Malam itu, Tiffany tidur di sebelah Arianne. Sebelum dia tertidur, Tiffany berbisik, "Aku masih sangat merindukannya ..."Tiffany mencurahkan semua perasaannya malam itu. Mungkin, itulah mengapa dia tampak seperti dirinya yang dulu, bersemangat, dan riang keesokan harinya. Sepertinya Tiffany telah melepaskan masa lalunya, termasuk Jackson. Dia bahkan memutuskan untuk menyewa rumah bersama Tanya.Mengenai keputusan ini, Lillian memberikan dukungan penuh kepada Tiffany. Itu karena dia sedih melihat putrinya harus bangun lebih awal setiap pagi hanya untuk pergi bekerja. Lillian telah melihat betapa lelahnya putrinya setiap pagi. Dia berinisiatif untuk menarik sebagian dari tabungannya untuk membantu putrinya menyewa apartemen kecil dengan dua kamar tidur yang akan digunakan oleh putrinya dan Tanya setengah dari harga sewanya.Setelah pindah ke apartemen, Tiffany merasa hidupnya menjadi jauh lebih mudah. Dia akhirnya bisa tidur nyenyak dan nyaman di malam hari. Apartemen sewaan berlokas
Tiffany membayangkan di benaknya biaya makan malam hari itu. Sepertinya makan malam ini, akan menghabiskan hampir satu bulan total gajinya. Namun, Tiffany merasa berhutang budi pada Summer. Lagipula, Summer telah memberikannya begitu banyak barang, dan harganya pasti jauh lebih mahal daripada makanan ini.Summer bertanya dengan santai, “Kapan Arianne melahirkan? Ini cukup sulit baginya karena Arianne tidak bisa bergerak dengan bebas selama kehamilannya.""Aku juga tidak begitu yakin. Aku pikir kelahiran bayi Ari, seharusnya terjadi di bulan Mei atau Juni. Mark pergi untuk perjalanan bisnis selama beberapa waktu lalu. Mark selalu menghubunginya setiap hari untuk memeriksa kondisi Arianne. Mark sangat memuja Ari. Aku berdoa agar Ari bisa melahirkan bayi dengan selamat. Jika itu terjadi, aku yakin Arianne tidak akan menyesal dan merasa takut lagi. Aku tidak bisa mengunjunginya beberapa hari terakhir ini karena aku mengurus perpindahan aku dengan Tanya. Jika aku tidak salah, Mark baru sa
Tiffany tersenyum dan berkata, “Nyonya West, biarkan Jackson menghabiskan waktu dengan pacarnya. Mengapa kau menariknya ke sini untuk makan bersama kita? Gadis itu kelihatannya masih sangat muda, apakah dia masih seorang pelajar?”Jackson berkata dengan suara datar. Dia sudah cukup umur.Tiffany mengangkat alisnya. "Benarkah? Aku tidak tahu. Tetapi sepertinya seleramu telah berubah. Apakah kau mulai menyukai gadis-gadis muda akhir-akhir ini?”Ekspresi Jackson semakin gelap. Namun, dia tidak berbicara dengan sembrono di depan ibunya. Jadi, Jackson hanya bisa membiarkan Tiffany mengejeknya.Namun, Summer rupanya menyadari hal itu. Summer mulai mengejek putranya bersama dengan Tiffany. “Kau benar-benar memiliki selera buruk! Apa yang menarik dari gadis muda itu? Dia terlihat sangat kurus dan polos. Gadis itu sepertinya tidak akan membawa keberuntungan untuk suami dan keluarganya ... "Jackson hampir meledak dalam amarah. "Cukup! Bisakah aku pergi sekarang karena kalian tampaknya tida
Suara sedih dan terkejut dari Sasha masuk ke dalam telinga Jackson. "Aku... di kedai kopi di dekat sini. Maukah… maukah kau menemaniku disini?”Jackson menyuruh Sasha untuk menunggunya sebelum dia mengakhiri panggilan.Setelah dia menjemputnya, Jackson langsung menuju ke hotel.Selama perjalanan, Sasha tetap diam. Dia tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya dan dia juga tidak berani bertanya ketika dia melihat ekspresi Jackson yang gelap.Begitu mereka keluar dari mobil, Jackson segera menarik pergelangan tangan Sasha dan membawanya ke kamar yang telah dipesan. Begitu mereka memasuki kamar, Jackson mendorongnya ke dinding.Sasha tercengang dan takut dengan ciuman penuh gairah dan nafsu Jackson. Namun, kebahagiaannya tidak bisa disembunyikan. Sepertinya Desdemona benar. Jackson memang sangat ahli untuk urusan wanita. Meskipun Jackson sedikit kasar, Sasha masih menikmati dirinya sendiri. Tanpa terlalu banyak usaha, Jackson dengan mudah memicu hasrat dalam dirinya, dan tubuhnya kem
