Pacuan jantung Firyan menempatkannya dalam kegentingan. Tak tahu lagi bagaimana harus bertindak. Pertanyaan laki-laki yang berada di balik punggungnya terus saja mengusik."Hey! Kok, diem aja? Kamu tahu, enggak ini jam kerja? Kalo ada tahanan kabur gimana?" Lagi, pertanyaan itu bergulir. Firyan bergeming, tetap ragu dengan keputusannya. Tindakan yang justru membuat pihak lain merasa kesal."Kamu bisu apa gimana?" Orang itu membalik paksa tubuh Firyan.Selanjutnya, apa yang terjadi tidak hanya membuat laki-laki berseragam polisi itu terbelalak. Akan tetapi, juga membuatnya sangat ketakutan hingga membocorkan kandung kemihnya."Kamu ... Kamu!" Petugas mengundurkan kaki dengan gemetar, lalu lari terbirit-birit.Firyan tahu apa yang akan terjadi tidak sesederhana itu. Oleh karenanya, peluang yang ada dia manfaatkan untuk melarikan diri. Untuk menghindari jejak, duda muda itu melepas semua pakaian dan hanya menyisakan celana bokser.Sayangnya, sirine mobil polisi makin lama makin nyaring.
Firyan mengepalkan tangan demi menjaga emosinya tetap terkendali. Dua orang yang sangat dia kenali tengah berbincang begitu dekat. Mereka tidak tahu meski Firyan berada tepat di samping mereka."Kamu bener. Kamu yang sabar, ya, Lea. Firyan pasti bakal dapet balasan. Allah Maha Adil," ucap seorang pemuda yang tidak lain adalah Bagas."Aku enggak nyangka dia tega bunuh darah dagingnya sendiri. Sampai kapan pun aku enggak akan pernah maafin dia," ucap Lea. Air matanya mulai berderai."Kamu yang kuat, ya. Mora udah bahagia di surga. Tenang, ya, ada aku. Aku bakal jagain kamu." Bagas memeluk erat mantan istri sahabatnya itu, kemudian menghujani dahi Lea dengan kecupan berulang kali. Bahkan, sampai ke area yang tidak seharusnya. Bagas benar-benar tidak segan untuk mengkhianati Firyan.Melihat pemandangan yang tidak pantas, Firyan tidak tahan lagi. Emosi membawa langkahnya menuju mereka. Namun, mengingat identitasnya saat ini, niatnya menguap. Firyan memutar langkahnya yang berat sambil sese
"Ical!" lirih Firyan. Betapa menyeramkannya anak kecil korban siksaan si Anik. Tubuhnya yang penuh darah berlari dan menghilang di balik tiang yang pernah menjadi tempat dia disiksa.Firyan menghela napas. Pemandangan tak terduga tersebut hanya mengejutkannya sebentar. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa setan yang menjelma sebagai anak-anak itu sesungguhnya tidak pernah menganggu. Hanya sebatas petunjuk sekaligus protes atas perlakuan yang mereka terima semenjak hidup sampai meregang nyawa.Pagar berketegangan tinggi itu masih berdiri dengan kokoh. Dia melewatinya dengan hati-hati. Seketika suasana menjadi sangat dingin. Kabut putih yang tebal terlihat menyelimuti sebagian pondok. Kokok ayam jantan mulai terdengar. Firyan menapaki pelataran tanpa ragu.Sekilas terdengar suara anak-anak tengah bersenda gurau, lalu berganti dengan tangisan. Firyan hanya menggerakkan bola mata dengan waspada, lalu berjalan menuju belakang pondok. Di situlah hal yang mengejutkan kembali terjadi. Hantu y
