"Stop."Berjinjit, Rachel menutup mulutnya. Mata Bastian memandang Rachel dengan sorot tak terima karena tak menduga bahwa gadis antah berantah ini, menolak ciuman darinya."Aku sedang tidak ingin ciuman, kumohon."Ucapan Rachel tersebut membuat Bastian membuang muka sambil berdecak.Apa katanya? Tidak ingin? Apakah dia berhak mengatakan hal itu dan menolak permintaannya, seorang Bastian yang kaya raya di usia muda dan aktor terkenal yang digilai banyak wanita?Benar-benar menggelikan.Bastian memotong jarak di antara mereka dan memandang Rachel dengan mata memicing dan ekspresi sinis."Setelah membuatku cemburu setengah mati dengan terus menggoda seorang pria yang duduk di sampingmu seperti wanita jalang, kau bilang begini? Lucu sekali, Rachel!"Dia tertawa sumbang dengan tatapan tajam menghunus, mata besar Rachel membulat lebar mendengar tuduhan tak berdasar dari Bastian tersebut."Aku menggoda–apa?! Hey, aku hanya sedang mengobrol dengan Mike, topik yang kami bahas pun tidak macam-
Rachel tak menyangka bahwa tindakannya di atap malam itu berdampak pada pekerjaan paruh waktunya sebagai partner ciuman Bastian.Pria muda tampan itu seakan membuangnya dan tak pernah mengenal dirinya sama sekali.Bahkan saat di lokasi syuting yang sama, Bastian sama sekali tak menoleh kepada Rachel, tatapannya dingin dan menganggap Rachel seperti lalat.Itu adalah tatapan khas Bastian pada orang yang menurut dirinya tak penting, Rachel merasa sedikit sakit hati saat akhirnya ditatap seperti itu oleh aktor muda tersebut.Dia seakan sudah lupa dengan apa yang telah terjadi antara dirinya dan Rachel.Harusnya Rachel senang dengan keadaan seperti ini, karena Bastian tidak merecoki hidupnya atau bahkan mengatur gaya busana Rachel.Namun, Rachel merasa sangat kehilangan.Tepatnya kehilangan sumber uangnya.Beberapa kali melakukan ciuman dengan Bastian, Rachel seperti panen uang, dan bodohnya dia malah menghamburkan uang itu tanpa sekali pun menabungnya.Dia tak mengira bahwa sumber uang it
Rachel berontak sekuat tenaga tapi apalah daya kekuatan miliknya dibanding dengan tenaga seorang Bastian"Lepaskan! Bas, Apa yang kau lakukan ini! Ini pelecehan seksual namanya! Aku akan laporkan kamu ke polisi, jadi kubilang lepaskan!""Kamu? Melapor ke polisi? Haha. Itu nggak mungkin!"Bastian masih saja menggendong Rachel dengan badan yang menyentuh kulit lembutnya, membuat gadis itu bergidik."Kau ini apa-apaan sih, kau hampir tidak pakai baju dan menggendongku begini! Ini gila!" teriak Rachel."Sebentar lagi kau juga akan sama tidak pake bajunya kok," ucapnya kalem sambil melempar tubuh Rachel ke atas kasur yang empuk, tubuh gadis itu terpantul sekali karena empuknya kasur di bawah punggungnya."50 juta, mau?"Bisikan Bastian di telinga Rachel, membuat gadis itu seketika berhenti berontak.50 puluh juta? Dia bisa makan enak selama seminggu!"Tidak akan kuapa-apakan. Hanya menemaniku di atas ranjang karena aku benar-benar bad mood sekarang."Rachel menelan ludah.Apakah yang dia k
