"OM ALF!" Teriakan bahagia dari Shafa tertangkap telinga Alf, saat dia baru saja tiba di taman hiburan, sore itu.
Alf segera mengangkat tubuh gadis mungil bermata bulat itu. "Waduhh! Makin berat aja, nih! Kapan-kapan, kakak Alf gak bisa gendong Shafa lagi!"
Shafa tertawa dengan riangnya. "Shafa kan rajin makan, om! Karna kata mama, kalau Shafa rajin makan, om Alf mau ngajak Shafa jalan!"
"Iya, dong! Kalau Shafa rajin makan, kakak Alf seneng main sama Shafa!" Alf menimpali.
"Kok manggil kakak, sih? Kan oooommm, bukan kakak... Karena om kan mau jadi papanya Shafa!" lanjut Shafa dengan polosnya.
Alf hanya menjawab dengan mengulum senyum. Sedangkan Karlinda malah tampak tenang.
"Ya, udah! Sekarang, kita mau main kemana, nih?" tanya Alf sambil berjalan pelan, disusul Karlinda.
"Di sana, om!" tunjuk Shafa pada sebuah wahana kincir angin. Alf dan Karlinda pun menyetujuinya, dan segera mengantri. Entah kenapa mereka kelihatan seperti kel
Alf terpaku menatap plafon kamarnya, sedangkan Willy menganga menatapnya. Beberapa kali terlihat Alf menggelengkan kepalanya, sambil jemarinya mengacak kasar rambutnya yang mulai memanjang. Willy hanya mengerjapkan mata dengan pikiran penuh tanya pada tingkah laku sahabatnya.Memang, sih... Alf sering banget bertingkah aneh, dan Willy sudah biasa dengan hal itu. Tapi, masalahnya saat ini, tingkah aneh Alf dilakukan setelah pria itu bertemu si high quality—janda, Karlinda. Willy jadi ber—negative thinking pada Alf. Jangan-jangan dugaannya kalau Karlinda menyatakan cinta, benar terjadi?!Willy menghitung-hitung, sudah kesepuluh kali Alf menarik-narik ujung rambutnya, karena kemungkinan-kegalauan di hatinya. Atau mungkin sebenarnya, Alf sedang berencana untuk membotakkan kepalanya, dengan cara menarik perlahan helaian rambutnya hingga putus?! Hmph!"Jadi... Lo gak mau jelasin ke gue, apa yang terjadi tadi?" Willy mulai membuka
Suasana laboratorium siang itu sepi dari bahan ghibahan. Para laboran sedang berkutat dengan kerjaan mereka masing-masing. Tatapan mereka rata-rata menunjukkan fokus penuh pada setiap sampel yang sedang diperiksa. Hingga tiba-tiba, Ibu Nover muncul di ambang pintu, mengagetkan semua yang sedang berkonsentrasi. Dalam hatinya, mereka sedang bertanya-tanya, siapa yang membuat kesalahan sampai Ibu Nover tiba-tiba muncul. Hmm... Macam Ibu Nover muncul kalau ada yang salah aja..."Diego... Ke ruangan saya," ujar Ibu Nover dengan nada biasa saja, tidak melengking seperti saat memanggil Alf atau Willy. Wanita itu segera kembali ke ruangannya, meninggalkan tatapan melotot semua laboran pada Diego."Lo ngebuat kasus apa?" tanya Merlin. "Padahal tadi gue pikir Alf atau Willy yang bakal dipanggil, loh!""Emak pikir kita berdua ini tukang buat onar, apa! Makanya dipanggil terus?" Willy menimpali."Ember!" sahut emak Merlin jutek."Mending cepetan lo ke ruan
Alf duduk termenung di depan teras rumahnya Ibu Budi, sambil memutar-mutar ponselnya, saat Ibu Budi sekeluarga sedang keluar. Dahinya berkerut, menyiratkan pria itu sedang berpikir keras. Sesekali terlihat dia menarik napasnya panjang. Alf melirik ke nama-nama teman perempuannya di kontak, untuk diajak ke acara nikahannya si Diego. Sebenarnya, Alf tidak perlu susah-susah memikirkan hal itu. Karena nyatanya, Diego hanya berkelakar saja saat mengatakan perihal datang bareng gandengan. Tapi, hati kecil Alf juga ingin sesekali ke kondangan bareng wanita, jangan sama Willy terus. Berbicara tentang Willy, si gempal itu sedang sedih. Karena si pujaan hati, menolak ajakan Willy untuk pergi bareng. "Sorry, Wil... Gue udah janji sama orang lain..." sahut Jessy saat itu. Dan Willy hanya membalas dengan desahan panjang. Willy beranjak dari rebahan di dalam kamarnya, dan menuju ke kamar Alf. Tapi, mendapati kamar Alf yang tanpa penghuni, Willy menge
