ia tentang.
Kekehan pelan yang terdengan berubah menjadi tawa keras yang terdengar pilu. Tubuhnya meringkuk di kasur, ada air mata yang membasahi pipinya.
Libra benci saat dia merasa lemah, dia benci saat dirinya tidak damai dengan keadaan. Libra benci saat dia tertidur setelah menangisi keadaan dan bangun dengan perasaan belum nerima.
Tidak ada sosok pelindung bagi pemuda itu. Tidak ada!
Dia hanya bergantung pada dirinya sendiri. Hidup Libra bergantung di tangannya sendiri.
Pemuda itu merasa lelah, secara fisik juga mental. Tapi dia juga manusia biasa yang merasakan lapar. Karena itu dia pergi ke dapur umum yang di sediakan Ibu Kos. Memasak mie instant dan membuat teh hangat.
Lalu memakannya di kamarnya yang sempit tapi masih rapi untuk ukuran seorang cowok.
*****
Selena menarik nafas lalu menghembuskannya cukup kasar. Dengan mantap ia berjalan ke arah pojok kelas, tempat dimana sekelompok cowok sedang heboh bermain game.
Gadis itu langsung menarik tangan Astra sampai membuat pemuda itu hampir terjungkal ke depan. Selena menariknya cukup keras.
"Apaan sih? Agresif amat!"
Selena menghentakkan tangan Astra dengan kasar. "Elo tuh main game mulu, tugas kita deadline nya dua hari lagi kalau elo lupa atau bahkan gak tau!" ucap Selena dengan menggebu-gebu.
Astra memutar matanya malas, tangannya menggesek hidung bangirnya sebelum maju selangkah. "Dua orang lainnya napa gak elo ceramahin juga? Napa gue mulu?"
"Elo pimpinannya!"
"Dih" Astra memasang wajah mengejeknya. "Kalau pimpinannya Libra, elo kayak gini juga gak?"
Selena mengangguk mantap dengan pipi memerah, tiba-tiba jadi teringat dengan sosok Libra. "Jelas! Tapi dengan kalem hehe"
"HEHE" Astra menjitak kepala Selena. Lalu berjalan begitu saja kembali ke kelas, mengabaikan teriakan marah dari Selena.
"Bangsat banget sih!"
****
Selesai kelas terakhir, Libra membuka ponselnya. Sejak kemaren sore dia tidak membuka ponsel sama sekali. Tidak usah heran, Libra memang orang yang jarang sekali memakai ponselnya.
Dia mengangkat alis setelah membaca grup baru. Libra lalu menatap sekeliling kelas yang sudah sepi. Hanya ada beberapa orang saja, salah satunya Selena.
"Selena"
Libra berjalan pelan ke arah Selena yang menatapnya dengan alis terangkat.
"Kenapa?"
"Sorry semalam gue gak megang hape, jadi gk buka grup" jelasnya dengan datar.
Selena mengangguk mengerti, meski ingin bertanya lanjut sedang apa Libra kemarin sampai tidak memegang ponsel.
"Gue latihan band" Libra seolah bisa tahu pikiran Selena.
"Yaudah ayo di kerjain sekarang," ajak Selena. Libra mengangguk lalu membiarkan Selena mengetik di grup Chat.
"Aisshh, belum ada yang bales padahal online semua nih anak" kesal Selena, gadis itu mulai berjalan keluar kelas. Libra mengikutinya di belakang.
Kiran memandang sendu di sudut kelas dengan meremat tali sling bagnya. Belum pernah Libra bersikap hangat dan terlihat tulus seperti itu dengan gadis lain kecuali dirinya.
Dengan dirinya pun, Kiran yakin Libra hanya berterima kasih dengan sikapnya.
Gadis itu membuka ponsel, mengetikkan balasan pada grup chat.
Kiran : Cafe Mister aja, gimana?
Selena : Boleh, ketemu di sana ya
Selena : Engga hadir engga gue tulis nma elo @Astra
Kiran menghembuskan nafas dengan pelan. Lalu juga melangkah keluar. Dia mempercepat langkahnya hendak menyusul Libra dan Selena di depan. Berniat ingin mengajak Libra pergi bersama.
"Berangkat naik mobil gue aja, ya?" ajak Selena. Libra mengangkat alis, juga berfikir.
Kiran sudah berniat menyela, tapi Libra mengangguk, mengiyakan ajakan Selena. Lagi-lagi Kiran memandang sendu punggung Libra.
