Beranda / Romansa / Excite 17 / Second Chance? (Kesempatan Kedua?)

Share

Second Chance? (Kesempatan Kedua?)

Penulis: Cho Ana
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-31 12:12:52

"Jangan salah paham. Saya juga tentu senang, jika kamu bisa melupakan apa yang terjadi dahulu. Itu berarti, kamu menjalani hidupmu dengan baik. Hanya saja… saya butuh jawaban yang benar-benar keluar dari mulutmu sendiri. Setelah itu, mungkin saya juga bisa memulai kehidupan pribadiku sendiri." 

Mulutku terkatup rapat. Pengakuan itu tiba-tiba sekali. Dia masih berharap aku kembali ke sisinya? Apa perasaan kita ternyata masih sama? 

Ada rasa lega, ternyata dia sama sekali tidak ada perasaan lebih terhadap wanita di sekitarnya. Aku juga merasa senang, dia belum melupakanku, masih menyimpan perasaan terhadapku. 

Tapi, aku juga merasa bingung. Apa aku benar-benar tidak ingin kembali ke sisinya? Bahkan setelah aku tahu bagaimana perasaannya terhadapku?

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Excite 17   Engaged (Bertunangan)

    "Udah ah, jangan bahas itu." Sashi merengek hingga akhirnya bahan pembicaraan kita kembali teralihkan. Aku merekomendasikan Sashi harus datang dan menginap ke resort tempatku bekerja. Dia pasti akan menyukainya. Ada banyak tempat yang bisa ia singgahi. Sashi merasa tertarik dan berjanji akan segera berkunjung. 1 jam kemudian, kami tiba di tujuan. "Mit, anterin gue masuk dulu yuk." "Ck. Kayak anak TK lo, Sas." Aku berdecak, tapi kemudian ikut turun dari mobil. Walau aku tahu tempat apa di hadapanku ini, tapi sungguh aku belum pernah menginjakkan kaki masuk ke dalam tempat seperti ini.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Excite 17   Not Hallucination? (Bukan Halusinasi?)

    Aish! Bunyi alarm adalah sesuatu yang paling kubenci saat ini. Dengan kesal, aku meraih ponsel di meja samping tempat tidur lalu mematikan alarm. Kenapa alarmku sudah berbunyi? Aku melirik jam di sudut layar. Rupanya memang sudah waktunya berbunyi. Jam 5 pagi, huft… rasanya aku baru tidur sebentar. Dengan berat hati aku berusaha turun dari tempat tidur. Aku butuh air. Entah kenapa tenggorokanku berasa tidak enak. Keluar dari kamar, aku langsung menuju dapur bertepatan dengan Milen yang juga keluar dari kamarnya. Dia melirikku sebentar dan seperti diriku, dia mengambil segelas

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Excite 17   Menyatakan Perasaan

    Apakah ada kesalah pahaman disini? Tidak. Tidak mungkin aku salah lihat. Kemarin itu jelas sekali kalau Avelin memperlihatkan fotonya yang bersama dengan Pak Daniel dan juga... Tuan James. Aku mengerjap-ngerjap. Mungkin, memang Avelin menunjuk pada orang lain di foto itu. Sayangnya pikiranku menyimpulkan semuanya sendiri. Waktu itu Avelin juga tidak mengatakan dengan gamblang siapa calon tunangannya. Semua ini hanya salah paham? Bodoh! Pak Daniel masih memperhatikanku. Membuatku merasa ingin segera lenyap saja dari hadapannya. Aku hanya bisa menggigit bibir, menahan malu. "Oh… Ja-jadi begitu? Mita kira-" Aku benar-benar sudah tidak bisa bicara lagi. Ah, lebih baik aku pergi saja dari sini. "Mi-Mita, permisi." Padahal, aku sudah berusaha secepat mungkin meninggalkan ruangan, tapi tetap kalah dengan kecepatan tarikan di tanganku yang membuatku berbalik arah dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Excite 17   Jangan Mencariku

