Virna berjalan kearah dapur dan dia membantu Sari yang sedang menyiapkan sarapan. Dia tidak memasak dan hanya menaruh makanan di meja saja.
"Bawa ini."
"Iya Sari."
Virna membawa makanan ke meja makan. Di sana ada Tyas dan Gustav saja. Randy belum terlihat batang hidungnya. Dia tidak tau ke mana Randy berada. Sepertinya dia memang masih tidur.
"Pah aku tidak setuju loh dengan Windi yang terus saja medekati anak kita," ucap Tyas pada suaminya.
Virna hanya bisa mendengar percakapan dari dua orang yang ada di depannya itu. Dia tersenyum dengan pelan saja. Setidaknya semua yang dia lakukan saat ini sudah benar sesuai dengan keinginan hatinya.
"Yah mau bagaimana lagi mah. Kaya gak tau sifat Randy saja."
Gustav hanya mengatakan itu saja dengan sekilas. Jika memang benar adanya maka, dia akan melakukan semuanya sesuai dengan keingian dirinya.
Diam-diam Virna mendengarkan apa yang dikatakan oleh Gustav baru
Virna merasa tegang ketika dia yang memang disuruh datang ke rumah milik Tyas. Emtah apa yang akan dibicarakan wanita itu kepada dirinya. Kenapa sekarang Virna malah merasa tegang."Masuk."Virna yang mendengar kata perintah itu akhrinya memutuskan untuk masuk ke dalam, sebenarnya dia merasa penasaran dengan apa yang harus dia lakukan saat ini. Semoga saja semuanya akan sesuai dengan harapannya."Kenapa nyonya memanggil saya?" tanya Virna dengan bahasa formalnya. Dia hanya tersenyum dengan manis melakukan semuanya sesuai dengan keinginan hatinya.Setidaknya dia paham kalau semua yang dia lakukan memang sudah benar adanya. Dia hanya merasa heran ketika semuanya tidak semudah dengan apa yang dia harapkan saat ini."Duduk saja."Virna hanya menurut saja walauoun dalam hatinya dia merasa ada yang aneh. Kenapa semuanya malah jadi begini. Apa yang harus dia lakukan dihadapan Tyas."Ada yang ingin nyonya katakan
Terlepas dari Virna yang disuruh untuk mendekati Randy padahal Virna sedang ingin menjauhi Randy. Sungguh dia tidak mengerti dengan apa yang terjadi padanya untuk saat ini.Biarkan waktu yang akan membalas semuanya agar dia paham apa yang seharusnya dia ambil. Setidaknya semuanya akan berjalan sesuai rencana awalnya."Hei, tadi Nyonya Tyas berbicara apa padamu?" tanya Sari yang kini berjalan menghampiri Virna karena dia merasa penasaran.Virna melihat kearah Sari, apa sebaiknya dia menceritakan semuanya pada Sari saja. Dia tidak punya pilihan lain lagi selain ini. Jika memang benar seperti ini maka, dia akan melakukan senuanya dengan baik."Nyonya Tyas menyuruh aku mendekati Tuan Muda."Mata Sari langsung membulat ketika mendengar kabar ini semuanya. Sungguh dia tidak menyangka kalau akan seperti ini."Kamu gak lagi becanda kan? Mana bisa seperti itu.""Aku juga tidak tau. Tapi seprtinya Nyonya Tyas tidak
"Kenapa mamah malah menyuruh Virna untuk mendekatiku?"Randy yang saat ini kesal langsung menemui Tyas. Dia tidak terima dengan ibunya yang malah menjauhkan Randy dengan kekasihnya."Kamu sudah tau alasannya nak, kenapa mesti nanya lagi."Tyas menumpangkan kakinya sebelah dengan angkuh. Anaknya pasti akan datang menemui dirinya. Tyas hanya melakukan sesuatu untuk kebaikan dari anaknya."Windi anak dari orang kaya juga seperti kita, lalu apa yang jadi masalahnya.""Tidak, dia jauh lebih berbeda dari kita Ibunya adalah wanita yang serakah dan suka menghamburkan uang, kamu tau kenapa dia bisa kaya? Ibunya menggoda semua pria kaya."Tyas mengatakan itu untuk membuka mata hati anaknya yang menang sudah termakan oleh cinta yang buta. Sebagai seoarang ibu, Tyas hanya bisa menasehati anaknya saja."Mamah hanya mengar
