Share

Ngidam

Author: Azzgha Fatih
last update Last Updated: 2022-10-17 21:20:44

BAB 5

[Tidak mungkin. Aku melihat sendiri kau lari. Lain kali hati-hati. Jaga kandunganmu,] balas Evani, sontak membuat mataku membulat sempurna.

Sebuah teka-teki memenuhi isi kepalaku. Kutautkan alis, berpikir sejenak untuk mencerna kalimat yang baru saja kubaca. Sekilas melirik ke arah Yulia yang tengah terlelap. Tubuhnya terlentang, menonjolkan sebongkah bulat di perutnya.

"Kandungan?" gumamku. Kulihat kembali perutnya tidak terlalu tampak saat tengah terlentang. Namun tetap berbeda dari biasanya. Jika kuperhatikan, tidak seperti lemak yang biasanya akan menggelambir ke samping, jika posisinya seperti itu.

Apa maksud Evani? tanyaku di dalam hati.

Jangan-jangan, Yulia hamil?

Ah, tidak mungkin. Jika benar, sudah pasti aku adalah orang pertama yang mengetahuinya.

Yulia bergerak miring ke arahku. Gegas kuhapus jejak percakapan dengan temannya yang belum kukenal itu.

"Mas, ngapain?" tanyanya, mengerjapkan mata yang belum terbuka sepenuhnya.

"Bersih-bersih dulu, sana. Ganti baju, habis itu shalat," suruhku. Kuelus lengannya, namun ia malah memejamkan mata kembali.

"Ngantuk," gumamnya.

Baru saja dia marah-marah tak jelas. Sekarang sudah bergelayut manja lagi pada tanganku.

Jika sudah begini, mana tega aku membangunkannya. Ya, sudah. Biarlah dia tidur dulu sebentar lagi. Biar kubangunkan tengah malam untuk shalat, sekaligus menagih janji pagi tadi.

Ia benar-benar terlelap kembali, terlihat sangat kelelahan. Apa kuminta ia berhenti saja dari kegiatan itu, agar tidak kelelahan seperti ini. Besok akan kucoba bicara padanya.

Aku sebetulnya tak masalah jika ia sedikit gendut, asalkan tidak terbebani dengan jadwalnya yang mulai padat.

Kulirik kembali ponsel yang tadi kusembunyikan di bawah bantal. Gemas sekali ingin segera membalas chat dari Evani.

Ah, si*l, lowbat! batinku, ketika tak berhasil menyalakan benda pipih itu.

Beringsut turun dari ranjang, mencari kabel data untuk mencharge ponsel Yulia.

**

Jam menunjukkan ke angka empat subuh. Puas sekali pagi ini, berhasil menagih janji yang sempat kuminta pagi kemarin pada istriku.

Aku terjaga pu_kul tiga dini hari, namun tidak sendirian. Sepertinya ada sesuatu yang amat merindukan istriku, sehingga aku memberanikan diri membangunkannya. Beruntung Yulia tak menolak, namun kembali tidur setelah selesai melakukan aktivitas indah itu.

Selesai membersihkan diri, aku merebahkan tubuh di sofa kamar. Teringat dengan chat semalam di ponsel Yulia yang belum sempat kubalas.

Tring! Tring! Tring!

Beberapa notifikasi masuk setelah kunyalakan ponsel itu.

[Mengapa tidak membalas?] 21.45

[Aku di depan rumahmu. Keluarlah sebentar.] 22.30

[Missed call] 23.00 Ada 4 missed call dari nomor yang sama.

[Kok, gak aktif?]

[Keluarlah. Aku hanya ingin melihatmu.] 23.11

[Baiklah. Aku pulang.] 23.40

[Bacalah nanti. Beri aku kabar jika sudah aktif.] 23.41

Beberapa chat dan panggilan tak terjawab di ponsel Yulia yang semalaman tidak kuaktifkan. Dan kesemuanya dari Evani.

Ini benar-benar aneh, menurutku.

"Kok, gak bangunin aku, sih, Mas." Yulia sudah duduk di tepi ranjang, memicingkan mata ke arahku.

"Oh. Sudah bangun?" Karena terkejut, segera kusembunyikan ponsel ke belakang tubuhku.

