Ketika Robin tiba di Tremont Estate dengan taksi, Mark telah menyelesaikan makan malamnya dan membawa Si Gemas ke lantai atas bersamanya. Arianne sedang berada di ruang tamu mendiskusikan pekerjaan dengan Robin. Hujan sudah reda saat Robin siap berangkat. Udara dipenuhi dengan kesegaran yang datang setelah hujan dengan sedikit bau lembab dari air hujan.Arianne menemani Robin ke tempat pangkalan taksi. "Sampai jumpa besok."Robin melambai kepadanya dan berkata, "Kau harus pulang dulu. Sampai jumpa besok. Ngomong-ngomong, rumahmu benar-benar indah, seperti yang diharapkan dari rumah mewah."Arianne tersenyum dan kembali ke rumah ketika dia melihat taksi itu pergi.Setelah hari yang sibuk, Robin duduk di dalam mobil dan menarik napas dalam-dalam dengan santai. Dia menikmati hidup yang memuaskan di mana setiap momen dihabiskan dengan baik sehingga dia tidak punya waktu untuk memiliki pikiran sedih. Namun, akan ada titik di mana dia masih harus rileks dan memikirkan sesuatu hal. Tepatn
Setelah ragu-ragu selama beberapa detik, akhirnya Robin memilih untuk mempercayainya. Dia terkejut bahwa ternyata Sylvain masih tinggal di negara ini. Sungguh merupakan sebuah keberuntungan dalam kemalangannya.Robin semakin meninggikan suara speaker di ponselnya dan terburu-buru mengikuti jalan di depannya. Lampu jalan membuat bayangan panjang pada sosoknya. Suara sepatu hak tingginya yang membentur trotoar sepertinya terdengar menggema di jalan. Setiap saat seakan ada derak keras menusuk ke dalam hatinya. Dia memaksakan dirinya untuk bertindak tangguh, terlalu takut untuk berbalik. Matanya berkaca-kaca. "Aku sedang berjalan. Kau dimana?Berdasarkan keadaan hubungan mereka saat ini, dia tidak yakin harus berkata apa lagi selain menanyakan keberadaannya.Sylvain sepertinya sedang mengemudi. Dia dengan cepat menjawab, "Aku sudah dekat."Suaranya terdengar keras melalui ponsel Robin, menembus malam yang sunyi dan memberinya rasa jaminan yang aneh. Baru kemudian Robin menyadari betapa
Ekspresi santai di wajah Sylvain seketika menghilang. “Jadi, menurutmu aku ini seorang pria brengsek yang bergantung pada ‘tante girang’ juga?”Robin tiba-tiba kehilangan kata-kata. Itulah yang dipikirkan semua orang tentang Sylvain. Jika dia berusaha menyangkalnya sekarang, itu akan menjadi munafik. Setelah jeda dua detik, Robin membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi Sylvain menghentikannya di tengah jalan. "Baik. Kau tidak perlu menjawab. Aku tidak peduli apa yang orang pikirkan."Suasana menjadi suram setelah itu. Robin merasa agak tercekik di dalam mobil, jadi dia menurunkan kaca jendela, membiarkan angin malam bertiup melalui rambutnya dan mengeluarkan aroma sampo ke dalam mobil. Itu adalah aroma yang menawan. Sylvain tiba-tiba angkat bicara. "Ikat rambutmu.""Aku tidak punya ikat rambut ..." jawabnya dengan canggung.Sylvain menarik ikat rambut, seolah-olah dia sedang melakukan trik sulap. "Sini."Robin menerimanya dan merasa lebih canggung dari sebelumnya. Dia telah menin
Akhirnya dia melangkah ke villa Sylvain sekali lagi. “Jessica memberiku tempat ini ketika aku mewakili perusahaan dalam sebuah kompetisi dan memenangkan tempat pertama. Aku menerimanya, bukan karena aku suka menjadi ‘pria mainannya’, tapi karena manfaat yang aku berikan kepada Jessica memang melebihi rumah ini. Hati nuraniku bersih, jadi aku menerimanya.”Robin berjalan ke sofa dan duduk. "Apakah kau ... punya perasaan untuk Jessica?" Robin sudah lama ingin menanyakan pertanyaan ini, sejak dia mengetahui tentang hubungan Sylvain dengan Jessica.Sylvain menatapnya cukup lama. "Apakah kau ingin tahu?"Tatapannya membuatnya merasa sangat tidak nyaman. “Aku… Aku baru saja menanyakan dengan singkat. Namun kau tidak perlu membicarakannya jika kau tidak mau."Sylvain berjalan ke bar dan membuka sebotol anggur, menuangkan segelas, dan memberikannya padanya. Bukannya aku tidak ingin membicarakannya, dan tidak ada yang perlu dihindari untuk membicarakannya juga. Aku dulu mengaguminya. Itu be