****
Astra mengumpat kesal melihat chat grup yang sudah menumpuk. Rencana main basket sore ini sepertinya harus di undur.
"Gue gak jadi main" ucapnya pada teman-teman yang lain.
"Mau ngapain?"
Astra melirik ke pintu cafe, melihat ada Libra dan Selena yang baru masuk. Astra menunjuk mereka dengan dagu. "Ada tugas,"
Pemuda itu langsung berdiri, membawa ransel dan melakukan tos dengan teman-teman yang lain. Lalu melangkah pergi.
Astra mendudukkan dirinya di samping Selena membuat gadis itu tersentak dan reflek menepuk lengannya. "Ngagetin aja sih lo"
Astra hanya mengedikkan bahu acuh.
Mereka kompak menoleh saat Kiran datang dan duduk di sebelah Libra dengan tenang. Gadis itu menatap Selena dingin, sedangkan yang di tatap mengangkat alis. Terlihat tidak peduli.
Tugas kelompok itu berakhir pukul 7 malam. Mereka menyelesaikan hari itu juga karena tugas dari matkul lain juga sudah mulai menumpuk.
"Akhirnya, bisa nge-game juga gue malam ini" Astra mengangkat tangannya ke atas, meregangkan otot.
Pemuda itu melihat meja teman-temannya yang masih rame. Lalu berdiri, "Gue pergi, bye"
Selena mendengus tak peduli, cewek itu merapikan rambutnya lalu menoleh ke belakang karena merasa di pandangi. Ada Vina yang tersenyum dan melambaikan tangan.
Selena balas melambaikan tangan lalu berdiri juga. Tapi Libra yang terus menatap membuat Selena jadi mengerutkan dahi.
Tapi gadis itu tidak mau terlalu pede, dia langsung pergi ke Vina setelah berpamitan.
"Gue juga ke sana" pamit Libra pada satu-satunya orang yang tersisa, Kiran.
Kiran juga ingin pergi, tapi sepertinya Libra akan tampil sebentar lagi. Melihat pemuda itu berjalan ke arah panggung yang sudah ramao dengan anggota band yang lain.
Sepertinya tinggal beberapa saat lagi tidak masalah.
***
"Kasihan ceweknya di tinggal sendiri"
Selena mengernyit, "Siapa?"
Vina menunjuk Kiran dengan dagunya, membuat Selena terkejut. "Dia pacaran dengan Libra?"
Vina mengedikkan bahunya, "Gak tau juga sih, mau bilang pacaran tapi Libra keliatan gak peduli gitu. Di bilang gak pacaran tapi dia sering kesini nyamperin Libra."
Selena memakan cheese cake nya, "Elo bilang Libra gak peduli?"
Vina kembali mengangguk, mengalihkan muka ketika Kiran menatapnya balik. Sepertinya sadar jika dia jadi bahan gibah Vina sekarang.
"Ya emang, tapi Libra lembut banget ngomongnya meski masih keliatan dingin banget."
Selena menopang dagu, matanya tertuju pada Libra yang mulai memaikan gitar dan suaranya mulai terdengar.
"Kayaknya gue beneran suka sama dia deh, Vin" Selena mengatakannya dengan mata berbinar. Tanpa sadar dia juga tersenyum saat mata Libra bertabrakan dengan pandangannya.
"Boleh gak sih, gue bilang dia juga suka gue?"
Vina memutar bola matanya, "Halu lo? Libra dingin gitu sikapnya"
Selena mengumpat kecil, "Dia ngajak gue bicara duluan tadi, dia juga sering liatin gue. Pasti dia beneran suka gue"
Selena masih teguh dengan pendapatnya. Tidak peduli di bilang halu atau khayal. Dia percaya Libra menyukainya juga.
