Sudah pukul 10.00 malam tapi Dion tak kunjung pulang tentu hal ini membuat Renata sangat bingung dan Panik pasalnya ponsel Dion dari tadi tidak aktif.Renata yang sudah menunggu sedari tadi bertanya-tanya, sebenarnya apa yang dilakukan suaminya di luar sana.Untuk meyakinkan apa yang tengah dikerjakan oleh suaminya Renata mencoba menghubungi Andika, dalam sambungan teleponnya Andika bilang kalau Dion telah keluar dari kantor sejak sore tadi.Hal ini membuat Renata menangis, Renata kini benar-benar yakin kalau Dion memiliki wanita di luar sana, Andika yang mendengar tangis kakak iparnya menjadi bersalah seharusnya dia bisa menutupi keadaan bukannya malah memberitahukan hal yang sebenarnya kepada Renata yang hasilnya membuat kakak iparnya menangis."Sudahlah Renata jangan menangis mungkin kak Dion ada urusan di luar sana," Bujuk Andika."Urusan apa Mas, Pak Jerry asistennya saja juga tidak tahu kalau mas Dion Ada urusan bahkan katanya mas Dion hari ini tidak ada jadwal bertemu klien," s
"Istrimu kelihatannya cemburu," kata Vera."Ini semua karena dirimu," sahut Dion dengan kesal."Baru begitu saja dia sudah cemburu Lalu apa kabar dengan aku yang jelas-jelas dulu kalian tidur bersama," tukas Vera.Dion mengusap rambutnya dengan kasar, Vera sungguh membuatnya berada dalam situasi yang sulit apalagi Renata pulang dengan keadaan yang tidak baik-baik saja."Sudahlah Vera, rumah itu kini telah menjadi milikmu dan aku minta padamu Vera jangan pernah mengusik rumah tanggaku, jangan pernah menemui Renata ataupun menemuiku lagi."Mudah sekali kamu mengucapkan kata itu mas kamu tahu selama ini aku tersiksa karena kamu tinggalkan aku begitu saja," kata Vera dengan mata yang mulai membasah."Itu karena salahmu sendiri Vera karena terlalu mementingkan karir dibanding aku, dulu aku sering mengemis cinta padamu, untuk bisa menyentuhmu aku harus menunggumu,menunggu mood kamu bagus dan mengemis terlebih dahulu," ungkap Dion dengan nanar pula.Kenangan masa lalunya bersama Vera menyeru
"Bekas bibir apa lagi?" Seketika raut wajah Dion berubah, tersirat rasa takut di seluruh wajahnya yang tentu membuat Renata semakin yakin kalau Dion memang benar telah berselingkuh.Renata menangis sambil terisak hatinya sungguh perih dengan sikap suaminya yang telah menyakitinya."Apa kurangnya aku di dalam hidupmu Mas sehingga kamu curangi aku seperti ini," ucap Renata dengan lirih."Sayang kamu salah paham," kata Dion yang berusaha mencoba menjelaskan semua kepada sang istri."Salah paham apalagi mas dan satu lagi kenapa kamu mengatasnamakan rumah ini menjadi rumah Vera Bukankah ini rumah kita saat ini," sahut RenatamLagi-lagi Dion menatap Renata dengan tatapan yang sulit diartikan dia sungguh heran dan bingung bagaimana bisa istrinya mengetahui semuanya yang selama ini dengan rapi dia simpan.Dion memiliki alasan sendiri kenapa dia mengatasnamakan rumah ini menjadi milik vera.Beberapa waktu yang lalu setelah kedatangan kedua orang tua Vera ke rumah Papanya, Pak Ferdi meminta di
Renata yang merasa bersalah segera menyusul suaminya, dia ingin meminta maaf dan menyusul Dion di ruang kerjanya.Wajar saja kalau dia berprasangka buruk karena sikap Dion nampak 180 derajat berbeda dengan sikap sebelumnya. "Aku tahu aku salah maafkan aku," kata Renata. "Kamu nggak salah karena akulah bersalah karena tidak bilang kepadamu tak seharusnya aku membuat kejutan seperti ini," sahut Dion dengan lirih. Renata kau kalau Dion masih marah kepadanya sehingga dia terus membujuk suaminya agar tidak marah. "Mas tolong jangan bersikap seperti ini. Aku tahu aku salah aku minta maaf," bujuk Renata. Renata mencoba memijat bahu Dion sambil berkali-kali meminta maaf kepada suaminya lalu Renata memeluk Dion sambil menangis. "Aku sangat mencintaimu mas dan aku sangat merindukanmu sikapmu yang mengabaikanku membuat aku resah dan tak tahu harus bagaimana sehingga membuatku mengecek semua," kata Renata sambil menangis. "Melihat istrinya yang menangis seperti itu membuat Dion tak tega dia
