“Sialan!” Anggela melempar seluruh barang-barang yang ada di atas meja riasnya,
Perempuan itu berang karena Arjuna sama sekali belum mengunjunginya hingga saat ini. Laki-laki itu bahkan mengikari janjinya untuk mengunjungi Anggela setelah dokter keluarga memeriksa keadaan perempuan itu satu minggu yang lalu.
“Mungkin tuan Arjuna lupa nona, ada banyak pekerjaan yang harus beliau urus belakangan ini.” bujuk pelayan yang mengantarkan makanan dengan takut.
“Justru itu masalahnya! Tuan Arjuna enggak boleh melupakan aku.” Anggela berjalan mondar mandir di kamarnya, perempuan itu menggigiti kuku dengan resah, “Tuan Arjuna belakangan ini sibuk menghabiskan waktu bersama Alisha, benar kan?”
Si pelayan mengangguk, “Tuan Arjuna mengawasi nona Alisha yang sedang mendapatkan kelas kepribadian nona.”
“Kenapa perempuan itu harus mendapat kelas ke pribadian?”
Si pelayan menelan ludah de
Alisha menatap penampilan terbarunya di cermin, gaun hitam membungkus tubuhnya dengan ketat. Sejujurnya, simpul tali yang mengikat di sepanjang punggungnya membuat Alisha merasa tidak nyaman. Tapi pelayan bilang, Arjuna sendiri yang memilihkan gaun itu untuknya.“Eng, belahan gaun ini bukannya terlalu tinggi ya?” tanya Alisha sembari berbutar.Gaun malamnya memang memiliki belahan sepanjang mata kaki hingga paha, belum lagi tali spageti yang terasa sangat tipis di bahunya. Alisha merasa telanjang ketimbang mengenakan pakaian.“Saya benar-benar enggak boleh ganti baju?” tanya Alisha berusaha bernegosisasi.“Tuan Arjuna sendiri yang memilihkan gaun itu nona, kami bisa di marahi jika anda tidak memakainya.”Alisha menyerah, ia tidak ingin membuat para pelayan dalam masalah.“Baiklah, kalau begitu ayo turun dan kita temu tuan mesum satu itu.” gerutu Alisha sembari menerima uluran tangan pelayan yan
“Galahan Erlang!”Galahan tersenyum lebar, laki-laki dengan tubuh bugar di usia ke lima puluh tiga tahun itu merentangkan tangan. Galahan menyambut salah satu rekan bisnisnya dengan senyum lebar.“Brama! Hahahaha bagaimana Puhuket Island?”“Luar biasa, aku tidak akan pergi kesana jika bukan karena kamu.”Galahan tersenyum, “Teman ku Brama, kamu bisa pergi kemanapun jika kerjasama di antara kita lancar. Pegang omongan ku, hahaha.”“Tentu teman, tentu saja. Kamu tidak perlu khawatir Galahan, proyek kali ini pun pasti akan sukses besar.”Galahan menepuk bahu Brama dengan senang, “Selamat menikmati pestanya Brama, aku masih harus berkeliling.” Galahan menundukan kepala dan berbisik di telinga temannya, “Kamu tau harus kemana jika perlu hiburan tambahan, hahaha.”Brama ikut tertawa lebar, laki-laki itu mengangguk sebelum berjalan menaiki tangga menuju lanta
Galahan menyeret Alisha dengan kasar ke lantai dua, laki-laki paruh baya itu lebih dulu memastikan tidak ada seorangpun yang melihatnya membawa Alisha ke ruang kerjanya sebelum menutup pintu dengan bantingan keras.“Apa-apaan ini Alisha?!” desis Galahan dengan murka, “Berminggu-minggu papa mencari kamu, dan sekarang kamu muncul bersama bajingan itu!”“Bajingan itu kemungkinan akan menjadi menantu bapak.”Galahan mengusap wajah frustasi, “Kamu sama sekali tidak mengenal siapa Arjuna Adhiyaksa, Alisha. Laki-laki itu gemar mengoleksi wanita di mansionnya!” geram Galahan dengan gemas, “Enggak akan ada masa depan untuk hubungan kalian!”Alisha memilih diam.“Dengar, masuk ke kamar mu sekarang juga dan jangan keluar sampai pestanya selesai.” Galahan mengacungkan jari telunjuknya sebagai bentuk peringantan, “Jangan pernah melarikan diri dari rumah ini lagi Alisha, atau kamu akan
