"Ma, lihat Ibunya Kak Awan Ma." Ujar Luna sambil menarik tangan Mamanya yang saat itu sedang duduk santai di ruang tamu. Wajah cemas anak bungsunya membuat sang Mama penasaran dengan apa yang membuat Luna sampai khawatir seperti itu."Ada apa toh Na? Jangan buru-buru begitu."Saat sampai di kamar tempat sepupunya dirawat, baru Rini tahu kenapa Luna sampai buru-buru mengajaknya barusan. Arini, Ibunya Awan untuk pertama kalinya bergerak, namun dalam keadaan gelisah seperti orang yang sedang bermimpi buruk. Dari bibirnya berulang kali menyebut nama Awan, tidak lama ada butiran airmata mengalir keluar dari sudut matanya."Astaga! Mbak, sadar Mbak.""Luna, cepat hubungi Papa dan Kakakmu. Perasaan Mama kok gak enak begini yah! Hubungi juga Kak Awanmu, suruh kesini." Ujar Rini ikut senang karena saudara sepupunya itu sudah ada kemajuan, sekaligus juga tegang karena melihat Arini yang gelisah di alam bawah sadarnya, biasanya membawa pertanda buruk. Apalagi Ia berulang kali menyebut nama Awan
Bagian tengah mata Awan sudah berwarna merah sepenuhnya dan dari tubuhnya memancar hawa yang sangat panas. Neo saja yang berdiri beberapa meter darinya bisa merasakan betapa panas hawa yang dikeluarkan dari tubuh Awan.Begitu selesai menumpas lawan Neo langsung beralih ke tempat Devi yang saat itu sudah terluka cukup parah. Tidak hanya itu, pakaian bagian atas terbuka beberapa bagian. Rupanya lawan Devi tidak berniat untuk menundukannya tapi juga hendak melecehkan dirinya.BaaammmPukulan lawan berhasil ditahan oleh Devi, tapi tetap saja Ia jatuh terhempas diatas tanah. Merasa diatas angin, lawannya langsung mencengkram leher Devi dari atas."Arrghhh.." Devi kesulitan bernapas akibat cekikan lawan pada lehernya.Lawannya sendiri seperti sengaja membuat Devi seperti itu dan tidak langsung menghabisinya."Hehehe.." Lawannya tersenyum mesum sambil menatap tubuh mulus Devi yang terbuka bagian atasnya dan hanya menyisakan BH dan tanktop yang sudah terkoyak."Lepas.kan.." Lirih Devi sambil
Karta keluar dari dalam Villa dengan kemurkaan yang terpapar jelas diwajahnya, apalagi kesenangannya yang sedang bersama wanita cantik dalam sebuah kamar ketika itu jadi terganggu. Siapa yang berani membuat keributan ditempatnya malam-malam begini ? Sebesar apa nyali orang yang berani cari gara-gara dengannya, sehingga sampai berani menyerang tempatnya secara langsung seperti itu. Ditambah, melihat keadaan murid terbaiknya yang sudah tanpa kepala, digunakan untuk mendobrak pintu masuk.Begitu melihat siapa yang berdiri didepan Villanya, Karta sampai menyipitkan matanya dan tersenyum bengis menatap ke arah Awan dengan Devi dan Neo yang berdiri di kiri kanannya."Dasar bocah tengik! Berani sekali Kau datang kesini. Apa Kau sudah bosan hidup ? Hah!" Ujar Karta dengan suara menggelegar dengan diiringi tenaga dalam membuat siapapun yang mendenganya pasti akan langsung menciut nyalinya. Bahkan Devi dan Neo yang berdiri disamping Awan sempat berdiri gemetar karena tekanan dari suara yang mer