    Di salah satu bagian taman resort, sudah tersusun rapi kursi-kursi dan meja-meja yang dilapisi kain putih. Karpet putih yang membelah barisan tempat duduk para pengunjung, menjadi penghubung dari gerbang masuk berhiaskan sulur-sulur tanaman hijau dan bunga sweet pea merah muda, menuju pergola yang diselimuti tirai putih. Saat aku datang, sudah ramai beberapa orang disana dengan warna busana sesuai dress code yang tertera di undangan, merah muda dan putih. Begitu juga dengan aku, gaun selutut yang kupakai berwarna gradasi. Merah muda di bagian atas dan semakin ke bawah bercampur warna putih. Kerah V dan lengan sepanjang sikut membuatku nyaman karena sedikit tertutup dibandingkan dengan gaun merah muda Milen yang terbuka di bagian bahu. Tapi lapisan renda di bagian bawah gaun Milen terlihat cantik sekali dibanding gaunku yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • Excite 17   Membutuhkanmu

    Bagai ditelan bumi. Ponselnya mati. Kehadirannya di kantor, semua digantikan Tuan James. Pak Daniel memang mengatakan untuk tidak khawatir dan dia sudah mengatakan jika tidak akan bisa dihubungi. Hanya saja, jauh di dalam pikiranku terasa janggal. Urusan apa yang membuatnya sampai tidak bisa dihubungi berhari-hari bahkan tidak bisa berkomunikasi dengan kekasihnya sendiri? Sesibuk apapun yang dia lakukan, pasti sempat mengirimkan pesan singkat walau hanya mengucapkan 'selamat malam' atau 'selamat tidur' kepadaku. Atau sekedar mengucapkan 'Hai' di sambungan telepon. Melakukan hal itu hanya memerlukan beberapa detik saja. 3 hari. Setidaknya aku sudah berjanji untuk bersabar selama 3 hari. Untuk tidak khawatir kalau dia tidak bisa dihubungi. Jadi aku akan menun

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • Excite 17   Mengingatkan Akan Masa Lalu

    Setelah mendapat izin dari Milen dan memastikan kalau Milen tidak ada acara apapun malam ini yang mengharuskan dia memakai mobilnya, aku meminjam mobil Milen dan langsung menuju sebuah perumahan yang tidak begitu jauh dari lokasi mess tempatku tinggal. Menuju alamat yang diberikan Pak Daniel, membuatku cukup jauh masuk ke dalam area perumahan itu.Aku menatap rumah berdinding hitam di depanku. Walaupun aku yakin, namun aku perlu turun untuk memastikan kalau rumah itu adalah alamat yang ku tuju.Setelah menemukan tempat parkir yang tepat, aku turun. Memastikan sekali lagi. Benar, ini alamatnya.Cukup membuatku terkejut karena pintu pagar terbuka otomatis setelah aku membunyikan bel, padahal tidak ada orang yang berusaha menengok keluar untuk mengecek siapa yang datang.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Excite 17   Tetaplah Di Sini

    Suasana yang menyelimuti kami benar-benar langsung berubah. Yang semula terasa santai, kini seperti menegangkan. Aku tidak berani mengatakan apapun melihat Pak Daniel juga hanya diam saja.Hening.Hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan piring.Bukan tidak peduli, aku malah sangat khawatir, tapi hal tadi, mungkin bukan sesuatu yang bagus jika ku ungkit sekarang. Aku juga takut dia tidak mau membicarakan hal itu. Jadi aku lebih memilih mengatupkan mulut dengan rapat mengenai apa yang kulihat tadi.Jika suasana terus seperti ini, sepertinya aku lebih baik pergi dari sini. Tapi tentu saja setelah melihat dia beristirahat.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • Excite 17   Apakah Bisa Bertahan

