Gubrakk.
Suara pintu yang ditutup trio bengek serasa meruntuhkan bangunan saking kerasnya. Tak ada sopan santun, padahal ini ruang rawat inap dengan kondisi pasien sebagian besar dalam kondisi yang lemah.Sepertinya mereka keluar dari kamar Haifa dengan perasaan yang campur aduk. Kesal, tak berdaya, marah tapi juga terselip perasaaan bangga karena menuai pujian dari pada anggota grup keluarga besar Brahma.
"Sudahlah, Shil, Erika kita cabut. Percuma ngadepin mahluk udik itu. Dari pada kita terbawa udik, mending segera pulang.Huh."
"Hiii...bener, Mbak. Gak kebayang deh, kalau kita ikutan udik." Erika bergidik, diikuti tawa mengejek Shila. Mereka memang saling melengkapi, kalau satu sontoloyo maka yang lain pun ikut sontoloyo. Kalau satu edan maka yang lainpun ikut-ikutan edan.
Tapi kalau ada diantara mereka yang eling, maka yang lain protes. Aneh."Bu, Embak...tolong jangan
23"Wadau."Surti hampir terantuk batu di depannya. Kepalanya mendadak berat dengan tingkat kefokusan yang melorot drastis."Kenapa, Mbak Surti? Perasaan jalannya gak ada batu deh " Rio yang merasa berjalan ditempat yang aman dan lurus sedikit keheranan dan kaget"Mas, aku hilang fokus. Maaf."Surti melirik kembali ke belakang, memastikan Trio Bengek sudah pulang menaiki mobil Meri yang di parkir di halaman rumah sakit tak jauh dari tempat Erika menendang kaleng bekas minuman yang mengenai kepalanya."Kenapa? Karena kuakui sebagai kekasihku?" Rio tersenyum jahil."Woalah, iya juga. Aku tadi hampir pingsan mendengar jadi kekasihmu." Surti menjawab polos."Hehe." Rio tersenyum."Kenapa? Kaget?""Hu'um. Kaget banget." Lagi-lagi Surti menjawab dengan jujur.
Entah bagaimana menggambarkan rasanya jatuh cinta kembali pada seseorang yang sempat pergi dan hilang dalam hidup? Indah dan luar biasa. Itulah yang dirasakan Yudha yang tengah terpaku menatap seraut wajah cantik yang tengah bersimpuh dan memanjat doa dalam heningnya malam.Yudha tidak menduga kalau dalam hidupnya, dia mendapati seseorang yang dengan mata basah menyebut namanya dalam doa. Dia juga tidak menyangka kalau dia bisa menatap seorang perempuan dengan mata indah dan sendu melangitkan harap untuk kesembuhan dan kebahagiaannya.Ya Allah, anugrah apa yang terasa lebih manis saat mendapati pasangan hidup yang mencintai, menyayangi dan menjaganya dengan doa?Maafkan aku yang pernah mencoba mencampakkan dirimu, Cinta.Maafkan aku yang pernah begitu tolol menganggap dirimu tak berarti. Yudha menghembuskan nafas penyesalan yang entah untuk ke berapa kali.
Erika mengkeret. Tak menduga kalau lemparannya malah mengenai Ibu dan melukai kakinya."Maafkan aku, Bu. Aku tidak sengaja." Erika terbata.Ibu tak menjawab, terlihat sangat marah. Membuat gadis manja itu sedikit ketakutan. Apalagi darah dari kaki Ibu mengalir cukup banyak membuat Haifa dan Bi Marni sibuk membalut dan mengobatinya."Erika, aku memang sangat menyayangimu. Tapi aku tidak menduga kalau kau tumbuh menjadi gadis egois, angkuh dan emosional." Ibu terisak."Kau kubesarkan dengan segenap cinta, aku berharap kau memiliki perasaan yang lembut dan penuh empati, tapi apa yang aku dapatkan?" Lanjut Ibu masih menahan murka dan sudah.Bukan luka di kakinya yang terasa nyeri melainkan mendapati anak gadis semata wayangnya yang tumbuh menjadi gadis angkuh dan bar-bar.&
Haifa mengeliat saat merasakan ada hembusan dingin di tubuh indahnya. Sedikit kaget dan malu, Haifa segera menutupi bagian tubuhnya yang sebagian terbuka.Wajah cantiknya seketika merona saat menyadari untuk pertama kali dalam hidupnya dia mendapati tidur dengan hanya berbalut selimut.Tuhan, aku malu...Tangan Haifa dengan cepat berusaha menjangkau lingerie yang berserak. Mencari sosok pria yang semalam memberinya cinta dan rindu yang tiada berbatas.Sedikit terkantuk Haifa menyibak rambut legamnya yang menjuarai indah menutup sebagian kening dan matanya. Dia mencari Yudha suaminya."Mas?"Mata indah Haifa terpaku pada Punggung yang tengah bersimpuh di atas sajadah dan pelan tengah membaca ayat demi ayat dengan khusu.Ya Allah,itu kah suami hamba?laki-laki yang sekian puluh purnama hilang dan pergi dalam hidupku?