Waktu berjalan begitu cepat, dan tidak terasa sudah Jumat malam, tapi tanpa mbak Kunti—hanya Alf yang sedang menikmati malam dingin, tanpa selimut tetangga. Eh?!Alf baru selesai mencuci si kuda besi, dan sedang mengistirahatkan otot-otot perutnya. Hm, hubungannya apa, ya...Terkadang si Alf aneh juga. Harusnya, Sabtu besok, saat tanggal merah, libur nasional, baru dia mencuci motornya, karena mau digunakan untuk ke acara nikahan si Diego di sore harinya. Tapi, si Alf malah mencuci motor itu hari Jumat malam. Katanya, karena besok seharian mau digunakan Alf untuk perawatan diri sebelum ke pesta. HMPH!By the way, besok si Alf bakalan menjemput Karlinda di rumahnya, karena si cantik ingin ke pesta dengan diboncengi Alf. Walaupun Alf jadinya insecure sendiri. Tak habis pikir dengan para wanita cantik, baik Inn maupun Karlinda, yang senang diboncenginya dengan si butut.Lalu, bagaimana dengan Willy? Kebetula
Willy tersentak mendapati Alf yang sedang berbaring dengan wajah bermasker dan mata ditutupi potongan mentimun. Mulut Willy membulat, sampai-sampai dikira gua oleh lalat-lalat."Ngapain lo, Alf?" tanya Willy sambil mengamati masker berwarna gold yang sedang digunakan si Alf. "Dapet darimana semua bahan ini?"Alf hanya menggerakkan tangannya ke arah rumahnya Ibu Budi. Artinya, masker dan mentimun itu kemungkinan dibeli Alf dari Ibu Budi. Yah, Ibu Budi memang tidak menjual bahan-bahan itu, hanya saja semua yang Alf gunakan, kebetulan saja merupakan persediaannya Ibu Budi untuk perawatan diri. Tapi, kalau ada anak kosan yang mau beli, Ibu Budi sih, gak bakalan nolak. Namanya juga rejeki. Tinggal dibeli lagi.Willy menggelengkan kepalanya, dengan wajah tidak habis pikir. Hanya karena gandengannya Karlinda, sahabatnya rela melakukan perawatan diri sejak pagi tadi.Yap! Alf sudah bangun subuh-subuh, hanya untuk joging. Katanya, menyiapka
Setengah jam perjalanan, karena memang Alf mengendarai motornya pelan-pelan, akhirnya mereka tiba juga di tempat acara. Sebelum melangkah memasuki taman, yang sudah ditata sedemikian indahnya, Alf dan Karlinda masih menyempatkan diri memeriksa penampilan mereka. Setelah dirasa baik, keduanya melangkah perlahan memasuki area yang sudah disiapkan untuk para tamu. Terdengar lantunan lagu-lagu romantis yang didendangkan seorang wedding singer cantik di atas panggung khusus pengantin. 'Hm... Kenapa gak manggil penyanyi dangdut aja, sih! Kan gue pengen joget juga! Gue harus protes sama Diego nanti,' batin Alf menggerutu. Wajah Alf tiba-tiba berhias kecanggungan, saat Karlinda menggandeng tangannya. Mereka terlihat seperti pasangan beda kasta. Wkwkw... Pada area pesta, tampak sudah tertata meja-meja bundar, dengan enam pasang kursi, yang semuanya berwarna biru muda-warna kesukaan istrinya Diego. Di atas meja juga sudah tersedia hidangan selamat datang untuk para tam
Acara pesta berlangsung dengan meriah dan penuh sukacita. Setelah beberapa sambutan, termasuk sambutan dari Ibu Nover, kini tibalah acara ramah-tamah. Semua tamu yang diperkirakan sekitar 500 orang, dipersilahkan menikmati santapan yang telah disediakan di beberapa bagian taman. Makanan Indonesia maupun luar, tersaji di atas beberapa buah meja panjang, yang dijaga oleh para pramusaji. Alf, Karlinda, Jessy dan Boy pun segera melangkahkan kaki menuju meja yang ingin mereka cicipi makanannya. Dan tidak disangka, mereka berpapasan dengan Ellen, Willy, serta Merlin yang datang sendirian. Alf bisa menangkap raut wajah tak percaya dari Willy, saat mendapati wanita pujaannya datang bersama si sekuriti yang baru sebulan bekerja di Lab. Sisilia. Tapi, berbeda dengan Willy, Merlin malah memperlihatkan tatapan 'apa gue bilang!' Tatapan Willy juga serupa tatapan Ellen, saat melihat gandengan Alf adalah temannya, Karlinda. Ellen hanya mengangkat telunjuknya sambil mengarah