Ia mengangguk, terlihat masih sangat malas untuk membuka mata.

"Cepat mandi. Jangan sampai gak subuh. Semalam kamu gak isya, lho, Dek." Aku mengingatkannya, dan dia hanya nyengir malu-malu.

"Iya, Mas. Aku mandi dulu, ya."

Napasku sedikit tersengal, setalah sempat takut ketahuan. Syukurlah, Yulia tidak curiga bahwa aku sedang memegang ponselnya.

Sejujur itu ia padaku. Jika memang ada yang ia sembunyikan, sudah pasti tak akan bisa tenang menaruh ponsel sembarang tempat. Nyatanya, Yulia nyaris tak peduli pada ponselnya.

Sambil menunggu, sebaiknya segera kuselesaikan percakapan membingungkan ini.

Tidak mungkin Evani salah kirim juga, seperti Siksa.

[Semalam aku ketiduran. Ponselku mati total, kehabisan daya baterai.] Kubalas chat dari Evani.

[Syukurlah. Tapi kamu baik-baik saja, 'kan?] balasnya bertanya.

Aku semakin menautkan alis. Mengapa Evani seperti khawatir sekali pada istriku. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Yulia, hingga harus menimbulkan kekhawatiran berlebih pada temannya.

Sepertinya Yulia sudah selesai. Sebaiknya segera kuhapus percakapan ini. Sebentar. Screenshoot berhasil dan kukirim pada ponselku. Baru kuhapus kedua percakapan di ponsel Yulia.

Tepat dugaanku. Yulia keluar setelah aku berhasil menaruh ponselnya ke atas nakas dengan kondisi sudah kumatikan.

"Lho, hapeku di sini? Tadi aku lihat," tanyanya, meraih benda berwarna hitam itu.

"Baru saja Mas cabut. Semalam Mas bereskan dari tas, sudah mati kehabisan baterai. Lupa enggak dicabut, semalaman." Aku memaksakan senyuman di tengah gelisah yang menerpa.

Semoga saja Evani tidak membalas lagi. Bisa gawat, jika Yulia tiba-tiba mendapat chat tidak jelas awal mulanya.

"Aku laper, Mas," keluh Yulia, duduk di pangkuanku. Sungguh, ini tidak biasa.

Selama beberapa bulan ini Yulia tidak pernah mengeluh lapar. Sarapan pun hanya sebiji buah apel.

"Tumben," ucapku, melingkarkan tangan di perutnya.

Terasa sekali padatnya perut Yulia. Apa mungkin dia hamil dan tidak berani mengatakannya padaku.

"Gak usah diunyel-unyel, gitu, Mas. Geli," kekehnya, menyingkirkan tanganku.

"Gemes. Lucu, sih, bentuk perut kamu sekarang." Entah ini suatu kebodohan atau apa. Yang jelas, aku berharap Yulia memang benar-benar hamil seperti yang Evani katakan.

"Mau sarapan apa?" tanyaku, manja.

"Bubur ayam yang di depan Gang Melati itu, lho, Mas. Sepertinya enak," jawab Yulia, benar-benar membuatku mengerutkan alis.

Apa aku tidak salah dengar? Yulia ingin sarapan karbohidrat?

"Nanti habis subuh Mas belikan."

"Sekarang," rengek Yulia. Tangannya semakin bergelayut di leherku.

Ya Allah, kemarin aku sangat menginginkan hal ini terjadi lagi. Sebuah keharmonisan yang sudah lama nyaris tak pernah terjadi. Kini kemesraan Yulia kembali. Namun mengapa bersamaan dengan banyaknya tanda tanya yang mengganjal.

"Sebentar lagi adzan, Sayang. Mas ke masjid dulu, pulangnya mampir beli bubur ayam," arahku.

Ia mengerucutkan bibir, melepaskan tangannya dariku. Kemudian berjalan menjauh, kembali berbaring di atas kasur. Merajuklah dia.

Aku tidak boleh menyia-nyiakan moment seperti ini. Akan kuturuti maunya, meski aku harus terlambat ke masjid.

"Baiklah, Cantik. Mas beli sekarang, ya," ucapku. Mendekat dan mencium pipinya sejenak.