“Sialan! Benar-benar sialan!” Galahan terus membanting barang-barang di ruang kerjanya, di belakangnya sang istri dan juga putrinya melihat itu semua dengan resah.“Pa..”‘prang’Regina menggunakan lengannya untuk melindungi kepala begitu satu vas bunga di lemparkan Galahan kepadanya. Raina yang merasa khawatir mendekat dan membawa putri satu-satunya itu menjauhi Galahan.“Brengsek!”“Orang yang kamu lempar dengan vas bung itu seharusnya Alisha, bukan Regina!” Teriak Raina tidak terima, “Anak sialan itu benar-benar persis seperti ibunya, tidak tau diri!”‘Huk’Raina tersedak begitu merasakan cengkraman Galahan di lehernya, perempuan itu megap-megap. Raina memukul tangan Galahan beberapa kali, meminta untuk di lepaskan.“Jaga mulut kamu Ra, Alisha enggak akan pernah pergi dari rumah ini jika bukan karena kamu.”Cengraman Galaha
“Untungnya memar di wajah kamu enggak terlalu serius, orang ini pasti tidak semarah itu ketika mengayunkan tangan kepada kamu.” Alisha memilih tetap diam dan membiarkan dokter yang di panggil Arjuna melakukan tugasnya.Sebelumnya, Alisha yang memang menjadi lebih pendiam setelah kembali dari pesta perayaan di keluarga Erlang tidak menyadari bahwa Arjuna mengikutinya hingga ke paviliun kanan.“Saya enggak suka mainan yang jelek, karena itu saya harus di sini untuk memastikan kamu mendapatkan perawatan yang semestinya.” Jelas Arjuna kepada Alisha yang terang-terangan ingin mengusir laki-laki tersebut, “Sebastian sedang memanggil Ruben, dia dokter yang akan memeriksa kamu.” Arjuna dengan santai memasuki kamar Alisha dan duduk di sofa di dekat jendela besar, “Saya akan tetap di sini sampai Ruben datang.”Di dalam kamar Alisha, Arjuna bertingkah menyebalkan. Laki-laki itu terus saja mengomentari hasil kerja dokter pilih
“Bangun.”Alisha yang sudah akan terlelap kembali membuka matanya begitu mendengar sentakan bernada kasar dari Arjuna. laki-laki berhidung bangir itu duduk di sisi ranjang dengan wajah masam.“Eng, tuan Arjuna belum kembali ke rumah utama?” Alisha sedikit meringis ketika Ajuna menekan memarnya dengan handuk hangat.“Biar saya sendiri aja tuan.”Arjuna berdecak, laki-laki itu dengan kesal menekan memar Alisha dengan sedikit bertenaga. Hal itu membuat Alisha mengaduh, tapi bukannya merasa iba, Arjuna justru sibuk menggerutu.“Jangan manja!”“Tadi itu sakit. Kalau tuan Arjuna memang enggak bisa, biar saya sendiri aja yang melakukannya.” Alisha menahan tangan Arjuna yang akan kembali menempelkan handuk hangat di memarnya, “Atau saya akan minta bantuan Sebastian aja nanti.”‘plung!’Alisha berjengkit karena Arjuna tiba-tiba saja bangkit dari duduknya
