"Apa yang kaulakukan di St. Angelo?" selidik Kenneth pada Jenny tanpa mengurangi fokus pada jalanan. Ia sedang mengemudi. Kenneth mengantarkan Jenny dan Darren menggunakan mobil Sean, dikarenakan mobilnya sendiri hanya berkapasitas dua orang. Sesuai arahan dari Jenny, Kenneth membawa mobil ke arah utara St. Angelo, menuju Wilbourne.
"Mencarimu."
"Hanya itu?"
"Ya. Orang di belakang itu ...." Jenny mengedikkan kepala pada Darren yang duduk tenang di bangku belakang. "... terus menerorku. Dia mengikuti ke mana pun aku pergi. Dia memaksaku melakukan pekerjaan untuknya. Aku tidak tahu apa maunya. Lagipula dia memberiku uang, cukup untuk aku berhenti dari pekerjaan kotor yang sekarang kulakukan. Setidaknya sampai aku medapat pekerjaan baru."
"Apa yang kaulakukan setelah berpisah dengan Yuri?"
"Menjual mariyuana di Los Verdes. Sekedar untuk hidup. Kau tahu itu ilegal di di sana." Jenny mencibir dirirnya sendiri.
Setelah tiga puluh menit menge
Kesal, tetapi tak bisa berbuat apa-apa. Aaron terjebak dalam perkara Gloria, Stephenson, dan Underzon. Saat ini Aaron bersama Jennifer Turino dan Zac sedang mengendarai sebuah mobil, menyisir pemukiman di sebuah county di wilayah Los Verdes yang berbatasan dengan St. Angelo. Mereka sedang mencari alamat Stuart Jackson. Setelah beberapa menit menyusuri jalan-jalan di area pemukiman itu, berhentilah mobil yang ditumpangi tim Jennifer di depan sebuah rumah. Mereka mengamati rumah itu, berharap menemukan mobil yang sama dengan yang digunakan oleh para penculik Gloria. Sayangnya harapan mereka tak terpenuhi. Lalu untuk menghindari kecurigaan, mereka mengumpankan Jennifer, karena hanya wanita itu yang tak terlibat dengan baku tembak di Wilbourne. Jennifer, yang telah dilengkapi dengan kamera dan perekam suara berukuran mikro pada jaketnya, mendatangi rumah yang diduga dihuni oleh Stuart. Untuk menyamarkan wajah, Jennifer mengenakan kacamata berwarna cokelat. Jennif
Setelah mendapat telepon dari Kenneth, Sean memacu mobilnya menuju Forklore. Sesampainya di jalan di mana apartemen Kenneth berrada, ia mencari keberadaan GMC yang dimaksud oleh Kenneth. Dapat. SUV hitam itu terparkir di ujung jalan, beberapa puluh meter di belakang Evo hitam putih. Pemilik alias 'Buck' itu menepikan mobil dan memarkirnya tepat di belakang Evo hitam putih. Ia kemudian keluar dari mobil dengan mengenakan topi dan memasuki minimarket. Pria itu langsungg menuju kasir dan membeli sekotak rokok. Dari apartemen Jenny, Kenneth kembali ke minimarket. Mendapati mobiil Sean, ia tahu si rusa telah tiba, Kenneth mempercepat langkah. Saat memasuki minimarket, Sean baru saja membayar rokoknya. Sean menoleh pada Kenneth. "Boleh aku meminjam toilet?" Kemudian meminta izin pada gadis kasir. "Ya, ada di sana," tunjuk gadis kasir ke arah toilet di belakang minimarket. Setelah Sean meninggalkan kasir, Kenneth menghampiri meja kasir. "Tol
Robert berdiri bergemin di depan jendela ruangannya, pandangannya menerawang jauh menembus malam. Denver duduk dengan menumpukan kedua sikunya pada sandaran lengan kursi, memandang penuh harap pada punggung atasannya. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Robert menarik nafas dan membuangnya kasar. "Bisa kauberikan waktu sedikit lagi?" Jelas tergambar gurat lelah pada wajah pria yan mukai menua itu. "Wanita itu memberikan waktu tak kebih dari 24 jam." Denver menawar. Sekian menit berlalu dalam diam. Hingga akhirnya suara Robert terdengar memiliki harapan. "Laporan dari Aaron dan Zac menyebutkan bahwa kasus ini juga melibatkan SIA." Robert memastikan kembali. "Benar. Tersangka pembunuh Elton adalah buronan SIA." Denver membernarkan. "Kau punya kontak orang SIA itu?" "Ya." "Kirimkan padaku." Tanpa berkata lagi, Denver mengeluarkan ponsel dari saku kemeja putihnya, lalu mengutak-atik ponsel itu. "Sudah ku