"Makasih, Mas." Senyumannya terlihat sangat manis, menggemaskan.

**

Bubur ayam yang kudatangi belum buka, karena masih terlalu pagi. Menunggu hampir dua puluh menit, sampai aku melewatkan waktu jamaah di masjid.

Tak apa. Demi Yulia.

"Sayang!" panggilku, setelah sampai di rumah.

"Gak mau. Udah gak laper," jawabnya, merajuk.

"Belum buka tadi, Sayang. Mas nunggu lama, lho, di sana."

Yulia yang tengah berbaring membelakangiku, tubuhnya terlihat berguncang.

"Sayang," panggilku lagi.

"Hik hik."

"Kamu nangis?"

"Mas tega sama aku. Padahal aku cuma minta bubur ayam yang harganya gak sampai dua puluh ribu."

"Lho?"

Aneh sekali istriku ini. Tidak biasanya begini. Atau jangan-jangan ...

"Kamu kayak orang ngidam saja," tukasku, mengelus punggungnya.

"Sembarangan!" tegasnya.

"Ya udah, sini, aku makan."

Lagi-lagi aku hanya terdiam, menautkan alis menatapnya yang berlalu ke arah dapur setelah merampas bubur ayam yang kutaruh di atas nakas.

*

Pagi ini aku ada janji bertemu kline, awal jam masuk kerja. Mau tak mau, harus berangkat lebih awal agar tidak terlambat. Belum mengecek berkas yang sudah disiapkan oleh sekertarisku.

"Mas berangkat, ya. Jangan capek-capek," ingatku setelah pamit.

"Iya, Mas. Hati-hati."

Ia menyalamiku dan kukecup dahinya dengan mesra. Gegas memasuki mobil yang selalu setia menemani aktivitasku.

"Kok, gak mau nyala," gumamku, terus mencoba menyalakan mobil tua ini.

"Kenapa, Mas?"

"Mogok, kayaknya."

"Hmm ... sudah kubilang, ganti mobilmu, Mas."

"Sudah terlanjur sayang," jawabku.

"Daripada menyusahkan," tukas Yulia.

"Pinjam mobilmu, Sayang." Kutadahkan tangan, meminta kunci mobilnya.

"Jangan!" tolak Yulia, terlihat ketakutan.

"Kenapa?"

"Emm, nanti aku mau pergi."

"Pake motor," jawabku.

"Gak mau. Panas."

"Hari ini saja, pinjamkan, ya."

"Ya sudah." Yulia masuk ke dalam mengambilkan kunci.

"Nih. Jangan buka bagasiku, ya, Mas."

Aku hanya mengernyit. Memangnya ada apa di dalam bagasi mobilnya?

Related chapters

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Benda dari Dalam Tas Yulia

    Mengapa Yulia terlihat ketakutan setelah aku menerima kunci mobilnya. Jelas ada yang ia sembunyikan. Kuamati terus gerak-geriknya, sambil menghampiri mobil di sebelahnya."Mas. Maksud aku ... itu, di dalam ada barang-barang punya Evani, Siska dan Audy. Ya, rencananya siang ini mau aku antar ke mereka." Tanpa kuminta, Yulia menjelaskannya."Oh. Barang apa?" tanyaku, menatapnya serius."Biasalah. Barang-barang wanita. Kamu inget, 'kan kemarin kita habis belanja-belanja," ucapnya seraya tersenyum kaku.Kali ini jelas terlihat raut wajahnya yang berbeda. Ada ketakutan mendalam dari sorot mata indahnya. Sepertinya benar dugaanku."Barang apa, Yulia? Jangan muter-muter!" tukasku sinis. Aku sangat jarang memanggil namanya. Hanya saat emosi saja."Dal*man, Mas. Lingerie, yang suka aku pakai kalo malam," jawabnya sedikit berbisik."Oh. Kirain barang apaan. Mas udah ngira ke obat-obatan terlarang," ungkapku sedikit terkekeh. Kulihat dari ekor mataku, Yulia tersenyum tenang. Tapi aku tidak perca

    Last Updated : 2022-11-02
  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Mengaku Hamil