Alf masih berdiri terpaku, begitu juga Inn. Hingga ibu Nover menyadarkan Inn, bahwa mereka harus segera turun dari panggung. Inn dengan kikuknya berjalan menuruni tangga, tapi pandangan Alf terus melekat padanya. Seolah tidak mau melepaskan wanita itu dan menghilang di keramaian. Willy yang masih duduk, menatap Karlinda dengan senyum simpul menghiasi wajah cantiknya. Willy sudah merasakan sakit hati akibat wanita pujaannya bersama lelaki lain. Dia mengerti jika saat ini Karlinda mungkin saja merasakan hal yang sama dengannya. Dia hanya bisa membalas wanita itu dengan senyum penuh makna. Alf masih bergeming, seolah tubuhnya tak ingin duduk. Tak mau melewatkan tatapan Inn yang begitu hangat padanya. Ya, wanita itu sedang melangkahkan kakinya menuju Alf, dengan adegan slow motion dalam pandangan Alf. Senyum terukir di bibir Inn, membuat Alf kepanasan dengan detak jantung tak beraturan. Padahal sedang berada di luar ruangan dengan angin sepoi-sepoi, tapi Alf mala
Terima kasih untuk semua yang sudah menyempatkan diri membaca novel ini. Saya tahu, bahwa novel ini masih jauh dari kesempurnaan, entah dalam penulisan maupun alurnya. Karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, dari para pembaca. Buat semua yang sudah membaca novel ini, baik yang hanya dibaca, yang sampai masukkin ke rak buku, bahkan yang mengeluarkan duitnya buat buka bab berbayar, ataupun pakai koin gratisan... KALIAN LUAR BIASA! I LOVE YOU, ALL! Tanpa dukungan kalian, novel ini tak berarti apa-apa.Akhir kata, tetap semangat membaca! Tetap semangat menulis! Semoga, kita bisa ketemu lagi di cerita-cerita berikutnya! PS : Yang mau kenalan, yuk kunjungi i*******m @kuandwicka. Ada banyak komik strip atau animasi juga. Thank you! ^^
Memang benar bahwa cinta datang tiba-tiba. Memang benar, bahwa cinta terkadang menunjukkan kepada kita, orang yang tidak pernah kita duga. Memang benar, bahwa cinta penuh misteri. Hanya Sang Pemilik cinta sejati, yang paling tahu apa yang terbaik buat makhluk ciptaan-Nya. Saat kita mendambakan seseorang, yang tidak pernah menginginkan kita. Ada satu hati yang berharap kehadirannya diketahui oleh hati kita. Dan, itulah yang terjadi pada seorang pria gempal, sahabat sejatinya Jacob Alfred, Willy. Willy sedang merapikan peralatan gelas, karena hari ini adalah jadwal piketnya. Alf sudah pamit lebih dahulu, karena katanya mau keluar bareng Inn. Akhir-akhir ini, semenjak punya gandengan, Alf memang jarang pulang bareng Willy. Alhasil, Willy diantar oleh Ellen. Sebenarnya, Willy sudah menolak penawaran Ellen, karena Willy ingin menjadi lelaki mandiri, dengan pulang pakai grab. Tapi, entah kenapa, Ellen terus memaksa, seperti hari ini. Ellen terlihat menunggu dengan sabar, di lorong laborat
Alf menemui Karlinda untuk terakhir kalinya, karena wanita itu memberi kabar bahwa dirinya akan dipindahkan ke daerah lain. Alf pun meminta izin pada Inn, agar bisa menemui Shafa, karena tujuan Alf salah satunya ingin bertemu Shafa. "Boleh... Gak usah minta izin ke aku, kali..." ujar Inn. "Yah... Takutnya, gak ngomong trus kamu tahu sendiri, malah mikir yang gak-gak," jawab Alf. "Aku percaya, kok sama kamu... Nunggu dari SMA aja bisa, masa aku harus curiga sama yang beginian," sahut Inn membuat hidung Alf kembang kempis, saking bangganya pada diri sendiri. Karena sudah mendapat kepercayaan dari sang pujaan hati, Alf pun bergegas ke tempat pertemuannya dengan Inn, tempat mereka bertemu pertama kali di luar urusan kantor, KeEfCe. Shafa terlihat sedang bermain di area permainan dengan wajah bahagia, khas anak-anak. Alf segera menuju ke meja Karlinda. Wanita itu tampak sedang memotret wajah bahagia putri tunggalnya. "Sore mbak!" sapa Alf sambil duduk di hadapan Karlinda. "Hai, Alf!"
