Beranda / Fantasi / Dunia Baru Sagara / 43. Para Penggemar Sagara

Share

43. Para Penggemar Sagara

Penulis: Senchaaa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-12 10:17:26

Mata Sagara melotot, ia memundurkan langkah usai mendapati banyak gadis menatapnya penuh minat. Mereka berlari menghampiri Sagara lalu menyerahkan aneka barang yang entah apa isinya. Rata-rata barang itu terbungkus rapi oleh kertas warna-warni, mulai dari merah muda sampai biru langit, lengkap—semua ada. Dahi Sagara berkerut, ia masih belum bisa berpikir jernih untuk menghadapi kondisi ini. Ruang kelasnya bahkan masih jauh dari sini, sekarang dia agak kewalahan untuk menghindari para gadis itu.

“Sagara, aku seneng banget akhirnya kamu balik lagi ke sekolah.”

“Saga udah sehat, kan? Kamu butuh sesuatu enggak? Kalau ada yang kamu inginkan jangan sungkan bilang aja sama aku. Nanti aku carikan buat kamu.”

“Keterlaluan emang si Yandi sama Marchel, mereka jebak kamu sampai bikin kamu tersesat di hutan. Untung aja kamu hebat bisa bertahan di hutan menyeramkan itu.”

“Pokoknya sekarang kami janji bakal selalu lindungi

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dunia Baru Sagara   44. Tunggu Tanggal Mainnya

    Seluruh anggota OSIS berkumpul di ruangan rapat mereka, Damian memimpin perkumpulan ini dan memberi instruksi penting terkait kegiatan penting yang akan mereka laksanakan hari ini.“Mohon perhatian semuanya, berkenaan dengan acara sosialisasi yang akan digelar oleh Kapolda di sekolah ini, maka pihak lembaga sudah memutuskan bahwa kegiatan belajar mengajar untuk hari ini akan ditiadakan,” papar Damian yang duduk di kursi tengah menghadap seluruh anggotanya.Mereka yang mendengar kabar baik ini ikut bergembira baik yang diekspresikan dalam hati atau pun yang terang-terangan menunjukkannya. Hari Senin merupakan sumber dari segala kepenatan para siswa, selain harus melaksanakan upacara bendera, mata pelajaran yang diajarkan pun cukup untuk membuat otak mereka mengepul. Misalnya saja untuk jurusan IPA, hari ini mereka akan menghadapi matematika di jam pertama, lanjut Fisika dua jam pelajaran, kemudian Kimia, dan terakhir bahasa Inggris.Jurusan IPS pun ti

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-12
  • Dunia Baru Sagara   45. Bekas Cakaran Aneh

    Pengumuman untuk berkumpul di lapangan sudah dikumandangkan. Seluruh siswa dari berbagai kelas dan gedung berhambur keluar di bawah pantauan anggota OSIS. Ini tugas pertama bagi Sagara dengan menyandang gelar anggota organisasi paling berpengaruh di Tribakti. Bagi lelaki itu tidak ada yang spesial selain perlakuan penduduk Tribakti yang berbeda dari sebelumnya. Mereka jadi lebih ramah, sangat menghargai Sagara, bahkan cenderung mengidolakan.Kita tidak sedang membahas para penggemar Sagara yang tadi pagi mengerubungi lelaki itu layaknya semut. Melainkan sebagian besar penduduk Tribakti kini benar-benar mengakui keberadaan Sagara. Untuk alasan itu Gara mengklaim bahwa dirinya telah berhasil mengubah kehidupan Sagara Wirantama, dari dulunya terbuang kini menjadi tersayang. Anak remaja itu harus berterima kasih pada Gara jika kelak mereka dipertemukan. Andai saja momen itu segera terjadi.“Tyana, kamu salah arah,” ujar Sagara mengingatkan karena ga

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Dunia Baru Sagara   46. Kembalinya Badar

    Seperti yang diduga, di saat semua penduduk XI IPS 3 sudah berangkat ke lapangan, Badar dan ketiga temannya malah asyik main gaple di kelas. Di sana juga ada Wati, yang duduk di samping lelaki itu sambil merangkul mesra leher Badar. Mereka tertawa bising, tak memedulikan kedatangan Sagara dan Omen sama sekali.“Kalian tidak akan ke lapangan?” tanya Sagara normal, ia bersikap sopan sebagaimana yang diajarkan ketua OSIS.Seperti angin lalu, ucapan Sagara bahkan tak dianggap ada oleh Badar. Kalau tidak mengingat bahwa sekarang Gara sedang berperan sebagai Sagara Wirantama, mungkin Badar dan kawan-kawannya ini sudah habis Sagara patahkan lehernya. Mereka masih remaja tapi sengaknya luar biasa.“Bokir, lo gimana, sih. Giliran gue ini, lihat ya ini akan menjadi hari keberuntungan gue. Pokoknya lo semua wajib traktir gue sama Wati sepuasnya,” seru Badar sambil bersiap menurunkan kartunya ke meja.Sagara memainkan lidahnya dalam mulut, ia