    Sebuah benda kecil memanjang, bertuliskan nama merek di atasnya, lantas terdapat pula dua buah garis berwarna merah di bawahnya.Aku ingat. Ini test pack yang pernah Yulia gunakan beberapa tahun lalu, saat kami mengira dirinya hamil karena terlambat datang bulan. Hanya saja, test pack yang ia gunakan saat itu hanya muncul satu garis merah. Itu artinya, test pack yang saat ini kupegang menunjukkan penggunanya positif hamil."Kamu hamil?" tanyaku lirih, menatapnya penuh haru."Bukan milikku, Mas," jawab Yulia, tertunduk lesu."Oh, ya? Tapi Mas merasa, kamu memang hamil." Tetesan embun sedikit membasahi wajahku, namun aku terus tersenyum ke arahnya."Enggak, Mas." Yulia menggeleng pasti "Kita periksa sekarang, untuk membuktikanya. Ya?" ajakku, sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi."Enggak. Aku memang gak hamil," tukasnya sambil memegangi perutnya yang terbungkus sebuah midi dres yang panjangnya hanya sampai betis."Tapi Mas yakin, di dalam sini ada malaikat kecil." Aku be

    Last Updated : 2022-11-02
  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Kekecewaan Raffa

    PoV Author"Mengapa Ibu tidak periksa, sejak awal ketahuan hamil?" tegur dokter pada Yulia."Saya masih ragu, Dok. Kebetulan, sudah beberapa kali kecewa oleh alat tes kehamilan sebelum-sebelumnya. Jadi, ketika mendapat garis dua, saya memilih untuk tidak terlalu peduli." Yulia menjawab bohong. Ia sengaja memilih rumah sakit yang belum pernah didatanginya.Sejak dua bulan lebih yang lalu, dirinya melakukan tes kehamilan. Dan seketika itu pula, ia memberitahukan pada kekasih gelapnya dan rutin memeriksakan kandungannya setiap bulan. Terhitung sudah tiga kali dirinya periksa bersama pria itu. Dan yang terakhir adalah ketika suami Siska menangkap gambarnya dari belakang."Setidaknya, beritahu aku, suamimu." Wajah Raffa tampak tak baik-baik saja. Bukannya bahagia, ia malah berpikir ke segala arah tentang kehamilan istrinya yang ia anggap janggal."Mas, kamu marah padaku?" tanya Yulia dengan wajah sendu."Apa bayinya sehat, Dok?" tanya Raffa, tak mempedulikan rengekan istrinya."Alhamdulill

    Last Updated : 2022-11-02
  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Sebuah Kesempatan

    PoV Author"Apa, suamimu yang balas chatku?" tebak Evano."Ya Allah. Bagaimana ini?" Wajah cantik Yulia berbias ketakutan. Ia telihat sangat panik, takut suaminya sudah mengetahui semuanya.Wanita itu lantas mengatakan pada Evano, tentang chat dari Siska yang mengirim foto mereka saat di rumah sakit pagi itu."Ceroboh! Aku sudah bilang, bercerai dengan cara yang anggun, agar kamu mendapat banyak bagian dari suamimu!" omel Evano.~~Sementara di tempat lain, Raffa tengah memantau incarannya. Ia sudah menyuruh orang untuk memata-matai istrinya, serta mencari info tentang alamat studio aerobik yang biasa Yulia datangi.Tak hanya itu, Raffa juga telah melacak nomor telepon dua kontak yang ia dapat dari ponsel Yulia. Siska dan Evani.Meski terus berpikir positif, bayangan hal buruk yang diperbuat istrinya tetap saja menghantui pikirannya. Ia tak akan tenang, sebelum membuktikan semua yang pernah diucapkan istrinya.Sebuah pesan masuk ke ponselnya.[Target berada tak jauh dari rumah sakit B

    Last Updated : 2022-11-03
  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Penyelidikan