Sylvain mungkin tidur larut malam tadi. Dia masih tertidur ketika Robin pergi, jadi dia tidak punya pilihan selain meninggalkan catatan untuknya. Setidaknya dia harus meninggalkan semacam pemberitahuan. Itu hal yang sopan untuk dilakukan setelah menginap satu malam di tempatnya.Robin baru saja tiba di gedung kantor ketika Arianne menariknya ke samping. “Ibumu ada di sini, menanyakan semua orang di kantor apakah kau tetap bekerja sepanjang malam untuk bekerja lembur. Dia tampak sangat marah ketika mengetahui bahwa tidak ada orang di kantor tadi malam. Dia menunggumu. Di mana kau tadi malam? Bukankah aku mengantarmu ke taksi? Apakah kau tidak pulang?"Semua warna menghilang dari wajah Robin. “Arianne… Aku tidak mengira ibuku akan datang jauh-jauh ke sini. Aku minta maaf! Kau harus membantuku! Aku pergi dengan taksi tadi malam, tapi ada yang salah dengan supir taksinya. Dia menyeretku ke jalan terpencil. Aku sangat takut, jadi aku menelepon Sylvain, dan dia menjemputku. Bolak-balik mem
##Arianne menggelengkan kepalanya tanpa daya dan kembali ke kursinya. Hubungan Robin dengan Sylvain masih dianggap di atas rata-rata. Masa depan Sylvain sekarang dianggap suram setelah semua yang dia lalui. Arianne tidak yakin apa yang membuat hubungan Robin dengan Sylvain jika mereka kembali berhubungan. Arianne hanya akan berharap yang terbaik untuk mereka berdua.Mark menjemputnya setelah Ari selesai bekerja malam itu. Pasangan itu menuju ke rumah sakit dengan sekantong penuh buah-buahan. Seperti yang dia duga, Tiffany sangat kesakitan untuk turun dari tempat tidur. Tiffie merasakan sakit yang lebih buruk daripada Arianne saat melahirkan. Dia seharusnya turun dari tempat tidur keesokan harinya setelah operasi. Jumlah cairan infus yang dia terima membuat dia harus ke toilet beberapa kali. Tiffany akan meratap dan melolong setiap kali dia harus pergi ke toilet. Tangisannya membuat Jackson, yang harus mendukungnya di sepanjang jalan, berkeringat dingin.Tiffany langsung menangis saat
Lilian memiliki pandangan yang sama. “Tiffie, bisakah berhentilah bersikap keras kepala? Ini semua untuk kebaikanmu sendiri. Tinggal di rumah saat melahirkan secara tidak langsung akan membebani semua orang di sekitarmu, sayang. Itu termasuk Jackson dan ibunya. Lihat, kau akan menjadi lemah selama sekitar satu bulan, seperti bayimu yang baru lahir, jadi akan membuat kita semua lega jika kita bisa membiarkan para profesional di rumah bersalin merawatmu, bukan? Lagipula, kita punya uang untuk ini sekarang. Menggunakannya untuk layanan yang tepat tidak menjadi sia-sia. Dan berhentilah mengatakan betapa itu tidak aman! Jackson akan selalu berada di sisimu!”Tiffany mengerutkan alisnya, kesal dalam diam. Tidak peduli apa yang mereka katakan. Dia tidak ingin tinggal di lingkungan yang asing selama sebulan, tidak peduli seberapa mewah tempat itu. Tidak akan pernah senyaman rumahnya sendiri. Dan juga, selama berhari-hari tinggal di rumah sakit membuatnya gila. Setiap hari dia berharap dia bis
##Arianne secara naluriah menatap Mark sekilas. Sejujurnya, Arianne pada dasarnya bukan pendiam — sebelum berusia delapan tahun, masa kanak-kanaknya penuh kegembiraan dan tawa yang lepas, terutama saat dia bermain dengan teman-temannya. Satu-satunya alasan mengapa dia menjadi begitu pendiam adalah karena Mark mempengaruhinya seperti itu. Dengan kata lain, si Gemas menjadi pendiam karena dia mengikuti sifat ayahnya, dan saat bayinya tumbuh, kemiripannya menjadi jelas.Pada malam hari, saat keduanya berbaring berdampingan, Arianne bertanya, “Apa kau selalu sedingin es dan pendiam sejak kau masih kecil, Mark Tremont? Tampaknya si Gemas bertingkah mirip denganmu ketika kau masih kecil, kan?"Mark mencubit hidung Arianne. “Kau baru saja memanggilku apa? Entah mengapa, mendengarnya membuatku jengkel.”Arianne menepis tangan Mark. “Aku memanggilmu dengan namamu, duh! Bukankah itu hal yang normal untuk dilakukan? Kau tidak mungkin mengharapkan ku untuk memanggilmu 'sayang' begitu saja, buka