Alea mencoba menikmati pertandingan di depannya. Suara para gadis mendominasi dan terdengar sangat memekakkan telinga.
Sepertinya Nathan menyadari kehadiran Alea di tempat itu. Dia sempat melambaikan tangan sebentar ke Alea yang duduk di pinggir lapangan. Alea mulai ikut bersorak saat melihat tim dari sekolahnya mendapatkan point.
"Lea, keren mana antara Nathan ato Keanu saat di lapangan?" tanya Marcho yang sudah duduk di sebelah Alea.
"Keren semua kalo kalian menang. Kalo ga menang, kalian cuma modal tampang doank bearti," jawab Alea sambil tersenyum.
"Sialan lu. Tuh liat skor kami ga akan terkejar. Nathan benar-benar menggila kayanya pas tau lu di sini. Dia udah nyetak 10 point loh."
"Bisa aja kamu. Lagi hoki kali dia."
Peluit panjang berbunyi, tanda waktu istirahat. Para pemain segera ke tepi lapangan untuk istirahat sebentar.
"Hai Lea, kamu di sini juga?" sapa Keanu.
"Iya, aku sekolah luar di sini. Permainan kamu bagus Kean,"
Nathan mengantar Alea sampai di depan rumah. Alea masuk ke dalam rumah dan mengambil laptopnya. Nathan pun menyerahkan laptop miliknya ke Alea."Jangan belajar terlalu malam ya. Besok aku jemput.""Ga usah di jemput, aku langsung ke kampus besok. Aku 4 hari ini langsung sekolah di sana.""Ok, kalo gitu tiap hari turun ya kamu ke lapangan. Selama seminggu aku akan sering di sana, lagi babak penyisihan soalnya. Biasa pengen liat standar kekuatan lawan.""Hmm aku baru bisa keluar jam 12 dari ruang belajar.""Ga papa. pokoknya kamu cari aja aku di sana. Kalo aku ga ada kamu balik aja. Aku ga mau kamu di godain orang."Setelah berbincang sejenak, Alea berpamitan untuk segera beristirahat. Nathan mengangguk dan mengusap puncak kepala Alea mesra. Alea sangat nyaman saat ini.Alea pun masuk ke dalam rumah. Dia dalam sudah ada Cleo yang menantinya."Oh jadi lu sekarang berani godain Nathan? Ga tau lu Nathan punya siapa?" kata Cleo sok tahu.
Nathan melajukan mobilnya sedikit cepat, karena dia harus mengejar jam pertunjukan. Alea harus pulang dulu untuk berganti pakaian dan mandi. Alea hanya di beri waktu untuk bersiap selama 30 menit oleh Nathan.Tapi karena Alea memang tidak bisa berdandan, Alea hanya butuh waktu 15 menit aja untuk mandi dan ganti baju. Alea tidak biasa memoles wajahnya dengan make up. Baginya memakai bedak dan lip gloss aja itu sudah bagus."Lama ya?" kata Alea saat masuk ke dalam mobil Nathan lagi."Ga, kamu cwe paling cepet yang aku tunggu. Biasanya aku harus nunggu paling ga 1 jam baru beres dandan cwenya," kata Nathan sambil menjalankan mobilnya.Entah kenapa tiba-tiba Alea jadi minder dengan apa yang dikatakan Nathan barusan. Pasti cwe-cwe yang biasa di jemput Nathan jauh lebih cantik dari dirinya. Alea diam dan memainkan kuku jarinya."Than, boleh minta sesuatu ga?" tanya Alea pelan."Minta apa, sayank?""Hmmm kamu bisa ga tetep baik gini ama aku s
Hari ini adalah hari terakhir Alea bimbingan bersama Profesor Johan. Bekal yang di terima Alea dari profesor sudah cukup banyak.Menurut jadwal, Alea hari ini akan di tes oleh staf pengajar yang pernah menjadi juri di Olimpiade Kimia. Alea sangat antusias dan sekaligus takut. Dia sedikit tidak percaya diri pagi ini."Ibu mau pergi hari ini?" tanya Alea saat melihat barang ibunya banyak yang sudah di letakkan di ruang tamu."Ini semua salah lu, Lea. Awas lu ya. Gw ga akan diem aja," Cleo mengancam Alea."Emang aku kenapa? Kan aku ga ngapa-ngapain. Kalian sendiri yang bikin salah kok. Aku pergi dulu. Jangan lupa ntar kunci pintunya." kata Alea sambil berangkat ke sekolah.Alea sedikit merasa tidak enak pada ibu dan saudara tirinya. Bagaimana pun juga, mereka sudah lama hidup bersama. Tapi Alea tidak akan senekat ini kalau mereka tidak menyiksa Alea.Alea berjalan perlahan menuju pintu gerbang perumahannya. Dia biasanya menunggu bis di depan pe