Tiffany tersenyum penuh arti saat dia mengangguk sebelum melihat Summer berjalan ke arah pintu.Setelah Summer pergi, Tanya berseru, "Nyonya West hampir menjadi ibu mertuamu. Namun dia masih sangat baik padamu bahkan setelah kau putus dengan Jackson."Tiffany menghela nafas. “Sebenarnya, sikapnya membuatku stres. Aku tidak berhak menerima niat baiknya karena aku tidak akan bisa membalasnya. Summer benar-benar ingin aku menjadi menantu perempuannya, tapi aku… tidak akan bisa memenuhi keinginannya… Semoga keinginannya ini hanya akan berlangsung sebentar dan Summer tidak akan begitu peduli padaku di masa depan . Kalau terus menerus seperti ini, aku pasti akan gila."Kurang dari beberapa menit kemudian, Tiffany menerima telepon dari Summer. Tiffany pikir Summer telah meninggalkan sesuatu. “Ada apa, Nyonya West? Apakah kau melupakan sesuatu?"Suara Erangan kesakitan Summer bisa terdengar dari ujung telepon. “Tidak… aku jatuh… kurasa pinggulku sakit. Kakiku juga bengkok. Aku tidak bisa ba
Tiffany langsung menolak tawaran tersebut. Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri.Jackson menatapnya, menyipitkan matanya. "Mengapa? Apakah kau takut?"Tiffany terkekeh. "Takut? Kepadamu? Oh tidak mungkin. Jika aku takut padamu, nama belakangku bukanlah Lane. Aku tidak suka duduk di mobilmu. Kau mau berkata apa? Berhenti memprovokasi ku."Sudut bibir Jackson melengkung menampakkan senyuman yang sini. “Kau tidak menyukai mobilku? Seolah-olah kau akan dapat taksi hanya dengan berdiri di sini. Berhenti lah untuk menyangkal dan membuang-buang waktu.”Tidak diragukan lagi, memang tidak nyaman berdiri dalam cuaca dingin tanpa penghangat kaki dan pakaian hangat. Tiffany berusaha menunjukkan bahwa dia baik-baik saja, padahal sebenarnya tidak. Dia akan mengambil perhiasan Summer, dan tidak ada salahnya mendapatkan tumpangan dari Jackson. Jadi Tiffany berpikir, bahwa dia hanya akan memperlakukan Jackson kali ini sebagai supir. Setelah meyakinkan dirinya sendiri, akhirnya Tiffany membuka p
Jackson berpaling ke samping dan menatapnya, emosinya ibarat sebuah misteri bagi Tiffany. “Kau tahu betul bahwa aku tidak begitu ceroboh. Aku selalu melakukan tindakan pencegahan sebelum melakukan."Tiffany tidak melanjutkan pembicaraan itu. Dia sepertinya tidak bisa mengungguli Jackson, ketika mereka bertengkar, dan itu membuatnya kesal.Saat mereka sudah hampir sampai ke tujuan, Tiffany merasa semakin kesal. Dia memang bisa mengalahkan Jackson dalam hal lain, tapi tidak dalam perasaan dan cinta. Tiffany tidak mau kalah! Ketika mereka tiba di lantai dasar apartemennya, Tiffany melepas sabuk pengamannya dan tersenyum. “Ngomong-ngomong, aku punya pacar sekarang. Hubungan dengan komitmen. Aku akan mengirimkanmu undangan jika aku dan pacarku akan memutuskan untuk menikah."Setelah Tiffany selesai berbicara, ekspresi sombong dapat terlihat di wajahnya saat dia membuka pintu mobil untuk pergi. Ketika Tiffany baru saja akan melangkah keluar dari mobil, Jackson menariknya kembali masuk ke
Tanya memperhatikan Tiffany yang kelaparan dan bertanya, "Ada apa denganmu? Apa yang terjadi? Apakah kau tidak makan diluar tadi?"Tiffany bersandar di kursi dan menghela nafas lega. “Bukan apa-apa… aku hanya lelah. Aku akan pergi tidur, dan mencuci piring kotor besok pagi. Tinggalkan saja peralatan kotor itu di atas tempat cuci piring.”Kemudian Tiffany berbaring di tempat tidurnya, membolak-balik badan, tidak bisa tidur. Dia tidak bisa menahan perasaan bahwa kata-katanya kepada Jackson telah melewati batas. Tiffany merasa bahwa dirinya harus meminta maaf tetapi merasa malu.Kemudian Tiffany mengirimi Arianne pesan, dan meminta nasihat. Tiffie membuat ringkasan singkat tentang apa yang terjadi dengan Jackson kepada Tiffany.Balasan dari Arianne tidak butuh waktu lama. “Karena kau juga berpikir bahwa kau telah melewati batas, kau tidak perlu ragu untuk meminta maaf. Jika tidak, kau hanya akan terus merasa tidak nyaman. Anggap saja permintaan maafmu sebagai sarana untuk melegakan ha