Beranda / Fantasi / Dunia Baru Sagara / 112| Pasar Kentamani

Share

112| Pasar Kentamani

Penulis: Senchaaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-06 07:30:01

Bisa selamat dari ancaman berbahaya bayangan setan seperti sebuah anugerah bagi Gara, Larasati, dan Kumbara. Mereka nyaris membusuk tanpa diketahui di zona merah Lembah Sawer kalau saja Gara tidak berhasil menghancurkan pusat bayangan setan. Semalam, tak berapa lama setelah Gara berhasil mengalahkan pusat bayangan setan, Larasati dan Kumbara menghampirinya. Mereka memberikan pujian besar atas kehebatan Gara mengalahkan makhluk menyeramkan itu.

Jujur saja, Larasati dan Kumbara sempat meremehkan Gara dalam perjalanan uji kehebatan ini. namun sepertinya, sekarang mereka harus belajar menaruh kepercayaan penuh pada Sagara. Meskipun sering mengeluh dan rewel, anak ini menyimpan kekuatan misterius. Memang tidak salah guru Mada memilih anak ini. Dia pasti tahu bahwa Sagara adalah anak yang berpotensi.

Dan tentu saja Larasati dan Kumbara juga harus meyakini rencana takdir. Bukan tanpa alasan Tuhan membuat jiwa pendekar Gara dan Sagara Wirantama tertukar. Pasti ada tujuan di ba

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dunia Baru Sagara   113| Pendekar Pecundang

    Di dalam kedai, Larasati memilih meja makan tepat di selasar, selain masih kosong, area itu juga sangat strategis jika ingin menikmati pemandangan pasar Kentamani. Melihat orang hilir mudik melakukan transaksi ternyata lumayan menyenangkan. Mungkin ini juga salah satu dampak karena Larasati sudah cukup lama tidak belanja di pasar Ambarwangi. Ah, semua hal menyenangkan yang terjadi di tempat itu selalu membawa kenangan indah Ambarwangi di masa lalu. Ini sungguh menyesakkan.“Pesanan datang, selamat menikmati,” ungkap bibi penjaga kedai usai menyajikan sebakul nasi dan seekor ayam bakar disertai lalapan di atas meja.Kumbara menelan air liurnya melihat ayam bakar berwarna kecokelatan yang benar-benar menggugah selera. Belum lagi aroma sedap yang menguap, membuat pria itu semakin ngiler. Setelah baca doa yang dipimpin Gara, ketiga orang itu pun mulai menikmati makanan mereka. Tampak jelas jika ketiganya memang sudah lama tidak makan enak dengan tenang. Kumbara

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Dunia Baru Sagara   114| Taruhan Maut

    Gara, Larasati, dan Kumbara sudah berada di tempat pertarungan. Mereka sedang dalam antrean untuk mendaftarkan Sagara sebagai peserta uji kehebatan. Sepanjang penantian kurang lebih 15 menit itu, Larasati sama sekali tidak buka suara. Wajahnya terus ditekuk, dia tampak masih kesal gara-gara kejadian di kedai makan tadi. Kumbara sudah berusaha menghiburnya dengan melayangkan berbagai lelucon. Nihil, tak ada satu pun lelucon pria itu yang bisa mengembalikan suasana hati Larasati yang telanjur amburadul. “Laras serem ya Bar, kalau sedang cemberut begitu,” bisik Gara pada Kumbara yang kebetulan berdiri di sampingnya sedangkan Larasati berada di tepat di depan mereka. “Beuh, jangan ditanya, Gar. Asal kau tahu Larasati ini kalau sudah ngamuk, banteng pun takut padanya.” “Hah, serius?” Kumbara memejam jengkel, kadang dia sebal kalau Gara sedang polos setengah oon begini. “Itu perumpamaan, Gara. Tapi serius deh kalau Larasati ngamuk itu seram sekali.

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Dunia Baru Sagara   115| Pertarungan Dimulai

    “Pengumuman-pengumuman, para peserta uji kehebatan silakan berkumpul ke sumber suara. Ada informasi penting yang harus kalian perhatikan sebelum pertarungan uji kehebatan dimulai beberapa saat lagi,” seorang pria berpangsi hitam berteriak di atas sebuah dipan—tepat di depan arena pertarungan.Seluruh peserta uji kehebatan yang sebelumnya tercecer di beberapa titik serempak berkumpul di sana, tanpa terkecuali Gara. Pria ini cukup siap untuk menghadapi babak penyisihan pertama. Dia tampak tenang dan santai, berbeda dengan Larasati dan Kumbara yang lebih panik dan gusar. Sejak tadi mereka terus menjejali Gara dengan arahan mengenai teknik bertarung, model tangkisan, dan cara bertahan yang baik. meskipun sebenarnya Gara sudah menguasai itu semua berkat proses latihannya bersama Larasati dan Kumbara, tapi tak lantas menyurutkan rasa khawatir kedua orang itu.Baiklah, Larasati dan Kumbara akui bahwa sejak kali pertama belajar bela diri sampai detik ini Gara

