GADIS KECIL DI PELAMINANKU 9
Dengan sekuat tenaga aku menutup pintu yang telah aku buka tadi.
Demi Tuhan, apa yang aku lihat barusan membuat jantungku berdegup kencang. Astaga, mataku telah ternoda.
"Mama!" Aku berteriak sekencang mungkin.
Mama dan Papa buru-buru menghampiriku. Wajah panik kedua orang tuaku begitu kentara terlihat.
"Ada apa, Yumna. Kenapa berteriak?" tanya Mama.
"Ma, Pa. Tolong jelaskan, kenapa ada Surya di kamarku?" Meskipun aku melihatnya dari belakang, aku begitu yakin jika pria yang aku lihat tadi adalah Surya.
Pintu terbuka dari dalam, memperlihatkan Surya dengan wajah klimis khas orang yang sudah mandi.
"Maaf, Non, ini memang kamar saya sekarang," ucapnya membuat mulutku menganga.
"Ma, jelaskan. Kenapa kamarku jadi kamar, Surya?" Dengan napas yang memburu menahan amarah, aku kembali bertanya.
"Aku tahu, Papa sudah menganggapnya anak, tapi tidak
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 10Mama Arum. Dia berdiri seraya berkacak pinggang. Kemudian, ibu mertuaku itu berjalan mengakhiri mobilku dan mengetuk kaca seraya menyuruhku turun.Dengan sangat terpaksa, aku pun keluar menemui mertuaku itu. Sial, aku ketahuan oleh Mama Arum."Turun kamu!" sentaknya saat aku membuka pintu."Iya, Ma, ini juga mau turun.""Ayo ikut Mama!" ujar Mama Arum dengan menarik tanganku hingga aku berada di samping mobilnya. "Masuk!" ujarnya lagi sembari membukakan pintu untukku."Tapi, Ma ....""Masuk, Mama bilang! Kalau kamu tidak mau masuk, Mama laporkan kamu ke Daffa!" Mama Arum mengancamku. Aku meneguk ludahku dan masuk ke dalam mobilnya.Tidak ada gunanya aku melaw
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 11"Aduh, aku jatuh gak, nih?" tanyaku dengan kaki yang bergetar.Kalau aku jatuh, bukan Mas Daffa yang aku temui, melainkan malaikat maut yang menjemput.Astaghfirullahaladzim!"Kalau jatuh, kita akan ketahuan. Makanya hati-hati, dan jangan berisik." Surya berucap dengan sangat pelan.Surya mabantuku memakaikan full body harness ke pinggangku. Entah dari mana dia mendapatkan ini, aku tidak tahu. Sepertinya ini memang sudah ia persiapkan sebelum datang ke mari.Setelah mengaitkan tali pada salah satu railing balkon, Surya menyuruhku untuk turun.Demi Tuhan aku takut jatuh dari sini."Ya, sakit kalau jatuh.""Tali ini, tidak akan sampai tanah, Non. Paling kaki Non Yumna saja yang akan menyentuh tanah. Jadi, non tidak akan jatuh. Loncat juga gak akan buat tubuh Non terhempas ke tanah," bisik Surya.Aku melihat ke bawah dengan menelan ludah yang semakin
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 12"Mau pergi, atau tetap di sini?" tanyanya menghentikan ucapanku.Aku mengangguk dan bersiap untuk turun. Tidak ingin gagal lagi dan dengan tekad yang kuat aku memberanikan diri untuk melepaskan tanganku dari besi.Mau jatuh, mau sakit itu urusan belakangan. Yang penting, aku kelaur dari sini.Tubuhku melayang setelah pegangan tanganku terlepas. Aku tidak berani membuka mata sebelum tali ini berhenti mengayun.Akhirnya aku membuka mata saat sebelah kakiku mulai merasakan menyentuh tanah. Aku selamat dan masih sadar menyentuh tanah.Di luar dugaan, Surya turun dengan tangan kosong. Tidak menggunakan pengaman seperti yang dia berikan padaku. Dengan menggunakan kekuatan tangan dan kakinya, Surya turun dari balkon kamarku dengan beg
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 13Wanita yang pernah aku lihat di kafe dengan seorang anak kecil, dia ada di sini. Lalu, apa hubungan dia dengan suamiku?Sepertinya dia terkejut melihat aku ada di sini. Terlihat dari mimik wajahnya yang berubah pias."Mas, dia siapa? Kenapa dia ada di sini denganmu?" Aku bertanya setelah melepaskan diri dari pelukan suamiku.Mas Daffa bergeming. Begitu pun dengan wanita itu."Mas, jawab dong. Kenapa diam saja. Apa jangan-jangan, kalian—""Saya sepupunya Mas Daffa, Mbak. Mbak pasti istrinya, 'kan?" Wanita itu memotong ucapanku dengan cepat.Dia menghampiriku yang masih berdiri di ambang pintu. Dengan senyum yang manis, dia mengulurkan tangan dan menyebutkan namanya."Nabila."'Nabila?''Apa dia Bila yang Ibu maksud?'Meski ragu, aku pun membalas uluran tangan itu."Mas Daffa sering bercerita tentang