Benar saja, Awan tampak terlonjak kaget mendengarnya dan ekspresinya langsung terlihat berubah, sampai-sampai Zhansen yang ada di dalam tubuhnya ikut bergejolak, "Jangan terpancing Brother, Dia coba mengacaukan emosimu.""Coba saja Kamu bisa mendengar rintihan kenikmatan dari Renata, hmnnn..." Ujar Zidan sambil mengecapkan lidahnya."Uhh rintihannya itu.. Andai lu gak menganggu Kami, mungkin Gue akan menikmati ronde kedua dengan Ree malam ini.." Lanjut Zidan lagi dengan senyum kesombongannya.Berhasil membuat Awan terpancing emosinya, Zidan semakin memainkan kata-katanya untuk membakar emosi Awan."Dan Lu tahu! Dia tadi sempat-sempatnya nyebut nama Lu dalam rintihan nikmatnya.. hahaha." Kata Zidan lagi tertawa puas.Emosi Awan semakin membara mendengar Renata yang sudah dinodai oleh Zidan, gigi-giginya sampai menggeletuk karena saking marahnya mendengar Zidan menyebut Renata dengan serendah itu. Seorang wanita yang sangat dicintainya harus di nodai oleh orang seperti Zidan. Membayangk
Awan bertarung sambil melindngi dirinya dan juga Devi dan Neo, walau Devi sesekali membantu tapi kekuatannya sama sekali tidak berpengaruh terhadap musuh. Jadilah Awan seperti bulan-bulanan Karta dan Zidan."Hoeeekkk..." Awan memuntahkan darah kental dari mulutnya. Keadaan ketiganya semakin genting dan terdesak ke arah Villa sekaligus membuat peluang kabur Neo dan Devi semakin kecil. Awan sendiri sudah tampak kepayahan dengan nafas terlihat tersumbat."Hehehe akhirnya hari ini tamat juga riwayatmu bocah." Ucap Karta sesumbar begitu melihat Awan yang sedang kepayahan dan juga seperti sudah habis kekuatan."Sebaiknya kalian kembalikan wanitaku dengan baik dan Aku akan mempertimbangkan kematian yang paling cepat buat kalian bertiga, hehehe." Timpal Zidan.Tanpa terlihat oleh dua musuhnya Awan memberi kode 1 jari lewat belakang tubuhnya dan hanya terlihat oleh Devi dan Neo saja, yang menandakan hanya 1 kesempatan dan keduanya harus bisa memaksimalkannya atau mereka bertiga akan mati disa
Begitu selesai bicara begitu, Kelvin dalam secepat kilat sudah berada di hadapan Karta. "Tu-tunggu..." Kata Karta terkesiap.Walau sudah mengeluarkan lapis pertahanan tubuh terkuat miliknya, tapi pukulan hitam Kelvin berhasil masuk dengan telak. Tepat menghujam jantung Karta dan membuatnya si empunya langsung menemui ajalnya dengan mata masih terbelalak seakan tidak percaya, jika hari itu adalah akhir dari perjalanan hidupnya. Karta pun langsung tersungkur diatas tanah dengan lubang menganga di bagian dada.Kelvin segera memeriksa kondisi Awan, tampak Ia diam beberapa saat sambil memeriksa denyut nadi tangan Awan dan tangan satunya menekan bagian dada Awan. Setelah berlalu beberapa menit, Kelvin mengangkat pelan tubuh Awan lalu mendekat ke arah Devi."Bawa Dia kembali dan bilang pada Awan jika sudah sadar nanti untuk memenuhi ritual keluarga Ibunya. Hanya dengan begitu Ibunya bisa diselamatkan." Perintah Kelvin dengan tenang. Begitu Awan sudah berada dalam pangkuan Devi, Kelvin memeg
Akhirnya, Awan dan Ibunya yang masih terbaring koma dibawa ke Ranah Minang menggunakan pesawat khusus Klan secara rahasia dengan dikawal oleh 3 orang mantan Seven Devil, Abe, Leviathan dan Tomo tanpa ada seorangpun yang tahu selain petinggi Klan."Kenapa Nak ? Emak perhatikan, Nisa sering gelisah beberapa hari ini ?" Tanya Bu Atik malam itu begitu mereka selesai sholat Isya berjamaah. Sebuah kebiasaan yang sudah menjadi rutinitas dalam keluarga sederhana itu. Sementara sang Ayah dan Adik laki-laki Nisa sendiri, tidak seperti biasanya malah sudah beranjak ke peraduannya terlebih dahulu."Entahlah Mak. Nisa juga bingung sendiri." Ucap Nisa sambil melipat Mukena yang tadi dikenakannya dan menaroknya diatas meja ruang tamu. Rumah mereka sendiri sangat sederhana terbuat dari kayu dan bangunan panggung, khasnya rumah gadang Minang. Malam itu sendiri terasa cukup lain dari biasanya, terasa lebih sepi dan sunyi. Biasanya jam segitu masih terdengar suara remaja masjid yang masih mengaji di Su