Andika yang mendapatkan kabar kalau istrinya berada di rumah sakit segera datang dengan ditemani Dion, saat tiba di rumah sakit Dion dan Andika segera menuju poli kandungan sesuai pesan yang dikirim oleh papanya."Andika aku baru sadar kalau kita disuruh ke poli kandungan apa jangan-jangan istri kamu hamil?" kata Dion dengan penuh penekanan.Andika nampak membolakan matanya dia juga baru sadar akan isi pesan dari Papanya tersebut."Apa begitu Kak," sahut Andika."Ya jelaslah masa Iya Papa kita hamil," seloroh Dion yang membuat Andika tertawa.Setibanya di Poli kandungan Andika melarang Dion untuk masuk karena Rea adalah istrinya bukan istri Dion."Sebaiknya Kak Dion menunggu di luar Rea kan istriku bukan istrimu."Dion mengangguk lalu dia memutuskan untuk duduk di depan poli kandungan, Dion terut merasakan kebahagiaan Andika sehingga dia ngin masuk ke dalam untuk mengetahui bagaimana kandungan adik iparnya.Beberapa saat kemudian Pak Ferdi keluar beliau yang sangat bahagia tersenyum l
Dion membolakan matanya, seakan matanya mau keluar. Bagaimana bisa Rea menginginkan hal seperti itu, seumur-umur Dion tidak pernah memasak Jadi bagaimana mungkin Rea memintanya untuk memasak."Istrimu keterlaluan sekali Andika," kata Dion yang enggan untuk memasak."Ayolah Kak demi keponakanmu," bujuk Andika."Enak saja aku disuruh memasak, emangnya aku ikut nyumbang," seloroh Dion yang membuat Renata menatapnya dengan kesal.Mendapatkan tatapan maut dari sang istri membuat Dion terkekeh lalu dia berusaha membujuk istrinya yang tengah kesal kepadanya."Maaf Sayang lagian Andika ada-ada saja bagaimana bisa dia menyuruhku untuk memasak," kata Dion."Renata tolong aku Please, bujuk kak Dion ya agar mau masak untuk istriku," pinta Andika dengan mata yang memohon.Kini gantian Renata yang yang bingung memang selama ini Dion tidak pernah memasak apalagi saat dia hamil Dion tidak ada di sisinya sehingga dia tidak bisa merasakan bagaimana seorang istri yang tengah hamil."Mas masak ya untuk R
Renata dan Rea yang melihat Dion dan Andika memasak di dapur nampak tertawa sungguh pemandangan indah yang sayang untuk dilewatkan. "Baru kali ini aku melihat orang masak sambil memakai helm," kata Renata. "Iya kak, suami kamu ada-ada saja," sahut Rea. Pak Ferdi yang kebetulan ingin mengambil minum di dapur nampak kaget melihat Dion yang memakai helm di dalam dapur. "Kamu ngapain memakai helm Dion?" tanya Pak Ferdi. "Ini Pa, Dion Lagi goreng ikan minyaknya kemana-mana jadi Dion memakai helm," jawab Dion. Sebenarnya tak hanya helm Dion meminta Andika untuk mengambilkannya jaket serta sarung tangan supaya minyak panas tidak mengenai tubuhnya. "Kamu tumben sih goreng ikan padahal seumur-umur kamu tidak pernah memasak," protes Pak Ferdi. "Tuh calon cucu Papa minta aku memasak," ungkap Dion. Pak Ferdi tertawa mendengar ucapan Dion ternyata ngidam Rea cukup unik juga, dimana-mana biasanya orang hamil minta rujak atau yang seger-seger tapi kasus Rea dia malah minta kakak iparnya mema
Pagi ini Andika datang dengan raut wajah yang lemas dan tak bergairah bahkan keadaannya pun sangat berantakan bagaimana tidak bulu-bulu rambut di sekitar mulutnya tidak dibersihkan bahkan rambutnya yang biasanya rapi gini agak panjang. "Kamu kenapa sih Andika?" tanya Dion. "Ini semua gara-gara Kak Dion," jawab Andika yang sontak membuat Dion mengerutkan alisnya. "Loh kok gara-gara aku," sahut Dion. "Ya iyalah gara-gara Kak Dion, Kak Dion itu pelit dimintai masak setiap hari saja nggak mau," protes Andika. Mendengar Protes dari adiknya membuat Dion kesal pasalnya mengidam Rea sangat keterlaluan, di mana-mana biasanya sang istri akan manja dan merepotkan suaminya tapi kasus Rea ini sungguh berbeda yang mana Rea malah merepotkan kakak iparnya. "Istri kamu itu yang keterlaluan, bagaimana bisa mengidam yang seperti itu memangnya aku ini suaminya sehingga dimintai masak setiap har," sahur Dion tak terima. Andika mengusap rambutnya dengan kasar Sebenarnya dia sendiri juga tidak mau m
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes