"Dek, kamu tidak mengingatnya?" Tanya Riana yang duduk di samping Awan."Ingat? Ingat apa, kak?" Tanya Awan yang sudah terbiasa memanggil Riana dengan sebutan kak atau kakak. Meski tidak memiliki satupun ingatan masa lalunya, Awan sudah bekerja keras untuk mengingat nama semua orang serta hubungan mereka dengan dirinya.Riana tersenyum tipis, ia dengan sabar menjelaskan pada Awan. "Tentu saja, ini semua karena ide mu. Kamu yang mendesain kota ini, hingga bisa jadi seperti sekarang. Ini, sebentar lagi kita akan sampai ke puncak termegah dari kota ini.""Benarkah? Masih ada yang paling megah dari kota ini?" Tanya Awan dengan tatapan berbinar kagum."Sebentar, benarkah ini semua aku yang merancangnya?" Tanya Awan sesaat kemudian, terkejut. Tentu saja ia tidak dapat mengingatnya. Namun, ketika membayangkannya, Awan merasa jika dirinya yang dulu begitu luar biasa. Ia yang sekarang seperti mengagumi dirinya sendiri.Riana mengangguk sambil tetap tersenyum, "Ya, tentu saja. Kota ini bahkan
"Bos, selamat datang kembali di rumah." Vannesa Lee adalah orang yang pertama kali datang menghampirinya."Y-ya. Apa aku benar-benar tinggal di sini?" Tanya Awan ragu dan coba meyakinkan dirinya sekali lagi. Semua itu terasa begitu luar biasa baginya dan sama sekali tidak pernah terbayangkan baginya bisa tinggal di tempat yang begitu megah seperti istana ini.Vannesa tersenyum tipis melihat kecanggungan Awan, ia berkata, "Tentu saja, semua ini adalah milik anda, bos.""Oh, ya, saya minta maaf sebelumnya, karena tanpa seijin anda, saya telah membangun landasan pesawat di area belakang dan juga beberapa helipad. Saya pikir, itu akan lebih menghemat waktu anda jika suatu saat ini ingin pergi ke luar negeri atau ke manapun yang anda suka."Awan hampir tersedak karena terkejut, "Kita juga punya landasan pesawat dan helipad?" Tanya Awan dengan raut wajah tidak percaya."Iya, tentu saja. Apa tidak apa-apa, bos? Kalau anda keberatan, saya akan memerintahkan para pekerja untuk menghancurkannya
Keesokan paginya, Vannesa Lee sudah meminta Awan segera bersiap, karena hari itu ia harus bertemu dengan para CEO Sanjaya Grup dan juga RA Grup. Hal ini dikarenakan posisi Awan yang merupakan orang namor satu di kedua perusahaan besar tersebut. Semenjak Awan memerintahkan Vannesa Lee membentuk sebuah tim untuk mengambil alih Sanjaya grup. Ia telah melakukan tugasnya dengan begitu baik. Tapi, ini tidak sesederhana membicarakannya. Bagaimanapun, Sanjaya Grup merupakan sebuah konsorsium raksasa dengan cabang bisnisnya yang telah menyebar luas di seluruh dunia. Apalagi, setelah pertarungan besar di manor Sanjaya dua bulan yang lalu, Awan mengalami cidera yang paling parah dan membuatnya hilang ingatan hingga sekarang. Sementara itu, petinggi klan Sanjaya yang dipimpin oleh Charlote, bibi Awan dengan dibantu oleh Vannesa Lee, telah berbagi tugas untuk menjalankan perusahaan.Tentu saja, kehadiran Awan sangat diperlukan untuk memberikan kepercayaan lebih pada setiap CEO yang telah diperca
"Apa paman ada di sini, bibi?" Tanya Awan penasaran. Terutama alasan kenapa pamannya di tempatkan jauh dari vila utama. Padahal, di sana tersedia lebih dari cukup kamar untuk menampung pamannya."Ya, kamu akan tahu sendiri saat melihatnya nanti." Jawab Charlote dengan senyum seperti dipaksakan. Charlote membawa Awan menuju salah satu kamar yang ada di dalam rumah. Di sana ada beberapa perawat yang ditugaskan secara khusus untuk merawat seorang pria tua yang sedang terbaring di atas kasur dengan kondisi yang begitu memprihatinkan. Alasan kenapa Awan sampai berpikir seperti itu, karena pria tersebut terlihat begitu kurus dengan mata cekung. Kulitnya juga terlihat menyusut, sehingga sekilas terlihat keriput seperti orang tua.Awan memperhatikan lebih detail lagi kondisi pria tersebut dan ia menjadi terkejut ketika coba menebak identitas pria tersebut, "A-apa dia paman Frans?""Iya." Jawab Charlote dengan mengangguk sedih. Tampak matanya berkaca-kaca. Setiap kali melihat kondisi sang adi