"Ah, kalau begitu, sekali aja, ya?"Rachel yang luluh pun mengalah. Dia memperbolehkan Bastian melakukan apa saja. Ciuman maksudnya.Mereka kini berbaring menyamping saling berhadapan, Bastian mengangguk dan tersenyum. Puas."Kumulai, ya?" tanyanya lembut, Rachel yang tak terbiasa dengan ekspresi lembut Bastian, mengangguk sebagai jawaban.Bastian mendekatkan wajahnya pada Rachel dan memulainya dengan kecupan lembut di bibir. Lalu semakin panas ... dan ganas seiring Rachel membalas sentuhan bibirnya.Tangannya yang besar meraba-raba payudara Rachel setelah meremas rambut belakang sang gadis.Rachel menahan tangannya yang mulai nakal.Namun, tangan itu kali tetap bandel meraba kemana-mana seiring panasnya hawa di antara mereka, Rachel sampai kuwalahan menghentikan tangan yang mulai ke mana-mana itu.Rachel pun mencubit pahanya, gemas."Argh!!""Bastian menjerit kesakitan.Sebagai balasan, Bastian malah memeluk rachel dari belakang dan menciumi leher belakang gadis yang berbaring memung
Bastian menyeringai senang saat bibir Rachel menyentuh bibirnya sekilas, sementara gigi gadis itu menggigit black card di mulut Bastian untuk mengambilnya."Gunakan sepuasmu."Ucapannya tersebut dilontarkan oleh Bastian dengan senyum lebar, sementara Rachel menatap black card yang kini berada di tangannya tersebut dengan mata berbinar-binar.Dulu saat masih kaya raya, dia biasa melihat benda ini di antara kartu-kartu yang ada di dompetnya, tapi sekarang, benda di tangannya itu seperti harta Karun baginya.Seandainya dia sudah melupakan rasa malu, mungkin Rachel akan menciumi black card pemberian Bastian tersebut, tapi tentu saja Rachel masih memikirkan image-nya yang mungkin sudah tak tersisa di mata Bastian."Sebagai gantinya, layani aku malam ini."Rachel mengalihkan pandangan dari black card ke arah Bastian dan menelan ludah."Apakah ... black card ini bayaran keperawananku?" tanyanya dengan kening berkeringat."Tidak. Sudah kubilang, saling menggesek saja sampai aku bisa mengeluar
Menurut Rachel, Bastian adalah pria paling aneh di dunia.Setelah malam itu dia memberi Rachel black card miliknya untuk digunakan gadis itu dengan sesuka hati, Bastian malah tak menghubungi dirinya sama sekali.Bukankah itu aneh.Biasanya pria setelah memberi seseorang uang, bukankah dia akan terus menggunakan wanita itu sampai puas dan bosan?Apalagi malam itu Bastian juga mengatakan bahwa dia adalah sugar Daddy bagi Rachel, tapi anehnya, bahkan seminggu telah berlalu tapi pria itu tak menghubungi Rachel sama sekali, apalagi menggunakan tubuhnya.Dia memang kadang mengirim pesan kepada Rachel, tapi isinya hanyalah basa basi yang membuat Rachel seperti digantung oleh pria tersebut.[Kenapa kau tidak menggunakan uangnya dengan baik, jangan menahan diri. Makanlah makanan enak dari uang tersebut.]Adalah pesan-pesan yang dikirim oleh Bastian.[Apakah kau menggunakan uangnya dengan baik?]Rasanya setiap hari Rachel selalu mendapat pesan seperti itu, biasanya setelah Rachel menjawab iya,
"Kenapa? Suka-suka aku mau melakukan apa pada tubuhmu setelah kau pakai uangku."Bastian berkata dengan acuh tak acuh, meskipun begitu, tak menutup bahwa suaranya penuh ancaman dan tekanan."Bas ...."Rachel memandang pria yang sedang duduk di sofa tersebut dengan ekspresi nelangsa.Gadis itu bahkan tidak berminat untuk mengancingkan kembali kancing kemejanya yang terbuka, karena begitu kalut dengan perintah dari Bastian yang benar-benar tak masuk akal.Melepas semua pakaiannya dan tak memakai sehelai benang pun di depan Bastian? Itu hal yang sangat gila!"Kau yang lebih dulu memancing amarahku, Rachel," sahut Bastian dengan mata memicing, suaranya begitu dingin membekukan tulang.Rachel mengerang pelan, menatap Bastian dengan putus asa."Apa yang kau maksud adalah ketik aku berbincang dengan Mike? Kami berdua hanya mengobrol hal yang tidak penting, Bas. Sungguh!"Rachel mencoba memberikan penjelasan yang selalu ditolak mentah-mentah oleh Bastian, sehingga gadis itu hanya bisa menelan