“Tuan menyukainya?”Arjuna memejamkan mata, bibirnya sejak tadi tidak bisa berhenti mendesis. Sedangkan di bawah sana Alisha dengan nakal memutar lidahnya dengan lambat.“Eng, saya.. boleh melakukan ini?”Tubuh Arjuna berkedut begitu Alisha menggunakan giginya dengan main-main, rasa geli yang samar menyeruak bersamaan dengan hasrat yang menggulung. Kepala Arjuna benar-benar dibuat pening karenanya.“Tuan..”‘Sialan! Ini benar-benar nikmat.’ Arjuna membatin, matanya terpejam kian rapat begitu juga kepalanya yang semakin menengadah sedangkan pinggulnya bergerak mengikuti mulut Alisha yang sedang memanjakannya.“Tuan..”Kening Arjuna berkerut, laki-laki itu tiba-tiba saja merasakan sesuatu yang janggal.“Tuan.. anda baik-baik saja?”“A..Alisha?” Arjuna mulai meracau, sosok Alisha tiba-tiba saja menjadi samar di matanya, “Enggak, kamu e
“Semalam saya melihat tuan Arjuna keluar dari kamar anda dengan wajah merah padam, langkah kakinya cepat seperti sedang marah. Eng.. apa anda dan tuan Arjuna bertengkar nona?.” pelayan perempuan yang di tugaskan untuk melayani Alisha bertanya, “Oh, saya bukan bermaskud untuk tidak sopan, hanya saja saya perlu memastikan keadaan anda baik-baik saja setelahnya.”Alisha meringis, perempuan itu bingung sendiri bagaimana cara menjelaskan kejadian semalam. Alisha tidak mengingat apapun selalin rasa kantuk yang teramat sangat hingga akhirnya begitu ia kembali membuka mata, pelayannya sudah berdiri tegak di samping ranjangnya dan bertanya menu sarapan apa yang ingin ia makan hari ini.“Ah itu.. saya..”‘Brak!’Alisha dan sang pelayan sama-sama terkejut, tapi ke duanya tidak bisa melakukan apapun untuk mengur seseorang yang sudah dengan tidak sopan menerobos masuk ke dalam kamar Alisha.“Selamat malam tu
Warung dagangan Alisha tampak ramai, Ruben berdiri sembari berkacak pinggang. Memperhatikan satu persatu pelanggan yang datang.“Mas, ini uangnya.”“Ah, iya. Berapa total belanjaannya, Bu?”“Lima puluh ribu.”Ruben mengabaikan tawa perempuan paruh baya di hadapannya dan fokus menghitung uang kembalian.“Mas, pacarnya Mbak Alisha?”Ruben mengulas senyum dan membiarkan para pelanggan Alisha berpikir sesuka mereka. Bagi Ruben, lebih baik di kenal sebagai kekasih Alisha dibandingkan harus menerima banyak tawaran tidak masuk akal para pelanggan Alisha yang terlihat sangat semangat menjodohkannya dengan salah satu putri mereka.“Ini Mas, tolong kembaliannya.”Ruben memperhatikan lelaki yang terlihat aneh di matanya, pelanggan Alisha yang satu ini mengenakan topi dan juga jaket kulit di tengah hari yang panas.“Mas,” panggil lelaki itu lagi. “Kembalia
Ruben tertawa senang karena berhasil menjahili Alisha, tetapi raut kesenangan di wajah Ruben menghilang begitu melihat wajah Alisha yang benar-benar seputih kapas.”Astaga, ada apa?””Ada apa?!” Alisha mengepalkan tangannya dengan erat, dengan emosi yang tidak lagi dapat perempuan itu tahan, Alisha menghujani Ruben dengan banyak pukulan. ”Aku kira aku akan mati hari ini!””Oh ayolah, jangan berlebihan.” Ruben mengunci leher Alisha dengan lengannya kemudian memaksa perempuan itu berjalan bersamanya. ”Ayo aku antar kamu pulang.”“Enggak perlu! Aku bisa pulang sendiri.””Serius, Al? Kamu merajuk?” Ruben mengikuti Alisha dengan seringai yang menyebalkan, bagi lelaki itu Alisha memang hiburan yang menarik di sela-sela kesibukannya bekerja. ”Kamu merajuk?””Enggak!”“Benar kamu merajuk.” Ruben menganggukkan kepala seolah i
