Share

#27

Penulis: Sung Rae Ri
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-20 09:05:56

Hari ini bu Aliyah ada janji dengan salah satu ibu dari temannya Dania, meskipun awalnya bu Aliyah merasa sedang tidak ingin bertemu orang lain, tapi akhirnya bu Aliyah memilih tetap menemui ibu teman Dania tersebut.

Sesampai di tempat mereka bertemu, ternyata bu Aliyah datang lebih dulu. Cukup lama bu Aliyah menunggu sampai ibu dari teman Dania tersebut datang. Bu Aliyah terus meminum minumannya sambil melamun ke arah depan kafe. Ketika bu Aliyah sedang melamun itu, terlihat sosok bu Sinta yang sepertinya sedang berteleponan dengan suaminya, karena bu Sinta terlihat sangat bahagia.

Ketika bu Aliyah berniat untuk menyapa bu Sinta, bu Aliyah mengurungkan niatnya itu karena ternyata ibu dari teman Dania sudah tiba. Dan begitu bu Aliyah menoleh kembali ke arah tempat bu Sinta tadi, bu Aliyah sudah tidak bisa melihat sosok bu Sinta disana.

“Maaf ya Bu, saya telat.” Ucapan yang dilontarkan oleh ibu teman Dania itu

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Four Moons   #28

    Hari ini bu Aliyah dengan sengaja mengajak jalan rekan-rekan sanggarnya karena ada sesuatu hal yang perlu beliau tanyakan kepada mereka. Tak seperti biasanya, bu Aliyah kali ini berdandan secantik mungkin untuk bertemu mereka. Entah kenapa bu Aliyah merasa harus mengubah perilakunya yang selama ini tidak terlalu mementingkan penampilannya.Bu Aliyah memilih untuk mengendarai mobilnya sendiri dan tidak diantar sopirnya seperti biasa. Ketika sudah sampai di tempat tujuan, bu Aliyah bisa melihat sosok bu Sinta sudah ada disana, dengan penampilannya yang sangat cantik dan seperti anak muda. Bu Aliyah pun segera menghampiri bu Sinta.“Yang lain belum datang Bu?” tanya bu Aliyah kepada bu Sinta yang sedang meletakkan ponselnya ke tas jinjingnya.Bu Sinta menoleh dan mengangguk. “Iya Bu, saya tadi sudah hubungi bu Tia katanya sudah mau sampai,” ucap bu Sinta.Setelah itu terjadi kehe

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-03
  • Four Moons   #29

    “Apa kamu membutuhkan bantuanku untuk membawa Zahra kembali ke pelukanmu?” tanya pak Rio sembari memeluk tubuh bu Sinta yang sedang menangis karena terlalu merindukan buah hatinya.Bu Sinta menengadahkan wajahnya untuk menatap kedua mata pak Rio yang juga sedang menatap bu Sinta dengan tatapannya yang penuh dengan kelembutan dan kasih sayang.Tidak lama kemudian, bu Sinta menggelengkan kepalanya untuk menolak usulan pak Rio. “Aku akan berusaha sendiri sebisa mungkin.” Nada suara bu Sinta terdengar sedikit tidak yakin, meski di sela-selanya ada keyakinan yang lebih memenuhinya.“Kalau kamu membutuhkan bantuanku, aku akan membantumu segenap mungkin. Aku akan mencari cara supaya kamu bisa mendapatkan kebahagianmu lagi yang sudah hilang selama ini,” raut wajah dan intonasi pak Rio penuh dengan keseriusan.Bu Sinta semakin mempererat pelukannya. “Jika sekiranya ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-04
  • Four Moons   #30

    Sanggar terlihat lebih sepi dari biasanya, bu Sinta awalnya mencurigai tentang hal tersebut, tetapi karena ternyata pada saat beliau masuk, Sanggar tidak terlihat sesepi yang ada di pikirannya, jadi bu Sinta mengabaikan pikiran sebelumnya.“Bu,” sapa bu Sinta kepada bu Aliyah, bu Niken, dan bu Tia yang sudah sampai duluan.Mereka bertiga balik menyapa bu Sinta dengan senyuman.“Ini sudah sampai mana kelasnya, maaf saya tadi ada keperluan jadi telat,” bu Sinta menunjukkan sikap perasaan bersalahnya dengan tulus.“Masih baru kok Bu, bu Yanti juga baru sampai,” jawab bu Tia. Bu Yanti adalah guru merajut di Sanggar Seni Kenangan.Mendengar jawaban dari bu Tia, bu Sinta bernapas lega, dan akhirnya beliau langsung duduk di samping bu Aliyah yang lagi fokus merajut kain di depannya. Karena bu Sinta tidak ingin mengganggu aktivitas rekan-rekannya itu,

