"Apa yang kamu bicarakan?" tanya Victor, suaranya terdengar tegas namun penuh kebingungan. Tatapannya tertuju tajam pada Calvin, anaknya, yang berdiri di depannya dengan senyum yang sulit diartikan.
Calvin tidak langsung menjawab. Dengan gerakan santai namun penuh arti, dia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan selembar foto yang sudah agak kusut. Senyumnya tetap menghiasi wajahnya ketika dia menyerahkan foto itu kepada ayahnya.
Victor meraih foto tersebut dengan tangan yang sedikit gemetar. Saat matanya fokus pada gambar di depannya, dia merasa seakan waktu berhenti. Foto itu menampilkan Michael dan Sunly, dua orang yang dulu pernah dekat dengannya. Mereka berdua tampak sedang menggendong bayi laki-laki—bayi yang segera dikenalnya. Mata Victor melebar, kejutan bercampur dengan kepanikan mulai merayap ke dalam dirinya.
"Papa," suara Calvin terdengar rendah namun penuh kekuatan, "Aku baru saja menemukan sebuah rahasia besar. Coba pikirkan, apa yang akan Chri
Christian menatap kosong ke arah jendela, pikirannya dipenuhi oleh kemarahan yang membara dan kepedihan mendalam. Di tangannya, laporan-laporan bukti yang dikumpulkan Mike terasa berat—seolah tiap lembar kertas itu menggambarkan pengkhianatan yang selama ini tersembunyi."Tuan muda, kematian kedua orang tua Anda terbukti direncanakan oleh Direktur Utama," kata Mike, memecah keheningan yang mencekam.Mata Christian mulai memerah, tapi dia menahan emosinya agar tak tumpah di hadapan Mike. "Dia dekat dengan mereka," gumamnya penuh kebencian. "Dan membunuh mereka dengan cara membakar mereka hidup-hidup. Kemudian dianggap sebagai kecelakaan. Dia lolos selama 30 tahun... dan mengadopsiku sepanjang waktu itu."Dia memukul meja dengan keras, menggema di seluruh ruangan. "Apakah dia tidak merasa bersalah sama sekali? Bisa-bisanya dia berhadapan denganku tanpa penyesalan," suaranya parau, penuh dendam yang selama ini terpendam.Mike menghela napas, mencoba tetap tena
"Tuan muda," sapa Luwis, suaranya bergetar namun berusaha tenang, wajahnya sedikit pucat saat melihat kehadiran Christian yang tidak terduga.Christian menatap Luwis dan Victor dengan tatapan tajam, seolah membaca pikiran pria yang berdiri di depannya. "Kenapa terkejut melihat kedatanganku? Bukankah Papa sangat berharap aku pulang?" tanyanya sambil duduk santai di sofa. Kakinya disilangkan, sikap tubuhnya menunjukkan dominasi dan ketenangan, seolah tidak terjadi apa-apa."Tidak ada!" jawab Victor cepat, namun nadanya mengandung kegelisahan yang tidak bisa ia sembunyikan. "Hanya tidak menyangka kamu akhirnya kembali," tambahnya dengan senyum tipis, mencoba mengendalikan situasi.Christian menyunggingkan senyum dingin. "Tenang saja, Aku akan kembali ke perusahaan. Dan membantu bisnis keluarga ini.""Tuan muda, akhirnya Anda kembali. Tuan besar sangat mencemaskan Anda. Dan beberapa hari lagi rapat akan dilaksanakan. Anda harus hadir." Nadanya pen
Malam itu, ketika Moon sedang terlelap, suasana di dalam rumahnya begitu tenang. Angin malam berhembus lembut di luar jendela, tetapi di dalam, keheningan lebih dalam daripada biasanya. Tanpa disadari, beberapa pria memasuki rumahnya dengan langkah-langkah yang sangat hati-hati, memastikan setiap langkah mereka tidak menimbulkan suara. Bayangan mereka bergerak pelan dalam kegelapan, langsung menuju kamar utama di mana Moon tertidur di atas kasur dengan selimut tebal melindungi tubuhnya dari dingin.Saat pintu kamar terbuka perlahan, mereka mengintip ke dalam, menemukan Moon yang tak menyadari ancaman mendekat. Salah satu pria mendekat dengan sapu tangan di tangan. Gerakannya cepat dan tepat, membekap mulut Moon sebelum gadis itu sempat menyadari apa yang terjadi. Seketika, Moon terbangun dengan mata terbelalak, tubuhnya memberontak dalam upaya untuk melawan. Namun, usahanya sia-sia ketika pria-pria itu menekan tubuhnya, mengunci kaki dan tangan Moon agar tidak bisa bergerak.