[Chel.][Hey, Rachel.][Aku ingin bertanya sedikit.][Kau mencukur bagian bawahmu tidak?][Jangan dicukur.][Malam ini, apa kau siap jika aku mencicipi tubuhmu?][Kalau kau menolak, tidak apa-apa.]Rentetan pesan dari Bastian ketika Rachel baru selesai mandi, dibaca oleh gadis itu dengan perasaan campur aduk.Dia tidak bodoh.Dari kata-kata Bastian yang menyuruh dirinya datang ke apartemen nanti malam, Rachel sudah tahu apa tujuan pria itu memanggil dirinya.Kini keputusan ada di tangan gadis itu.Jika dia datang, maka itu artinya dia setuju, tapi jika tidak, Bastian juga paham itu artinya.Harusnya Rachel tak perlu ragu atau gelisah karena Bastian menyerahkan semua keputusan pada dirinya.[Aku tak memaksa dirimu datang. Kalau kau belum siap atau tidak mau, kau tak perlu datang.][Gunakan black card milikku untuk memenuhi kebutuhan hidupmu, jangan bekerja terlalu keras, pakai saja uangku.]Rachel membaca pesan itu sambil tersenyum, meski hatinya galau luar biasa.Sebenarnya pria ini b
Dia bahkan berjanji akan melakukan yang terbaik untuk membuat Damian nyaman dengan dirinya."Sudah terlalu banyak rasa sakit, aku ingin melupakan semuanya dan bahagia hidup sendiri-sendiri," tutup Melissa.Dia benar-benar ingin melupakan segala hal tentang ibunya."Jadi? Kau pilih mana?""Tentu saja aku akan di sini, bersamamu. Bahkan jika tidak menjadi istrimu di masa depan, aku tetap akan memilih tinggal di sini."Melissa menjawab tanpa ragu, dalam hati, dia sudah mendedikasikan diri sebagai pembantu Damian yang paling setia, untuk membalas kebaikannya ini.Damian langsung memeluk dan mencium Melissa saat mendengar jawaban gadis tersebut."Terima kasih, aku benar-benar mengharapkan jawaban ini darimu, Melly."Kata-katanya terdengar begitu tulus. Damian lega karena Melissa lebih memilih berada di sisinya daripada pergi ke ibunya yang kini menjadi istri orang kaya setelah menjadi pelakor."Aku justru senang bisa mendapat tempat tinggal gratis, jangan khawatir, aku tidak akan merepotka
"T-tolong maafkan aku."Melissa segera menjatuhkan tubuhnya dan duduk bersimpuh di hadapan Damian, dia menunduk dalam menunjukkan bahwa sedang sangat menyesal atas nama ibunya.Namun, reaksi Damian di luar dugaan Melissa, dia yang tadi marah kini malah tertawa terbahak-bahak."Astaga, ekspresimu lucu sekali, Melly!" serunya dengan tatapan geli, membuat Melissa segera mendongak dengan pandangan bertanya.Tentu saja dia semakin kebingungan. Padahal beberapa detik lalu Damian terlihat marah, kenapa sekarang dia malah tertawa terbahak-bahak?"A-apa maksudmu? Kau sedang menculik dan menyekapku karena kesalahan yang dilakukan ibu, 'kan? Jadi, kumohon, beri aku keringanan atas hukuman ini," ucap Melissa dengan ekspresi memohon.Damian mengulurkan tangannya, meminta Melissa menyambut uluran tangan tersebut dan membuat Melissa bangkit dari duduknya di lantai.Kini Damian duduk dan Melissa berdiri, mereka saling berpegangan tangan."Hmmm, bagaimana, ya? Kalau aku tidak mau, kau akan melakukan a