I'd spend ten thousand hours and ten thousand moreOh, if that's what it takes to learn that sweet heart of yoursAnd I might never get there, but I'm gonna tryIf it's ten thousand hours or the rest of my lifeI'm gonna love youLibra menoleh saat ponselnya bergetar, sebuah notifikasi chat masuk. Nomor tak di kenal tapi Libra tahu siapa yang mengirimnya.Sudah makan? Bagaimana kabarmu? begitu pesan yang Libra dapat.Libra menggeleng, "Buruk"Satu kata keluar dari mulutnya tapi dia tidak membalas pesan tersebut. Libra kembali memainkan gitarnya.We're under pressureSeven billion people in the world tryna fit inKeep it togetherSmile on your face, even though your heart is frowningPonsel Libra kembali bergetar tapi kali ini terus-menerus, menandakan bukan chat yang masuk tapi sebuah panggilan telfon. Masih dari nomo
Selena sedikit kaget saat Astra menaruh tas di sampingnya, pemuda itu lalu menatapnya sebelum mengerling."Dih" Selena memasang wajah jijiknya.Astra mengedikkan bahu lalu mulai sibuk dengan game nya. Selena melihat sekeliling, kelas sudah penuh, hanya tempat di sampingnya yang tersisa.Selena duduk tegak saat Libra masuk kelas, mencari bangku kosong yang bisa ia duduki. Sampai pandangannya bertemu dengan Libra. Gadis itu menelan ludah gugup.Teringat semalam dia ngechat duluan yang hanya dibalas tiga huruf.Selena mengulum bibir saat Libra duduk di sebelahnya. Gadis itu berpura-pura sibuk dengan ponsel, entah dia terlalu pede atau apa tapi dia merasa Libra menatapnya.Selena membuka aplikasi platform membaca, menscroll beranda ingin memilih buku yang akan ia baca. Tapi Selena tidak bisa fokus, apalagi ketika Libra membuka suaranya.
Libra memarkirkan motornya di depan outlet bakso. Dia menaruh tangannya diatas kepala Selena, melindungi gadis itu dari hujan. Tangannya langsung menarik Selena untuk masuk ke dalam."Gak papa?" tanya Libra khawatir. Selena balas menggeleng.Kedua orang itu kompak melihat ke langit. Langitnya cerah tapi hujan turun secara tiba-tiba. Libra mengulurkan tangan, merasakan tetesan hujan.Selena melihat ke dalam outlet bakso yang lumayan ramai. Dia menepuk tangan Libra. "Makan yuk, gue laper."Libra menoleh, melihat lebih jauh ke dalam. Meskipun outlet ini tergolong bersih, tapi dia tidak yakin kalau Selena bisa memakan bakso yang murah seperti ini."Elo yakin makan di sini?" Libra bertanya karena sedikit ragu.Melihat Selena yang mengangguk membuat Libra menaikkan alisnya, heran karena gadis ini sama sekali tidak keberatan makan bakso di sini. Padahal,
"Bagusan ini atau yang ini, Mbak?"Selena menunjukkan dua kaos oversize kepada Mbak Irma, salah satu pembantu di rumahnya. Melihat raut kebingungan Mbak Irma membuat gadis itu mendengkus."Tumben Nona bingung memilih pakaian, biasanya juga gak pernah ribet," kata Mbak Irma yang kini ikutan duduk di samping Selena."Hari ini aku lagi bahagia, mau mengesankan dosen dengan presentasiku nanti."Selena menatap baju di tangannya kemudian membuangnya frustasi. Hanya karena bingung memilih pakaian saja membuat Selena kehilangan moodnya. Padahal gadis itu sudah berbunga-bunga dan semangat sejak semalam. Dia bahkan dengan berapi-api mengerjakan semua tugas agar dia bisa longgar di akhir pekan."Nona suka dengan dosennya?" Selena menoleh, lalu menggeleng. Gadis itu berdiri dan dengan lesu melihat kembali isi lemari. "Terus kenapa perlu mengesankan dosen kalau gitu?" lanjut Mbak Irma.
Tidak seperti apa yang ada dalam bayangannya kemarin, hari sabtu Selena akan berjalan dengan baik kali ini. Tentu saja Libra Aditya adalah alasannya. Seperti di drama korea, hari ini Libra mengajaknya mengerjakan tugas bersama lalu menonton setelahnya. Kemudian, gadis itu bisa menonton Libra manggung bersama bandnya, bahkan, Selena sudah memberi tahu Vina agar gadis itu datang juga ke cafe Mister.Karena terlalu senang, akibatnya gadis itu bangun terlalu pagi meskipun semalam dia kesulitan tidur. Pukul tujuh pagi, dia bahkan sudah selesai mandi dan bersiap turun untuk sarapan. Bibirnya tidak berhenti untuk bersenandung sejak tadi.Mbak Irma yang menyiapkan sarapan sampai terkejut, karena Selena tipe anak yang kalau mau sarapan harus menunggu lapar dulu dan paling pagi jam sembilan baru sang putri dari rumah mewah itu turun untuk makan. Karena itu momen sarapan di rumah itu begitu langka ketika Selena menginjak usia remaja.