Moon perlahan mulai tersadar, merasakan dinginnya ruangan dan kerasnya kursi kayu di punggungnya. Kedua tangannya diikat erat, membuatnya sulit bergerak. Ruangan itu remang-remang, hanya diterangi oleh lampu yang berkelap-kelip di sudut. Ketika pandangannya mulai jelas, dia melihat sosok pria tinggi dengan senyum sinis yang mengenakan setelan rapi, melangkah pelan menghampirinya."Adikku ini cukup cantik, dan aku yakin dia akan membuat mereka bahagia," ucap Calvin, matanya menatap Moon dengan dingin.Moon mengerjap, berusaha fokus. Saat kesadarannya pulih, ia menyadari sepenuhnya bahwa dia berada di tempat yang asing dan tidak aman. Jantungnya berdegup kencang, kecemasan menyelimuti pikirannya."Apa kabar, adikku?" tanya Calvin dengan nada yang penuh sindiran, berdiri tepat di depannya.Moon menggigit bibir, berusaha menenangkan diri, meski dadanya sesak oleh rasa takut dan kebencian yang berkecamuk. Pandangannya kini sepenuhnya je
Calvin kemudian meninggalkan lokasi bersama Joss, membiarkan tempat kurungan Moon dijaga oleh beberapa anak buahnya yang masih berjaga dengan ketat. Di kejauhan, tanpa disadari oleh Calvin, seseorang memperhatikan setiap gerak-geriknya dari dalam mobil, seorang pria yang bekerja sebagai mata-mata untuk Christian. Tugasnya jelas: mengawasi Calvin dan melaporkan setiap pergerakan mencurigakan.Dengan pandangan tajam yang terfokus pada bangunan, pria itu bergumam pelan sambil memperhatikan jumlah penjaga yang berdiri di luar. "Apakah Nona di dalam sana? Kalau tidak, kenapa begitu banyak penjaga di luar?"Merasa perlu segera melaporkan apa yang dilihatnya, dia mengeluarkan ponselnya dan dengan cepat menekan tombol angka yang sudah dihafalnya. Beberapa detik kemudian, suara dingin namun tenang dari Christian terdengar di ujung sana."Halo, Tuan. Calvin Kim mendatangi suatu tempat. Aku curiga nona ada di dalam sana. Di luar ada beberapa anak buahnya yang berjaga," kat
Moon ditarik keluar oleh dua anak buah Calvin dengan kasar, menyeretnya menuju mobil. Gadis itu berusaha sekuat tenaga meronta, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman kuat mereka. Namun, semakin keras ia melawan, semakin erat genggaman mereka, membuat Moon merasa semakin tak berdaya.Di kejauhan, anggota Christian yang sudah tak sabar memutuskan untuk bertindak. Dengan tatapan dingin dan penuh perhitungan, ia menginjak pedal gas sekuat tenaga, melaju cepat ke arah mereka tanpa peduli."Awas!" Teriakan keras terdengar dari beberapa orang yang langsung berlarian ke samping, mencoba menyelamatkan diri dari bahaya yang semakin dekat.Dalam sekejap, mobil yang dikemudikan anggota Christian menghantam kendaraan di depan mereka dengan kekuatan brutal.Brak! Suara benturan keras menggema di udara. Mobil yang ditabrak mengalami kerusakan parah, bagian belakang penyok, dan kaca di beberapa sisi retak hebat. Supir di dalamnya tak sempat menghindar, kepalanya terbentur keras ke setir akibat ta
Christian membawa Moon kembali ke apartemennya, tempat yang dulu menjadi tinggal bersama.Ketika mereka tiba, suasana kamar terasa sunyi, seolah menyerap segala keletihan yang Moon rasakan setelah hari yang begitu berat. Tubuhnya masih gemetar, kedua pergelangan tangannya memar akibat ikatan yang terlalu kuat. Christian duduk di sampingnya, mengambil salep, dan dengan lembut mengoleskannya pada bekas luka di pergelangan tangan Moon.Sentuhannya hati-hati, seolah takut menyakiti gadis itu lebih dari yang sudah terjadi."Maaf," ucap Christian tiba-tiba, suaranya rendah dan penuh penyesalan. "Aku terlambat. Aku tidak melindungimu dengan baik."Moon mengangkat wajahnya, memandang Christian dengan lembut. Ada luka yang tak terucapkan di matanya, tapi bibirnya tetap tersenyum kecil."Bukankah kamu sudah menyelamatkan aku? Jangan merasa bersalah," jawabnya, mencoba meredakan beban yang tergambar jelas di wajah Christian.Christian terdiam