Melissa menutup wajah Damian yang begitu tampan memesona dengan kedua tangan, agar dia tak semakin tenggelam dalam jerat ketampanan majikannya tersebut."Sudahlah. Jangan lanjutkan lagi omong kosong ini, ayo kita tidur," ucap Melissa mengalihkan pembicaraan.Damian tertawa dengan suara rendah, meraih tangan Melissa di mukanya dan menaruh tangan gadis itu di pinggang Damian."Baiklah ayo kita tidur, calon istriku."Kini gantian Melissa yang tertawa mendengar ucapan Damian, lalu mengikuti pria itu untuk memejamkan mata.Setelah badai yang terjadi tadi malam, ini adalah saat terbaik semasa hidupnya.Berpelukan dengan Damian adalah hal yang membuat dirinya tenang sehingga bisa tidur dengan nyenyak tanpa teringat lagi ketakutan akan peristiwa beberapa jam lalu.Hari ini ditutup dengan sebuah kebahagiaan. Melissa merasa seperti ada beban besar yang terangkat dari tubuhnya.Dia bukan bayang-bayang Bu Yuna. Di mata Damian, dia adalah Melissa, seseorang yang begitu istimewa.'Kalau ini mimpi,
"Damian, apa yang kau lakukan?"Melissa bertanya dengan tenggorokan tercekat saat Damian membelai lembut bagian sensitifnya tersebut.Meskipun rasanya sedikit nyaman saat telapak tangan yang besar itu membelai bulu-bulu halus di vagina Melissa, karena baru saja dicukur, bulu-bulu yang baru tumbuh itu rasanya gatal bukan main sehingga kadang-kadang Melissa diam-diam menggaruknya."Omong-omong ... gatal tidak rasanya?"Pertanyaan Damian, yang menggesek jari-jarinya di sana, membuat Melissa seketika kena mental."A-apanya?"Melissa masih tak mau mengakui bahwa rasanya nyaman sekali saat Damian menggaruk tempat yang ditumbuhi bulu-bulu halus tersebut.Damian menepuk bagian sensitif Melissa tersebut sebagai isyarat."Ini, kau baru mencukurnya beberapa hari lalu, 'kan? Biasanya selesai dicukur akan sangat gatal saat sedang tumbuh seperti ini. Bukankah begitu?"Melissa memejamkan mata, menyembunyikan debar yang menggila saat Damian dengan lembut menggaruk bagian tubuhnya yang memang terasa s
Damian melakukan sesuatu yang tak terduga di tengah situasi menegangkan tersebut.Dia tiba-tiba menyingkir dari atas tubuh Melissa dan mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu berdiri."Aku sudah cukup puas dengan caramu berterima kasih, sekarang, ayo kita beristirahat."Damian mengatakan itu sambil berjalan menuju ranjangnya dan membaringkan tubuh di sana, meninggalkan Melissa yang terbengong-bengong dengan sikap Damian yang berubah-ubah dalam sekejap tersebut.Baru saja, baru beberapa menit, Melissa melihat dengan jelas hasrat yang begitu membara dari mata Damian saat tengah menatap dirinya.Remaja lelaki itu seakan bersiap untuk melahap tubuh Melissa sampai habis.Melissa begitu berdebar melihat tatapan penuh nafsu dari remaja tampan tersebut, entah kenapa ada sebuah kebanggaan saat tatapan tajamnya hanya tertuju pada Melissa.Namun, Melissa merasa seketika linglung saat menghadapi sikap Damian ini, dia tiba-tiba kembali dingin dan menjauh dari Melissa.Setelah terbengong-bengon
"Aku langsung datang mencarimu karena melihat postingan itu, tapi kau waktu itu sudah tak ada sehingga aku melakukan berbagai cara untuk menemukanmu. Kalau kau mau berpikir dengan kepala dingin, bukankah kemarahanku ini wajar?"Melissa mendongak dari layar ponsel, menatap Damian yang masih tanpa ekspresi dengan tatapan penuh permintaan maaf.Jika saja sebelum Damian menghukumnya tadi malam dia sudah menjelaskan apa saja yang sebenarnya terjadi, Melissa tak akan semarah tadi.Namun, nasi sudah menjadi bubur.Dia terlanjur memarahi seseorang yang telah menolong hidupnya.Melissa tak tahu bagaimana hancurnya dia seandainya tadi malam dia benar-benar diperkosa tiga pria itu.Dan dia juga tidak tahu apakah itu akan menjadi pengalaman pertama dan terakhirnya jika sana Damian tidak datang menolong, karena Melissa mungkin akan terus dijual oleh Julia."Siapa yang akan rela seseorang yang dekat dengannya disentuh pria lain?"Pertanyaan Damian seperti palu besar yang memukul kepala Melissa, gad