"Ada kabar bahagia mah."Windi tersenyum manis pada Mulani yang tidak jauh dari tempatnya berada. Sungguh dia kali ini merasa bahagia karena apa yang dia nantikan sudah jadi kenyataan."Kamu ini bicara gak jelas, ada apa sebenarnya?" tanya Mulani pada anaknya yang tiba-tiba girang bahagia."Randy akan datang ke rumah ini, dia akan menemui aku," ujar Windi yang tersenyum bahagia."Bagus kalau begitu, kamu harus berdandan cantik, buat Randy sampai tergila-gila padamu.""Tapi mah, Randy itu tipe orang yang natural dan bukan tipe pria yang suka wanita menor.""Yah setidaknya kamu harus dandan cantik dong, walaupun gak menor tapi tetap harus cantik."Mulyani mengatakan itu pada anaknya karena memang dia ingin melihat anaknya tersenyum dengan semourna. Dia tau apa yang akan dia ambil selanjutnya.
Randy melihat kearah wajah kekasihnya dengan sekilas saja. Sebenarnya dia ingin memgatakan sesuatu pada Windi juga."Sebaiknya jika kita harus menjauh dulu untuk sementara," gumam Randy pada Windi."Loh kenapa?" tanya Windi yang menaikan sebelah alisnya dengan heran. Dia yakin kalau memang ada sesuatu yang memang harus dia lakukan dengan baik nantinya."Mamah sudah mulai curiga dengan aku yang memang menyuntikan dana untuk perushaan kamu," ujar Randy.Windi tersemyum dengan sekilas,.dia.tidaj akan rugi karena sebenarnya dia tidak terlalu mencintai Randy. Hanya ibunya yang menyuruh dia mendekati Randy agar bisa mengambil harta milik pria itu."Yaudah kalau memang itu jalan yang terbaik maka, aku akan melakukan semuanya."Windy tidak jadi masalah jika dia yang harus jauh dari Randy, lagian itu bukan hal yang sulit untuk dirinya. Se
Randy di dalam mobil merasa gelisah. Apalgi dengan ibunya Windy yang memang terlihat memaksa dirinya untuk menikah dengan Windy. Bukan dia tidak mau menikah dengan Windi, hanya saja dia belum mendapatkan restu dari kedua orangnya."Sial!" maki Randy dengan memukuli stirnya.Randy merasa kesal sendiri saat ini, dia bahkan tidak tau harus melakukan apapun juga sekarang ini. Membiarkan waktu yang akan membalas semuanya agar bisa lebih baik lagi.Sekarang hanya tinggal waktu saja yang akan mengubah semuanya. Bahkan dia bingung kenapa semuanya malah jadi rumit."Aku merasa kesal," gumam dia dengan sekilas saja.Randy buru-buru harus pulang sekarang, banyak sekali yang memang harus dia lakukan dengan baik. Semoga saja ini akan menjadi awal yang baik untuk dirinya juga.Randy melihat kearah ponselnya dan melihat ada orang yang mem
Virna terdiam sejenak ketika dia yang sedang mengerjakan pekerjaan rumahnya. Dia tersenyum dengan manis ketika semuanya sudah jadi lebih baik."Yang benar bersihkan nya.""Iya Sari, kamu tenang aja, aku sudah bisa membersihkan ini semuanya."Virna kini sudah terbiasa atas semuanya, dia tau apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Jika memang dia akan melakukan semuanya maka, dia akan melakukan ini dengan baik."Kenapa?" tanya Virna ketika merasakan tanganya ditarik oleh seseorang. Entah apa yang dia rasakan saat ini.Dia bahkan tidak tau harus melakukan semuanya seperti sekarang. Randy langsung memojokan Virna ke tembok. Dia melakukan semuanya sesuai dengan keinginan dirinya."Kamu pasti yang sudah membuat ibuku sakit kan?" tuduh Randy sambil mencengkeram tangan Virna.Virna yang mendengar itu malah