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Dunia Baru Sagara   47. Tak Ingin Jauh

    “Gue kembali untuk bersenang-senang di tempat ini dan lo mengacaukannya begitu saja. Lo mau mati di tangan gue?”“Silakan bunuh aku kalau kau bisa. Itu pun jika kau tidak mati lebih dulu di tanganku,” balas Sagara.Detik itu juga Badar melayangkan tinju yang ditangkis cepat oleh Sagara. Keadaan berbalik cepat, Sagara meninju pipi Badar hingga tubuh siswa tambun itu tersungkur ke belakang. Mengenai meja dan kursi yang sebelumnya ia tempati. Bahkan kartu gaple di atasnya pun sudah berserakan di lantai.“Anjing!” decih Badar langsung berdiri, dia bersiap menyerang Sagara lagi namun langkahnya terjegal setelah Tyana berdiri melindungi Sagara.“Minggir!” titah Badar.“Lo yang minggir!” balas Tyana mendorong dada Badar.“Eh, cewek gatel jangan pegang-pegang cowok gue!” marah Wati ikut emosi. Dia tidak bisa tinggal diam kalau Tyana sudah ikut campur.“Bacot!”

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-14
  • Dunia Baru Sagara   48. Razia

    “Hayo, tadi kamu ngapain sama Tyana di atas atap?” bisik Omen sambil menyenggol bahu Sagara. Mereka sedang dalam perjalanan menuju lapangan. Tyana juga ada di samping kanan Sagara sedangkan Omen berdiri di samping kirinya.Sagara tidak menjawab, dia malas menimbulkan masalah baru lagi. Masalahnya dengan Tyana baru selesai, tidak boleh ada bibit masalah baru hanya karena obrolan yang tak jelas.“Kalian bisik-bisik apa, sih?” tanya Tyana penasaran.“Jangan kepo, Tya, ini urusan laki-laki.”“Idih, sok banget kamu, Men.”“Enggak usah didenger, Tya, ayo buruan jalannya,” kata Saga sambil merangkul kawan baiknya itu. Tyana tersenyum senang, perlakuan Sagara semakin hangat setelah obrolan di atap tadi.Omen menyipitkan matanya, menatap penuh selidik pada dua orang yang berjalan semakin jauh darinya.“Hei, tunggu aku!”Kinerja OSIS SMA Tribakti memang selalu

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-22
  • Dunia Baru Sagara   49. Ketahuan

    Setelah dilihat, ternyata di dalam ponsel siswa itu pun banyak ditemukan gambar-gambar tidak senonoh bahkan ada juga video porno.“Tyana, catat nama dan kelas anak ini. dia harus mendapat bimbingan khusus dari guru BK nantinya,” kata sang Polwan itu lagi.“Baik, Bu,” jawab Tyana lanjut mengikuti Polwan memeriksa siswa lain.Wati dan Badar mulai diperiksa oleh Polwan dan Tyana, dua teman Badar di belakang tampak semakin ketar-ketir. Sebentar lagi giliran mereka akan tiba, akankah keduanya aman dari razia ini atau justru tertangkap basah? Mereka akan benar-benar mati kalau sampai ketahuan.“Buka tasmu!” ujar Sagara pada satu teman Badar yang baris paling belakang.Siswa itu memberikan tasnya pada Sagara untuk diperiksa. Bagian tengah, depan, belakang, sampai ke saku-saku paling kecil tak luput dari pemindaian Saga. Omen tidak berani menyentuh teman-teman Badar. Ia masih sayang nyawanya, kalau Omen nekat&mdash

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-22
  • Dunia Baru Sagara   50. Keraguan Sagara