Ruangan itu cukup gelap dan hanya terdapat sedikit pantulan cahaya dari sisi luar bangunan, sehingga siapapun yang ada dalam ruangan tidak akan bisa dikenali sama sekali. Ruangan itu sendiri cukup hening, walau ada beberapa orang yang sedang duduk melingkar ditengah ruangan."Madamme, Misi Kita Sudah terendus oleh orang-orangnya Sanjaya." Lapor seorang wanita yang mengunakan pakaian serba hitam sambil berjongkok dan menunduk hormat pada seorang wanita tua yang sedang duduk tidak jauh didepannya. Disebelah wanita yang sedang melapor tersebut, ada seorang pria berbadan tegap yang merupakan kembaran si wanita, turut melakukan gerakan yang sama dengan apa yang dilakukannya. Mereka berdua yang ditugaskan sebelumnya untuk mengawasi putra pewaris Klan Sanjaya, Awan. Namun, aksi kedua terendus oleh para pengawalnya Kelvin Sanjaya. Sehingga keduanya terpaksa memutuskan mundur dan menjauh sementara, disinilah keduanya sekarang.Nenek tua yang sedang duduk ditengah meja bundar, dimana di sekelil
Awan teringat kejadian dimana dia koma dulu, jadi saat Ia sedang tidak sadarkan diri Angel mengambil kesempatan itu. Apa Ia sengaja menyelinap sendiri dan nekat masuk ke dalam kamarnya ? Tapi, apapun itu, Awan percaya jika Angel bisa melakukan itu. Angel cukup licik untuk trik seperti itu. Awan justru senang, ternyata ciuman pertama Angel masih dengan dirinya bukan cowok lain. Kalau tidak, Ia pasti akan cemburu dibuatnya."Hmn kenapa senyum-senyum?""Berarti sekarang kita sudah impas, karena kali ini Aku yang mencuri ciuman kedua mu. Jadi skornya satu-satu sekarang, xixixi."Baru saja mereka larut dengan kebahagiaan setelah berpisah sekian lama, terdengar himbauan untuk penumpang agar segera menaiki pesawat. Eskpresi Angel langsung berubah sendu."Pergilah." Kata Awan lembut dengan tatapan penuh cinta."Tapi..." Angel terlihat berat untuk melangkah pergi. Ia masih belum puas bersama Awan saat ini, Ia begitu mencintai Awan dan baru bertemu sebentar saja. Tapi harus segera pergi, Ange
"Tentu saja, Aku menyayanginya." Jawab Awan dengan yakin."Kalau begitu, kakak harus bergegas menyusulnya sekarang.""Hah, maksudnya?""Karena 3 setengah jam lagi pesawat Kak Angel akan berangkat menuju Inggris dari Bandara Soetta. Kak Angel telah memutuskan untuk melanjutkan studinya disana.""Apa? Kenapa kamu tidak bilang daritadi kalau Angel akan berangkat." Ucap Awan panik. Lalu bergegas pergi, tanpa menunggu penjelasan Raysha lebih lanjut.Dalam pikirannya saat ini adalah Angel, dalam hati Ia berulang kali merutuki kebodohannya selama ini. Ini salahnya juga, kenapa tidak menemui Angel sebelumnya. Dia tahu Angel berkarakter keras, kalau sudah memiliki kemauan, pasti Ia akan mewujudkannya.Selama ini, Awan hanya menyimpulkan sendiri jika Angel hanya sibuk dengan dunia sendiri. Tanpa Ia sadari, jika Angel melakukan semua itu untuk dirinya."Lihat akibat sikap keras kepalamu, membuat kita menjadi jauh seperti ini." Gumam Awan kesal.Semula Awan hendak meminjam mobilnya Devi, karena k