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-08
  • Dunia Baru Sagara   116| Keberhasilan Sementara

    Saat Larasati mengatakan bahwa pertarungan ini mempertaruhkan nyawa, gadis itu sama sekali tidak main-main dengan ucapannya. Sepanjang pertarungan uji kehebatan dimulai, puluhan kandidat berjatuhan menjadi korban kebengisan lawan mereka. Larasati dan Kumbara sempat mengucap syukur dan bernapas lega saat mengetahui Gara masih baik-baik saja ketika babak pertama usai. Ketegangan mereka kembali meningkat begitu babak kedua kembali bergulir. Ini akan menjadi penentu, dari 50 petarung yang tersisa kemudian akan dipilih 2 orang saja untuk lanjut ke babak final. Pemenang di babak finallah yang kemudian akan berhadapan dengan pendekar Galasakti di keesokan harinya. Pendekar pertama yang harus dihadapi jika para petarung ingin mendapat gelar pendekar terhebat ke-8 yang ada di bumi Parahyangan.“Gara awas ... di belakangmu!” teriak Kumbara, jantungnya nyaris copot ketika melihat ada orang yang hendak menyabet punggung Gara dengan cerulit.Berbeda dengan pertarungan babak pertama yang tidak dipe

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07
  • Dunia Baru Sagara   117| Kemenangan

    Plak!Larasati menampar punggung Gara keras sampai bunyinya membuat Kumbara ngilu. Dan tentu saja Gara meringis karena itu namun ia tidak berani membentak pelakunya.“Jangan bercanda! Selepas ini kau akan kembali bertanding, jangan jadi lengah terhadap lawanmu. Kau tahu, lawan yang akan kau hadapi adalah si pria berengsek yang katanya akan mencongkel matamu itu. Kau tidak boleh kalah darinya!”“Oh, ya? Orang itu lawanku?”“Iya, rupanya dia lawan yang sangat kuat. Pantas saja dia berani menantangmu bertarung. Rasa percaya dirinya memang beralasan.”“Hmm ... jadi selain pertarungan memperebutkan posisi pendekar terhebat rupanya babak final ini juga akan menjadi penentuan apakah bola matamu masih bisa utuh atau hilang sebelah,” kata Kumbara membuat Gara bergidik. Kumbara mengatakannya dengan nada intimidatif dan menekan. Sungguh menyebalkan.“Walaupun ini akan terlihat berat tapi aku sama sekali tidak takut pada pria itu. Akan kubuktikan pada kalian bahwa aku bisa menjadi pendekar terheb

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07
  • Dunia Baru Sagara   118| Pendekar Galasakti

    Setelah melewati pertarungan sengit yang berdarah-darah, akhirnya waktu yang dinanti pun tiba. Nyaris seluruh warga desa kentamani berkumpul di area pertandingan. Duduk dengan perasaan semangat dan menggebu karena tak lama lagi mereka akan menjadi saksi kemenangan seorang pendekar hebat yang tak terkalahkan. Entah kemenangan akan berpihak pada pendekar kebanggaan mereka--Galasakti, atau justru akan menjadi titik balik kejayaan pendekar Gara yang sempat pudar.Beberapa komplot orang bahkan tak ragu mempertaruhkan uang mereka untuk pertandingan ini demi meraup keuntungan yang lebih besar. Mayoritas memegang pendekar Galasakti sebagai jagoan, dan hanya sebagian kecil yang menjagokan pendekar Gara. Mereka tidak mau bertaruh untuk sesuatu yang tidak pasti jika ada di pihak Gara. Yang jelas-jelas saja, untuk saat ini dari segi apa pun tentu pendekar Galasakti lebih unggul. "Hai Gara, sudah lama kita tidak bersua. Kau masih ingat padaku?" sapa Galasakti saat merek sudah berhadapan di arena

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15
  • Dunia Baru Sagara   119| Peluk Kebahagiaan

    "Aku tidak akan membunuhmu Gara tapi akan kupastikan kau kalah dengan telak!" ungkap Galasakti sambil menghempas pedang Gara dengan sekali hembusan napas.Pedang itu serupa lembar ketas yang tertiup angin dengan mudahnya. Kini Gara tidak lagi memiliki senjata untuk melindungi diri. Dia berguling saat pedang Galasakti hendak menyayat perutnya. Alhsil hanya tanah yang terbelah karena serangan kejam itu. Kumbara dan Larasati sudah melemas, Sagara berada di ujung kekalahan. Mereka meneteskan air mata, bahkan Larasati sampai menjerit ketika darah segar menyiprat dari bagian perut Sagara. Ya, pria itu terkena sabetan pedang tajam Galasakti."Sudah hentikan! Gara sudah tidak berdaya, tolong jangan menyerangnya lagi!" teriak Larasati, ia bergegas keluar dari area penonton hendak menghampiri Sagara yang terluka parah."Bunyikan gongnya! Hentikan pertandingan ini sialan! Temanku sudah sekarat!" amuk Kumbara yang kini sudah berada di tempat penyelenggara pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-16
  • Dunia Baru Sagara   120| Si Nakal Rindu Rumah