Virna melihat kearah orang yang kini menatap dirinya terus. Randy belum menerima kenyataan ketika dirinya yang memang sudah kalah melawan dirinya."Sekarang kamu boleh keluar Virna."Randy mengatakan hal seperti itu dan dia langsung tersenyum manis. Dia tau apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Rasanya memang bahagia ketika dia tau apa yang akan dia lakukan."Baik nyonya."Virna menganggukkan kepalanya sambil tersenyum dengan manis. Dia tau apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Semuanya sudah membuat dia jadi lebih lega. Setidaknya dia tidak disalahkan atas apa yang sudah terjadi saat ini."Kenapa mamah lebih percaya dengan dia? Padahal dia sudah punya niat buruk untuk kelurga kita," ucap Randy mengatakan itu pada Tyas. Dia tau apa yang terjadi selanjutnya sekarang ini.Dia hanya akan tersenyum dengan sekilas dan sekarang dia hanya akan melaku
Virna merasa mual, dia juga merasa tidak tenang. Belum lagi dia barusan mendapatkan pesan dari Windy yang membuat emosinya semakin tersulut. "Non Virna kenapa?" tanya Bi Inah yang khawatir dengan Virna sekarang. "Aku baik-baik saja bi," balas Virna. "Ya ampun Virna," ujar seseorang yang kini datang dari arah pintu depan. Dia sedikit heran ketika melihat keadaan Virna yang pucat. "Firman," panggil Virna ketika melihat orang yang memang dia percaya sekarang menghampiri dirinya. Virna merasa sedikit lega sekarang. Bi Inah akan membawa Virna ke ranjangnya, tetapi kemudian Firman sudah lebih dulu berinsiatif untuk menggendong Virna masuk ke dalam. "Biar aku saja Bu yang bawa dia," ujar Firman. "Terimakasih banyak nak."Firman membawa Virna ke atas ranjangnya, lalu dia melihat kearah ibunya karena dia merasa heran dengan keadaan Virna sekarang ini. "Kenapa dengan Virna? apa dia sakit?" tanya Firman yang merasa penasaran dengan keadaan Virna sekarang. Inah hanya bisa menghela napasn
Virna terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Randy tempo hari. Apa dia harus menikah dengan Randy. Dia harus merebut kembali perusahaan ayahnya. "Non Virna," panggil Bi Inah. "Kenapa Bi?" tanya Virna menaikan sebelah alisnya heran. "Itu Non. Firman tadi menghubungi bibi." Virna terkejut ketika mendengar hal itu. Firman adalah orang kepercayaan dirinya sekaligus anak Bi Inah. "Dia bilang apa bi?" tanya Virna. "Dia hanya menanyakan alamat kita yang sekarang. Terus bibi memberitahunya. Mungkin dia akan berkunjung ke sini," jelas Bi Inah. Virna hanya mengangguk, akhirnya setelah lama menghilang dia bisa bertemu dengan Firman lagi. Sudah lama sekali Virna menanti kehadiran Firman, akhirnya pria itu datang ke sini juga. "Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya," ujar Virna dengan antusias. "Apalagi Bi Inah non. Dia anak satu-satunya bibi," ujar Virna. Virna tersenyum dengan bahagia, dia percaya kalau Firman memang orang yang baik. Pria itu tidak akan pernah mengkhianati dir
Virna sedang berada di apartemen yang diberkan oleh Randy padanya, entah dia merasa gelisah sekarang. Apa ini memang benar atau salah di matanya. Permintaan Tyas memang sangat sulit, apalagi dengan permintaanya yang harus menikah dengan Randy, rasanya memang sangat sulit. "Ah menyebalkan sekali."Tiba-tiba ada yang masuk dengan begitu saja ke tempat ini, Virna menoleh dan ternyata itu adalah Randy, untuk apa pria itu datang ke sini."Ngapain kamu datang ke sini?" ketus Virna masih dengan angkih, apalagi dengan melihat karah Randy yang asal datang begitu saja. "Kamu tidak lupa dengan pemilik apartemen ini kan? jadi suka-suka aku dong mau datang ke sini atau tidak."Randy mengatakan itu dengan santai lalu dia memberikan dua bungkus nasi padang untuk dimakan mereka berdua. Rasanya memang bahagia ketika semuanya akan jadi lebih baik."Oh yah, aku membawakan ini untuk kamu, semoga kamu akan suka.""Apa itu?" tanya Virna sambil melirik sekilas yang sebenarnya dia masih merasa penasaran.