"Posisi kamu emang selalu di depan gitu ya?" tanya Alea saat dirinya dan Nathan sudah berada di parkiran sambil sekedar menghilangkan keringat dulu.Alea duduk di dalam mobil sedangkan Nathan berdiri di luar sambil menghilangkan keringatnya. Alea memainkan tangan Nathan yang terjuntai di hadapannya, bahkan sesekali dia menyandarkan kepalanya di perut Nathan, saat Nathan di goda teman-teman dan coachnya."Iya, keahlian aku ada di sana. Semua pemain punya keahlian masing-masing. Jadi ga sembarangan posisi bisa di tempati seenaknya," jawab Nathan."Sama kaya aku ya, specialis kimia.""Nah iya bener, kaya gitu contohnya. Kalo di basket posisiku namanya Point guard.""Point guard? Penjaga point?""Jangan di translet gitu donk.""Trus gimana?""Point guard itu biasa disebut pemain nomer 1. Dia orang yang selalu jadi sorotan dan merupakan playmaker tim," kata Nathan sedikit menjelaskan."Hmm kamu banget ya. Selalu jadi sorotan cwe
Alea sedang membersihkan rumahnya pagi ini. Dia ingin mencicil membersihkan sisa barang yang sudah ditinggalkan ibunya.Alea senang meskipun di rumah sendirian tapi dia bisa bebas mau ngapain aja. Tidak ada suara cerewet dan protes lagi. Alea benar-benar ingin menikmati hidupnya saat ini.TriingPonsel Alea berteriak dari kamar saat dia sedang mengepel lantai. Dia melihat ada nama Pak Regan di layar ponselnya."Pagi Pak," sapa Alea."Pagi, Lea hari ini jadwal bimbingan belajar luarmu selesai ya?" tanya Pak Regan."Iya pak.""Lea, nanti tolong kamu belajar bareng anak club ya. Kasian mereka masih keteteran. Nanti saya gabung di sana kok.""Oh iya pak. Pas kelas belajar mandiri ya Pak?""Iya. Bantuin ya Lea. Kan sekalian kamu pemanasan terus.""Siap pak. Udah kebakar ini, bukan pemanasan lagi," jawab Alea sambil terkekeh.Alea segera menyelesaikan pekerjaannya dan bersiap ke sekolah. Alea mengunci semua pintu dan
"Aaaaaa!!!" teriak Alea saat pumps shoes mahal Clarissa menginjak jari-jari Alea.Clarissa sengaja sedikit memutar heels pumps shoesnya di atas jari Alea."Gw benci tangan lu yang berani mainin tangan Nathan.Tangan murahan dan kotor lu, ga pentes memegang tangan Nathan!!" kata Clarissa dengan kebencian yang sudah sangat memuncak.Alea menangis makin tersedu menahan sakit di tangannya."Ampun Clarissa. Aku masih butuh tangan ku. Lepas Clarissa," Alea memohon ke Clarissa."Apa? Gw ga denger. Bisa ulangi lagi?""Aaaa!!!! Ampun Clarissa. Tangan ku. Lepasin tangan ku!!" teriak Alea menahan tekanan di atas tangannya."Kalo lu masih deket ama Nathan lagi. Ini akan bisa lebih parah lagi. Ngerti lu!!"Clarissa dan kelompoknya meninggalkan Alea sendirian menangis di sana. Shiren memposting foto Alea yang amburadul di grup kelasnya. Alea menangis sambil memegangi tangannya yang terluka."Dengan tangan kaya gini gimana aku akan i