Galahan tidak bisa diam saja, Brama pasti sudah bergerak dan membuat rencana di luar sana. Ia juga harus melakukan hal yang sama, membangun kekuatannya meski dibatasi dinding penjara. Tekadnya membuat lelaki itu dapat beradaptasi dengan kehidupan penjara yang keras, Galahan memiliki kelompoknya sendiri sekarang.“Ini, aku berhasil mendapatkannya.”Galahan menepuk-nepuk kepala pesuruhnya dengan bangga, entah bagaimana Galahan merasa jika beberapa penjaga mengawasinya. Hal itu membuat lelaki itu lebih berhati-hati dalam bergerak dan mau tidak mau memanfaatkan anggota kelompoknya untuk meraih apa yang ia mau.“Ambillah.” Galahan melempar tiga puntung rokok yang langsung menjadi rebutan, lelaki itu tidak peduli. Galahan memilih beranjak ke sudut ruangan dan menekan sebaris nomor pada ponsel yang berhasil bawahannya pinjam. “Ayolah, kenapa mereka sulit sekali mengangkat telepon dari orang asing!” geramnya karena lagi-lagi Ruben men
Brama memperhatikan penampilannya terbarunya dengan perasaan bangga, lelaki paruh baya itu baru saja memangkas rambutnya menjadi lebih rapi. Brama juga bercukur dengan bersih hari ini, ia juga mengenakan setelan rumahan yang nyaman.”Aku benar-benar merindukan kehidupan ini.””Ini memang kehidupan yang seharusnya Pak Brama miliki.” Yuda datang dengan sekantung belanjaan di tangannya. “Bersiaplah, Nona Anggela mungkin sebentar lagi akan tiba.”“Apa tidak masalah jika aku hanya berpakaian seadanya seperti ini?”Yuda memperhatikan pakaian Brama kemudian mengangguk. ”Ini bukan pertemuan bisnis, santai saja.” Lelaki itu kemudian sibuk dengan berbagai macam bahan masakan dan menatanya di atas meja. ”Anda bisa mengambil wine di gudang, Nona Anggela sangat menyukainya.””Oh, tentu. Biar aku ambilkan.”Begitu kembali, Brama melihat sosok Anggela duduk dengan nyaman di
Sebastian menyambut Ruben dengan langkah memburu, kepala pelayan itu memang menghubungi Ruben begitu menemukan Arjuna terkapar di ruang kerjanya di antara belasan botol wine.“Tuan Arjuna ada di kamarnya.”Ruben mengangguk, tanpa kata lelaki itu membuka pintu lebar yang cukup sering ia masuki. Ruben mendengus, melihat Arjuna dengan wajah pucatnya di kelilingi oleh Anggela dan Regina yang hanya mengenakan pakaian tidur tipis dan kekurangan bahan.”Pergi! aku harus memeriksanya,” usir Ruben tanpa takut.”Kami hanya khawatir, Tuan Arjuna tiba-tiba saja menghilang dan di temukan pingsan di ruang kerja. Padahal sebelumnya kami sedang bersenang-senang.” Regina mengusap dada Arjuna dengan pelan. “Aku enggak mau pergi sebelum memastikan Tuan Arjuna baik-baik saja.”Ruben mendengus. “Jangan khawatir, ini hanya masalah usia.”“Ya!” protes Arjuna tidak terima. ”Pergilah, aku
