Pertengahan Februari, 2022.
Apakah Arya pernah bilang kalau ia akan berhenti mencintai Fira?
Tidak.
Rasa-rasanya, ia seperti seorang pecundang yang memilih menatap dari kejauhan kala wajah itu---setelah sekian waktu terlewat, sekian ribu jam yang masih terus dihitungi---akhirnya tersenyum bahagia, haru, kuning, penuh semangat. Senyum yang dulu sekali membuatnya jatuh. Dan sayangnya, selalu bisa membuat laki-laki itu jatuh berkali-kali, bahkan juga untuk hari ini.
Sebenarnya kata pecundang tak terlalu cocok untuknya, ia bajingan. Setiap langkahnya adalah kebodohan, tiap tatapnya malah menghancurkan. Satu-satunya yang paling Arya inginkan adalah mendekap erat kekasihnya hingga tak ada jalan lain termasuk melepaskan. Namun, jalan pikirannya malah melakukan hal sebaliknya, lelaki itu mematahkan hati yang lama ditinggal sendirian.
Bukan keramaian, apalagi keriuhan yang
Akhir Februari, 2021.Pagi memang tidak lagi dini, tetapi mentari juga tidak terlalu tinggi. Angin tak juga mengamuk hari ini, pun mega tidak punya tanda hendak menggabungkan diri. Namun, di ujung koridor, hampir dekat dengan Fakultas Teknik, keramaian tak biasa memantik diri untuk mendekati.April dan Fira datang ke kampus seperti biasa. Bagian yang sedikit berbeda hanyalah pada para mahasiswa yang mulai memerhatikan Fira sejak pameran pakaian saban hari. Memberi selamat, berbasa-basi soal gaunnya di pameran kemarin, atau minta dibuatkan gaun yang desainnya sebelas duabelas. Seharusnya itu adalah hal yang normal. Fira harus mulai terbiasa untuk menjadi pusat perhatian mulai dari sekarang.Akan tetapi, bukan itu satu-satunya hal yang akan menjadi kejutan di hari yang terlampau cerah itu. Ada yang salah dengan setiap akhir bulan.Kedua gadis itu kalang kabut, menderapkan langkah se
Akhir Februari, 2022.Ada banyak tanya yang terlalu sulit diucap. Begitu bertumpuknya harap-harap yang belum sempat dicecap. Lantas, ada beberapa kisah yang harus mencicip indahnya cinta lebih dulu agar dapat menjadi genap dan lengkap.Pun begitu untuk kisah ini. Kisah Arya dan Fira yang ternyata belum juga usai meski bandara telah ternoda jejak-jejak langkah kepergian bersama mata yang menganak sungai.Bel di atas pintu kaca itu berdenting dua kali. Ukiran kayu mengilap di setiap pinggirannya disentuh sebentar sebelum akhirnya pintu kaca benar-benar tertutup lagi. Tempatnya hampir mendekati tenang, barangkali akibat pelanggan yang tidak terlalu banyak mengunjungi.Dua kursi kayu dengan sandaran berukiran rumit ditarik menjauhi meja. Dedaunan jingga kekuningan dari pohon bintaro tertiup angin, dibawa bergoyang tanpa arah sebentar sebelum akhirnya rebah bersamaan di atas rerumputan
Awal Juli, 2018.Seperti apa rasanya cinta pada pandangan pertama sekaligus menemukan cinta pertama?Setiap orang barangkali punya perasaan berbeda. Namun untuk Arya sendiri, ia merasa bisa menghirup aroma melati bersamaan dengan merasakan ujung-ujung jemarinya menyentuh kelopak kamboja merah muda. Serupa dengan pohonnya di sebelah perpustakaan sekolah atau setiap sudut rooftop rumahnya.Matahari merangkak naik, makin tinggi. Suhu berubah gerah. Angin yang bersemilir malah menambah lebih banyak peluh di sekitar wajah. MPLS sudah berlangsung sejak pagi dan di bawah pohon-pohon ketapang yang menimbun, anak-anak kelas sepuluh diberi waktu untuk beristirahat sebelum nanti melanjutkan kegiatan.Arya duduk sedikit jauh dari kerumunan, sendirian. Bertumpu pada daun-daun ketapang yang sudah jingga kemerahan dan disusun di atas tanah yang hampir gersang dan retak-retak. Manik gela
Ada yang ingin agar siang tak lekas kelabu,ada pula yang ingin agar malam tak lekas berlalu. Adapun aku, hanya ingin dirimu,mematri senyum di sisiku, menatap hamparan gejolak bintangtanpa sempat berpikir tentangpunggung yang saling beradu.***Pertengahan Desember, 2018."Zhafira ...." Jeda pendek akibat napas yang diembus singkat ternoda siulan angin yang lirih. "Kamu tau, apa yang lebih indah dari taburan bintang ketika kita duduk bersama di lapangan? Atau barangkali bulan separuh yang bersinar di atas kepala kita? Mengapa kamboja dan melati yang juga sama indah ternyata tidak dapat menyaingi satu k