Selena mengipasi wajahnya dengan tangan, tapi ia rasa itu tidak cukup untuk menghilangkan rona merah di wajahnya. Libra dengan suksesnya membuat Selena malu sampai tidak bisa berkutik."Pliss deh, Sel. Dia bilangnya nyaman bukan sayang. Gak usah seneng gak jelas lo," katanya dengan menepuk pipi. Walaupun berikutnya gadis itu masih heboh sendiri merasa degup jantungnya masih cepat."Oke calm..calm down, Selena. Calm down, oke?" Gadis itu menghirup nafas panjang dan menghembuskannya pelan.Setelah di rasa cukup tenang, dia keluar dari kamar mandi dan merasa kesulitan nafas ketika melihat Libra menunggunya. Pemuda itu bersandar pada tembok dan memainkan ponselnya."Gilaa! Ganteng banget," pujinya.Libra terlihat biasa saja ketika banyak orang terang-terangan menatapnya. Dia masih memasang wajah tidak pedulinya.Selena tersentak saat Libra memandangi diriny
Tidak peduli sekeras apapun Selena mencoba, gadis itu tidak bisa terjun ke alam mimpi. Setiap kali memejamkan mata dia teringat dengan perkataan Libra.Nyaman itu berarti suka."AAAAA SIALAN!"Selena melihat ponselnya, sudah pukul satu padahal tapi gadis itu masih tidak bisa tidur. Seriusan, Selena bisa gila hanya karena kata-kata yang di ucapkan Libra.Tangannya membuka aplikasi chat, dia sengaja melihat profil Libra. Pemuda itu online.Selena ingin mengirimi Libra pesan, tapi gadis itu ragu. Jika dia yang mengirimi pesan duluan maka Libra akan membalasnya cuek.Roomchat mereka hanya ada chat Selena yang pertama kali beserta balasan singkat dari Libra, dan chat dari pemuda itu kemarin. Tidak ada yang spesial. Karena mereka memang tidak pernah bertukar pesan cukup lama.Libra juga bukan tipe cowok yang pakai kata, dia talk l
Pria itu berjalan santai memasuki toko perhiasan yang mewah, dia bahkan memainkan kunci mobil di tangan sambil bersiul."Saya mau lihat model terbaru," katanya to the point begitu salah satu pegawai di sana menyambutnya."Ada beberapa model terbaru, yang paling best seller adalah cincin disini. Apa anda mau melihat?" tawar pegawai itu dengan sopan.Pria itu menggeleng, ia mendudukkan diri di kursi panjang di sana. "Jika itu best seller maka itu akan menjadi pasaran, saya mau yang limited edition."Pegawai itu terlihat berpikir, mencoba mengingat sesuatu yang limited namun masih tersedia di toko."Ada kalung berlian yang baru datang kemaren, Pak. Cuma ada dua di negara ini, yang satu sudah di pesan, apa anda mau saya mengambil yang satunya?"Pria dewasa itu mengangguk sambil menyunggingkan senyuman tipisnya. Jujur saja meski usianya tidak lagi muda tapi
Selena bilang dia tidak akan pernah pergi ke luar negeri, dia menolak dengan kasar saat Papanya memberi tugas untuk menyelesaikan proyek besar di negara manapun. Tapi, saat mendengar negara kali ini adalah Australia, Selena tanpa pikir panjang langsung mengiyakan tawaran dari sang Papa.Karena itu di sinilah Selena, di kota Sydney.Gadis dengan rambut ash blonde yang dibiarkan terurai itu berjalan ringan menyusuri jalan, ia menyelesaikan proyek lebih cepat dan tinggal lebih lama. Untuk liburan alasannya, tapi bagi Vina dan Aswa itu adalah alasan yang bodoh.Mereka berpikir Selena pergi karena berharap bisa bertemu dengan Libra. Well, engga salah sih. Tapi engga seratus persen hal tersebut benar. Australia adalah negara impiannya untuk tinggal kelak, karena itu dia bersedia kemari dan menerima proyek yang ditawarkan."Sorry," ucapnya ketika tanpa sengaja menabrak bahu seseorang.Orang itu tidak menjawab dan langsung berlalu pergi. Cih, tidak sopan!