"Saya punya informasi tentang Firyan. Napas Firyan berembus panas melihat Daniel dengan sengaja menghubungi oknum polisi. Daniel pun menyeringai setelah memberikan lokasi mereka pada polisi."Kamu masih punya waktu untuk berubah pikiran," ujar Daniel. Akan tetapi, tidak mempengaruhi Firyan sedikitpun. Sampai akhirnya Firyan melihat segerombolan polisi yang benar-benar datang menuju mereka, keputusannya mulai goyah."Kamu masih bisa bernegosiasi sama saya," tawar Daniel seolah memahami apa yang ada di pikiran Firyan."Oke, lu orang menang!" Kalimat penuh keterpaksaan akhirnya menepi di bibir Firyan."Bagus! Saya sangat senang. Selamat bergabung!" ucap Daniel. Senyumnya yang menggemaskan terbit seiring dengan tepukan di bahu Firyan.Firyan mengalihkan pandangannya yang tajam. Daniel dengan santai menghampiri gabungan berseragam cokelat yang datang berduyun-duyun. Mereka terlihat akrab satu sama lain seperti memiliki hubungan yang tidak biasa. Sayangnya, Firyan tidak tahu apa yang mereka
"Kamu di mana? Cepet balik, ada tugas mendadak!" Suara Daniel terdengar dari ponsel Firyan.Setelah mematikan sambungan telepon, Firyan dan Kasih bergegas ke mansion. Hening meliputi sepanjang kaki Firyan melangkah. Suasana bersama Kasih menjadi canggung setelah kejadian itu. Namun, tidak ada yang dapat Kasih lakukan selain menatap wajah Firyan dengan ekspresi yang sulit diartikan."Istirahatlah, gue pergi ke Daniel dulu," ucap Firyan setelah mengantar kekasihnya ke kamar."Sejujurnya aku mau tanya sesuatu," ucap Kasih tiba-tiba. Firyan menghela napas dan duduk berlutut sambil menggenggam tangan Kasih, mengabaikan ponselnya yang berdering berulang kali."Lu orang enggak perlu khawatir. Sekarang gue cuma cinta sama lu orang.""Tapi ...." Kalimat Kasih terhenti ketika tiba-tiba seseorang membuka pintu dari luar. Firyan mendesah melihat salah seorang anak buah Daniel berdiri di ambang pintu dengan raut yang sulit diartikan."Bisa enggak, sih, lu orang ketuk pintu dulu!" Firyan mengomel.
Sebuah berkas yang tergeletak asal di kursi luar toilet mencongkel bola mata Firyan. Itu adalah surat pernyataan kepemilikan rumah atas nama seseorang yang begitu familiar. Firyan tanpa ragu mengabadikannya dalam ponsel. Setelah itu bergegas menunaikan hajat dan kembali ke mansion."Kenapa Daniel punya dokumen pribadi Junet?" gumamnya. Firyan menyorot sebuah laptop, baru saja ingat bahwa dia belum melihat semua isinya.Bergegas Firyan menyalakan benda portable tersebut. Di sana dia menemukan sebuah adegan yang memperbesar rasa penasarannya. Adegan di mana Daniel mengambil map dan menyiksa Junet di lokasi yang tidak asing. Seketika logika Firyan mengaitkan semua itu dengan dokumen yang dia lihat di rumah Daniel."Apa mungkin ...." Kedua mata Firyan berpaling sekejap, teringat dengan ucapan Joko kala itu."Nak, saya harus sampaikan pesan Junet yang sangat penting." Masih segar di ingatan saat orang tua itu berkata demikian."Tunggu! Daniel nyiksa Junet sampe mati di rumahnya sendiri, te
Firyan mengepalkan tangan. Amarah yang membuncah membakar habis seluruh kesabarannya. Dengan langkah yang tenang dia berhasil membuat dua orang itu terperanjat. Firyan menghempas tubuh dokter, tetapi pandangannya tak lepas dari sosok bocah yang berada di depannya."Zahwa ...." Firyan berlutut dengan genangan yang tumpah dari pelupuk mata.Disibaknya kain putih bernoda itu dengan gemetar. Sebuah pemandangan yang melukai nurani Firyan begitu dalam. Zahwa yang malang harus dia temukan dalam keadaan yang mengerikan. Luka sayatan ada di bagian-bagian yang sangat vital."Berani?" Firyan bangkit dan mencecar dokter."Firyan, lepasin dia! Kalo bos tahu kelakuanmu, habislah kita!" Rekan kerjanya meminta."Jelasin atau gue bunuh kalian semua!" tekan Firyan."Siapa yang mau bunuh siapa?" Tiba-tiba Daniel datang menyela. Firyan membuang wajah, menyembunyikan matanya yang memerah."Firyan, saya enggak tahu kalo orang bengis semacam kamu bisa begitu peduli sama anak kecil. Biar saya kasih tahu, kam