    Terik matahari terasa membakar kulit. Aku harus menyusuri jalanan untuk sampai di kafe terdekat, hendak bertemu dengan klien. Mobilku sudah dijemput oleh pihak bengkel langganan, untuk diperbaiki.Karena jarak kantor dengan kafe tersebut tidak begitu jauh, aku pun cukup berjalan kaki saja. Kulirik jam di pergelangan tangan, khawatir klien sudah menunggu di sana. Kebetulan aku sendiri, karena sekertarisku sedang cuti.Di depan kafe, aku tak sengaja menabrak seorang pramusaji. Minumam berwarna orange yang dibawanya tumpah mengenai kemejaku."Maaf, Pak, saya gak sengaja." Pramusaji itu meminta maaf, mengelap kemejaku dengan celemeknya."Gak pa-pa. Sudah, biarkan saja. Lagipula, ini salah saya juga terlalu buru-buru."Ah, si*l. Bagaimana aku bisa bertemu klien jika pakaianku basah seperti ini. Aku menggerutu di dalam hati. Tiba-tiba seorang wanita mendekat ke arahku."Mas Raffa?" tegurnya.Aku mendongak, meliriknya sekilas dan kembali fokus pada kemejaku. Tapi saat melihatnya sekilas tadi

    Last Updated : 2022-11-04
  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Siapa Ayah Bayi itu?

    Pria yang datang untuk menyaksikan sendiri perbuatan sang istri, mendapat kabar dari orang suruhannya, tentang keberadaan sang istri.'Aku tidak akan masuk dan merusak pesta kalian. Tapi, lihat saja nanti!' batin pria itu, melangkah pergi dari depan pintu apartement itu.Sang pria yang tengah merasa frustasi itu memilih pergi ke suatu tempat yang ia rasa adalah tempat yang patut didatangi, untuk mencari bukti lain.Ia mendatangi studio aerobik tempat istrinya biasa datangi."Permisi, saya mencari Yulia. Apa ada yang mengenalnya?" tanya pria itu, yang tak lain adalah Raffa."Yulia? Emm ... kami gak kenal. Beda jadwal, mungkin." Seorang wanita menjawab dengan suara terbata."Oh. Kalau begitu, saya mau bertemu dengan pemilik studio ini.""Apa? Eu, itu. Pemiliknya sedang pergi liburan ke luar kota, katanya." Wanita yang tadi menjawab, semakin bergetar mendengar pertanyaan pria di hadapannya. Tanpa disebutkan, wanita itu bisa menebak bahwa pria di hadapannya adalah suami Yulia."Oh, terima

    Last Updated : 2022-11-05
  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Menolak Bekal yang Yulia Antarkan

    Hingga larut malam, Raffa enggan pulang ke rumah. Ia tak ingin bertemu dengan Yulia, karena takut tidak mampu menahan emosinya.Meski dirinya marah, ia tidak ingin sampai melukai wanita yang telah dinikahinya selama sembilan tahun.Raffa tertidur di atas kursi dan meja kerjanya, setelah memandangi foto pernikahan mereka yang terpajang di atas meja.Menjelang subuh ia terjaga, menyalakan layar ponsel untuk melihat jam karena lampu ruang kerjanya sudah ia matikan sejak semalam.Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Yulia. Juga banyak chat yang wanita itu kirim.[Mas, kok, belum pulang?][Ini sudah malam sekali.][Kamu di mana, Mas?][Apa aku ada salah?][Sudah kubelikan kemejanya, langsung kucuci. Besok pagi kusetrika, supaya bisa kamu pakai (Disertakan sebuah foto kemeja)][Apa kamu lembur? Tolong angkat telfonku, aku khawatir.][Sudah lewat tengah malam. Aku takut sendirian.][Mas, ada apa? Mengapa tidak angkat telfonku?]Raffa tak bereaksi apa-apa. Ia kecewa luar biasa pada istri

    Last Updated : 2022-11-06
  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   PoV Yulia