Christian menyesap kopinya pelan, sambil memandang Reporter Frank dengan tajam. Kafe itu masih sepi, hanya terdengar alunan musik lembut yang mengisi suasana. Christian duduk dengan tenang, meski niatnya penuh ambisi."Pastikan rekaman ini tersebar luas, beserta fotonya. Aku ingin menjadikan berita ini di halaman utama," ujar Christian, nadanya tegas dan tak terbantahkan.Frank, reporter yang selalu haus akan cerita besar, mengangkat alisnya, matanya penuh harap. "Tuan Kim, apakah ini adalah berita besar?" tanyanya, sedikit ragu namun tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.Christian menyeringai, memperlihatkan ketenangan yang mematikan. "Reporter Frank, tidak perlu bertanya hal lain, cukup lakukan saja sesuai perintahku. Jatuhkan orang yang di dalam rekaman ini akan membuatmu semakin terkenal," jawabnya dengan senyum tipis namun penuh ancaman.Frank tersenyum puas, merasa bahwa kesempatannya untuk naik ke puncak kariernya sudah di depan mata. "Baiklah, T
Christian berdiri di tengah kamar dan menatap pakaian yang telah rapi tersusun di koper. Jhon dan Mike, dua orang yang telah setia bersamanya dalam segala suka dan duka, memandangnya dengan penuh haru. Udara sore yang sejuk menyusup lewat jendela, membawa keheningan yang berat di antara mereka.Mike melangkah maju, menatap majikannya dengan sorot mata penuh harapan. "Tuan, kami bisa ikut denganmu, dan memulai dari awal," suaranya serak, namun tegas.Christian menatap keduanya dengan senyuman lembut, seakan memberi mereka kekuatan. "Mike, Jhon, kalian sangat berbakat. Rajin dan tidak pernah mengeluh. Aku sudah melamarkan pekerjaan untuk kalian berdua di perusahaan besar. Kalian akan dihubungi setelah prosedurnya diurus. Bekerjalah dengan baik." Suaranya tenang, tapi penuh keyakinan. "Aku akan pergi bersama Moon. Kami memiliki terlalu banyak kenangan pahit di sini, jadi kami ingin melupakan semuanya.""Tuan, kami telah lama ikut denganmu, kami sudah biasa dengan ritme ini," Jhon mencob
"Aku tidak akan membiarkan kalian berhasil!" bentak Calvin dengan emosi yang memuncak. Matanya menyala penuh kemarahan, wajahnya memerah. Victor menatap Calvin dengan sorot mata tenang, namun penuh penyesalan. "Calvin," ucapnya dengan suara yang lebih rendah, hampir bergetar, "Papa bersalah padamu. Papa mengkhianati mamamu dan juga melukaimu. Tapi ini adalah kesalahan Papa," lanjutnya, mencoba menenangkan Calvin yang jelas tidak ingin mendengar.Calvin mendengus sinis, tidak bisa menahan tawa pahitnya. "Jangan mengatakan kalau Papa ingin menyerahkan semuanya pada dia?" suaranya bergetar, penuh kebencian dan kekecewaan. "Aku tidak sudi! Karena aku juga telah membantu mengembangkan bisnis kita. Aku pantas mendapatkannya!" sorot mata Calvin beralih pada Victor, menuntut jawaban yang adil. "Siapa pun di antara kalian," ucapnya dingin, "tidak ada yang bisa mengambil alih perusahaan ini." Christian menatap mereka berdua bergantian, membuat suasana semakin menegangkan. "Hari ini juga, aku