    Tertangkapnya Badar dan kawan-kawan sungguh menjadi berita mencengangkan yang pernah terjadi di SMA Tribakti. Ini menjadi berita baru yang tak disangka bisa datang dari sekolah sekelas Tribakti. Berbagai media memuat berita ini dan respons masyarakat pun beragam. Ada yang mengatakan bahwa hal itu tidak terlalu mengejutkan karena mustahil ada sekolah yang benar-benar bersih dari kasus kenakalan remaja.Tidak sedikit juga yang mensyukuri terbongkarnya kasus ini, dengan begitu pandangan orang-orang terhadap SMA Tribakti bisa sedikit terbuka. Terutama dari mereka yang pernah mengalami neraka di Tribakti tapi tak berani buka suara sampai sekarang. Mencuatnya pemberitaan negatif ini seolah mewakilkan perasaan yang selama ini ingin mereka sampaikan. Mereka berharap hujatan terhadap Tribakti terus mengalir deras dan ke depannya semua kebusukan sekolah itu bisa terbongkar.Badar dan teman-temannya dibawa ke pihak yang berwajib. Dari pihak Tribakti sudah memberitahu kabar itu ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-23
  • Dunia Baru Sagara   51. Hilal Asmara

    “Sudahlah, Saga, kamu jangan mengkhawatirkan si Badar. Ingat, dia itu sering merundung kamu dulu. Dia manusia paling bejat di hidup kamu. Cukup tanamkan hal itu dalam-dalam di kepalamu agar kamu tidak perlu buang-buang energi untuk sesuatu yang tidak perlu. Kita sudah sangat bekerja keras hari ini.”Sagara mengangguk, sepertinya ini memang bukan momen yang tepat untuk mendiskusikan masalah Badar dengan kedua temannya. Mereka tampak sangat kelelahan. Meski sama-sama diberi tugas berat tapi Sagara tidak sekuyu Omen, dia masih terlihat segar dan tampan seperti biasanya. Apalagi tadi dia sempat sembahyang Isya di masjid sekolah sekaligus didaulat menjadi imam salat.Momen ini menambah nilai plus dari Sagara versi sekarang. Tidak pernah terpikir di benak semua orang bahwa Sagara memiliki kemampuan melantunkan ayat suci dengan sangat baik. Suaranya merdu dan bacaannya tartil. Sagara mendapat pujian dari petinggi sekolah yang kebetulan berjamaah di sana tak

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-23

Bab terbaru

  • Dunia Baru Sagara   131| Harapan Terakhir

    “Kau marah?” ungkap Gara setelah duduk di samping Larasati yang sedang menatap hamparan laut yang sebelumnya mereka sebrangi demi tiba di tempat ini.“Menurutmu?” ketus Laras.“Aku tahu kau kesal, Laras. Tapi aku tidak bisa mengabaikan orang yang sedang membutuhkan pertolongan kita. Kau tahu, di dunia lamaku, saat aku menghadapi kesulitan, saat aku dirundung oleh bajingan-bajingan gila, tidak banyak yang mengulurkan tangannya untuk membantuku. Kebanyakan dari mereka malah menertawakan dan menghardikku. Aku dipojokkan, mereka menginjak-injak harga diriku tanpa perasaan, seolah aku memang pantas hidup menderita di mana pun aku berada. Kau tahu seberapa frustrasinya aku saat itu?”Laras masih diam, menyimak tanpa niat menoleh pada Gara. Perasaannya sudah mulai tersentuh dengan cerita itu, namun gengsinya menahan Laras untuk tetap bersikap dingin.“Aku kesakitan, aku putus asa, dan benar-benar ingin menyerah. Rasanya seperti ingin mati. Aku bertanya kepada diriku sendiri, dosa apa yang k

  • Dunia Baru Sagara   130| Perdebatan Kecil

    “Perempuan bercadar motif edelweiss dan bermata biru. Hm, bagaimana bisa kita menemukan orang dengan petunjuk seminim itu?” gumam Kumbara sambil mengikuti kedua temannya, melangkah dari satu batu ke batu lainnya.Saat ini mereka tengah menyeberangi sungai yang menjadi pembatas antara kerajaan Purwodadi dengan Giri Asih. Setelah sebelumnya mereka bertiga sempat istirahat untuk shalat zuhur, dan makan perbekalan yang diberikan oleh istri pendekar Karsayasa.“Pasti ada jalan, kau tenang saja,” ungkap Gara.“Aku juga penasaran dengan sosok pendekar Edelweiss. Sehebat apa dia sampai bisa menjadi satu-satunya pendekar wanita terpilih,” tukas Larasati diwarnai dengan raut wajah cemburu.“Sudahlah, ini bukan waktu yang tepat untuk iri dengki, Larasati. Kau juga sudah hebat, syukuri saja apa yang kau miliki saat ini. Jangan pernah bermimpi untuk melampaui orang lain demi ambisimu.”Aliran air di sungai itu cukup tenang, mereka bisa menyeberang dengan santai tanpa takut terbawa arus. Meskipun t