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-14
  • Four Moons   #31 Api yang Mulai Membara

    “Masuklah,” intonasi bu Sinta sangatlah tegas, sehingga membuat Hani mau tidak mau menuruti perintah dari wanita yang ada di depannya itu.Sekarang mereka berdua sudah berada di dalam mobil bu Sinta, tetapi masih belum ada yang melontarkan sepatah kata pun di antara mereka. Baik bu Sinta maupun Hani merasa bingung harus memulainya dari mana.“Ada apa Bu?” akhirnya Hani terlebih dahulu yang mengucapkan pertanyaannya. Hani berlagak tidak tahu tentang situasi yang sedang terjadi saat ini.“Saya langsung to-the-point saja, apa saja yang sudah kamu ketahui tentang saya?” bu Sinta menoleh ke arah Hani dan menatapnya dengan tajam.Hani terlihat tidak takut sedikitpun meskipun mendapat tatapan tajam seperti itu dari bu Sinta. “Apa bu Sinta kira kalau bertemu suami orang di hotel saja tidak akan ketahuan oleh orang lain?” tanya Hani tanpa memperlihatkan ketakuta

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-21
  • Four Moons   #32

    Bu Sinta sudah terlalu bingung untuk memikirkan banyak hal yang memang harus dipikirkan oleh beliau. Mulai dari kendala bertemunya beliau dengan Zahra, permasalahan rumah tangganya yang sampai sekarang masih tidak ada ujungnya, belum lagi bu Sinta mendapat permasalahan baru yang datang dari Hani.Bu Sinta sempat berpikir supaya hubungannya dengan pak Rio tetap terjaga sampai akhir, beliau berniat memberi semua hal yang Hani inginkan supaya dia mau tutup mulut.Namun, setelah bu Sinta pikir-pikir lagi, beliau takut setelah dirinya memberikan apa yang diinginkannya tersebut kepada Hani, maka Hani akan ketagihan sehingga bu Sinta harus selalu siap untuk menghadapi dan menurutinya.Saat ini bu Sinta benar-benar membutuhkan sosok pak Rio di sampingnya. Bu Sinta ingin mengeluarkan segala keluh kesahnya dan meminta saran dari lelaki yang saat ini sangat dicintainya itu.Pada saat bu Sinta ingin berteriak sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-28
  • Four Moons   #33

    Hari ini dengan sengaja bu Niken menghabiskan hari liburnya bersama pak Surya. Semenjak kejadian kecelakaan yang dialami pak Surya, hubungan antara bu Niken dengan suaminya itu justru semakin dekat. Memang sejak dulu mereka berdua hanya tidak punya waktu yang tepat saja untuk saling terbuka satu sama lain. Apalagi setelah kejadian bu Niken keguguran dan disalahkan oleh pihak keluarga pak Surya yang mengatakan bahwa kejadian tersebut terjadi karena bu Niken tidak mau mengambil cuti ketika sedang hamil.Namun, meskipun pihak keluarga pak Surya hampir semuanya menyalahkan bu Niken atas kejadian tersebut, pak Surya tidak pernah sekalipun mengucapkan tentang hal itu di depan bu Niken. Justru pak Surya berusaha menjadi pihak penengah yang baik, supaya hubungan antara kedua belah pihak ini bisa kembali akur seperti dulu lagi.Ya, hubungan antara bu Niken dan pak Surya berawal dari perjodohan yang dilakukan oleh kakak Pak Surya dengan adik bu Niken.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-01
  • Four Moons   #34