Salinan di tangan Daniel memperlihat sebuah foto pria muda berusia awal dua puluhan, berambut cokelat. Di samping foto itu terdapat logo SIA. Ia membaca bagian-bagian terpenting pada berkas itu. Pada dua halaman pertama berkas itu Daniel mendapatkan latar belakang Kenneth yang terdaftar sebagai Agen SIA sejak sembilan tahun lalu dengan nama Kenneth Delwyn Larssen, seorang anak angkat dari mendiang agen SIA Marc Patrick Larssen. Informasi penting lain yang Daniel tangkap adalah bahwa Kenneth merupakan putra tunggal mendiang seorang polisi narkoba bernama Samuel Richard Henry. Daniel melanjutkan ke halaman berikutnya yang mencatat sejumlah operasi yang pernah dan sedang dijalankan oleh Kenneth. Pencariannya langsung tertuju pada operasi terakhir Kenneth. Saat ini Kenneth sedang menjalankan Operasi Speedzone—Operasi pengejaran organisasi kartel narkoba terbesar bernama 'Underzone'. Melanjutkan pada dela
Sarah sedang membaca novel ber-Bahasa Spanyol pemberian Owen, saat terdengar suara mobil berhenti di depan rumah Keluarga Stanley. Tak biasanya ada yang berkunjung pagi-pagi di rumah Keluarga Stanley. Sarah melongok ke luar jendela kamar. Terlihat olehnya sosok pemuda keluar dari sebuah crossover berwarna ungu, berambut hitam sebahu tergerai, terlihat berciri Asia Timur. Sarah mengenali sosok itu. Sarah buru-buru mencari kimono pelapais pakaian tidurnya. Terlambat, Kevin sudah lebih dahulu menyambut kedatangan Shoujin. “Untuk apa kau datang ke sini?” Kevin mencegat Shoujin di beranda rumah dengan bertolak pinggang. “Aku ingin menjemput Nicky,” jawab Shoujin tenang dengan wajah yang tak ramah seperti biasa. Sambil berjalan, ia memasukkan kunci mobil ke saku jaket kulit hitamnya. “Dia tidak di sini!” Kevin turun dari beranda rumah, menghampiri Shoujin. Ia menghadang Shoujin dalam jarak yang sangat dekat, kurang dari satu meter. “Benarkah? Tapi dia yang memintaku datang.” “Dan bagai
Dering alarm ponsel tak henti berbunyi nyaring, mengganggu si mata sipit yang masih tertelungkup di ranjang dengan pakaian lengkap, termasuk jaket dan sepatu. Pria itu mengerang. Tangannya meraba-raba nakas hingga mendapatkan ponselnya. Mengintip sekilas layar ponsel, 08.30 a.m. Ibu jarinya menekan tombol di layar, kemudian suasana Kembali tenang. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Aaron terlonjak dan duduk di pinggiran ranjang. “Aargh …!” Ia mengacak rambut seraya beranjak dari ranjang, melepas jaket dan sepatunya, lalu melemparkannya begitu saja, dan keluar dari kamar. Aaron menatap pantulan dirinya di cermin di kamar mandi. Wajahnya terlihat kusut, sekusut suasana hatinya. Ia menghela nafas. Setelah selesai dengan semua persiapannya, Aaron memesan taksi melalui aplikasi ponsel. Tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti di halaman rumah. Aaron bergegas memasuki mobil itu. Tujuannya adalah markas SAPD. Ia harus menghadiri pertemuan yang akan berlangsung tiga puluh menit dar