Pagi itu tepat di hari ulang tahun Selena, gadis itu memasang wajahnya yang riang dengan membawa sekotak kue bersamanya. Gadis itu dengan santai berjalan menuju pekarangan rumah kos Libra. Menyapa Alif yang sedang mengambil makanan dari pengantar makanan.Alif memasang wajah kaget dan kaku ketika melihat Selena, tapi gadis itu tidak berpikir macam - macam. Ia ingin merayakan ulang tahunnya bersama Libra jadi Selena harus tetap ceria. Gadis itu dengan santai membuka pintu kamar Libra.Biasa saja, terlihat sama seperti hari - hari sebelumnya. Masih tetap gelap."Hai, Love. Aku ulang tahun, lho. Jadi, ayo kita rayakan bersama," kata Selena menaruh kue yang dia bawa ke atas meja. Lalu berjalan ke arah gorden dan membukanya.Selena juga membuka sedikit jendela kamar Libra, membiarkan udara segar masuk. Kemudian Selena berbalik. Raut wajahnya yang semula ceria berubah.Bola mata Selena bergerak mencari sosok yang biasanya ada, tapi sekarang tidak ada. Ap
Selena, Libra, dan Aswa menatap ketiga orang dewasa yang nampak akrab dalam waktu dekat itu. Bahkan tidak butuh waktu berjam - jam untuk mereka bisa mengobrol dengan nyaman, sama sekali tidak ada kecanggungan yang tercipta di antara mereka.Mama Selena yang memang memiliki keperibadian hangat bisa dengan mudah membuat Tasya dan Satrya merasa nyaman. Mereka mengobrol tanpa kehabisan topik."Gue engga paham mereka ngomong apaan," kata Aswa yang diangguki Selena dan Libra dengan kompak."Bisa nikah malam nanti nih kalian kalau kayak gini caranya," lanjut Aswa kembali berbicara.Lagi - lagi Selena dan Libra kompak mengangguk.Aswa menoleh ke arah dua orang yang lebih muda darinya itu dengan sebal. "Apa - apaan engga ada yang nyahut!"Aswa menyugar rambut cokelatnya, pemuda itu kemudian mengambil ponsel dan sibuk bermain sosmed. Lebih tepatnya bertukar pesan dengan Anna, kekasihnya.Selena menghela napas mendengar Mamanya berbicara tanpa h
Selena berjalan dengan riang setelah memarkirkan mobilnya, ia masuk ke dalam rumah sakit dengan menenteng kantong plastik berwarna putih. Ia menyempatkan membeli camilan terlebih dahulu di minimarket sebelum kembali ke rumah sakit.Kalau ditanya kenapa dia pulang dan membiarkan Libra sendiri, jawabannya adalah Mamanya yang mengomel karena dia tidak pulang sama sekali. Lagi pula, Libra sudah akur dengan Mama dan Ayah tirinya. Selena merasa lega meninggalkannya sendirian.Gadis itu menggeser pintu dan menemukan Libra yang sedang makan. Selena menyatukan alis, menatap tajam pemandangan mesra di depannya."Gue kira elo udah berhenti gangguin cowok gue," sindir Selena.Kiran yang tadinya mau menyuapi Libra langsung berdiri karena kaget. Cewek yang rambutnya sekarang dipotong pendek itu menjauh dari ranjang Libra. Tidak mau ribut dengan Selena yang sedang dalam mode galak."Dia kesusahan tadi buat makan, tangannya kan masih sakit," jawab Kiran memberi al
Huh! Selena menghela napas. Puzzle di otaknya sekarang sudah lengkap. Alasan Libra tidak mau memberi tahu Selena soal Mamanya karena dia takut Selena akan meninggalkannya. Selena sedikit senang karena alasan tersebut, itu berarti Libra sangat mencintainya. Namun, tidak baiknya adalah Libra mengira Selena adalah orang yang menilai orang lain berdasarkan status sosial. "Kamu pikir aku akan pergi karena ini? Itu konyol banget, Lib," kata Selena tenang. Ia tidak segugup tadi. Libra menatap Selena dalam diamnya, masih belum memberikan reaksi apapun. Libra menunggu Selena selesai berbicara. "Aku suka kamu itu artinya aku menyukai segalanya tentang kamu," ujar Selena tenang, dengan tatapannya yang lurus menembus netra cokelat Libra. "Aku menerima kamu apa adanya, Libra." Libra meneguk ludahnya, perkataan Selena membuat pipi dan telinganya memerah. Hey, cowok juga bisa malu dan merasa melting, lho. Cowok punya perasaan yang bisa baper ju