"Kamu mau meminta apa?" Tanya Awan melihat keraguan Karin."Apa Kamu sudah bisa move on dari Kak Nata dan menemukan penggantinya?"Pertanyaan Karin semakin membuat Awan binggung, Awal dia ingin meminta sesuatu, lalu malah bertanya. Apa korelasi pertanyaannya dengan permintaan yang akan diajukan Karin padanya.Awan berpikir sesaat, move on dari Renata? Jelas bayangan Renata masih begitu kental dihatinya. Bagaimana Ia akan bisa melupakannya? Kenangan yang ditorehkan Renata dalam hatinya begitu dalam hingga sulit baginya untuk menghapusnya begitu saja. Bahkan setiap Awan pergi ke Kota ini, kesedihan selalu menyelimutinya sepanjang waktu.Lalu, apakah Ia sudah menemukan penggantinya? Siapa, Annisa? Memang Ia mencintainya, tapi Ia belum ingin memikirkannya saat ini. Angel? Walau Ia semakin sering mengiriminya pesan dan telponnya yang tidak pernah diangkatnya, Awan mulai ragu dengan masa depannya bersama Angel karena sikap Angel sebelumnya."Move on, aku sedang berusaha. Untuk pengganti Ren
"Yaah, bisa gak sih kalau waktu berhenti sampai disini saja? Aku pengen bareng kalian terus." Ucap Veby sedih."Seandainya pun bisa, mungkin kita semua tidak akan pernah menjadi dewasa. Bukankah itu lama-lama akan membuat kita bosan? Justru dengan adanya waktu yang berjalan, kenangan hari ini dan sebelumnya akan menjadi kenangan terindah dalam diri kita masing-masing. Saat kita menyongsong masa depan dan kita bertemu lagi dengan diri kita yang sudah dewasa, bukankah itu jauh lebih indah?""Benar apa yang diucapkan Awan! Biarkan kenangan indah persahabatan kita, terukir abadi dalam hati. Yang perlu kita lakukan adalah memenuhi janji yang kita buat hari ini, lima tahun lagi kita akan bertemu kembali dengan masing-masing impian kita dan dengan diri kita yang lebih dewasa." Ucap Lina menanggapi."Iya, mari kita berjanji. Lima tahun lagi kita akan berkumpul dengan impian kita masing-masing." Kata Siska."Lima tahun lagi, kita akan berkumpul kembali." Ikrar yang lainnya penuh semangat."Loh
"Aw aw.. Sakit Vi.""Hahaha,, Hajar Vi."Teriak Siska senang begitu melihat Novi dan Radit yang mengaduh kena jeweran Devi."Aduh duh sakit, Vi. Lepasin.""Kebiasaan kalian berdua nih yah, mau ikut meluk Awan apa mau ngambil kesempatan?" Ujar Devi galak."Yah, kan sekalian gitu Vi." Balas Radit ngeles."Jewer aja terus Vi, kalau perlu sampai sampai putus telinganya. Emang tuh si Radit." Shiren ikut mengompori."Ciiee yang mentang-mentang udah bubaran jadi sengit gitu." Ledek Lina sambil tertawa."Wkwkwk, Shiren senang banget melihat Radit menderita sekarang."Yang lain malah ikut menertawakan Radit dan Shiren, sampai ketika Sherla mengalihkan topi pada Awan lagi, "Awan, kamu kemana aja selama ini?" Tatapan Sherla masih sama dengan yang dulu. Begitu tahu Renata meninggal saja, Sherla adalah orang yang paling bersedih. Dia sedih dengan meninggalnya Renata dan lebih sedih lagi karena Ia tahu jika Awan adalah yang paling kehilangan Renata saat itu. Ia tahu jika perasaannya tidak mendapat
Setelah berlalu beberapa hari, Mikha tampak sudah mulai bersikap seperti biasa. Tidak hanya itu, sekarang Ia bahkan tampak jauh lebih ceria dan bersemangat dari sejak Ia pertama datang. Mungkin karena tingkat hubungannya dengan Awan yang sudah lebih intim, membuatnya lebih bisa terbuka dalam segala hal. Sepanjang periode itu, Angel juga sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Awan. Tapi, Awan sedang enggan untuk menanggapinya saat ini. Bahkan notifikasi pesan masuknya sudah ribuan dan tidak ada satupun yang ditanggapi Awan.Alasan utamanya bukan karena apa yang dilihat Awan ketika di Resto sebelumnya, tapi karena sikap Angel sendiri yang tampak enggan untuk bertemu dengannya selama ini. Sehingga Awan pun mulai meragukan kelanjutan hubungannya dengan Angel.Tepat disaat Ia melihat-lihat hp-nya, sebuah notifikasi muncul. Ternyata itu adalah pesan dari sahabatnya, Sherla. Ternyata Ia memberi kabar tentang acara perpisahan mereka yang akan berlangsung 2 hari ke depan. Cukup lama j