Setelah pertemuan singkat dengan Brenda dan Yuri, Kenneth mengebut dengan Evo-nya menuju Rhein's. Pria itu menepikan mobilnya tepat di belakang crossover ungu metalik. Sepintas ia menoleh pada mobil asing itu ketika berjalan menuju pintu masuk Rhein's. Model mobil itu mengingatakan Kenneth pada mobil Zac—tipe yang sama, buatan pabrikan yang sama. Toko roti Shoujin selalu ramai di Hari Minggu, seperti hari ini. "Selamat datang," sambut Satoru dan Karina saat lonceng di pintu berdenting. "Halo," balas Kenneth sembari tersenyum ramah dan mengedar pandangan mengitari counter, dan mendapati Satoru ada di sana. Ia pun menghampiri pemuda seusia Karina itu. "Apa kau sudah menyelesaikannya?" Kenneth masih memasang wajah manusiawinya. Merasa seseorang bertanya padanya, Satoru menoleh ke arah sumber suara. "Oh, ya." Kali ini pun Satoru menunjukkan ekspresi yang juga manusiawi, berbeda dengan ketika pertama kali mereka bertemu, saat Kenneth memberikan titipan Owen padanya. Pemuda sebangsa Sho
Hanya hening dan secangkir kopi—seperti biasa—yang menemani Kenneth tenggelam di antara tumpukan data digital pada laptopnya. Si kucing berbayang-bayang keributan dan masa lalu yang kelam telah bergelung lelap di kamarnya setelah lolos dari sekarat. Sedangkan si mata sipit belum pulang. Semua file terkompresi yang tersimpan dalam flashdisk yang baru selesai dibongkar oleh Satoru telah Kenneth salin ke brankasnya, terkumpul pada sebuah folder bernama 'Bye Bready'. Satu per satu file Kenneth buka.Dari hasil pemerikasaannya, ia menemukan informasi yang cukup penting. Francesco Connelli. Sebuah nama yang tak asing di lingkup SIA, dengan nama sandi 'Digger', kecepatannya dalam mengumpulkan data, termasuk ketika harus membobol brankas level 6, membuatnya menjadi isu yang paling berbahaya. Ia adalah data miner terbaik yang pernah SIA miliki dan belum ada yang menggeser posisinya. Berpartner dengan O
Kevin dan Shawn melanjutkan bahasan tentang penculikan Sharon. Kevin duduk di belakang kemudi.“Kau ingat Jum’at sore ketika Caleb dan Lynn mem-bully Nick?” Kevin memutar ulang kejadian pem-bully-an di depan sekolah.“Ya.” Shawn merespons datar. “Malam harinya, Nick membawa kabur Fair Lady.”“Tepat. Tapi bukan itu yang ingin kubahas. Hari Minggu setelah itu, Kenneth menemuiku dengan membawa ponsel Caleb. Dia memintaku meretas e-mail Sharon, menukar identitas pemilik ponsel Caleb dengan identitas Kenneth, dan memasang pelacak pada ponsel Nick. Aku yakin dia ada di balik penculikan Sharon. Kenneth ingin membalas mereka.”“Gosip beredar Kenneth yang menyerang Caleb dan Lynn. Aku tidak akan terkejut, kita tahu dia orang seperti apa.”“Benar. Hei, tapi tidakkah menurutmu aneh? Kenneth cukup sering melakukan kejahatan, tapi dia masih saja bebas berkeliaran. Dan menurutmu apa alasan Kenneth memasang pelacak di ponsel Nick? Apa dia ....”Shawn diam menunggu asumsi Kevin.“Penguntit? Bersikap
Hari terakhir di sekolah sebelum liburan musim panas adalah hari di mana para penghuni sekolah disibukkan dengan urusan administratif dan tak banyak kegiatan di dalam kelas. Sebagaimana kebiasaan mereka, kawanan Shawn menghabiskan waktu di tempat teduh di pinggiran lapangan baseball. Dan seperti biasa Shawn akan sebisa mungkin meluangkan waktu untuk tidur, tanpa peduli di mana pun berada, termasuk saat ini. Mengingat ia harus bekerja sampingan di bengkel Dong-woo atau menjadi pengemudi taksi online di malam hari, pasti melelahkan. Selagi Nick dan Kevin mengobrol ke sana kemari, mengabaikan Charlie yang sibuk sendiri dengan ponselnya, datanglah pasangan Sam-Irina.“Apa kau sudah mendapatkan teman Hispanic?” Irina memancing topik baru seraya duduk dan bergabung.“Belum,” jawab yang lain bersahutan.“Aku punya beberapa teman Hispanic.”Sam menyusul duduk di samping Irina.“Apa dia hot?” selorohnya.“Sam!” Irina mendengus mendengar pertanyaan tak penting Sam.“Ayolah, kau tak harus marah.