"Benarkah? Tapi, kenapa aku tidak merasa kekuatan apa-apa?" Tanya Awan bingung. Ia merasa tidak ubahnya seperti orang biasa, sementara Charlote mengambarkan betapa kuatnya mereka. Hal itu, membuat Awan bingung dan meragukan ucapan Charlote."Seperti yang bibi bilang, kamu akan menyadarinya begitu ingatanmu kembali nanti. Sampai saat itu tiba, kamu jangan berhenti mencoba untuk mengingat siapa dirimu yang sebenarnya. Kami semua, juga akan membantumu untuk mengingat semuanya kembali."Selanjutnya, Charlote menceritakan. Jika organisasi the Shadow ternyata telah sejak lama menemukan teori tentang cara pembuatan serum iblis tersebut. Mereka telah mencobanya puluhan tahun yang lalu, saat itu mereka berhasil mendapatkan sedikit darah Kelvin.Uji coba mereka membuahkan hasil. Hanya saja, untuk itu mereka butuh lebih banyak DNA Kelvin untuk mengembangkan penelitian mereka. Jelas saja, mereka tidak akan berani meminta langsung ataupun memaksa untuk mengambilnya. Apalagi mereka sudah tahu sendi
Awan tergelak, mengira Charlote sedang bercanda soal penunggu cincin. Bagaimana mungkin cincin kecil ini bisa ada penunggunya? Bukankah itu hanya cincin biasa? Tapi, ketika melihat ekspresi serius Charlote, Awan berusaha menahan tawanya karena tidak ingin menyinggung bibinya."Baiklah, aku akan menjaga cincin ini, bi.""Baguslah! Mungkin kamu menganggap ini hanyalah mitos, tapi kamu akan menyadarinya sendiri saat melihatnya sendiri suatu saat." Ujar Charlote meyakinkan."Sekarang, kamu akan ikut dengan Lana ke suatu tempat. Mungkin, jika berada di sana, ingatanmu bisa cepat kembali."Awan terkejut karena ia masih harus pergi ke suatu tempat setelah ini."Hmn, kemana, bi?""Kamu akan segera mengetahuinya sebentar lagi."Benar saja, Lana ternyata baru saja datang dan menunggu di depan rumah kecil tersebut."Bibi tidak mengantarmu ke sana. Bibi hanya bisa berdoa, agar ingatanmu bisa segera pulih.""Baik, bi."Awan beranjak ke sisi tempat tidur dan berpamitan pada pamannya. Melihat betapa
Awan menggeleng dengan sedikit desahan berat, "Aku tidak tahu, aku tidak bisa mengingatnya sama sekali. Tapi, ketika melihat makam ini, aku seolah merasa sangat dekat dengannya.""Apa kami sedekat itu dulunya?" Tanya Awan penasaran."Benarkah?" Bukannya Lana yang bersuara, justru Chiya yang berada di samping kiri Awan. Matanya tampak berbinar senang.Awan mengangguk dan tersenyum tipis, "Ya, Chiya. Dia kakakmu, bukan?"Chiya mengangguk cepat dengan mata berkaca-kaca. Tentu saja bukan karena sedih, melainkan perasaan senang di hatinya. Mendengar Awan mengutarakan kalau ia merasakan begitu dekat dengan Neo, membuat Chiya menjadi begitu bahagia. Itu artinya, kakaknya memiliki tempat yang spesial di hati Awan. Neo tidak salah melayani Awan dan mengorbankan nyawanya saat itu."Iya, Awan-sama. Dia, kakakku. Dia pernah bercerita kalau dia sangat bangga bisa melayanimu dengan seluruh jiwa raganya. Aku yakin, dia pasti ikut senang melihat anda baik-baik saja sekarang." Jawab Chiya dengan penuh
"Ini di mana, Dev?" Tanya Awan penasaran begitu mereka sampai di puncak sebuah bukit. Pemandangan di sana cukup bangus, mereka dengan mudah dapat melihat Villa Nirwana dan RA Commercial Street dari atas sana.Awan berpikir, tidak mungkin Devi membawanya ke sana tanpa tujuan yang jelas. Apalagi cuma sekedar untuk menikmati pemandangan, bukan momen yang seharusnya mereka lakukan. Di samping status mereka sebagai atasan dan bawahan di dalam klan, mereka juga berteman. Sehingga, sangat tidak tepat rasanya jika itu disebut sebagai sesuatu yang romantis.Devi tersenyum tipis, "Aku ditugaskan oleh kak Noura untuk membawamu ke sini. Ia berharap kamu dapat mengingat sesuatu dari sini."Awan akhirnya mengerti alasan Devi membawanya ke tempat ini. Awan berharap dapat mengingatnya seperti harapan Devi, tapi sayang sekali ia masih tidak menemukan satu kenangan pun yang bisa diingatnya.Awan hanya bisa menarik napas dalam, putus asa."Aku tidak dapat mengingat apapun, maaf." Ujar Awan tidak berdaya
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,