Virna saat ini sudah berdiri di depan restoran Alfaso. Dia ingin bertemu dengan Tyas. Virna merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Tyas padanya. Dia yakin kalau hal ini memang sangat penting. Dia duduk sendirian di sini. Tanpa BI Inah yang menemaninya karena memang dia menyuruh Bi Inah untuk menjaga apartemen saja. "Sudah lama?" tanya Tyas yang kini menghampiri Virna. Dia tersenyum ramah pada Virna. "Tidak, barusan. Aku juga baru sampai Tante," jelas Virna. Tyas mengangguk lalu dia memesan minum pada seorang pelayan restoran. Dia memesan jus apel kesukaan dirinya. Virna hanya memperhatikannya saja, menunggu apa yang akan dikatakan oleh orang yang ada dihadapannya. "Kamu terlihat tegang sekali, santai lah." "Maaf Tante, sebenarnya Tante ingin mengatakan apa?" tanya Virna. "Tante tau kalau sekarang kamu sedang hamil anak Randy," ucap Tyas. Deg... Kenapa bisa tau? Apa Randy yang memberitahunya. Apa Tante Tyas meminta dia untuk menggugurkan kandungannya? J
"Sekarang kamu sudah percaya padaku bukan?" jelas Randy sambil melirik kearah Virna. "Terimakasih banyak atas bukti ini." Virna hanya mengucapakan terimakasih saja pada Randy. Dia sama sekali tidak menyangka atas semuanya. Orang yang selama ini dia percaya ternyata sudah menghianatinya. "Apa sekarang kamu percaya padaku?" tanya Randy pada Virna. Virna melirik kearah Randy dengan sekilas lalu dia menganggukkan kepalanya. Dia percaya pada Randy yang sudah beruat baik padanya. "Tapi tetap saja kamu adalah pria berengsek di mataku!" ketus Virna ketika dia yang mengingat apa yang sudah dilakukan oleh Randy ketika dirinya menjadi maid dulu. "Haha kalau itu memang benar adanya. Aku memang pria berengsek. Tapi aku berani mempertanggungjawabkan apa yang sudah terjadi, termasuk dengan menikahimu," bisik Randy membuat Virna membulatkan matanya. Apa pria yang ada dihadapannya itu serius? Atau hanya bualan saja. Virna menggelengkan kepalanya, Randy pasti hanya ingin bermain-main saja
"Kamu senang kan Randy, melihat aku yang seperti ini?" maki Virna dengan kesal menatap kearah Randy. Randy menggelengkan kepalanya, selama ini Virna selalu salah paham dengan dirinya terus. Benar apa yang dikatakan oleh ayahnya. Kalau Virna memang dikendalikan dulu oleh pamannya. "Kamu salah jika berpikir seperti itu Virna. Aku tulus padamu.""Terserah aku tidak peduli.""Kamu tinggal di apartemen ku untuk sementara bersama dengan Bi Inah." Randy mengatakan itu karena merasa kasian dengan Virna. Apalagi saat ini Virna sedang hamil anaknya juga. Randy tidak akan lari dari tanggung jawab nya. Apalagi ibunya sendiri yang memintanya untuk hal ini. "Aku tidak mau!" tolak Virna dengan mentah. Dia bisa punya tempat tinggal sendiri. Virna tau kalau semuanya akan jadi lebih baik. Virna tau kalau urusan ini pasti bisa dia selesaikan dengan baik. "Aku tidak terima penolakan Virna. Menurutlah padaku dan tinggal bersama denganku," mohon Randy mencoba untuk membujuk Virna. "Tidak!" Randy me