Reuni sekolah yang diadakan bersama pentas seni, rupanya tak mau dilewatkan oleh Moiz dan Ui yang berada di kota lain. Mereka meminta cuti 'semester' kedua lebih awal dari biasanya. Namun, tidak bagi Yen yang bekerja pada instansi pemerintahan. Dia hanya bisa gigit jari kali ini karena tak ada kunjungan apapun ke kota Kupang. Ui : Sorry, Yen... Kali ini lo jaga kota Atambua aja, ya. Hahahah... Yen : Ish! Kenapa juga diadainnya hari kamis, gak hari sabtu aja, kek! Alf : Kan sekalian HUT sekolah, Neng! Yen : BETE! Pokoknya jangan ngirimin foto di grup ini! Bakal gue bakar grupnya! Inn : Cup cup cup... Sabar, say... Sabtu turun Kupang, ya... Biar kita jelong-jelong bareng lagi... Mumpung dua sejoli ini ada di sini. Moiz : Ehm... Sorry, tapi Sabtu ini gue udah ada janji... Yen : Janji sama siapa? Moiz : Mau tau aja, atau mau tau banget? Ui : Dia mau ketemu GEBETANNYA! Alf, Yen, Inn : WHAT?! WHO?! Ui : Itu mah gue gak tau. Dia gak ngasitau gue! Moiz : Maaf... Moiz telah meningga
Alf dan Inn sedang jalan-jalan di malam minggu-yang akhirnya dihabiskan Alf dengan PACAR. Keduanya tampak bercanda-tawa di alun-alun kota, sambil menatap berbagai aktivitas di tempat itu. Ada band jalanan, tari-tarian dari para pekerja seni, maupun beragam permainan untuk anak-anak. Meskipun hanya menghabiskan malam minggu 'receh', namun kedua sejoli itu tampak bahagia. Hingga dering ponsel Alf tiba-tiba, terasa mengganggu pendengaran Alf. "Ck! Siapa, sih? Gangguin malam minggu gue aja!" Alf berdecak malas sambil merogoh ponsel dalam saku celananya. Mata Alf membelalak sempurna, saat mendapati nama my mom di layar ponselnya. "Aduh! Emak nelpon? Ada apa, ya?" gumam Alf sambil menggeser tombol hijau di layar. Inn hanya menatapnya dalam diam. "Ya, halo mak!" sapa Alf. "ALF! HALO, ALF!" Suara emak terdengar menggelegar bak membelah telinga Alf. "Aduh, mak... Alf bisa budek kalau emak teriak begitu..." ujar Alf. "Ngomong pelan aja napa, sih?" "Halo, Alf?!" Emak masih terus memanggil n
Honda Grand Astrea melaju dengan pasti memasuki kompleks perumahan Dreamland, dan berhenti di depan sebuah rumah berwarna peach. Alf segera turun dari motor, sambil merapikan rambut dan kemejanya. Merasa bahwa penampilannya masih tampan melebihi Cha Eun Woo, Alf segera melangkahkan kakinya memasuki pekarangan rumah wanita yang sudah menjadi kekasihnya sejak dua bulan lalu. Inn. Alf menarik napas panjang, sebelum memberanikan diri mengetuk pintu rumah itu. Namun, belum sempat Alf melancarkan aksinya, sebuah suara dengan nada melengking, mengejutkannya. "Loooohhhh? Kak Alf!" Princess yang semakin montok, karena katanya Nugo suka sama wanita berisi-sudah berdiri di belakang Alf. "Mau ngejemput kak Inn, ya?" Alf hanya membalasnya dengan nyengir kuda. Meskipun hubungannya dan Princess semakin membaik, karena Inn sudah menceritakan pada Princess bahwa Alf adalah teman masa SMA-nya, yang dulu disukai Princess. Di samping itu, Princess yang sedang berbunga-bunga asmara, karena mendapat paca