    Bu Sinta menyerahkan amplop yang berisi uang, dan amplop tersebut terlihat cukup tebal. Begitu melihat amplop yang diserahkan bu Sinta itu, Hani langsung tersenyum penuh arti dan langsung memasukkan barang berharga itu ke tas yang dijinjingnya.Di lain sisi, bu Sinta tidak berhenti melihat ke luar mobilnya, karena beliau merasa tidak yakin setelah tadi bertemu bu Niken di tempat yang tidak diduganya. Karena hal itu, bu Sinta jadi cemas akan ketahuan oleh rekan lainnya.“Apa bu Sinta sudah terlanjur mencintai pak Rio?” intonasi dan raut wajah Hani benar-benar menunjukkan sikap yang meremehkan bu Sinta. Namun, karena pikiran bu Sinta saat ini lagi tidak fokus, jadi beliau tidak terlalu memikirkan sikap yang diberikan Hani tersebut.“Kamu sudah saya kasih uang itu, jadi kamu harus menepati janjimu.” Ucap bu Sinta dengan sangat tegas meski tatapan matanya masih terlihat tidak fokus. “Kalau sampa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-07
  • Four Moons   #35

    Bu Aliyah pulang ke rumah bersama anak-anaknya dengan langkah yang lelah meski raut wajahnya berusaha menutupi kelelahan itu secara apik. Hari ini, bu Aliyah akhirnya menepati janjinya dengan anak-anaknya untuk bermain ke studio main khusus anak-anak. Sebenarnya, sudah sejak beberapa hari yang lalu bu Aliyah dan pak Rio berjanji mengajak anak-anaknya untuk ke tempat ini bersama. Namun, setiap hari janji itu dibatalkan oleh pak Rio, dengan alasan ada kerjaan yang tidak bisa ditinggal.Akhirnya, karena bu Aliyah merasa kasian dengan anak-anaknya, beliau pun mengajak ketiga anaknya itu untuk ke tempat impiannya tidak bersama dengan pak Rio. Awalnya Dania bertanya tentang alasan mereka kesana tanpa ayahnya, tapi untungnya bu Aliyah bisa beralasan dengan masuk akal, karena beliau berkata bahwa ayahnya sedang ada kerja yang akan membuat ayahnya itu bisa menjadi orang yang hebat. Mendengar kalimat itu, tentu Dania merasa bangga telah memiliki sosok ayah yang hebat di p

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-10

Bab terbaru

  • Four Moons   #49

    Setelah sekian lama tidak pernah berkumpul di Sanggar Seni Kenangan, akhirnya bu Sinta, bu Aliyah, bu Niken, dan bu Tia kembali berkumpul di tempat yang sangat berarti bagi mereka itu. Bu Sinta datang terlebih dulu dan menunggu kedatangan teman-temannya itu sambil bermain HP.“Bagaimana Bu? Rencana bu Sinta sudah berjalan dengan sesuai?” tiba-tiba muncul sosok Hani di samping bu Sinta.Bu Sinta menoleh ke arah Hani sejenak, lalu beliau kembali fokus pada ponselnya dan mengabaikan kehadiran Hani di sampingnya itu. Meskipun tidak dianggap oleh bu Sinta, tapi Hani tidak menyerah, dia terus mengucapkan semua yang ada di pikirannya tanpa menyaring apakah ucapannya tersebut ada yang menyinggung.Semua ucapan yang diutarakan Hani tidak digubris sedikit pun oleh bu Sinta, sehingga Hani sempat berniat untuk menyerah. Namun, ketika Hani mengucapkan kalimat terakhirnya, bu Sinta langsung menoleh dan menatap Hani dengan tajam.“Apa maksudmu?” ucap bu Sinta dengan panik dan dingin.“Bu Sinta belum

  • Four Moons   #48

    Malam ini bu Tia berniat memberikan kejutan kepada suami tercintanya, karena pak Andrian telah berhasil menandatangani kontrak penting bersama dengan perusahaan luar negeri. Tadi pagi bu Tia berkata kepada pak Andrian untuk langsung pergi ke Hotel Saviya sepulangnya dari kerja, dan pak Andrian mengiyakan permintaan bu Tia tersebut tanpa banyak bertanya.“Malam ini Bita tidur sama Bibi Arum dulu ya, mama sama papa lagi ada urusan.” Bu Tia mengatakan kalimat tersebut dengan selembut mungkin.“Kenapa? Mama sama papa mau meninggalkanku?” tanya Bita dengan raut wajah yang sangat polos.Bu Tia cukup terkejut mendengar ucapan polos dari anaknya itu, sehingga beliau sempat bingung untuk menjawabnya. Namun, tidak lama kemudian bu Tia akhirnya bisa menjawab perkataan anaknya itu. “Mama sama papa tidak akan bisa meninggalkan Bita. Bita sudah jadi jiwa mama sama papa, jadi kalau tidak ada Bita, mama sama papa tidak akan bisa hidup.” Bu Tia mengucapkannya sambil menatap langsung ke kedua mata cant