"Paman Omawa."Virna memanggil pamannya karena dia merasa penasaran dengan apa yang sudah terjadi padanya. menurutnya ini sedikit janggal. Ada hal yang aneh ketika Pamannya tidak membela dirinya tadi."Kenapa Virna?" tanya Omawa ketika melihat kearah Virna."Paman tidak membalaku tadi." "Untuk apa? bukannya sudah jelas. Kamu sudah tidak punya hak di perusahaan ini lagi, semua karyawan yang ada di sini juga sudah menganggap kinerjamu sangat buruk.""Apa maksud paman? aku ini keponakanmu paman?" protes Virna."Hahaha tapi sekarang tidak lagi, kamu sudah tidak punya apapun juga sekarang. untuk apa aku membelamu." jleb...Rasanya sakit ketika pamannya sendiri yang dia percaya malah membuang dirinya, sekarang dia bisa melihat kerakter dari pamannya yang memang licik. "Aku tidak menyangka ternyata paman sangat licik," ujar Virna memaki pamannya sendiri."Terserah." Virna lantas pergi dari tempat ini karena rasa kecewanya, dia bahkan tidak menyangka dengan sikap pamannya. Virna diam seje
"APA?" Virna menatap kearah wanita yang ada di sini juga, dia menggelengkan kepalanya karena tdak percaya, mana mungkin wanita itu adalah anak dari ayahnya, rasanya dia tidak percaya sama sekali, kenyataan ini membuat dia tidak tahan. "Kamu jangan becanda!" "Itu adalah kenyataanya Virna, jadi boleh kan yang jadi pemimpinnya adalah anak saya, soalnya dia juga berhak atas semuanya." Mulani mengatakan hal itu pada semua pemegang saham. Apalagi Mulani kenal dengan orang-orang tersebut mengingat dia dulu pernah bekerja juga di sini, bukan tidak mungkin jika dia bisa melakukan hal tersebut juga. Virna melihat kearah Omawa berharap akan pamannya itu dapat membentu dirinya dalam masalah ini, apalagi dengan kenyataan pahit yang haarus dia hadapi sekarang. "Bagaimana ini paman?" bisik Virna. "Maaf Virna, tentang hal ini paman tidak bisa membantu kamu." Virna terkejut ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh pamannya itu, biasanya pamannya itu akan memberikan solusi pada dirinya tapi
"APA?" Virna menatap kearah wanita yang ada di sini juga, dia menggelengkan kepalanya karena tdak percaya, mana mungkin wanita itu adalah anak dari ayahnya, rasanya dia tidak percaya sama sekali, kenyataan ini membuat dia tidak tahan. "Kamu jangan becanda!" "Itu adalah kenyataanya Virna, jadi boleh kan yang jadi pemimpinnya adalah anak saya, soalnya dia juga berhak atas semuanya." Mulani mengatakan hal itu pada semua pemegang saham. Apalagi Mulani kenal dengan orang-orang tersebut mengingat dia dulu pernah bekerja juga di sini, bukan tidak mungkin jika dia bisa melakukan hal tersebut juga. Virna melihat kearah Omawa berharap akan pamannya itu dapat membentu dirinya dalam masalah ini, apalagi dengan kenyataan pahit yang haarus dia hadapi sekarang. "Bagaimana ini paman?" bisik Virna. "Maaf Virna, tentang hal ini paman tidak bisa membantu kamu." Virna terkejut ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh pamannya itu, biasanya pamannya itu akan memberikan solusi pada dirinya tapi