"Ini ...." Firyan menyodorkan bunga pesanan Kasih. Gadis itu tersenyum sumringah dan bergegas menyiapkan ritual mandi kembang.Seperti sebelumnya, Firyan lah yang akan menyiram gadis cantik itu. Kali ini, ritual tersebut dilakukan di mansion Firyan tinggal. Gadis itu datang ke hadapan Firyan dengan tubuh yang dibalut kain. Rambut panjang yang tergerai di bahu kecilnya menjadi pesona yang menjerat bola mata Firyan.Kasih menggoda Firyan dengan senyum simpulnya, lalu duduk di samping bak dengan hati-hati dan membiarkan Firyan membasuh kepalanya sampai waktu yang ditentukan. Ketika semuanya berakhir, penampilan Kasih menjadi lebih segar dan cantik. Akan tetapi, Firyan merasakan sesuatu yang membuatnya tampak tidak nyaman."Kamu kenapa?" tanya Kasih yang segera menyadari ekspresi aneh Firyan."Ah, enggak papa. Cuma ngerasa malem ini dingin aja," jawab Firyan."Gitu, ya? Kalo gitu, ayo kita bikin hangat malam ini." Kasih yang belum berganti pakaian memangkas jarak di antara mereka, kemudia
"Melvin! Melvin!" Nadia menggedor pintu kamar Melvin dengan panik, wajahnya pucat pasi.Melvin membuka pintu dengan tatapan marah. Namun, tatapan itu berubah drastis saat Nadia menyodorkan ponselnya. Video call dari nomor tak dikenal menampilkan sosok Lea yang tergeletak di lantai, tubuhnya penuh darah.Nadia berkata dengan bibir gemetar, "Melvin, cepat lihat! Ini ....""Lea?!" Firyan berteriak.Firyan merebut ponsel Nadia dan menatap layar dengan mata membulat. Amarah yang sebelumnya ditujukan pada Nadia seketika sirna, digantikan oleh kepanikan yang luar biasa. Tanpa pikir panjang, dia berlari menuju garasi, meraih kunci motor, dan melaju keluar rumah dengan kecepatan tinggi.Firyan mengendarai motornya dengan ugal-ugalan, menerobos lampu merah dan membelah keramaian lalu lintas. Setiap kendaraan yang menghalangi jalannya menjadi sasaran kemarahannya. Dia tidak peduli pada keselamatan dirinya maupun orang lain, yang ada di benaknya hanyalah menyelamatkan Lea."Lu harus bertahan! Gue
Firyan menatap wajah Lea yang pucat pasi. Tiba-tiba saja dia teringat dengan kisah indah mereka di masa lalu. Hatinya menjadi sangat lemah, tetapi dia segera menyadari dan menepis perasaannya."Andai aja lu orang enggak khianatin gue. Semua udah berakhir, Lea. Gue benci sama lu orang!" gumam Firyan, lantas dia meninggalkan Lea yang masih tidak sadarkan diri di brankar rumah sakit.Karena sebuah panggilan darurat yang menginformasikan bahwa Nadia disekap oleh orang-orangnya Daniel, Firyan berjalan terburu-buru. Kubu Daniel dan kubu Melvin memiliki kekuatan fisik yang seimbang, tetapi kekuasaan Daniel tidak dapat dibandingkan dengan Melvin, walaupun Daniel memiliki kecerdasan dalam meretas. Hanya keberuntungan yang membuat salah satu di antara keduanya menang.Setapak demi setapak, Firyan sampai di gudang terbengkalai di tengah hutan seorang diri. Dibukanya pintu kayu berdebu di depannya menggunakan kaki. Dia melihat sinar mentari menembus celah-celah atap gudang yang bocor, menciptakan