    Walau ragu, aku akhirnya berjalan mendekat perlahan-lahan.Merasakan kehadiranku, lelaki itu menoleh dan langsung menegakkan pundak, bersikap siaga akan kedatanganku.Dia tampaknya sama sekali tidak ingin menyapaku, namun dia terlihat ingin mengatakan sesuatu namun segera di urungkannya, terlihat dari pergerakan mulutnya yang terbuka kemudian menutup dengan cepat."Pak Daniel ada di dalam?" tanyaku.Dia hanya mengangguk."Baiklah kalau begitu, tadinya Mita ingin berpamitan, tapi nunggu Pak Daniel keluar aja." aku berniat pergi, tapi berbalik dan bertanya lagi pada pria itu. "Apa… Tuan Lambert juga ada di dalam?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14

Bab terbaru

  • Excite 17   Sekali, Seumur Hidup - Ending

    1 hari.2 hari.3 hari.Sudah 3 hari semenjak kepulangan Pak Daniel ke Australia. Tuan Lambert meminta Daniel menemaninya berkunjung ke makam almarhum sang istri, ibu Pak Daniel.Walaupun komunikasiku dengan Pak Daniel tidak terputus, tapi tetap saja rindu untuk bertemu dengan sosoknya.Namun aku tahu, banyak pekerjaan juga yang harus Pak Daniel urus, sepertinya dia tidak akan kembali dalam waktu dekat.Aku tahu resiko menjalin hubungan dengan seseorang yang memiliki posisi penting, memang seperti ini. Aku tidak bisa menuntut semua waktunya untuk di berikan kepad

  • Excite 17   Terjebak di Keheningan

    Aku rasa Pak Daniel tidak bisa berpikir jernih sekarang. Jadi aku mengambil alih plastik yang ada di tangannya kemudian meletakkannya di bawah, di sembarang tempat, berikut juga plastik di tanganku, kemudian menuntun Pak Daniel duduk di sofa yang berhadapan dengan Tuan Lambert. Hanya keheningan yang ada. Membuat kita semua jadi sedikit canggung. Sampai akhirnya Ibu berpamitan untuk pergi ke kamar. Mungkin sebaiknya aku mengikuti langkah Ibu. Aku tidak perlu terlalu ikut campur di antara mereka. Urusanku cukup sampai membuat Pak Daniel bertemu dengan Tuan Lambert. "Kalau begitu Mita juga-" "Tetaplah disini. Saya pikir, Daniel bisa lebih nyaman jika ada dirimu." Baru setengah bangun, Tu

  • Excite 17   Sudah Ada Yang Punya

    Pagi ini, aku sedang sibuk membuat sarapan begitu Pak Daniel keluar dari kamarnya. "Kopi?" tawarku. Dia menghampiri. Berdiri di dekatku. "Boleh." jawabnya. Untuk membuatkan kopi, aku meninggalkan sejenak sarapan yang sedang ku masak. Pak Daniel masih berdiri di sampingku. Tubuhnya bersender menyamping pada salah satu lemari dapur yang tinggi. Tangannya bersedekap di depan dada. Saat aku melirik, dia menelengkan kepalanya. Perhatiannya tidak pernah teralih dari diriku. Membuatku sedikit gugup diperhatikan seperti itu. "Apa?" tanyaku. Takut-takut dia sedang membutuhkan sesuatu.

  • Excite 17   Hutang Janji

    "Terima kasih." sahut Ibu setelah mendengar tanggapan Pak Daniel. Walau perkataan Ibu tadi demi diriku, tapi aku merasa tidak suka. Aku berjalan mendekati ranjang. "Ibu ngomong apa sih? Ibu nggak akan pergi kemana-mana." Ibu hanya tersenyum kecil mendengar ucapanku. **** Selama 2 hari, Ibu harus menginap di ICU. Setelah kondisinya berangsur-angsur membaik, akhirnya Ibu dipindahkan lagi ke ruang rawat inap. Aku sama sekali tidak mengeluarkan kaki dari gedung rumah sakit demi menjaga Ibu. Bi Laksmi juga sering datang hanya untuk membawakan pakaian ganti untukku dan