  • Dunia Baru Sagara   129| Edelweiss

    Meja makan menjadi ramai oleh tawa, Gara dan para penghuni kediaman pendekar Karsayasa sedang sarapan. Di ruangan itu terdapat meja panjang dengan kursi-kursi yang mengelilinginya. Istri pendekar Karsayasa sengaja menyiapkan sajian istimewa untuk menjamu para tamunya yang sebentar lagi akan meninggalkan Purwodadi. Waktu singgah Gara di kerajaan itu memang jauh lebih singkat dari dugaan.Di satu sisi dia bersyukur karena dengan begitu ia bisa mempersingkat waktu uji kehebatan. Targetnya adalah menyelesaikan tujuh tahapan uji kehebatan sebelum purnama kedua belas. Setiap hari, pria itu selalu dilanda khawatir—takut upayanya melebihi batas waktu yang ditentukan. Kembali saat semua keraguan dan kewaswasan menyerangnya, Gara terus menerus menggumamkan bahwa tugasnya hanyalah berusaha sebaik mungkin. Perkara hasil, biarkan itu menjadi ketetapan Yang Maha Mengetahui.“Ahh, ini makanan terenak yang aku makan setelah kurang lebih empat hari terombang-ambing di laut lepas,” ungkap Kumbara yang

  • Dunia Baru Sagara   128| Sudah Lulus?

    Baru saja tiba di pulau, Gara disambut oleh sekelompok orang asing bersenjata yang lagi dan lagi membuat ketiganya siaga.“Belum genap satu jam kita melewati badai aneh, sekarang ujian apa lagi ini ya Allah?” tukas Kumbara tak habis pikir.Sesulit ini perjuangan mereka untuk mengantarkan Gara menjadi pendekar terhebat.“Sepertinya mereka penduduk setempat,” kata Larasati memindai penampilan para prajurit yang menghadang mereka.Sebenarnya barisan prajurit itu tidak benar-benar menghadang. Mereka hanya berdiri tegap dengan persenjataan lengkap seraya membentuk pagar seolah tengah menanti kehadiran seseorang.“Kau tahu dari mana?” tanya Gara.“Lihatlah tanda pengenal yang menggantung di masing-masing sabuk mereka. Semuanya menunjukkan lambang kerajaan Purwodadi, bisa dipastikan mereka adalah utusan kerajaan.”Beberapa orang membuka barisan bersamaan dengan bunyi tapak kuda yang kian mendekat. Seorang pria gagah berambut panjang melompat turun dari kuda yang ditungganginya. Pria itu men

  • Dunia Baru Sagara   127| Melawan Monster

    Kemunculan Gara dari pusaran air tak melemahkan amarah monster laut damai. Ia terus memukul-mukul permukaan air melalui tentakel raksasanya. Situasi di sana kacau sekali. Tiba-tiba saja, awan mendung berkumpul membentuk formasi yang menyeramkan. Kilat petir menyambar dan bermunculan di langit gelap. Angin bertiup dengan kecepatan tinggi, menciptakan gulungan ombak besar dan membuat laut bergelombang hebat.Gara baru menyadari keberadaan monster itu, dia pun terkejut karena kini dirinya tengah melayang di udara dengan tameng air yang mengelilinginya. Sungguh di luar nalar, ia merasa seluruh tubuhnya kembali bugar. Persis seperti yang pernah dialaminya ketika melawan pendekar Galasakti sebelumnya.Padahal tadi banyak luka yang diperoleh akibat pertempuran sengitnya dengan panglima Arash. Sagara ingat, dirinya nyaris hilang kesadaran akibat kobaran api yang hampir membakar seluruh tubuhnya. Lantas apa yang terjadi sekarang? Makhluk aneh apa yang ada di depannya itu?