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 14Aku menguap meraba kasur di sampingku. Tidak ada. Ke mana suamiku? Terpaksa aku bangun dan mencari keberadaan suamiku. Awas saja jika dia sedang bersama wanita itu."Mama, sih malah menyeret dan memarahi Yumna, jadinya dia kabur 'kan?"Itu suara suamiku. Dia berdiri membelakangiku, melihat pada hamparan kebun teh lewat jendela kaca yang berada di ruang tengah.Rupanya dia sedang berbincang lewat sambungan telepon, dan aku tahu siapa yang sedang ia telepon. Mama Arum."Ma, Yumna itu tidak bisa dikasarin, semakin kita kasar, dia akan semakin berontak."Oh, dia protes pada Mama karena sudah kasar padaku. Baguslah, biar Mama tahu kalau aku tidak suka dikekang."Sudahlah, biar aku pikirkan nanti," pungkas Mas Daffa. Dia menyimpan ponselnya ke dalam saku celana.Melihat dia sudah selesai bertelepon dengan Mama Arum, aku pun mengh
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 15 "Eh apa-apaan kalian?!" Nabila buru-buru melepaskan genggaman tangannya pada tangan suamiku. Mas Daffa berdiri dari posisinya yang duduk di kursi meja makan. "Jadi, begitu kelakuan kalian jika sedang berdua?" tanyaku dengan dada yang bergemuruh. Bagaimana aku bisa diam melihat suamiku berpegangan tangan dengan wanita lain. Meskipun sepupunya. "Sayang, kamu salah paham. Ini tidak seperti yang kamu kira, Sayang." Mata Mas Daffa melihatku dengan sendu. "Tuh, 'kan sudah aku bilang tidak usah, ya tidak usah. Kamu ngeyel, sih. Jadinya Yumna salah paham, 'kan?" Kini Mas Daffa berkata pada Nabila dengan sorot mata yang tajam. "Maaf, Mbak. Tadi, tangan Mas Daffa terkilir, aku cuma mau bantu urut saja," ucap Nabila dengan menundukkan
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 16Mas Daffa langsung menjatuhkan sepedanya saat itu juga. Mungkin dia menyadari kalau tadi dia tengah berbohong padaku."Aduh, ini juga sebenarnya sakit, Sayang. Tapi, karena kamu ingin naik sepeda, makanya aku tahan sakitnya." Mas Daffa merintih dengan mengurut pelan pergelangan tangannya.Bersandiwara."Nanti aku urut, ya?" ujarku dan langsung masuk ke dalam vila.Perutku sudah terus berbunyi karena kosong dari semalam. Kemarin aku makan, tapi cuma sedikit karena ibu mertua yang tidak bersahabat.Makanan sudah terhidang di meja makan. Tanganku sudah terulur untuk mengambil makanan itu. Namun, aku menariknya kembali saat aku ingat jika itu masakan Nabila.Bisa saja dia menaburkan sianida di makanan itu. Atau, dia kasih obat tidur agar aku terlelap dan dia bisa berduaan dengan suamiku. Tapi, ke mana dia sekarang? Apa dia beneran pergi
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 17Mereka berdua berseru bersamaan."Jadi ini yang kamu bilang sepupu, Mas? Jadi begini kelakuan kamu dengan sepupumu? Mandi bareng hingga mendesah bersama?!""Yumna, aku bisa jelasin, Sayang," ucap Mas Daffa hendak menggapaiku."Stop!" Aku mengangkat kedua tanganku ke udara."Ternyata, kecurigaanku terjawab sudah. Kamu berengsek, Mas. Kamu berengsek!" Aku memukul-mukul dada suamiku.Aku melampiaskan amarahku yang sudah di ubun-ubun dengan terus menghujani dia dengan pukulan."Maafkan aku, Yumna."PlakSebuah tamparan aku layangkan padanya. Maafnya tidak akan bisa mengembalikan kepercayaanku yang sudah dia rusak. Bukan hanya kepercayaan yang hilang, tapi hatiku terasa dicabik-cabik melihat