    Namaku Yulia Kamania, seorang perawat di salah satu rumah sakit ternama di kota ini, tadinya. Sekarang tidak lagi, setelah seorang pria tampan, berkharisma dan mapan melamarku.Ya, Mas Raffa namanya. Dia bukan kekasihku, melainkan sahabat dekat pamanku. Aku sendiri ketika itu sedang dekat dengan seorang pria bernama Ervan Evano, teman kuliahku. Dia sebetulnya adik tingkatku di akademi keperawatan.Mengapa aku lebih memilih menikah dengan Mas Raffa? Tentu saja karena dia jauh lebih dewasa dari Vano, lebih mapan dan sepertinya baik. Evano sendiri belum siap menikah, kala itu.Ternyata penilaianku tidak salah, Mas Raffa benar-benar pria yang baik. Tahun pertama kami menikah, ia masih menjabat sebagai manager di kantornya. Tapi aku tetap bersyukur. Semua gajinya ia berikan padaku, memintaku untuk me-menag semuanya, termasuk biaya sekolah adik-adikku.Tiga tahun berjalan, namun aku tak kunjung hamil. Jujur saja, aku merasa kesepian setiap kali Mas Raffa tengah bekerja. Hanya ponsel dan tel

    Last Updated : 2022-11-07

Latest chapter

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Bab Ending (Selesai)

    PoV AuthorDengan gagah Raffa keluar dari ruang persidangan. Senyum kepuasan tersirat di wajahnya yang kali ini mengenakan kacamata hitam. Setelan jas warna hitam dengan celana senada, membuatnya terlihat sangat elegan dan misterius.Hasil putusan sidang benar-benar telah memberinya kepuasan. Jeremy mendapatkan hukuman lebih dari delapan belas tahun, karena terjerat pasal berlapis. Kekerasan hingga percobaan pem_bu_nuhan, penggunakan obat-obatan keras dan telah membuka tempat haram berkedok gym."Terima kasih banyak, Pak Endri. Sudah ke sekian kalinya Bapak membantu saya dalam proses hukum yang terpaksa saya ambil. Kalau bukan Bapak yang menjadi pengacara saya, entahlah.""Kembali kasih, Pak. Tapi saya yakin, siapa pun itu, jika Pak Raffa kliennya sudah pasti menang. Bapak tidak bersalah dan terbilang cerdik dalam mengumpulkan bukti. Juga tidak mudah terperangkap oleh lawan," puji Pak Endri pada pria di hadapannya."Ya, berdasarkan pengalaman mungkin ya, Pak." Raffa terkekeh di akhir

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Cyra Sakit Apa?

    PoV RaffaMalam ini, di rumah sakit kembali kami berada. Sore tadi, saat tengah menemani Embun memilih tas, sambil menunggu jam tayang film yang kami tonton, tiba-tiba saja ponselku berdering."Pak, maaf, ini Cyra badannya panas banget." Suara Bi Murni di ujung telepon, sontak saja membuyarkan konsentrasiku. Kutatap Embun yang tengah memandangku penuh khawatir."Ya Allah ... oke, Bi, saya segera pulang." Tanpa memberitahu Embun lebih dulu, kuputuskan untuk membatalkan acara nonton film."Ada apa, Yah?" tanya Embun tak sabar, ketika kumatikan panggilan."Cyra sakit, Sayang. Badannya panas," jelasku."Ya Allah! Ayo, Mas, kita pulang sekarang." Embun menarik jemariku, melupakan hasratnya untuk membeli tas.Kami berjalan cepat keluar dari mal, sore tadi. Melupakan tiket menonton yang sudah terlanjur dibeli, serta meninggalkan mobil yang belum selesai dipoles di bengkel.Sepanjang perjalanan, Embun sangat gelisah. Sesekali ia mengusap ujung netranya dengan tisyu, seperti tengah merasakan p

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Bioskop

    PoV Author"Saya minta maaf, Pak atas kejadian ini. Anak saya baru belajar nyetir," ucap seorang wanita berusia kisaran 60 tahun. Sementara anaknya yang menabrak adalah seorang gadis muda berpakaian seksi."Ndin, minta maaf!" suruh sang Ibu yang dandanannya tak kalah mentereng.Embun dan Raffa yang sejak tadi diam di depan mobil mereka, tampak risih melihat kedua wanita beda usia yang terlihat kurang senonoh."Ma-maaf, Mas, aku gak sengaja," ucap gadis bertubuh tinggi itu, sedikit terbata-bata."Ya, sudah, gak pa-pa. Lain kali hati-hati," pesan Raffa, sambil berjalan ke arah belakang mobilnya untuk mengecek kerusakan yang terjadi."Nanti kami ganti rugi atas kerusakannya, Pak." Ibu dari wanita itu menyusul dan menawarkan ganti rugi.Ada yang terasa tak enak didengar oleh Embun. Ibu dari gadis itu sudah berumur, tetapi memanggil Bapak pada suaminya. Sementara gadis itu, justeru memanggil suaminya dengan sebutan Mas."Ya ... sepertinya memang harus begitu. Tergores cukup dalam bamper mo