Nicky tertegun menyaksikan perkelahian di lapangan baseball, yang melibatkan dua orang siswi yang sejak awal semester ini terlihat dekat. Si pinky dan si brunette saling menjambak rambut. Caleb dan anak-anak tim baseball mencoba melerai perkelahian itu. Tak ingin terlibat, Nicky dan kawan-kawan berandalnya memilih menikmati adegan itu dari pinggir lapangan. Sementara itu Charlie tak ingin menyia-nyiakan kesempatan dengan merekam adegan itu menggunakan ponselnya. “Tidakkah menunutmu aneh, Sam?” selidik Irina, tatapannya masih tertuju pada adegan perkelahian. “Tidak. Memangnya kau lupa anak-anak seperti mereka selalu bermuka dua? Di satu waktu mereka akan terlihat sebagai seseorang yang selalu berpihak padamu dan mendukungmu. Tapi saat kau memalingkan punggungmu pada mereka, saat itu mereka akan bersiap menusukmu dari belakang,” jawab Sam santai. Tak lama kemudian, datanglah para guru pria melerai perkelahian itu. Sempat terlihat adanya perdebatan di antara guru-guru itu dengan para
Fair Lady Kenneth melaju kencang membelah jalanan Kota St. Anglo yang mulai lengang menuju West Coast tanpa ada mobil patroli yang mengejar. Mendekati perbatasan dengan West Coast, Nicky terlihat gamang. "Apa akan aman melintasi perbatasan seperti ini?" "Turunkan saja sedikit hingga di bawah 80 km/jam. Akan kuberitahu saat kau mendekati speed trap1." Setelah berhasil membawa mobil yang ia kemudikan melintasi speed trap tanpa gangguan, Nicky pun kembali meningkatkan akselerasi mesinnya. Dalam dua detik, mobil itu telah mencapai kecepatan 150 km/jam. Tak lama kemudian Fair Lady bertemu dengan area yang jalanannya berkelok dan dipenuhi semak di kiri dan kanan. Ia telah sampai di perbatasan. Mobil itu pun kemudian memulai aksinya meliuk mengikuti alur jalan yang menghubungkan kedua county. Malam sudah sangat larut. Rasi Bintang Pari mendekati posisi tegak lurus dari horizon ketika Fair Lady menepi di salah satu surfing spot di Palmline Beach. Tempat ini sedikit jauh dari tempat diadak
Sambil menahan surfboard Nicky, Pandangan Kenneth tak lepas dari setiap interaksi yang terjadi antara si bocah pirang dengan teman-temannya. Ia saat ini berdiri bersebelahan dengan Aaron dan Shoujin, sedikit jauh dari tempat teman-teman Nicky berkumpul. Wajah bocah tomboi itu tak henti mengumbar senyum dan tawa riang. Seperti halnya yang dilakukan oleh Kenneth, Aaron, dan Shoujin, kawanan Shawn dan pasangan Sam-Irina datang untuk memberikan dukungan pada Nicky dalam penyisihan kompetisi surfing hari ini. Satu per satu, mereka beradu kepalan tangan dengan Nicky. Teman-teman sekolah Nicky juga tak henti memuji aksi bocah itu di atas ombak. Bahkan Charlie merekam aksi si pirang. Sepintas Kenneth menoleh pada Shoujin. Pemuda pelit ekspresi itu bahkan terlihat tersenyum, meski tipis tetap terlihat. Begitu besarkah pengaruh Nicky pada laki-laki gunung es itu? Setelah melambaikan tangan pada teman-temannya yang beranjak meningg
Nicky sedang membereskan peralatan makan kotor bekas sarapan semua penghuni rumah. "Dulu Aaron melarangku selalu menumpang pada Shoujin. Katanya aku tidak boleh bergantung pada orang lain. Tapi lihat yang dilakukannya sekarang." Protes itu Nicky ajukan karena melilhat kebiasaan Freak Brother #2 berangkat selalu dijemput oleh Zac. "Kenapa tidak kaukatakan saja padanya?" sahut Kenneth yang sedang mengutak atik ponsel B sambil duduk menghadap meja makan. "Tentu saja akan kukatakan kalau aku sudah punya waktu bicara padanya. Kau tahu sendiri, aku tidak pernah bertemu dengannya kecuali ketika sedang sarapan. Apa perlu aku membahasnya ketika sarapan? Tidak. Itu bisa merusak mood-ku." "Baiklah. Lalu apa saja yang akan kaulakan hari ini?" "Mulai hari ini aku bekerja paruh waktu di Rhein's. Lalu nanti siang aku ke Palmline Beach. Aku hanya akan membahas dengan Emmery dan yang lain tentang persiapan untuk kontes besok." Nicky sudah selesai mencuci peralatan makan, lalu ia duduk kembali di sa