  • Dunia Baru Sagara   126| Badai Tak Terduga

    “Besar juga keberanianmu, pendekar Gara. Kukira kau akan melarikan diri seperti kedua temanmu tadi,” kata Panglima Arash, pria bertopeng yang akhirnya kini mendarat di kapal nelayan.Panglima Arash sengaja melarang pasukannya untuk turun tangan kali ini. Dia ingin head to head, atau menghabisi musuh bebuyutannya ini dengan tangannya sendiri. Kali ini, Arash ingin memastikan bahwa urat nadi pendekar Gara benar-benar terputus dengan tebasan tangannya. Arash sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menghadiahkan penggalan kepala Gara kepada yang mulia Batara. Calon pemimpin Ambarwangi dari fraksi Barat.“Untuk apa aku melarikan diri di saat aku ingin sekali bertemu denganmu, Panglima Arash,” kata Gara berani sekali. Dia juga gamblang menyebutkan nama Arash dan itu cukup membuat sang panglima terkejut.“Rupanya kau sudah tahu siapa aku,” kata Arash mengakui ketelikan Gara kali ini.“Tentu saja, aku

  • Dunia Baru Sagara   125| Aku Tidak Akan Kalah

    Menjelang tengah malam, Gara masih belum memejamkan mata sama sekali. Entah mengapa rasa kantuk serta merta hilang dan tak terasa barang sedikit. Dia sudah berusaha mengubah posisi—menghadap kanan, kiri, telentang, tengkurap. Semua sudah ia coba namun tetap tak mendapat titik nyaman. Dia sendiri tidak mengerti mengapa bisa mengalami hal itu. Di saat semua orang tertidur dengan pulasnya, Gara justru gelisah seorang diri.Merasa upayanya tidur tidak akan berhasil, pemuda itu pun memutuskan keluar ruangan. Lebih baik ia menghirup udara segar di luar, siapa tahu perasaannya bisa membaik. Derap langkah Gara terdengar begitu jelas, bersahutan dengan gemuruh angin dan suara ombak laut. Gara berjalan ke arah dek kapal. Ia berdiri di sana sambil matanya menyusuri sekitar. Pria itu yakin tak ada satu pun yang terjaga selain dirinya. Namun, Gara merasa seseorang tengah memperhatikan gerak-geriknya dari kejauhan.Pria itu menarik napas panjang, kemudian menahannya beberapa d

  • Dunia Baru Sagara   124| Laut Damai?

    “Akhirnya, kita tiba,” kata Larasati bersamaan dengan senyum mengembang.Lega sekali rasanya bisa tiba di tempat tujuan dengan selamat setelah kurang lebih empat hari mengarungi hamparan laut mega luas dari kerajaan Kentamani ke kerajaan Purwodadi.“Kau tampak bahagia sekali, Laras, bahkan senyummu lebih lebar dibanding ketika aku berhasil mengalahkan pendekar Galasakti. Sejauh yang aku ingat, dalam perjalanan kali ini juga kau jauh lebih tenang,” kata Gara yang berdiri di samping perempuan itu.Mereka berdua sedang berdiri di bagian depan kapal, memandang laut dengan gradasi warna biru dan hijau yang terpadu indah, ditemani refleksi langit yang kini berubah menjelang jingga.“Entahlah, aku hanya menyukai perjalanan kali ini dibanding perjalanan sebelumnya. Apa kau tidak bisa merasakan ketenangan yang dibawa laut ini pada kita?”“Maksudmu?”“Sudah bukan rahasia lagi jika kerajaan Purwodadi terkenal dengan kawasan lautnya yang sangat luas. Selain terkenal dengan kekayaan maritimnya, l

  • Dunia Baru Sagara   123| Ambisi Panglima Arash

    Selepas menemui tuannya, panglima Arash meninggalkan area istana dan berkunjung ke markasnya. Ia meluapkan emosi dengan memanah, puluhan anak panah melesat kencang menembus sasaran yang jauh di depan sana. Tidak ada yang melenceng, semuanya menancap tepat di area merah. Kemampuannya dalam hal ini memang tidak perlu diragukan. Dia sangat mumpuni dalam bertarung, memanah, berkuda, dan merakit senjata tajam. Wajar jika kini dia menyandang gelar sebagai panglima perang yang paling disegani di fraksi barat. Fraksi yang menjadi dalang dari carut marutnya pemerintahan di kerajaan Ambarwangi dan yang telah mencelakai raja Majapati.Saat panglima Arash fokus meluapkan emosi, kedatangan seorang prajurit menghentikan kegiatan itu. Panglima Arash seperti sudah tahu maksud dan tujuan prajurit itu. Ya, memang sebelumnya dirinya yang meminta bawahannya itu untuk menyelidiki sesuatu. Panglima Arash menyimpan peralatan memanahnya, turun dari podium panah dan mengajak bawahannya itu untuk mengobrol di

DMCA.com Protection Status