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Amanah di Usia yang Sudah Tak Muda lagi

    "Bunda gak sakit, Yah." Bibir manis istriku justeru melengkungkan senyuman."Mak-maksudnya?" Aku sedikit heran. Jelas-jelas ia sakit sejak tiga hari lalu, bahkan kini sampai tak sadarkan diri dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Mengapa raut wajahnya justeru menampakkan kebahagiaan?"Dareen mau punya adik. Seperti yang Ayah mau, tambah anak biar tambah ramai dan tambah rezeki. Baju-baju hamil aku juga akan terpakai lagi," kekeh Embun, sedikit menggodaku.Allah ... benarkah apa yang barusan kudengar? Embun, istriku tengah mengandung untuk yang ke tiga kalinya, di usianya yang sudah tak muda lagi. Aku sangat bahagia, akan tetapi, ada rasa takut yang menggelayut perlahan. Usianya sudah bukan usia yang pantas untuk melahirkan. Apakah Embun-ku masih mampu melahirkan anak kami? Buah cinta kami yang ke sekian."Bunda serius?" tanyaku, untuk memastikan.Embun-ku mengangguk dengan wajah teduh nun manisnya. Layaknya tetesan embun pagi yang senantiasa memberikan kesejukan, senyumannya terus te

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Ternyata Jeremy ...

    Aku terkejut bukan main. Dalam persidangan, Jeremy mengaku telah mengenal Yulia sejak lama. Ia juga mengaku sudah mengenal Evano. Kedua pasangan selingkuh yang kini telah sama-sama meninggal itu, rupanya sudah menyisakan luka di hati Jeremy."Jika saja saat itu kamu hanya melepaskan Yulia tanpa membu_nuhnya, aku tidak akan segi_la ini ingin menghabisimu!""Apa? Yulia? Membu_nuh? Aku tidak membu_nuh siapa pun. Baik Yulia maupun Evano, sama meninggal karena ulah mereka sendiri.""Ya! Yulia ma_ti karena tergi_la ingin bertahan denganmu!""Dia kecelakaan, karena berusaha mengambil alih kendaraan dalam kondisi yang lemah, Jeremy. Kamu tahu apa soal Yulia?" selidikku saat persidangan itu."Aku tau semua tentang dia. Aku tau betapa besar lukanya karena mencintaimu. Aku tau seberapa hancur Yulia saat kau tinggalkan! Kamu terlalu naif, Baji_ngan!""Mengapa aku yang disalahkan? Mereka telah selingkuh sampai Yulia yang kala itu masih sah menjadi istriku hamil oleh selingkuhannya."Kemarin, amara

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Sejenak Melepas Penat

    Pagi yang begitu cerah, menampakkan semburat jingganya di sela jendela kamar kami. Kubuka selimut berwarna ungu, yang mana sudah tak menampakkan keberadaan wanita tercantik yang selalu tidur di sisiku.Pastilah wanita cantik berwajah teduh itu sudah sibuk mengurus rumah, sebelum anak-anak kami terbangun. Padahal, adzan subuh saja belum berkumandang.Hari ini adalah minggu, yang artinya aku tidak pergi ke kantor. Akan kumanfaatkan hari libur ini untuk membantu meringankan tugas istriku. Salah. Semua tugas rumah adalah tugasku, namun Embun memilih berbakti padaku dan mengurusnya sebagai sebuah ungkapan kasihnya."Sayang ..." Kupanggil wanita berambut hitam sepunggung itu, di balik dinding sekat ruang makan dan dapur."Eh, Yah. Sudah bangun?" tanyanya dengan lembut. Tentu saja wanitaku tak ingin suara kami mengganggu tidur yang lainnya."Udah, dong!" Kulingkarkan tangan di perutnya, menyandarkan dagu di bahunya yang sudah menguarkan wangi sabun dan shampo."Bunda sudah mandi?" selidikku