[Nick, maaf hari ini aku tidak bisa menemai latihan surfing hari ini, adikku memaksaku mengantaranya ke ulang tahun temannya. Bagaimana kalau besok?] bunyi pesan yang Nicky terima dari kontak Emmery. [F*** you. Oke. Jangan kaubatalkan lagi.], balas Nicky. Ia mendengus kesal dan melempar ponselnya ke dasbor. Ia menoleh pada Kenneth dengan bibir cemberut. "Emmery membatalkan rencana hari ini." Saat itu Nicky menyadari ada yang tak beres dengan kakaknya. Pria beruban itu tersenyum-senyum seperti sedang berhalusinasi. Namun, setelah diperhatikan lagi, sebenarnya Kenenth sedang tersenyum padanya. Anehnya, itu membuat Nicky salah tingkah. "Eer ... Kenny, apa yang terjadi padamu?" Nicky tergagap. "Kau cantik," puji Kenneth masih dengan mempertahankan senyum. "Ah, sial." Buru-buru Nicky menarik selembar tisu dari kotak tisu di dasbor. "Pasti karena ini. Karina sialan. Dan gara-gara kau datang tanpa aba-aba, aku jadi terburu-buru dan
Dari rumah Sarah, Kenneth mengebut menuju Forklore, ke apartemennya. Ada PR yang harus ia selesaikan, yaitu berkas dari SAPD. Ia harus sudah siap ketika bertemu kembali dengan Yuri. Tak sampai dua jam Kenneth sudah selesai melahap semua informasi pada berkas itu. Beberapa menit kemudian Yuri datang. Pria berambut platinum grey dan pria berambut biru elektrik duduk berhadapan, masing-masing duduk pada kursi kerja dengan melipat kedua tangan. "Kau sudah mempelajari berkas dari SAPD?" buka Yuri. Pria bernama sandi 'Blue' itu menggaruk pipinya. "Sudah," jawab Kenneth datar dan tegas. "Bagus. Sekarang aku ingin mendengar lebih detail tentang pesta di Morsey." Kenneth mulai memaparkan, "Di Morsey aku bertemu dengan Emilia, dia adalah orang kepercayaan bos Underzone. Emilia tidak menyebutkan nama bosnya, tapi besar kemungkinan itu adalah Mario Cortez. Si bos tidak ada di pesta saat itu, dia sedang berlibur dengan wanita lain. Emilia juga tidak menyebutkan di mana bosnya berada. Dan ada s
Hari sudah beranjak siang ketika ia sampai di rumah Sarah. Saat ini Kenneth sedang berada di dapur untuk menunggu Kevin menyelesaikan pekerjaan yang ia berikan. Ia duduk dengan menumpukan kedua siku pada meja makan, di samping salah satu sikunya tergeletak sebuah map. Seperti pada kunjungan terakhir Kenneth ke rumah ini, Sarah membuatkannya espresso, bedanya kali ini orang tua tunggal Kevin itu tak membuat teh chamomile, melainkan espresso juga untuk dirinya. "Apa ada hal penting yang akan kausampaikan padaku?" tanya orang tua tunggal Kevin pada Kenneth seraya meletakkan secangkir espresso di hadapan Kenneth. Lalu ia duduk berhadapan dengan Kenneth. "Ya. Ini menyangkut Frank." Kenneth menghela nafas, menatap dingin pada kopi panas di depannya. Untuk pertama kalinya Kenneth tak berminat pada minuman yang mulanya dipopulerkan oleh orang Arab itu. Bukan karena rasa kopi itu yang tak enak, melainkan suasana hatinya yang mendadak buruk. "Hanya saja, ini bukan kabar bagus." "Ada apa?" Pan