  • Four Moons   #47

    Malam dari pertemuan yang sangat menegangkan itu, pak Rio mencoba menghubungi bu Sinta. Namun, bu Sinta secara tidak sengaja tidak mengangkat telepon dari pria yang sedang dicintainya itu. Tentu hal ini membuat perasaan pak Rio gelisah.“Tadi ponselmu bunyi, kurasa ada yang meneleponmu.” Tanpa menyadari bahwa sosok yang tadi menelepon istrinya adalah pak Rio, pak Helmi memberitahu bu Sinta akan hal itu.Tanpa menjawab ucapan pak Helmi, bu Sinta langsung melihat siapa sosok yang sudah meneleponnya itu. Dan begitu beliau melihat nama pak Rio yang disamarkan menjadi “Bu Aliyah New” di layar ponselnya, bu Sinta langsung mengambil ponselnya dan pergi keluar kamarnya.Bu Sinta mencoba menelepon kembali nomor pak Rio, tapi pak Rio cukup lama mengangkatnya. Meski begitu, bu Sinta dengan sabar menunggu. Sampai akhirnya, pak Rio mengangkat telepon dari bu Sinta tersebut.“Halo,” ucap pak Rio di seberang sana. Sesudah pak Rio mengucapkan kata itu, sempat terdengar suara anak-anak kecil yang seda

  • Four Moons   #46 Cinta yang Salah

    Bu Sinta, bu Aliyah, pak Helmi, dan pak Rio saling duduk berhadapan menunggu pesanan datang. Tersirat raut wajah yang tegang dari bu Sinta, dan pak Rio pun tidak tahu harus berbuat seperti apa. Tadinya, pak Rio sudah mengajak istrinya untuk pergi ke restoran lain dengan alasan yang tidak masuk akal, dan tentu saja alasan itu langsung ditolak oleh bu Aliyah, sehingga sekarang mereka berempat bersama di posisi yang sama.“Baru kali ini saya melihat kalian berdua sama-sama lagi setelah liburan dulu,” bu Aliyah memecah keheningan di antara mereka.Pak Helmi tersenyum, lalu beliau berkata, “Iya Bu, dulu saya tidak punya waktu untuk keluarga, tapi setelah saya pikir-pikir ternyata keluarga adalah harta yang paling berharga dalam kehidupan saya.” Jawab pak Helmi.Di sela-sela mereka berdua berbicara, bu Sinta dan pak Rio hanya bisa saling mencuri-curi pandang sampai tiba salah satu pesanan yang datang ke meja mereka. Setelah pelayan yang mengantar pesanan tersebut sudah kembali pergi, bu Ali

  • Four Moons   #45

    Malam harinya, bu Sinta dan pak Helmi sudah berpakaian rapi, sedangkan Zahra sudah siap untuk main ke rumah Ibrahim, teman barunya yang baru saja pindah ke sebelah rumah. Beberapa hari yang lalu, Zahra bercerita bahwa dirinya mendapatkan teman baru yang tampan, dan dia ingin menikah dengannya ketika sudah besar nanti. Tentu mendengar ucapan polos dari putri semata wayangnya itu, membuat bu Sinta tertawa geli, bagaimana bisa putrinya yang masih sangat kecil itu memikirkan tentang kehidupan pernikahan? Begitu batin bu Sinta.Setelah menitipkan Zahra ke rumah Ibrahim, bu Sinta dan pak Helmi mulai berangkat. Sampai saat ini, bu Sinta masih belum tahu hendak diajak kemana oleh lelaki yang masih berstatus sebagai suami itu.“Kita mau kemana?” tanya bu Sinta kemudian.Sambil kedua tangannya masih memegang setir mobil, pak Helmi menoleh ke arah bu Sinta. “Sebenarnya aku juga masih belum tahu mau mengajakmu kema