Setelah puas mempermalukan Bagas, Firyan pun menepati ucapannya untuk memberikan paket wedding gratis untuknya. Pihak hotel membuat dekorasi dengan konsep bintang dengan warna gold yang mewah.Hidangan lezat dari berbagai negara tersaji di atas meja, lengkap dengan sampanye bermerek Cristal, anggur tua seperti Burgundy, koktail eksklusif yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan bangsawan, juga minuman non alkohol seperti teh hitam Assam dan teh putih Cina berkualitas tinggi yang tersaji di teko dan cangkir porselen yang indah.Semua orang-orang Bagas melongo dan melupakan rasa sakit hati mereka dalam sekejap mata. Senyuman pun merekah dari bibir Bagas dan calon istrinya. Terlebih ketika melihat souvenir yang disediakan merupakan emas batangan terbaik seberat lima gram.Semua orang terlihat sangat puas. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang diam-diam membungkus camilan dan mengambil souvenir lebih banyak. Tindakan yang cukup membuat pihak hotel terkejut, tetapi Firyan sama sekali tidak m
Firyan memungut dompet yang tidak sengaja jatuh dari handbag Lea ketika Bagas membawanya pergi, lalu bergegas kembali ke rumah."Melvin, kamu seharian ini dari mana? Aku cari kamu ke mana-mana. Nomor kamu juga enggak bisa dihubungi," Nadia memberondongnya begitu sampai di ambang pintu."Kamu enggak papa, kan?" Nadia menyentuh lengan Firyan secara reflek, tetapi Firyan menepisnya dan meneruskan langkah acuh tak acuh."Melvin! Melvin!" teriak Nadia.Firyan berjalan ke kamar, merebahkan tubuhnya di kursi santai. Dari luar teriakan Nadia masih terdengar. Firyan menyumpal telinganya dengan headset. Gadis itu benar-benar menjengkelkan. Sikapnya yang dingin ternyata tak cukup untuk membuat gadis itu lepas darinya."Melvin, baiklah. Aku enggak akan paksa kamu lagi. Aku minta maaf. Aku selalu ada di sini kalo kamu butuh apa-apa. Aku janji enggak bakal ngelibatin orang lain lagi," ujar Nadia. Setelah itu, yang terdengar hanya ketukan sepatu yang makin mengecil.Firyan membuang napas. Matanya te
Setelah tertidur dalam waktu yang cukup lama sejak cairan anestesi masuk ke tubuh Firyan, akhirnya dia bisa mendapatkan kembali kesadarannya. Di bawah perawatan Ramon, Firyan telah pulih."Air ...." Firyan berkata dengan suara yang berat."Baik." Ramon berjalan cepat mengambil segelas minum dan membiarkan Firyan menenggaknya perlahan. Firyan kemudian memegangi lehernya dan meringik kesakitan."Enggak perlu cemas. Itu akan sembuh perlahan-lahan," ucap Ramon."Kasih gue kaca!" Firyan meminta yang segera dilaksanakan oleh Ramon."Gimana sama Melvin?" Firyan menyentuh setiap sudut wajahnya."Enggak bisa bertahan. Mayatnya terserah kamu," jawab Ramon. Firyan terdiam dan sibuk dengan ponselnya."Gue udah transfer dan pesen tiket. Cepet pergi dan jangan pernah muncul lagi," tekan Firyan."Baik. Saya akan segera pergi setelah menghubungi Nadia."Tak lama setelah Ramon beranjak, Nadia datang dengan wajah gembira. Namun, Firyan menatapnya dengan sangat dingin. Bahkan, membuang wajah ketika gadi
"Setelah racun ini masuk ke dalam tubuhmu, semua yang kamu miliki akan menjadi milik saya," gumam Daniel seraya memandang botol kaca kecil berwarna gelap.Sudut bibir Firyan terangkat. Dia mungkin belum berhasil mendapatkan apa yang dia cari, tetapi dia akan menciptakan alur yang tak terduga dalam perencanaan yang Daniel buat. Firyan bergegas kembali ke raganya setelah menyelesaikan apa yang seharusnya dia selesaikan kepada Daniel, kemudian menyempatkan diri untuk tidur sejenak.Hanya waktu yang begitu singkat untuk Firyan mengumpulkan energi, matahari bergegas menyapa sejak pertama kali mata Firyan terbuka. Pria itu bangkit dan bergegas menjadi takdir lain untuk seorang mafia licik berwajah polos seperti Daniel.Firyan menguntit salah seorang kaki tangan Daniel di sebuah kawasan elit di pusat kota. Anak buah Daniel mengenakan pakaian kurir dari sebuah perusahaan makanan terkemuka. Ia bertemu dengan seorang gadis berhijab putih yang sangat cantik. Mereka melakukan transaksi jual beli