Udara terasa lebih panas dari biasanya. Dengan mata basah dan sudut bibir terasa perih, Sekar bangkit. Menegakkan kepalanya.Aku tidak akan pernah jadi pecundang. Tidak akan. Seumur hidup aku adaldh pemenang. Cantik, kaya, terkanal, muda dan seksi, apalagi yang aku tidak punya untuk meruntuhkan kaum pria?Aku punya segalanya, pun orang tua kaya dan terpandang. Aku biasa berpetualang dengan banyak laki-laki, kalau aku bersikeras mendapatkan seorang Yudha, bukan karena aku mencintainya dengan tulus, tapi juga menyangkut harga diriku. Bagaimana aku bisa kalah bersaing dengan perempuan kampungan istri sah Yudha? Memuakkan. Desis hati Sekar penuh bara."Mengapa tidak pergi, Sekar?""Aku tidak akan pergi." Sekar menantang."Ada harga diriku di dalam mencintaimu. Aku tahu, ka
29Sekar berlari ke luar ruangan, dengan dada yang panas karena amukan amarah dan perasaan terhina yang menjadi satu. Gadis seksi itu bergegas melangkahkan kaki menuju ke luar gedung dengan kepala yang terasa berdenyut.Gegara kehadiran perempyan dengan wajah polos tapi brengsek itu semua rencananya gagal total. Ancur.Di luar ruangan Sekar bertemu dengan sekertaris Yudha yang wajahnya selalu tidak bersahabat jika dia datang. Dibalik kaca mata yang dikenakannya Sekar tahu dia selalu menyelidiki apa saja yang diperbuatnya di dalam ruangan. Dasar sekertaris sialan.Sekar mengusap lehernya yang terasa sedikit berdenyut dan perih, gara-gara gadis bergajul itu ikut-ikutan menekan pisaunya tadi. Huh, Surti tidak akan kumaafkan kelakuanmu padaku. Tujuh turunan kucatat kesalahanmu hari ini. Dengus Sekar penuh amarah.
30Kalau ada mahluk yang paling menyebalkan di bumi ini bagi Sekar dan Duo Bengek, Meri dan Shila, Surtilah orangnya.Gadis dengan paras polos itu ternyata penuh racun dan sangat menjengkelkan.Bayangkan, bagaimana bisa dia bikin konten dengan latar belakang mereka yang sedang saling cakar. Padahal isi konten itu adalah tip membeli dan memburu baju murah di Mall, gak mutu banget."Heh, Surti, kapan Lo pergi dari hidup gue-gue padaan?" Meri melotot."Iyups. Dia kek bakteri kemana kita pergi, ngikut terus.""Virus.""Wabah penyakit, wush...jauh dari hidup gue.""Kek benalu, nempel terus.""Setuju.Dasar Sekar dan duo
31Yudha menghela napas lega menatap langit hitam yang mulai kemerahan di ufuk timur, sepertinya malam akan segera beranjak berganti pagi yang indah. Menghirup teh hangat yang diulurkan perempuan paling dicintainya yang masih mengenakan balutan daster motif yang cerah, kontras dengan kulitnya yang kuning langsat." Terimakasih, Fa." Yudha tersenyum ke arah istrinya. Mengucapkan ucapan terimakasih entah yang keberapa ratus kali semenjak Haifa kembali dalam hidupnya.Bagi Yudha, mengucapkan kata terimakasih bukan hanya sekedar basa-basi pemecah sunyi diantara mereka belaka, melainkan murni ungkapan rasa syukur dan cinta buat perempuan yang telah rela menunggu dan kembali dalam hidupnya.Ungkapan apapun rasanya tak bisa menggambarkan ketulusan cinta Haifa, yang dengan iklas bertahun dan berpuluh purnama menunggu dirinya untuk men
Rio merebahkan tubuhnya yang terasa pegal. Seharian ini agenda kegiatannya begitu padat. Ada beberapa dokumen perizinan yang harus secepatnya selesai. Belum lagi, agenda pertemuan susulan dengan pihak Bank. Cukup melelahkan.Setelah berganti dengan baju santai yang terdiri dari kaos putih dan celana berbahan kaos yang nyaman, Rio memilih merebahkan tubuhnya di depan televisi sambil memeriksa beberapa email masuk yang belum sempat dibaca." Mbeb, lelahkah dirimu?" Surti yang selesai memandikan Raffa, putra mereka yang masih bayi mendekat. Meletakkan Raffa dalam gendongan Rio yang segera menciumi kepala mungil jagoannya. Harum shampoo dan minyak telon, membuat Rio tampak sangat menikmatinya. Surti memang piawai mengurus rumah tangga dan anak mereka. Jangankan hanya mengurus Raffa, urusan ngupas kelapa dan manjat betulin genting bocor pun Surti jagonya. Jangan tanya asisten rumah tangga, bukan karena tidak sanggup menggaji, melainkan gak ada yang betah. Surti