"Aaaaaa!!!" teriak Alea saat pumps shoes mahal Clarissa menginjak jari-jari Alea.Clarissa sengaja sedikit memutar heels pumps shoesnya di atas jari Alea."Gw benci tangan lu yang berani mainin tangan Nathan.Tangan murahan dan kotor lu, ga pentes memegang tangan Nathan!!" kata Clarissa dengan kebencian yang sudah sangat memuncak.Alea menangis makin tersedu menahan sakit di tangannya."Ampun Clarissa. Aku masih butuh tangan ku. Lepas Clarissa," Alea memohon ke Clarissa."Apa? Gw ga denger. Bisa ulangi lagi?""Aaaa!!!! Ampun Clarissa. Tangan ku. Lepasin tangan ku!!" teriak Alea menahan tekanan di atas tangannya."Kalo lu masih deket ama Nathan lagi. Ini akan bisa lebih parah lagi. Ngerti lu!!"Clarissa dan kelompoknya meninggalkan Alea sendirian menangis di sana. Shiren memposting foto Alea yang amburadul di grup kelasnya. Alea menangis sambil memegangi tangannya yang terluka."Dengan tangan kaya gini gimana aku akan i
Alea belajar bersama anak club sains. Mereka menerima Alea dengan baik. Alea menerangkan dan membantu teman-temannya belajar.Alea juga senang mendapatkan teman baru. Terkadang Alea masih sedikit merintih karena luka di tangannya masih perih. Apa lagi dia harus banyak menggunakan tangannya."Lea, makasih ya udah bantuin. Besok main sini lagi ya. Cara nerangin kamu tuh lebih enak di mengerti, jadi gampang di inget," kata salah satu anggota club."Aku juga seneng kalo kalian bisa terima dengan semua kekurangan aku. Hmmm aku pulang duluan ya?"Alea membereskan barangnya. Dia berpamitan dan ingin segera beristirahat di rumah. Saat membuka pintu, Alea kaget, Nathan sudah berdiri di depan pintu bersandar pada dinding.Nathan hanya melihat Alea. Pandangan mata mereka bertemu sejenak sebelum Alea melangkahkan kakinya meninggalkan Nathan. Tapi Nathan terus mengikuti Alea. Ke mana pun Alea pergi, Nathan berjalan di belakangnya."Lea, Nathan di b
Hari pertandingan pun di mulai. Alea yang pagi ini berangkat ke sekolah di jemput oleh Nathan pun hanya mencoba menghafalkan pelajaran yang sudah dia pelajari selama ini.Nathan tidak berani mengganggu Alea dalam menghafal dia hanya memberikan satu tangannya agar bisa dimainkan oleh Alea seperti biasanya. Alea terus berkonsentrasi dan hampir tidak mengajak bicara Nathan sedikitpun.Alea mencoba untuk terus menghafal sampai mereka masuk ke dalam area sekolah. Saat mobil Nathan sudah parkir, dia baru sadar kalau dari tadi dia sedang bersama dengan Nathan.“Ya ampun Nathan ... maaf ya. Dari tadi aku diemin kamu,” ucap Alea tidak enak.“Santai aja. Ga papa kok. Aku tau kamu lagi prepare banget sekarang kan. Santai aja, Lea,” jawab Nathan sambil tersenyum.“Maaf ya. Harusnya kita ngobrol dan aku juga harus nanyain soal persiapan kamu juga. Eeh aku malah egois gini.”“Ga papa. Justru nanti kalo kamu ngobrol ama
“Kamu bolos kelas?” tanya Nathan“Aku ga bisa konsen di kelas. Aku kangen kamu. Aku ga bisa belajar.”“Pasti kamu kangen tangan aku ya? Hmm jangan-jangan kamu mau baikan ama aku biar kamu bisa belajar buat olimpiade kan? Trus kalo kamu udah menang, ntar kamu bakal lupain aku lagi. Gitu ya?”“Ya ampun Nathan ... kamu kok jadi pinter sekarang. Pasti kamu ketularan aku ya. Dulu kayanya kamu ga sepinter ini deh. Aku jadi salut kamu sepinter ini. Sampe bisa nebak isi pikiran aku lho.”“Anak songong,” ucap Nathan sambil menjentik kening Alea dengan jarinya.“Aduuh sakit.”“Sakit? Aku sembuhin ya.”Alea mengangguk manja. Dia seolah mengerti bagaimana Nathan akan menyembuhkannya. Dia seolah ingin terus bermanja pada pemuda itu.Alea ingin menebus semua waktunya yang kemarin dia habiskan tanpa Nathan. Dia ingin menebus semuanya sampai habis dan tidak bersisa.