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Terduga Pelaku

    Di kantor polisi, Raffa menyerahkan dua orang pelaku pemu_kulan terhadap dirinya. Keduanya tak menggunakan penutup wajah, sehingga dengan jelas Raffa dan pihak berwajib mengenali pelaku itu.Saat di jalan tadi, beruntung ada petugas keamanan komplek yang sedang berkeliling. Mereka melihat Raffa tengah diserang oleh dua orang pria muda yang membawa sen_jata ta_jam.Raffa dibantu oleh tiga orang petugas keamanan komplek untuk meringkus dua pemuda itu dan membawanya ke kantor polisi."Siapa nama kalian?" tanya Pak Polisi yang menginterograsi pelaku itu."Dindin, Pak," jawab salah satunya, memang tak menyebutkan nama aslinya."Saya Bimo, Pak," kata pemuda lainnya, pun sengaja menyebutkan nama yang digunakan dalam gengnya."Kalian mau mengambil apa dari Bapak Raffa ini?""U--uang, Pak. Apa saja yang bisa diuangkan," kata Dindin setengah terbata."Bohong! Saya yakin, ada orang lain yang mengendalikan kalian. Cepat, katakan!" sentak Raffa tak sabar.Bimo dan Dindin menggeleng dengan cepat. K

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Kamu Nakal, Sih!

    PoV Author"Ya Allah, Yah, ini kenapa?" tanya Embun dengan mata berkaca."Gak pa-pa, Sayang. Luka kecil," balas Raffa, menoleh pada sumber suara di mana sang istri sudah berdiri di belakangnya."Sini aku bantu," pinta Embun, merebut plester untuk merekatkan perban."Ayah bisa, kok, Bun. Kamu sudah makan?" tanya Raffa, mendongak ke wajah sang istri yang hanya berjarak beberapa senti saja dari dahinya.Embun menggeleng. Jangankan ingat makan, hati dan perasaannya sudah tak tenang sejak siang."Habis ini kita makan sama-sama. Anak-anak sudah tidur?""Sudah." Embun yang masih dipenuhi akan tanya, masih malas untuk berkata banyak. Namun ia tak dapat menutupi rasa khawatirnya setelah melihat suaminya terluka."Maaf, ya, Ayah pulang telat." Tangan Raffa beralih ke puncak kepala sang istri yang tak tertutup hijab, kemudian mendekat hendak menciumnya.Embun menjauh, tanpa melepaskan tangannya dari dada sang suami. "Jelaskan, ada apa?" pintanya dengan tatapan tak mengenakan bagi Raffa."Oke. Ta

  • GARA-GARA AEROBIK, ISTRIKU BERBADAN DUA   Luka di Dadanya

    PoV Embun"Siapa Diana, Yah?" tanyaku, segera mengurai pelukan dan menatap sepasang bola matanya dalam. Dada ini terasa bergetar, takut sekali menjadi Mas Raffa di beberapa tahun lalu.Lelakiku meraih ponselnya, lalu membuka chat yang masuk dari kontak bernama Diana itu. Ia tak segera menjawab ucapanku, malah buru-buru membalas chat itu."Siapa?" ulangku, merampas ponsel di tangannya dan menjauhkan dari jangkauannya."Ya ampun, Bunda. Bukan siapa-siapa. Coba dibaca isi chatnya," suruh Mas Raffa, seperti tidak terjadi apa-apa. Ah, ya, mungkin memang hanya ketakutanku saja yang berlebihan.[Bos, besok si Jeje minta diramein lagi gymnya. Sehari lagi saja, buat mancing pengunjung.] Aku membacanya dengan sangat hati-hati. Sekilas memang tidak ada yang aneh. Hanya saja, mengapa nama pengirimnya nama perempuan?"Diana ini teman kamu? Ikut nge-gym juga?" cecarku."Lihat saja profil kontak itu." Mas Raffa bukannya menjawab, malah memintaku memeriksa detail profil kontak bernama Diana ini."Nam

DMCA.com Protection Status