Melissa nekat meraih pergelangan tangan remaja tampan dengan rambut warna caramell yang mirip cokelat madu tersebut dengan jemari gemetar.Dia adalah gadis yang begitu takut ditinggalkan seseorang, sejak kecil, ibunya terus mengatakan bahwa ayahnya pergi karena Melissa yang nakal dan tak menjadi anak yang penurut.Itulah kenapa selama ini, meski sering dimarahi atau dipukuli, Melissa lebih memilih menjadi anak yang penurut agar sang ibu tak meninggalkan dirinya.Dan saat ini, perasaan itu muncul lagi, perasaan ketakutan karena ditinggalkan oleh seseorang yang begitu istimewa di hatinya.Ini pertama kali Melissa mengalami hal seperti ini selain kepada ayah dan ibunya.Dia tak menyangka bahwa akan begitu ketakutan saat Damian mengatakan bahwa dia boleh pergi dari kamar Damian.Melissa takut Damian membuangnya."Maafkan aku, jangan-jangan menyuruh aku pergi, Tuan Muda," ucapnya dengan nekat, berusaha menahan Damian agar tak pergi dan tak menyuruh dia keluar dari kamar ini."Kenapa memang
Melissa menampik obat penurun panas yang diberikan Damian padanya dengan kening berkerut tak suka."Lalu bagaimana setelah aku meminum obat ini? Apakah setelah aku sembuh kau akan tetap menyiksa aku lagi? Kau tahu? Kemarahanmu tadi malam itu sangat tidak wajar."Melissa kembali mengungkit tentang kejadian tadi malam."Bagiku wajar, minum obatnya."Damian menggeleng tak peduli, dia kembali mengulurkan obat ke arah Melissa."Tidak mau. Lebih baik aku demam dan sakit daripada mematuhimu," tolak Melissa sambil membuang obat yang diberikan Damian padanya.Damian menatap butiran pil yang berceceran di lantai karena sikap Melissa tersebut, menghela napas panjang dan menatap Melissa dengan mata menyipit."Kenapa kau berubah keras kepala sekarang? Aku tak suka kau yang begini, Mel," ucap Damian dengan suara dingin.Melissa membalas tatapan tajam Damian dengan kening berkerut tak suka."Kenapa? Kau tanya kenapa, Tuan Muda? Itu karena aku lelah dengan sikapmu. Kau bilang datang ke kamar itu tida
"T-Tuan Muda, bolehkah aku keluar dari bak mandi sekarang?"Melissa yang bibirnya sudah sedikit membiru dan telapak tangan keriput karena ber jam-jam disuruh Damian berendam dalam bak mandi setelah kepulangan mereka dari motel itu, bertanya dengan badan gemetar menahan dingin.Damian yang duduk di luar kamar mandi, hanya mengangkat dagunya tanpa menjawab."Kumohon, izinkan aku keluar, aku sangat kedinginan."Melissa memeluk tubuhnya sendiri sambil menahan dingin, tatapan begitu memelas untuk menarik simpati Damian.Damian memandang gadis yang sedang berendam di bathtub kamar mandi berisi air dingin atas perintahnya, dengan ekspresi yang sama sekali tak berubah.Dingin dan menakutkan.Dia merasa belum puas menghukum Melissa dengan berendam di bak mandi penuh air dingin tanpa sehelai benang pun, untuk menyingkirkan sentuhan para berengsek itu dari tubuhnya.Namun, melihat wajahnya yang pucat dengan bibir sedikit membiru membuat Damian lama-lama kasihan juga.Merendamnya di bak mandi sel