  • Excite 17   Bersyukur Dia Di Sampingku

    Aku berlari menyusul mereka.Ibu ada di atas ranjang itu, dengan badan yang terus bergoyang-goyang karena ketiga petugas kesehatan itu menyeret ranjang Ibu sambil berlari, tapi mata Ibu terus terpejam. Hal itu membuatku langsung tahu kalau Ibu sedang tidak sadarkan diri.Sayangnya, seorang suster menghalangi kami agar tidak melangkah lebih jauh ke dalam unit perawatan intensif."Mohon ditunggu di luar aja ya, Mbak." pinta suster itu."Kita tidak disana. Bisa jelaskan apa yang terjadi?" Pak Daniel mencegah suster itu yang hendak pergi tanpa menjelaskan apapun."Tadi ada suster yang mau ganti infus, Pak. Pas suster ngecek, Ibu Li

  • Excite 17   Tertangkap Basah

    "Kalau begitu, saya kembali ke ruangan, Pak." Si Dokter yang sedari tadi menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar di samping Pak Daniel, mengakhiri pembicaraannya.Pak Daniel mengangguk. Akhirnya mengalihkan perhatiannya kepada dokter itu. "Hm. Terima kasih."Setelah Dokter itu menghilang kembali ke ruangan tempat mereka keluar tadi, Pak Daniel melihatku kembali.Tanpa peduli Milen yang masih bicara dalam telepon, aku menurunkan ponsel dari telinga dan mematikan sambungan."Mita pikir, Bapak di sini bukanlah sebuah kebetulan." Aku memberanikan diri untuk bicara."I-itu…. Saya berobat di sini."

  • Excite 17   Pulang

    Aku langsung meminta cuti begitu mendengar kabar Ibu dan langsung kembali ke Jakarta.Di tengah kesibukannya, Milen malah membantuku mencari jadwal kereta yang bisa berangkat paling cepat dan menyuruhku untuk tidak panik.Jadi, masih dengan baju dinas, sore hari aku sudah sampai di sebuah rumah sakit dimana ibu di rawat.Walau seluruh tubuhku lemas seakan tulang-tulang di tubuhku lenyap, namun aku masih bisa berlari-lari kecil saat berusaha mencari kamar Ibu. Dan setelah menemukannya, melihat kedatanganku, Ibu sedikit terkejut. Sementara Bi Laksmi yang duduk di samping ranjang Ibu tampak lega.Dengan kaki bergetar, aku berjalan mendekat.

  • Excite 17   Hubungan Yang Rumit

    "Kemana aja, Mit?" Milen sedang melahap roti panggangnya begitu aku kembali. Penampilannya sudah rapi. Ia melirik jam di pergelangan tangan untuk melihat apa masih ada waktu yang tersisa untuk bersiap-siap. "Masih lama. Udah cepet sana siap-siap."Aku mengacuhkan Milen. Memang berniat untuk langsung masuk ke kamar mandi. Menyiapkan diri untuk bekerja dalam keheningan. Juga sambil berusaha mengumpulkan konsentrasi untuk bekerja nanti. Walau aku yakin pikiranku pasti akan terpecah belah nanti.Di tengah perjalanan, Milen yang sudah menahannya sedari tadi, akhirnya menyuarakan pertanyaannya."Jadi, tadi malem Mita tidur dimana?"Dari ujung mata, aku melirik Milen sebentar, kemudian kembali lagi berkon

  • Excite 17   Apakah Bisa Bertahan

    Walau ragu, aku akhirnya berjalan mendekat perlahan-lahan.Merasakan kehadiranku, lelaki itu menoleh dan langsung menegakkan pundak, bersikap siaga akan kedatanganku.Dia tampaknya sama sekali tidak ingin menyapaku, namun dia terlihat ingin mengatakan sesuatu namun segera di urungkannya, terlihat dari pergerakan mulutnya yang terbuka kemudian menutup dengan cepat."Pak Daniel ada di dalam?" tanyaku.Dia hanya mengangguk."Baiklah kalau begitu, tadinya Mita ingin berpamitan, tapi nunggu Pak Daniel keluar aja." aku berniat pergi, tapi berbalik dan bertanya lagi pada pria itu. "Apa… Tuan Lambert juga ada di dalam?"

DMCA.com Protection Status