Awal Maret, 2022."Aku cemburu, Ra."Zhafira bahkan sampai lupa sudah berapa lama sejak terakhir kali sepenggal ucap yang terdengar sedikit memelas itu mengambang di udara. Sinar di manik serupa dasar danau itu sedikit meredup, seolah sedang merepresentasikan kalau dirinya tidak rela harus melepaskan.Salah Arya juga, siapa yang suruh meninggalkan Fira? Sekarang kalau Fira lebih sering menghabiskan waktu dengan Randi dibanding dengannya, Arya juga tidak berhak untuk melarang. Toh, mereka juga sudah saling menyandang status mantan kekasih.Mobil terus melaju, membelah jalanan di sore yang tidak terlalu padat. Randi mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, membuat gadis itu bisa melihat keadaan di sepanjang perjalanan menuju butik Mozzafiato milik ibunya Randi yang akan menjadi tempat bekerjanya mulai dari sekarang. Langit bertahan cerah sepanjang hari, sedangkan awan berseraka
Agustus 2021 - Februari 2022."Tuan Anthony itu investor terbesar di perusahaan kita. Tapi, dia juga punya perusahaan besar di London. Jaga attittude kamu depan dia dan anaknya. Sebentar aja kamu sabar dan jadi anak baik, kamu bakal dapet bagian besar di perusahaan mereka. Dan setelahnya, Papa bakal janji bakal ngebiarin kamu ngelakukan apa pun."Bait-bait itu dibiarkan diputar terus-menerus di dalam kepala, serupa dengan denging pelantang suara yang menyakiti telinga. Kala itu, Arya tidak mengeluarkan sepatah kata. Membiarkan dirinya larut perlahan dalam perintah yang nyatanya memang tidak bisa dibantah sedikit saja.Apa yang bisa laki-laki muda itu lakukan? Ia hanya belajar menjadi anak yang baik. Menaati semua perintah ayahnya meskipun ia sendiri tidak terima, begitu, kan? Begitu macam-macam ucap sudah tersusun di kepala, bersiap dikeluarkan ketika berada di pangkal tenggorokan, ayahny
Awal Maret, 2022.Langkah-langkah diayun terlalu kuat, jejak-jejak di atas tanah mengudarakan debu lantas ikut dibawa pergi bersama angin yang bertiup riuh dan terlalu cepat. Ada apa dengan langitnya? Ke mana hilang cahaya mentarinya? Baik untuk wajah maupun nabastala, seharusnya tidak ada yang perlu menangis sekarang juga.Zhafira masih tidak mengerti. Ia tidak mendengar retakan di hati, tetapi nyeri terus-menerus menggerogoti. Kaki-kakinya ingin terus berlari, ke mana saja asal pergi jauh sekali. Ke mana saja, asal menghindar dari wajah yang dulu melanglang sekarang telah kembali. Fira hanya ... masih belum menyiapkan diri untuk ini.Gerumuhnya adalah pertanda tangis akan segera luruh, jatuh. Lantas ketika kilat di angkasa tampak mengakar menemui bentala, gerimis luntur, setitik air merosot pula dari mata. Fira berdiri di bawah sebuah pohon bintaro yang tumbuh di tepi trotoar. Kakinya lelah, tet
Awal Maret, 2022.Nugroho, umurnya empatpuluh tiga ketika ia baru saja diberhentikan menjadi karyawan sebuah pabrik pembuatan mesin fotokopi. Alasannya karena penjualan sedang menurun dan mereka harus mengeluarkan beberapa pekerja, pria itu salah satunya.Ia sempat frustrasi untuk beberapa waktu. Hampir dua bulan pria itu duduk di rumah dan membiarkan sang istri yang bekerja di sebuah ekspedisi pengiriman barang. Rasanya, ada bagian dari dirinya yang merasa direndahkan. Kodratnya adalah laki-laki yang mencari nafkah, dan perempuan yang mengurus rumah. Bukan sebaliknya seperti ini.Jadi ketika temannya dari luar kota menelepon kalau ada perusahaan yang sedang mencari pekerja, Nugroho tanpa pikir panjang mengayunkan langkah dengan ringan begitu saja. Dengan bangga, dengan bahagia, dengan harap pula ketika nanti sekembalinya, ada kabar baik yang bisa diterima keluarga kecilnya. Fira, anak dan putri s