  • Four Moons   #44

    Hari demi hari terus berjalan dengan semestinya, dan bu Sinta sudah lama tidak ikut kelas di Sanggar Seni Kenangan, karena beliau harus kembali ke rumahnya untuk merawat Zahra sampai kondisinya benar-benar sudah pulih. Selama bu Sinta pulang ke rumahnya yang dulu, rumah pak Helmi, suaminya itu tidak pernah berhenti bersikap baik kepada bu Sinta. Tentu perubahan sikap pak Helmi ini membuaf bu Sinta bingung, malas, dan enggan untuk menanggapinya. “Hari ini kamu ada keperluan ke luarkah?” tanya pak Helmi ketika sedang makan bersama dengan bu Sinta dan Zahra di ruang makan. Bu Sinta yang sedang menyuapi putri semata wayangnya itu, menoleh ke arah pak Helmi, lalu beliau bertanya, “Memangnya kenapa?” tanya bu Sinta. Pak Helmi menggelengkan kepalanya dan berkata, “Aku hanya ingin mengajakmu ke suatu tempat, aku lupa mengabarimu sebelumnya,” sikap yang tidak pernah diberikan pak Helmi selama masa menikah dengan bu Sinta in

  • Four Moons   #43

    “Halo,” bu Sinta mengangkat telepon tersebut dengan suaranya yang terdengar lirih, beliau masih terbawa perasaan ucapan suaminya tadi dan beliau juga masih tidak tahu bagaimana bisa suaminya itu tahu tentang hubungannya dengan pak Rio. “Tidak ada masalah kan? Kamu dimana?” suara pak Rio terdengar penuh kekhawatiran yang menggebu-gebu. “Aku di rumah sakit,” jawab bu Sinta dengan singkat, dan masih dengan suaranya yang lirih. “Ada apa? Dia memukulmu? Apa aku kesana sekarang?” suara pak Rio semakin menggebu-gebu, beliau benar-benar merasa khawatir pak Helmi berani main tangan dengan wanita yang sedang dicintainya itu. “Bukan, Zahra sakit, makanya tadi dia menjemputku langsung,” bu Sinta sempat terdengar seperti ragu untuk melanjutkan omongannya lagi, dan pak Rio menyadari akan hal itu, sehingga beliau dengan sengaja memberikan waktu kepada bu Sinta untuk mengolah pikirannya terlebih dahulu denga

  • Four Moons   #42

    Bu Sinta tak melepaskan pelukannya sedikitpun dari tubuh anak semata wayangnya. Begitu bu Sinta masuk ke rumah mertua, bu Sinta melihat sosok Zahra yang tertidur dengan tubuh yang lemas dan wajah yang pucat. Jujur, ketika melihat sosok Zahra terlihat kesakitan seperti itu, membuat bu Sinta marah kepada dirinya sendiri, karena sudah membiarkan anaknya itu jauh dari pelukannya.“Kita langsung ke rumah apa rumah sakit?” tanya pak Helmi dengan jujur. Pak Helmi memang tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Ketika Zahra sakit pun, beliau hanya bisa meminta tolong ibunya untuk merawat anak kesayangannya itu.“Apa kamu masih tanya meski sudah melihat kondisi Zahra yang seperti ini?” tanya bu Sinta dengan ketus.Tak seperti biasanya, pak Helmi sedikit takut dengan respon bu Sinta yang terlihat sangat marah itu. Sehingga, pak Helmi tidak mengatakan sepatah katapun dan langsung mengemudikan mobilny

  • Four Moons   #41 Jalan Kehidupan yang Saling Berbeda

    Bu Tia dan bu Niken memilih untuk mengunjungi kafe sejenak, sepulangnya dari Sanggar Seni Kenangan. Sejujurnya, bu Tialah yang mengajak bu Niken untuk pergi sejenak ke kafe seperti ini, karena mereka ingin membahas tentang permasalahan bu Sinta dan bu Aliyah. Bu Tia merasa ada yang aneh, meski beliau tidak tahu apa sebenarnya yang membuat aneh itu.Bu Tia dan bu Niken sudah duduk dengan saling berhadapan, dan sekarang mereka sedang menunggu minuman yang mereka pesan datang. “Ibu juga merasa ada yang aneh nggak?” tanya bu Tia tak lama dari setelah mereka duduk.Bu Niken sempat menaikkan kedua alisnya sejenak, lalu beliau berkata, “Masalah bu Sinta dan bu Aliyah?” tanya bu Niken.Bu Tia tidak menjawabnya dengan kata-kata, tapi beliau menjawabnya dengan anggukan kepala.“Saya merasa biasa saja, kalo berumah tangga memang seperti itu, pasti ada aja masalah yang bisa membuat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status