"Ini ...." Firyan menyodorkan bunga pesanan Kasih. Gadis itu tersenyum sumringah dan bergegas menyiapkan ritual mandi kembang.Seperti sebelumnya, Firyan lah yang akan menyiram gadis cantik itu. Kali ini, ritual tersebut dilakukan di mansion Firyan tinggal. Gadis itu datang ke hadapan Firyan dengan tubuh yang dibalut kain. Rambut panjang yang tergerai di bahu kecilnya menjadi pesona yang menjerat bola mata Firyan.Kasih menggoda Firyan dengan senyum simpulnya, lalu duduk di samping bak dengan hati-hati dan membiarkan Firyan membasuh kepalanya sampai waktu yang ditentukan. Ketika semuanya berakhir, penampilan Kasih menjadi lebih segar dan cantik. Akan tetapi, Firyan merasakan sesuatu yang membuatnya tampak tidak nyaman."Kamu kenapa?" tanya Kasih yang segera menyadari ekspresi aneh Firyan."Ah, enggak papa. Cuma ngerasa malem ini dingin aja," jawab Firyan."Gitu, ya? Kalo gitu, ayo kita bikin hangat malam ini." Kasih yang belum berganti pakaian memangkas jarak di antara mereka, kemudia
Firyan mengepalkan tangan. Amarah yang membuncah membakar habis seluruh kesabarannya. Dengan langkah yang tenang dia berhasil membuat dua orang itu terperanjat. Firyan menghempas tubuh dokter, tetapi pandangannya tak lepas dari sosok bocah yang berada di depannya."Zahwa ...." Firyan berlutut dengan genangan yang tumpah dari pelupuk mata.Disibaknya kain putih bernoda itu dengan gemetar. Sebuah pemandangan yang melukai nurani Firyan begitu dalam. Zahwa yang malang harus dia temukan dalam keadaan yang mengerikan. Luka sayatan ada di bagian-bagian yang sangat vital."Berani?" Firyan bangkit dan mencecar dokter."Firyan, lepasin dia! Kalo bos tahu kelakuanmu, habislah kita!" Rekan kerjanya meminta."Jelasin atau gue bunuh kalian semua!" tekan Firyan."Siapa yang mau bunuh siapa?" Tiba-tiba Daniel datang menyela. Firyan membuang wajah, menyembunyikan matanya yang memerah."Firyan, saya enggak tahu kalo orang bengis semacam kamu bisa begitu peduli sama anak kecil. Biar saya kasih tahu, kam
Sebuah berkas yang tergeletak asal di kursi luar toilet mencongkel bola mata Firyan. Itu adalah surat pernyataan kepemilikan rumah atas nama seseorang yang begitu familiar. Firyan tanpa ragu mengabadikannya dalam ponsel. Setelah itu bergegas menunaikan hajat dan kembali ke mansion."Kenapa Daniel punya dokumen pribadi Junet?" gumamnya. Firyan menyorot sebuah laptop, baru saja ingat bahwa dia belum melihat semua isinya.Bergegas Firyan menyalakan benda portable tersebut. Di sana dia menemukan sebuah adegan yang memperbesar rasa penasarannya. Adegan di mana Daniel mengambil map dan menyiksa Junet di lokasi yang tidak asing. Seketika logika Firyan mengaitkan semua itu dengan dokumen yang dia lihat di rumah Daniel."Apa mungkin ...." Kedua mata Firyan berpaling sekejap, teringat dengan ucapan Joko kala itu."Nak, saya harus sampaikan pesan Junet yang sangat penting." Masih segar di ingatan saat orang tua itu berkata demikian."Tunggu! Daniel nyiksa Junet sampe mati di rumahnya sendiri, te