Victor merasa darahnya berdesir dingin, napasnya seakan tersangkut di tenggorokan saat menatap putrinya, Moon, yang berdiri di depannya dengan sorot mata tajam. Tubuhnya yang lelah seakan kehilangan kekuatan. Tidak pernah dia membayangkan hari di mana seluruh rahasia kelam yang selama ini ia simpan rapat-rapat akhirnya terungkap.Christian, dengan dingin dan penuh dendam, duduk santai di sofa. Tatapannya tajam seperti pisau yang siap menancap,"Aku adalah bayi yang kamu adopsi," suaranya terdengar menggelegar dalam keheningan ruangan. "Kedua orang tuaku tewas di tanganmu. Seluruh milik keluargaku juga kau rebut begitu saja. Sementara Moon adalah putri kandungmu yang kau lantarkan selama ini. Apa lagi yang ingin kau katakan?"Kata-kata Christian menusuk hati Victor seperti jarum tajam. Selama bertahun-tahun, dia hidup dalam ilusi bahwa apa yang dia lakukan adalah demi kekuasaan, demi keluarganya.Moon, yang dari tadi berdiri di sudut ruangan, mulai men
Calvin menatap Christian dengan mata yang menyala penuh emosi, berusaha menyangkal kebenaran yang baru saja diungkapkan. Sementara itu, Victor, yang duduk di samping Calvin, mulai merasakan jantungnya berdetak tak teratur. Keringat yang tadi hanya mengalir di dahinya kini membasahi tengkuknya.“Jangan bercanda! Keluarga Kim membesarkanmu selama ini. Apakah kau menggunakan cara ini untuk membalas kami?” tanya Calvin dengan nada yang lebih keras, mencoba menguasai percakapan meski suaranya terdengar sedikit goyah.Christian tersenyum sinis, langkahnya perlahan mendekati Calvin yang masih duduk di sofa. “Membesarkan aku? Apakah aku harus berterima kasih padamu? Membunuh kedua orang tuaku yang juga adalah sahabat dekatmu. Lalu mengambil alih perusahaan mereka tanpa rasa malu sedikitpun,” ujar Christian, nada suaranya semakin berbahaya dengan setiap kata yang keluar.Calvin terdiam sejenak, kata-kata Christian menghantamnya seperti palu besar
"Pa, apakah benar di dalam rekaman ini adalah Papa? Mana mungkin Papa tega pada sahabat sendiri," ujar Christian dengan senyum sinis.Victor tampak terkejut namun berusaha tetap tenang. Ia merapatkan jasnya seolah mencoba mengendalikan suasana hatinya. "Ini hanya rekaman rekayasa, tidak ada kejadian itu," jawabnya dengan suara berat, membela diri.Christian mendekat, "Benarkah? Kalau begitu, Papa cukup mengklarifikasi pada media untuk menyelamatkan perusahaan kita," kata Christian dengan nada menantang."Christian, semua ini tidak benar. Pasti ada yang ingin menjatuhkan kita," ujar Victor dengan tegas, matanya menyiratkan ketakutan yang samar.Sementara itu, Calvin, yang berdiri di sana memandangi Christian dengan penuh rasa ingin tahu dan cemas. "Bagaimana bisa rekaman itu terungkap? Dari mana asalnya, dan apakah brengsek ini tidak tahu apa-apa?" gumam Calvin dengan geram, berpikir keras.Seorang sekretaris tiba-tiba masuk tergesa-gesa, raut
Christian sengaja membuka ponselnya dengan gerakan lambat, matanya menelusuri layar dengan ekspresi tenang yang tampak dingin. Suasana di ruangan itu berubah hening ketika dia memutar video yang tengah viral. Wajah Victor dan beberapa orang lain yang hadir langsung mengarah pada Calvin, menunggu reaksinya. Di sudut ruangan, Calvin tampak terdiam, mencoba menahan kemarahan yang memuncak. Sorotan mata tajam Christian menancap pada layar ponselnya sebelum beralih ke Calvin."Calon direktur utama bercinta dengan beberapa wanita di satu malam, luar biasa sekali, kakakku," suara Christian memecah keheningan, nadanya penuh sarkasme dan sindiran halus. Dia memperlihatkan ponselnya kepada Calvin, dengan artikel-artikel yang mulai bermunculan di media sosial, menghancurkan reputasi Calvin.Calvin yang dikejutkan oleh berita tersebut langsung merogoh saku jasnya dengan tergesa, merasakan detak jantungnya semakin cepat. Dia membuka ponselnya dan dalam hitungan detik, layar menampi