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 72Dalam kebingunganku, tiba-tiba Azzam melepaskan sabuk pengamannya, ia menarik tanganku dan memeluk tubuhku. Menyandarkan kepalaku di dadanya."Maaf, ya tadi aku teriak di depanmu, dan bikin kamu takut," ujarnya seraya mengusap kepalaku.Oh, ternyata dia mengerti kegelisahanku. Aku pun membalas pelukannya dengan menganggukkan kepala.Setelah mengecup kepalaku singkat, Azzam kembali memakai sabuk pengamannya, dan melajukan mobil."Mau mampir dulu, enggak?" tanyanya."Ke mana?""Ke mana aja. Kamu maunya ke mana, aku ikutin," ujarnya melirikku seraya tersenyum.Mendadak aku teringat pada Nabila. Sejak mengantarkan dia ke madrasah, aku tidak pernah tahu lagi keadaan dia. Juga tidak pernah bertukar kabar dengannya.Rasanya aku ingin sekali melihatnya. Bagaimana keadaan dia sekarang, dan kehidupan dia sesudah keluar dari rumah Mama
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 71"U—Umi?""Jangan seperti itu, Yumna." Umi berucap dengan manatapku lekat."Maaf, Umi.""Ayo, ikut Umi."Umi menuntunku ke belakang rumah. Hatiku jadi tidak karuan, pastinya Umi akan memarahi aku karena niatku jailku tadi."Kamu mau mengerjai Rahma, 'kan?" tanya Umi."Maaf, Umi. Yumna, tidak suka karena tadi dia mendekati Bang Azzam," jawabku pelan."Iya, intinya tadi kamu mau ngerjain Rahma, 'kan?"Aku mengangguk lemah."Bukan pakai itu, caranya." Umi mengambil bubuk cabe dari tanganku. "Tapi, dengan itu," tunjuk Umi pada ulat bulu yang berada dalam toples.Aku membulatkan mata, tidak percaya dengan apa yang Umi lakukan."M—maksud Umi?""Kita kerjain dia pakai itu. Ini memang salah, tapi Umi sudah empet banget sama Rahma. Beberapa kali sudah Umi bilang, kalau datang ke sini harus
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 70"Maaf, Umi. Yumna tidak bisa bantu menyiapkan sarapan," ucapku pada Umi pagi ini.Bagiamana aku bisa membantu Umi, kalau Azzam tidak membiarkanku keluar kamar setelah salat subuh tadi. Dia mengurungku dengan alasan kami adalah pengantin baru."Tidak apa-apa, Yumna. Ayo duduk, kita sarapan bareng."Aku mengangguk, mulai melayani suamiku di meja makan. Setelah makanan untuk Azzam sudah siap, aku duduk di samping Syila yang sedang menikmati sarapannya."Nda, yambutnya basah, ya? Tuh, keyudung Nda jadi ikutan basah."Sontak saja, semua mata kini tertuju padaku yang terkena serangan rasa malu. Jangankan untuk menjawab, menelan ludah pun rasanya sulit. Bibir Syila membongkar segalanya. Ketahuan juga jika aku baru saja mandi sebelum turun untuk sarapan.Jika Umi hanya tersenyum menanggapi celotehan cucunya, beda lagi dengan Azzam y
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 69Kakiku mendekati ranjang. Rasanya begitu berbeda dengan sebelumnya. Aku merasa gugup dan bingung harus berbuat apa.Haruskah aku loncat ke atas ranjang?Ah, memalukan!Apa aku harus pura-pura ke kamar mandi untuk menghilangkan kegugupan ini?Terlambat. lututku sudah mentok menyentuh ranjang.Ya Allah, bisakah malam ini mati lampu, agar dia tidak bisa melihat wajahku yang sudah terasa memanas ini?Pinggulku sudah menyentuh ranjang. Aku duduk dengan kaki yang masih menjuntai ke bawah. Sedangkan dia, dia terus saja menatapku tanpa berkedip.Itu mata emang gak pedih, ya?Detak jantungku bertalu-talu saat kurasakan ranjang di sebelahku bergoyang. Dia bergerak merangkak semakin dekat dan .... Azzam menyimpan kepalanya di pangkuanku.Aku bisa bernapas lega, tapi desiran halus kini kurasakan kembali saat dia mengambil tanganku lalu diletakkan di k
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 68"Dra, yang mau menjalani rumah tangga itu kamu, bukan Umi. Jadi, pandai-pandailah mengenali karakter dan sifat seseorang yang akan kamu jadikan istri. Umi tidak bisa menjawab pertanyaan kamu, karena Umi pun, belum mengenal Salsa itu. Mungkin nanti kamu bawa dia ke sini, kenalkan sama Umi," ujar Umi panjang lebar.Salsa itu orangnya baik, cuma memang bicaranya saja yang suka nyablak dan sesuka bibirnya kalau berucap."Sayang, sudah sarapannya? Kita jalan-jalan, yuk!"Azzam bicara padaku, aku pun mengangguk karena memang sarapanku sudah habis."Hadeuh ... terus saja terus, bikin ubun-ubunku tambah ngebul!" ujar Andra yang melihat kemesraan aku dan Azzam.Tanpa mendengarkan ledekan adiknya, Azzam menggandengku dan Syila untuk pergi. Setelah sebelumnya kita berpamitan kepada Umi terlebih dahulu.Aku tidak mau bertanya ke mana di