Sebastian berdiri diam, kepala pelayan itu sama sekali tidak dapat melakukan apa pun saat ini. Arjuna sedang gelap mata, lelaki itu sejak tadi tidak bisa berhenti meneguk winenya sembari berkeliling menghampiri para koleganya. Bukan untuk membicarakan pekerjaan, malainkan memamerkan mainan barunya.”Benar-benar luar biasa, Pak Arjuna. Anda bahkan bisa mendapatkan Regina.”Arjuna memberikan senyum kecil, lelaki berperut buncit di hadapannya ini sama sekali tidak menutupi kekagumannya pada Regina yang memang terlihat menawan dengan gaun malamnya.“Anda harus menghubungi saja jika ingin mengirim Regina ke area pelelangan.”Arjuna terlihat berpikir. ”Entah lah, Pak Rudi. Sepertinya kali ini Anda harus menunggu cukup lama karena aku ternyata merasa sangat puas dengan apa yang sanggup Regina berikan kepadaku.” Arjuna mendekatkan wajah ke telinga koleganya yang sudah berusia tujuh puluh tahun lebih. ”Saya takut Anda tida
Brama tidak bisa berhenti tersenyum, lelaki itu senang karena hari yang sudah lama ditunggunya akhirnya tiba. Galahan yang melihat tingkah teman satu selnya mengerutkan kening keheranan, di dalam hatinya Galahan mencoba menebak-nebak apa gerangan yang membuat Brama kelihatan senang. Lelaki tua itu bahkan sedari pagi sudah berdandan, mencukur kumis, janggut dan bahkan merapikan rambutnya.”Kamu pasti akan merindukanku kawan, tetapi jangan khawatir. Aku akan sering datang mengunjungimu, aku juga akan menjenguk Alisha dan melaporkan keadaan anak perempuan kesayanganmu itu.” Brama tertawa keras, lelaki bahkan sampai terbatuk. ”Aku tidak akan melupakanmu kawan, aku berharap kamu juga sama. Ingat aku sebagai mimpi buruk yang akan terus menghantui hidup putrimu.”Galahan tidak tahan lagi, lelaki itu menarik kerah pakaian Brama dengan kasar. ”Tutup mulutmu tua bangka! Aku sedang tidak ingin mendengar mulut besarmu itu berbicara.”&rdq
“Hey ada apa?”Raina mengulas senyum tipis, perempuan itu mengusap rahang kekasih barunya. Seorang mahasiswa yang kekurangan uang, Raina benar-benar menghamburkan sisa-sisa harta kekayaannya untuk bersenang-senang.“Biasalah, anak manja itu sedang berulah.”“Jangan cemberut begitu.”Raina tertawa geli karena kekasihnya menciumi wajahnya bertubi-tubi.“Kita kan mau bersenang-senang.”Raina mengangguk. “Mana barangnya?”Si lelaki menyeringai, ia mengeluarkan bubuk berwarna putih yang dibungkus plastik obat. Raina menunggu kekasihnya menyiapkan segalanya, perempuan itu tetap diam dan pasrah ketika lelaki itu mulai menyuntikan benda terlarang itu ke dalam tubuhnya.Raina merasa tubuhnya melayang, perempuan itu merasa senang sebelum tubuhnya mengejang dan ia menutup mata untuk selamanya.***Regina menatap gundukan tanah basah di hadapannya dengan tatapan data
Arjuna merasa suntuk, belakangan ini lelaki itu lumayan banyak pikiran. Karena itu, hari ini ia merasa membutuhkan sedikit hiburan. Arjuna berjalan menuju lemari wine dan mengambil satu botol anggur langka hadiah dari salah satu kolega yang senang dengan hasil pelelangan terakhir.“Anda terlihat lelah,” Anggela memijat bahu Arjuna dari belakang. “Apa aku perlu menyiapkan air hangat untuk berendam?”Arjuna meremas tangan Anggela di pundaknya, lewat gerak mata lelaki itu meminta perempuan itu untuk duduk di pangkuannya.“Kamu ingin berendam?” Arjuna bertanya lirih.“Jika tuan menginginkannya.”Arjuna berpikir sebentar, kemudian menggeleng. Perasaannya masih kacau, ia sedang tidak ingin melakukan apa pun selain menghabiskan koleksi wine mahalnya di lemari.“Aku mendengar cerita yang menarik selama di rumah pengasingan.”“Oh ya?” Arjuna menyesap wine