Christian menyesap kopinya pelan, sambil memandang Reporter Frank dengan tajam. Kafe itu masih sepi, hanya terdengar alunan musik lembut yang mengisi suasana. Christian duduk dengan tenang, meski niatnya penuh ambisi."Pastikan rekaman ini tersebar luas, beserta fotonya. Aku ingin menjadikan berita ini di halaman utama," ujar Christian, nadanya tegas dan tak terbantahkan.Frank, reporter yang selalu haus akan cerita besar, mengangkat alisnya, matanya penuh harap. "Tuan Kim, apakah ini adalah berita besar?" tanyanya, sedikit ragu namun tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.Christian menyeringai, memperlihatkan ketenangan yang mematikan. "Reporter Frank, tidak perlu bertanya hal lain, cukup lakukan saja sesuai perintahku. Jatuhkan orang yang di dalam rekaman ini akan membuatmu semakin terkenal," jawabnya dengan senyum tipis namun penuh ancaman.Frank tersenyum puas, merasa bahwa kesempatannya untuk naik ke puncak kariernya sudah di depan mata. "Baiklah, T
Christian membawa Moon kembali ke apartemennya, tempat yang dulu menjadi tinggal bersama.Ketika mereka tiba, suasana kamar terasa sunyi, seolah menyerap segala keletihan yang Moon rasakan setelah hari yang begitu berat. Tubuhnya masih gemetar, kedua pergelangan tangannya memar akibat ikatan yang terlalu kuat. Christian duduk di sampingnya, mengambil salep, dan dengan lembut mengoleskannya pada bekas luka di pergelangan tangan Moon.Sentuhannya hati-hati, seolah takut menyakiti gadis itu lebih dari yang sudah terjadi."Maaf," ucap Christian tiba-tiba, suaranya rendah dan penuh penyesalan. "Aku terlambat. Aku tidak melindungimu dengan baik."Moon mengangkat wajahnya, memandang Christian dengan lembut. Ada luka yang tak terucapkan di matanya, tapi bibirnya tetap tersenyum kecil."Bukankah kamu sudah menyelamatkan aku? Jangan merasa bersalah," jawabnya, mencoba meredakan beban yang tergambar jelas di wajah Christian.Christian terdiam
Moon ditarik keluar oleh dua anak buah Calvin dengan kasar, menyeretnya menuju mobil. Gadis itu berusaha sekuat tenaga meronta, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman kuat mereka. Namun, semakin keras ia melawan, semakin erat genggaman mereka, membuat Moon merasa semakin tak berdaya.Di kejauhan, anggota Christian yang sudah tak sabar memutuskan untuk bertindak. Dengan tatapan dingin dan penuh perhitungan, ia menginjak pedal gas sekuat tenaga, melaju cepat ke arah mereka tanpa peduli."Awas!" Teriakan keras terdengar dari beberapa orang yang langsung berlarian ke samping, mencoba menyelamatkan diri dari bahaya yang semakin dekat.Dalam sekejap, mobil yang dikemudikan anggota Christian menghantam kendaraan di depan mereka dengan kekuatan brutal.Brak! Suara benturan keras menggema di udara. Mobil yang ditabrak mengalami kerusakan parah, bagian belakang penyok, dan kaca di beberapa sisi retak hebat. Supir di dalamnya tak sempat menghindar, kepalanya terbentur keras ke setir akibat ta