Alea dan Nathan memutuskan untuk kembali ke rumah Luna. Luna sudah kehilangan mood-nya untuk dia pergi bermain di luar. Dia ingin pulang dan merebahkan dirinya santai di rumah. Dia juga malas berbicara dengan Nathan.Nathan yang masih kegirangan karena Alea menyatakan kecemburuannya dengan sangat jelas pun menjadikan Nathan sangat senang. Dia merasa Alea sudah menyatakan perasaannya, hanya saja dia masih menjaga gengsi sampai olimpiade selesai.Mobil Nathan berhenti di sebuah taman yang sedang ramai dengan pengunjung. Ada banyak anak-anak muda dan juga anak-anak harta orang tua yang sedang melakukan berbagai aktivitas di taman tersebut. Alea mengamati satu-persatu aktivitas orang yang ada di taman tersebut. Pandangan Alea tertuju pada satu aktivitas yang ingin dia lakukan.“Tunggu!” teriak Alea saat Nathan hendak melajukan mobilnya.“Ijo sayank lampunya. Di marahin orang kita nanti,” ucap Nathan sambil tetap melajukan mobil.A
Alea sedang menyiram tanaman di depan rumahnya. Dia menyapa para tetangganya yang lewat di depan rumahnya untuk sekedar berjalan pagi. Maklum hari ini kan hari minggu jadi warga di komplek Alea sering berolah raga di sekitar lingkungan rumah Alea."Mbak Alea, itu bunganya pada seger-seger. Kaya hati yang nyiram," kata seorang tetangga Alea."Bisa aja loh. Sehat bu?""Sehat Mbak Lea. Sekarang udah enak di rumah ya.""Alhamdulillah bu, lebih nyaman."Alea melanjutkan menyiram bunga. Terkadang dia juga menebang batang yang jelek serta memotong rumput di sekitar."Mbak, kalo mau potong rumput bisa minta tolong Pak Eko. Dia mau kok, kalo pas ga kerja nyambi beberes," sapa tetangga lainnya."Pak Eko satpam bu?""Iya. Seikhlasnya tapi hasilnya bagus. Punya saya beberapa hari kemaren di bersihin Pak Eko.""Eh iya deh, ntar saya minta tolong Pak Eko."Alea meneruskan pekerjaannya. Selain mengurus kebun rumahnya, dia juga m
Alea berkeliling di toko buku, dia sedang mencari buku yang dia cari. Dia sudah menyusuri tiap rak tapi tidak menemukannya juga.Bahkan Alea bertanya ke pelayan di sana tapi ternyata bukunya tidak tersedia. Dia menjadi sedikit bingung saat ini."Ga ada bukunya?" tanya Nathan."Ga ada. Bentar ya, aku mau cari novel," kata Alea sambil berjalan ke rak novel.Alea melihat satu persatu novel yang di pajang di sana. Nathan juga tampak sedang serius membaca sebuah buku."Oh, jadi gini caranya. Kira-kira bakalan aneh ga ya ntar?" kata Nathan."Ah yang penting usaha dulu." kata Nathan sedikit meyakinkan dirinya.Dia meletakkan buku di tangannya. Buku tentang menaklukkan seorang cwe. Nathan sampai membutuhkan panduan untuk menaklukkan hati Alea."Kita pulang yuk?" kata Alea setelah dia mendapatkan novel yang dicarinya.Nathan berusaha membayari belanjaan Alea, tapi Alea menolaknya. Nathan membuang nafasnya kesal. Dia mera
Alea jalan ke kantin utama bersama teman-temannya di club sains. Mereka baru saja selesai belajar bersama."Alea," panggil Kamila."Mila... kok cemberut, kenapa?" tanya Alea saat melihat temannya itu sedikit menekuk wajahnya saat melihatnya."Aku kaya kamu lupain. Kamu udah dapet temen baru di club sains," kata Kamila sedikit protes."Kok ngomongnya gitu sih. Ga kok, aku ga lupain kamu, cantik. Tapi kan emang selasa aku udah harus tes. Maaf ya?""Hehehee... aku becanda kok. Kita makan yuk. Menunya hari ini sop jamur, aku ga suka," kata Kamila sambil memamerkan barisan giginya yang rapi."Aku suka, aku mau sup kamu ya."Alea dan Kamila duduk di meja mereka. Tampak Nathan dan genk super boy's nya sedang berkumpul di satu meja. Mereka tampak sedang asik ngobrol sambil bercanda.Nathan melihat Alea yang sedang duduk di sebrang mejanya. Dia terus menatapnya seolah ingin segera mendatangi gadis itu."Samperin sana, bilang makasih