Inn berdiri menatap Alf yang masih duduk di bangku, dengan wajah memohon. Memohon agar Inn tidak meninggalkannya. Wanita itu pun kembali duduk di samping Alf, sambil melepaskan tangannya dari genggaman Alf. "Jadi?" tanya Inn dengan pandangan lurus ke depan. Tak beralih pada Alf. Tangannya terlipat di atas perut. Alf menyiapkan pita suaranya, biar tidak tiba-tiba rusak. Beberapa kali terdengar dehamannya, membuat Inn mencebik. "Sebelumnya... Aku mau nanya sesuatu ke kamu dulu," ujar Alf. "Apa?" "Waktu itu... Saat kamu lagi makan bareng Nugo dan Princess, aku ngomong sesuatu... Tapi, kamu belum ngasih jawaban ke aku," jawab Alf. Wajahnya mulai terlihat serius. "Oooohhhh, yang waktu itu?" Inn memanjangkan nada suaranya. "Bener banget! Aku juga mau minta penjelasan kamu soal itu!" Kali ini Inn sudah berbalik cepat-menatap tajam Alf, tepat di matanya. Telunjuknya mengarah ke dada pria itu. Matanya perlahan menyipit, membuat Alf malah terheran-heran. "Apa maksud kamu gak suka aku jal
Alf masih berdiri terpaku, begitu juga Inn. Hingga ibu Nover menyadarkan Inn, bahwa mereka harus segera turun dari panggung. Inn dengan kikuknya berjalan menuruni tangga, tapi pandangan Alf terus melekat padanya. Seolah tidak mau melepaskan wanita itu dan menghilang di keramaian. Willy yang masih duduk, menatap Karlinda dengan senyum simpul menghiasi wajah cantiknya. Willy sudah merasakan sakit hati akibat wanita pujaannya bersama lelaki lain. Dia mengerti jika saat ini Karlinda mungkin saja merasakan hal yang sama dengannya. Dia hanya bisa membalas wanita itu dengan senyum penuh makna. Alf masih bergeming, seolah tubuhnya tak ingin duduk. Tak mau melewatkan tatapan Inn yang begitu hangat padanya. Ya, wanita itu sedang melangkahkan kakinya menuju Alf, dengan adegan slow motion dalam pandangan Alf. Senyum terukir di bibir Inn, membuat Alf kepanasan dengan detak jantung tak beraturan. Padahal sedang berada di luar ruangan dengan angin sepoi-sepoi, tapi Alf mala
Acara pesta berlangsung dengan meriah dan penuh sukacita. Setelah beberapa sambutan, termasuk sambutan dari Ibu Nover, kini tibalah acara ramah-tamah. Semua tamu yang diperkirakan sekitar 500 orang, dipersilahkan menikmati santapan yang telah disediakan di beberapa bagian taman. Makanan Indonesia maupun luar, tersaji di atas beberapa buah meja panjang, yang dijaga oleh para pramusaji. Alf, Karlinda, Jessy dan Boy pun segera melangkahkan kaki menuju meja yang ingin mereka cicipi makanannya. Dan tidak disangka, mereka berpapasan dengan Ellen, Willy, serta Merlin yang datang sendirian. Alf bisa menangkap raut wajah tak percaya dari Willy, saat mendapati wanita pujaannya datang bersama si sekuriti yang baru sebulan bekerja di Lab. Sisilia. Tapi, berbeda dengan Willy, Merlin malah memperlihatkan tatapan 'apa gue bilang!' Tatapan Willy juga serupa tatapan Ellen, saat melihat gandengan Alf adalah temannya, Karlinda. Ellen hanya mengangkat telunjuknya sambil mengarah