Mikha memikirkan hendak menerima tawaran dari Mpok Rina. Awan sudah membaca gelagat Mikha, sehingga Ia cepat bicara, "Mikha akan tinggal bersama saya, Mpok."Mikha dan Mpok Rina sama terkejut dengan pernyataan Awan barusan."Maaf, Mas ini siapa yah?" Mpok Rina bertanya dengan menyimpan kecurigaan pada Awan. Ia melihat Awan semenjak tadi dan bahkan menemani mereka sampai ke tempat pemakaman. Cuma karena Ia fokus pada Mikha sebelumnya, sehingga tidak menghiraukan keberadaan Awan."Ia teman saya, Mpok. Namanya, Awan. Ia juga yang telah menyelamatkan Mikha sebelumnya." Mika khawatir jika Mpok Rina akan mencurigai Awan tidak baik, sehingga Ia cepat menjelaskan siapa Awan untuk menghindari kesalahpahaman."Oh, begitu. Terimakasih banyak, Nak. Kamu telah menyelamatkan Mikha, kasihan Ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang." Ujar Mpok Rina ramah dan telah mengubah penilaiannya terhadap Awan."Tidak usah sungkan, Mpok. Mikha juga teman saya, sudah kewajiban saya menolong seorang teman.
2 jam kemudian, Awan dan Mikha sudah sampai disalah satu daerah pinggiran Ibu Kota. Disana Awan baru sadar, betapa besarnya ketimpangan antara lingkungan Apartemen yang ditinggalinya dengan tempat yang sedang dilaluinya bersama Mikha sekarang. Kebanyakan bangunan yang ada disini bersifat semi permanen dan bahkan ada sebagian rumah yang hanya berdindingkan seng dan kardus bekas.Ditambah jumlah penduduk yang begitu padat membuat tempat ini sebenarnya sangat tidak layak untuk dihuni.Menurut keterangan Mikha, rata-rata mereka yang tinggal disana adalah pendatang yang datang dari luar daerah untuk mengadu nasib di ibu kota. Tapi, karena biya hidup yang begitu tinggi sehingga mereka hanya sanggup untuk menyewa rumah-rumah liar seperti itu.Belum lagi, resiko digusur oleh satpol PP yang bisa datang kapan saja.Awan dan Mikha melewati beberapa gang, sebelum menuju salah satu rumah yang sangat-sangat sederhana. Itu adalah rumah kontrakan Mikha, namun herannya rumah itu begitu sepi. Mikha me
Karena situasinya yang sudah tenang dan mencair diantara mereka, tapi karena pelukan Mikha yang sekarang sudah tenang dan tidak takut lagi seperti sebelumnya. Belum lagi, kenyataan jika kulit mereka bersentuhan secara langsung, justru membuat Awan yang tidak tenang jadinya. Bagaimanapun Ia masih muda, memeluk wanita cantik dalam keadaan terbuka membuat begitu hasratnya mudah tergoda."Hmnn.. itunya bangun lagi." Tunjuk Mikha malu begitu sadar bagian bawah tubuh Awan bergerak. Ia tidak menyangka jika benda yang semalam telah mengoyaknya itu akan kembali terbangun, sehingga wajah Mikha kembali tersipu."Hmn, dia terbangun karena dipeluk wanita cantik.""Apaan sih." Ucap Mikha tersipu sambil mencubit pelan pinggang Awan.Setelah Mikha tertidur pulas disampingnya, Awan bergegas mencari informasi tentang geng Kapak Merah melalu jaringannya di Klan Atmaja. Bukan hal yang sulit untuk mencari informasi tentang gengster manapun dalam Negeri, karena Ia sendiri sudah punya kendaraan besar Klan