"Lea, ditunggu di ruangan kepala sekolah lu sekarang," kata salah satu teman Alea yang di temui Alea saat dia hendak menuju ke kelasnya."Ada apa?""Ga tau, lu ke sana aja."Alea meletakkan tas di dalam kelas dan segera ke ruangan kepala sekolah. Dia bertemu Keanu dan Raka di dalam kelas."Hai Alea, gimana keadaan kamu hari?" sapa Keanu saat melihat Alea masuk ke kelas."Baik," jawab Alea singkat. Alea segera pergi lagi keluar kelas untuk menemui kepala sekolah di ruangannya.Tok tok tokAlea mengetuk pintu ruang kepala sekolah. Setelah di ijinkan masuk, Alea pun membuka pintu dan melihat di dalam ada Clarissa yang di dampingi seorang perempuan paruh baya.Mungkin itu ibu Clarissa. Di sana juga ada Pak Regan sebagai wali kelas Alea dan tentunya kepala sekolah."Masuk sini, Lea," kata Pak Regan menyuruh Alea masuk.Alea duduk di kursi sebelah Pak Regan. Alea sudah mulai menebak, mungkin ini akan membahas hal yang terja
Alea belajar bersama anak club sains. Mereka menerima Alea dengan baik. Alea menerangkan dan membantu teman-temannya belajar.Alea juga senang mendapatkan teman baru. Terkadang Alea masih sedikit merintih karena luka di tangannya masih perih. Apa lagi dia harus banyak menggunakan tangannya."Lea, makasih ya udah bantuin. Besok main sini lagi ya. Cara nerangin kamu tuh lebih enak di mengerti, jadi gampang di inget," kata salah satu anggota club."Aku juga seneng kalo kalian bisa terima dengan semua kekurangan aku. Hmmm aku pulang duluan ya?"Alea membereskan barangnya. Dia berpamitan dan ingin segera beristirahat di rumah. Saat membuka pintu, Alea kaget, Nathan sudah berdiri di depan pintu bersandar pada dinding.Nathan hanya melihat Alea. Pandangan mata mereka bertemu sejenak sebelum Alea melangkahkan kakinya meninggalkan Nathan. Tapi Nathan terus mengikuti Alea. Ke mana pun Alea pergi, Nathan berjalan di belakangnya."Lea, Nathan di b
"Aaaaaa!!!" teriak Alea saat pumps shoes mahal Clarissa menginjak jari-jari Alea.Clarissa sengaja sedikit memutar heels pumps shoesnya di atas jari Alea."Gw benci tangan lu yang berani mainin tangan Nathan.Tangan murahan dan kotor lu, ga pentes memegang tangan Nathan!!" kata Clarissa dengan kebencian yang sudah sangat memuncak.Alea menangis makin tersedu menahan sakit di tangannya."Ampun Clarissa. Aku masih butuh tangan ku. Lepas Clarissa," Alea memohon ke Clarissa."Apa? Gw ga denger. Bisa ulangi lagi?""Aaaa!!!! Ampun Clarissa. Tangan ku. Lepasin tangan ku!!" teriak Alea menahan tekanan di atas tangannya."Kalo lu masih deket ama Nathan lagi. Ini akan bisa lebih parah lagi. Ngerti lu!!"Clarissa dan kelompoknya meninggalkan Alea sendirian menangis di sana. Shiren memposting foto Alea yang amburadul di grup kelasnya. Alea menangis sambil memegangi tangannya yang terluka."Dengan tangan kaya gini gimana aku akan i