Mamamu dirawat di rumah sakit, Ia terkena sakit jantung. Temui Dia setidaknya sekali, Libra!Selena menutup mulutnya tak percaya, Ia menaruh tangannya di atas nakas sebagai pegangan. Gadis itu menggigit bibir, membaca pesan itu sekali lagi. Bisa saja dia salah baca kan, badannya sedang lelah jadi Selena pikir otaknya juga sedang nge -lag.Akan tetapi, dibaca - baca beberapa kali pun pesan itu tidak berubah, isinya tetap sama. Sebuah informasi yang membuat hati mencelos. Jika gadis itu saja sampai terkejut, bagaimana dengan Libra.Pemuda itu pasti juga akan terkejut mendengar kabar ini.Selena memijat pelipisnya. Tiba-tiba merasa pusing dan tidak tahu harus apa. Hal yang Ia lakukan pertama kali adalah membalas pesan itu walau Selena tidak tahu pesannya dari siapa.Maaf, Saya Selena pacarnya Libra. Hapenya tertinggal di Saya, Saya akan segera memberi tahu Libra. Semoga Mama Libra diberi kemudahan untuk sembuh.Selena membaca pesan yang Ia keti
Tasya melakukan kegiatan rutin sebagai seorang istri setiap hari di rumah. Ia banyak bergerak dan mengkonsumsi buah juga air putih yang cukup untuk kebutuhan tubuhnya. Satrya bilang ia harus melakukan apapun yang membuatnya bahagia tapi tetap menjaga kesehatannya.Sejak mengetahui Tasya menderita penyakit jantung, Satrya menjadi lebih posesif pada Tasya. Suaminya itu sering menelepon dan menanyakan kabarnya. Menurut Tasya itu berlebihan tapi saat dia protes maka Satrya akan membawanya ke rumah sakit untuk dirawat."Padahal aku baik-baik saja, kenapa dia berlebihan sekali?" gerutunya begitu Satrya mengiriminya pesan akan pulang lebih cepat malam ini.Tasya menselonjorkan kakinya di atas sofa panjang yang ada di ruang keluarga. Ia menyalakan televisi dan menonton acara memasak. Tasya tidak begitu suka menonton TV, ia hanya menyalakan agar terdengar suara di rumah Satrya yang cukup besar ini.Wanita itu memainkan ponselnya, ia ingin menelepon Libra tapi khaw
Selena memasuki Cafe Mister bersama Aswa malam ini, ia menggigit bibirnya sambil melihat ke arah ruangan yang biasa dijadikan ruang tunggu oleh anak The Stupid. Selena belum melihat Libra lagi sejak kepergian cowok itu dari rumahnya pagi tadi. Libra tidak datang ke kampus dan juga tidak menghubinganya.Wajar, sih. Libra pasti merasa down banget sekarang. Hidupnya sudah sulit sejak dulu dan Selena sama sekali tidak memahaminya. Selena langsung marah dan menghujat Libra tanpa mendengar penjelasan cowok itu terlebih dahulu.Selena berniat meminta maaf kepada Libra tapi rasanya tidak baik kalau lewat chat atau telepon. Karena itu dia datang ke Cafe, berharap bisa menemui cowoknya."Sudah jam delapan, harusnya mereka sudah tampil gak sih?"Selena menopang dagu di atas meja dan memperhatikan ponselnya, melihat isi roomchat-nya dengan Libra. "Gue harus bilang apa ya sama Libra.""Jangan langsung kasih tahu dia kalau elo tau segalanya, diem aja dulu sampai
Libra memegangi pipinya yang telah menerima tamparan dari Selena. Pemuda itu menatap gadisnya tak percaya. Bagaiaman bisa? Kenapa? Kenapa Selena melakukannya? "Kamu engga bisa Lib bersikap seperti itu kepada Mamamu!" hardik Selena. Gadis itu merasakan napasnya memburu. Ia tidak pernah tega saat melihat orang tua di kasari oleh anaknya sendiri. Selena pikir Libra akan bersikap baik pada siapapun, terutama pada ibunya sendiri. Libra menatap nanar Selena. "Kamu engga tahu apapun, jadi diam saja." Kalimat dingin dari Libra membuat Selena bungkam. Alif juga menelan kembali kata-kata yang akan keluar dari tenggorokannya. Ia tadinya berniat mencegah Libra karena menurutnya memang sudah kelewat batas. "Kamu harus minta maaf sama mamamu," kata Selena dingin. Aura bar-bar yang selama ini mengendap jika ada Libra kini menguar. Gadis itu merasa geram dan marah sekali, ia jengkel. Sangat jengkel. Libra menatap Selena dalam. Tidak bisakah gadis itu