Kalah dan patah hati adalah dua hal yang tidak pernah hadir dalam hidup Elda selama ini. Tapi semua itu kini nyata adanya. Sebulan sejak dia bertemu Surti yang memberinya foto Andrian pria yang diam- diam telah mencuri hatinya bertunangan dengan Erika, Elda dan keluarganya mendapat undangan pernikahan Erika dan hari ini, Elda hadir sebagai tamu undangan.Elda mencelos. Sia- sia Elda menaruh hati dengan Andrian, pengusaha muda tampan itu ternyata memilih Erika yang penampilan nya sudah seperti astronot mau ke bulan. Tidak seperti para seniornya yang mendekam di balik jeruji besi, Erika berubah menjadi lebih santun dan religius. Gadis angkuh dan pemuja pesta itu berproses menjadi gadis yang lebih baik. Erika berhijrah tanpa paksaan, dengan sepenuh hati dia memulai segalanya dari awal untuk berubah. Dengan tekun dan sungguh- sungguh Erika belajar mengaji dan memperdalam ilmu agama. Allah kini membalas kesungguhan Erikaa dengan menjodohkannya dengan seo
Karma Si Gadis AngkuhElda menendang daun kering di depannya. Terik matahari dan angin kemarau yang kering membuat kerongkongannya terasa panas dan terbakar.Gadis itu tidak menduga, buntut kedatangan Athira ke rumahnya tempo hari adalah kemurkaan Shaka yang membuat semua fasilitas yang selama ini dia nikmati dengan sangat melimpah dicabut tiba- tiba.Bayangkan, mulai mobil, ATM dan kartu kredit, semuanya di ambil oleh kakak satu- satunya itu. Shaka juga memangkas uang sakunya tinggal separuh saja.Dasar sial. Bagaimana mungkin kakaknya begitu murka sehingga rela melihat dirinya ibarat gembel yang harus mengirit uang saku dan rela jajan di kantin murahan, juga makan siang hanya di warteg mahasiswa yang terkenal murah dan desak- desakan.Seperti hari ini, Elda harus pergi naik angkot dengan uang saku pas- pasan, alih- alih Shaka merasa kasihan saat dirinya mengeluh, malah disuruh membawa bekal nasi dari rumah dan kalau perlu jalan kali. Ja
Wajah Shaka tampak terkejut."Siapa? Athira, Mbok?" Suara Shaka hampir hilang di kerongkongan. Perasaannya bercampur menjadi satu. Ada bahagia, resah juga cemas, dan perasaan lain yang entah bagaimana harus melukiskan nya."Betul, Non Athira dan Neng Cira, Mas." Bi Narti menjawab pasti. Ada getar rindu dalam nada suara perempuan paruh baya itu. Bagi Bi Narti, selain baik, Athira adalah majikan penyayang dan pengertian. Jauh berbeda dengan Nyonya sepuh dan Elda putrinya yang cerewet, kasar dan sombong. Sejak Athira pergi, otomatis yang berkuasa di rumah ini adalah Nyonya sepuh. Belum satu pekerjaan beres, sudah menyuruh ini itu, belum sifat pelitnya bikin Bi Narti pingin berhenti kerja. Beruntung ada Tuan muda Shaka yang masih sangat baik terhadap dirinya."Suruh masuk, Bi." Shaka memerintahkan. Mama hanya diam, ada raut gelisah di mata tuanya yang masih indah. Mama cantik luar biasa, sayang sifatnya tidak secantik wajahnya."Baik, Mas. A
Tiga hari sudah. Semenjak Mama meminta Athira datang membawa Cira bertemu papanya. Angin malam berhembus lirih. Sinar lampu kristal di ruang tengah memantul lbut sinarnya menyelinap di celah pintu kamar Shaka yang sedikit redup.Entah kali keberapa Shaka mengurut pelipisnya yang terasa pening. Badannya sepertinya memang sedang tidak fit. Selera makannya terbang entah kemana. Seminggu ini beberapa hari dia tidak masuk kantor dan meminta Handi, tangan kanannya, untuk menghendel dulu sebagian tugasnya. Sesekali Shaka memeriksa laporan yang dikirim Handi via email. Shaka yang selama ini begitu ambisius seperti kehilangan banyak semangat.Tak dipungkiri kabar pernikahan Athira dengan Raka beberapa waktu lalu, sangat memukul perasaannya. Alih- alih dia bisa merebut kembali hati Athira dan memulai kembali hidup baru, kini wanita itu malah sudah resmi menjadi istri orang.Mata Shaka terpaku pada deretan anyelir dan anggrek yang berjejer rapi di halaman rumahnya. Bunga-