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 67"TIDAK!!""Sssttt ... kok, malah teriak?"Aku menutup mulutku rapat-rapat dengan telapak tangan.Oh, ya ampun, ternyata aku hanya berhalusinasi! Ternyata kita belum melakukan apa-apa. Azzam yang tadi mengulurkan tangannya, kini menariknya kembali. Aku menoleh ke sampingku, melihat gadis kecil itu yang masih terlelap dalam tidurnya.Azzam bangkit dan menghampiriku, ia duduk di pinggir ranjang, tepat di sampingku yang tengah mengatur napas."Kenapa?" tanyanya."Jangan, Bang. Kita tidak bisa melakukannya sekarang, aku tidak mau apa yang ada dalam bayanganku jadi kenyataan. Serem, Bang."Azzam menautkan alis. Dia tidak paham dengan apa yang aku katakan."Maksudnya? Emang kamu membayangkan apa?"Aku pun menceritakan apa yang aku bayangkan tadi. Namun, diluar dugaan. Azzam malah tertawa. Ia sampai menutup mulut menggunakan telapak tangan agar tawanya
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 66"Maaf, Sayang. Mendingan, Syila sekarang bobok, ya. Udah malem, lho." Azzam membujuk putrinya.Syila menggelengkan kepala. Dia menolak untuk tidur, dengan alasan belum mengantuk.Sedangkan aku, aku hanya menjadi penonton drama antara anak dan ayah itu. Sesekali aku tertawa melihat Azzam yang berusaha membuat Syila tidur. Ia menggendong putrinya, dan mengayun tubuh kecil itu. Namun, bukannya tidur, Syila malah merengek ingin turun. Setelah diturunkan, Syila lari ke arahku dan memeluk tubuhku."Ayah, nakal, Nda." Syila mengadu sembari mengusap rambutnya yang menghalangi wajahnya."Nanti, Bunda jewer telinga, Ayah, ya? Sekarang, Syila bobok dulu, ini sudah malam," kataku dengan lembut.Syila mendongak, mata bulatnya menatapku. Perlahan, dia mengangguk dan berkata, "Tapi, boboknya sama Nda, ya?"Aku melirik ke arah Azzam. Dia memberik
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 65DUA BULAN KEMUDIANCinta bisa membuat manusia terlena, cinta menjanjikan hidup jadi kian berwarna. Namun, cinta juga bisa membuat hati kecewa dan terluka.Berwarna, kecewa dan terluka telah aku alami dalam mengenal cinta. Setelah luka itu sirna, kini aku kembali merasakan indahnya jatuh cinta. Bersama dia yang kini sedang menggenggam tanganku erat."Haus?" Dia bertanya.Aku menggeleng sebagai tanda jawaban."Mau makan?"Kembali aku menggeleng tanda penolakan."Terus, maunya apa?" Dia kembali bertanya.Mauku adalah, dia tetap seperti ini. Bersikap manis dan lembut disetiap waktu. Selalu menggenggam tanganku hingga kulitku kian mengendur."Loh, kok malah senyam-senyum." Dia mengusap pipiku yang tertutup hiasan make up.Bukan hanya saling senyum, kini kita malah tertawa bersama seolah telah menemukan sesua
GADIS KECIL DI PELAMINANKU 64"Maksudnya apaan, tuh kemping?" tanya Salsa penasaran."Eng–enggak, kok. Tasya memang suka ngaco. Tasya makan baksonya lagi, ya?" ujar Nabila pada anaknya.Seperti yang menghindar, Nabila malah memilih untuk memakan bakso yang tersaji di depannya, ketimbang menjawab pertanyaan Salsa.Anak kecil itu jujur, dan aku yakin jika jawaban Tasya tadi memang apa adanya. Tapi, apa yang dimaksud kemping? Apa jangan-jangan mereka tidur di emperan? Seketika dadaku berdenyut, membayangkan jika yang aku pikirkan memang benar adanya."Bil, kamu dan Tasya tidak tidur di emperan 'kan?" tanyaku membuat Nabila menghentikan suapannya."Tid—""Jangan bohong, jawab aja yang jujur. Kali aja kita bisa bantuin, lo." Salsa kembali berucap."Aku tidur di taman," jawab Nabila akhirnya."Hah! Lo, kagak salah? Kasihan anak, lo nanti dia keding