Athira tampak sedikit terkejut saat menatap wajah mantan Mama mertua nya tanpa polesan make up glamour seperti biasanya.Wajah Mama mertua tanpak layu dan letih, kedua matanya sedikit membengkak, menandakan kalau perempuan paruh baya yang selama ini selalu tampil trendi banyak menangis. Ada luka di netra matanya yang selalu memakai bulu mata palsu, dan lekat dengan tatapan jumawa yang mengintimidasi.Athira sedikit salah tingkah melirik ke arah Raka meminta persetujuan untuk menjawab panggilan video call mantan mertuanya. Atira takut Raka merasa tidak enak hati karena di hari pertama mereka sah menjadi suami istri, mantan Mama mertua tiba-tiba saja hadir mengusik kebersamaan mereka yang baru saja dimulai.Raka yang duduk di samping Athira mengangguk kecil, menandakan setuju dan memberi izin. Perlahan Athira bangkit, dia ingin menerima panggilan mantan mertuanya tidak di meja makan, takut kalau perempuan angkuh itu membuat huru- hara dan menghinanya. Athira
Wajah lembut Athira tampak cantik dalam balutan baju tidur warna Salem yang tampak lembut dan serasi dengan kulitnya yang kuning Langsat. Malu- malu saat sosok kukuh di hadapannya mendekat dan perlahan duduk di sisinya. Ini adalah malam pertama mereka sah menjadi suami istri. Tanpa pacaran dan tanpa persiapan yang ribet dan menguras energi, setelah saling menyadari kalau masing- masing adalah jiwa yang dulu hadir dalam doa, Raka dengan mantap meminang Athira. Tidak seperti Meri yang ribet dan berselera wah, Athira betul- betul sosok wanita yang bersahaja, lembut dan pengertian. Tak ada yang rumit buat wanita itu, bukan semata menyadari statusnya yang sudah janda, tapi Athira merasa tak harus membuat ribet jika segalanya bisa dibuat mudah. Terpenting bagi mereka adalah restu semua fihak dan bisa segera menjadi pasangan yang halal agar bisa saling menguatkan dan menyempurnakan.
Athira meremas jemarinya yang mendadak dingin. Apalagi saat Raka kembali menghela napas. Sepertinya pria itu ingin mengucapkan hal serius. Berkali tangan kukuhnya mengusap wajah."Mas, mau bicara apa? Bicaralah," ucap Athira berusaha memecah kekakuan yang tiba- tiba saja hadir di antara mereka. Apalagi kini mereka hanya berdua dan hanya ditemani Cira yang kembali berlari- lari mengejar kucing kecil milik Ziddan yang kebetulan main ke halaman.Raka terlihat canggung. Sungguh sulit mengatakan sesuatu yang dia simpan sendirian selama ini. Jangankan Athira bahkan Ibu dan saudara-saudaranya tidak tahu kalau....Kalau Athira lah sesungguhnya cinta pertamanya.Dulu Raka pikir setelah Athira menikah dengan Shaka, takdir tidak akan mempertemukannya kembali, apalagi setelah dia juga memutuskan untuk menikah dengan Meri. Tertutup sudah rasa untuk perempuan yang lain sendiri di keluarganya.Athira yang lembut, yang tidak banyak tingkah dan cenderung pemalu
Apa yang lebih indah dari rasa bebas dan merdeka? Adakah yang lebih berharga dari perasaan bahagia? Athira tersenyum saat menutup panggilan telepon dari Haifa. Wanita itu selalu gembira jika Haifa menghubunginya meski hanya untuk menanyakan kabar, meskipun kadang dirinya sedang repot seperti hari ini.Athira baru saja keluar dari pasar tradisional saat Haifa menghubunginya. Senang sekali ada seseorang yang bisa diajak berbagi dan bertukar cerita. Setelah sekian lama Shaka pergi dari hidupnya, Athira benar-benar menikmati hidup barunya.Tak ada lagi pandangan sinis Ibu mertua, suami dingin dan angkuh pun deretan kisah kelam selama bertahun-tahun menjalani mahligai pernikahannya dengan Shaka. Athira merasa terlahir kembali.Memilih melepaskan lebih baik dari pada bertahan dalam bara yang membakar. Hidup sendiri lebih membahagiakan dari pada berumah tangga berkubang duka. Athira tersenyum. Membetulkan hijabnya yang terasa gerah, be