    Jangan suka cemberutJangan suka khawatirItu suara kentutBukan suara petirJalan-jalan ke sama pelautBawa agar-agar dibalur susuWahai Sagara kenapa cemberutKalau sedih hati lihatlah akuSaga mengekeh geli mendengar pantun asal Omen, tak ada angin tak ada hujan, anak itu tiba-tiba muncul di samping Sagara yang tengah termenung seorang diri di belakang rumahnya.“Kenapa sih Ga, cemberut mulu, senyum ngapa senyum,” tukas Omen bermaksud menghibur.Tanpa perlu dijelaskan sebenarnya Omen sudah tahu apa alasan Sagara murung begini. Pagi tadi Saga kembali dipermalukan oleh teman-teman sekelasnya, perkara dia yang tidak bisa mengikuti kelas olahraga dengan maksimal. Saat tes renang gaya kupu-kupu, orang lain meluncur dengan indah sementara dia hanya stuck di tempat dan bergerak rusuh seperti ikan kehabisan air. Menjadi bahan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-17

Bab terbaru

  • Dunia Baru Sagara   131| Harapan Terakhir

    “Kau marah?” ungkap Gara setelah duduk di samping Larasati yang sedang menatap hamparan laut yang sebelumnya mereka sebrangi demi tiba di tempat ini.“Menurutmu?” ketus Laras.“Aku tahu kau kesal, Laras. Tapi aku tidak bisa mengabaikan orang yang sedang membutuhkan pertolongan kita. Kau tahu, di dunia lamaku, saat aku menghadapi kesulitan, saat aku dirundung oleh bajingan-bajingan gila, tidak banyak yang mengulurkan tangannya untuk membantuku. Kebanyakan dari mereka malah menertawakan dan menghardikku. Aku dipojokkan, mereka menginjak-injak harga diriku tanpa perasaan, seolah aku memang pantas hidup menderita di mana pun aku berada. Kau tahu seberapa frustrasinya aku saat itu?”Laras masih diam, menyimak tanpa niat menoleh pada Gara. Perasaannya sudah mulai tersentuh dengan cerita itu, namun gengsinya menahan Laras untuk tetap bersikap dingin.“Aku kesakitan, aku putus asa, dan benar-benar ingin menyerah. Rasanya seperti ingin mati. Aku bertanya kepada diriku sendiri, dosa apa yang k

  • Dunia Baru Sagara   130| Perdebatan Kecil

    “Perempuan bercadar motif edelweiss dan bermata biru. Hm, bagaimana bisa kita menemukan orang dengan petunjuk seminim itu?” gumam Kumbara sambil mengikuti kedua temannya, melangkah dari satu batu ke batu lainnya.Saat ini mereka tengah menyeberangi sungai yang menjadi pembatas antara kerajaan Purwodadi dengan Giri Asih. Setelah sebelumnya mereka bertiga sempat istirahat untuk shalat zuhur, dan makan perbekalan yang diberikan oleh istri pendekar Karsayasa.“Pasti ada jalan, kau tenang saja,” ungkap Gara.“Aku juga penasaran dengan sosok pendekar Edelweiss. Sehebat apa dia sampai bisa menjadi satu-satunya pendekar wanita terpilih,” tukas Larasati diwarnai dengan raut wajah cemburu.“Sudahlah, ini bukan waktu yang tepat untuk iri dengki, Larasati. Kau juga sudah hebat, syukuri saja apa yang kau miliki saat ini. Jangan pernah bermimpi untuk melampaui orang lain demi ambisimu.”Aliran air di sungai itu cukup tenang, mereka bisa menyeberang dengan santai tanpa takut terbawa arus. Meskipun t

  • Dunia Baru Sagara   129| Edelweiss

    Meja makan menjadi ramai oleh tawa, Gara dan para penghuni kediaman pendekar Karsayasa sedang sarapan. Di ruangan itu terdapat meja panjang dengan kursi-kursi yang mengelilinginya. Istri pendekar Karsayasa sengaja menyiapkan sajian istimewa untuk menjamu para tamunya yang sebentar lagi akan meninggalkan Purwodadi. Waktu singgah Gara di kerajaan itu memang jauh lebih singkat dari dugaan.Di satu sisi dia bersyukur karena dengan begitu ia bisa mempersingkat waktu uji kehebatan. Targetnya adalah menyelesaikan tujuh tahapan uji kehebatan sebelum purnama kedua belas. Setiap hari, pria itu selalu dilanda khawatir—takut upayanya melebihi batas waktu yang ditentukan. Kembali saat semua keraguan dan kewaswasan menyerangnya, Gara terus menerus menggumamkan bahwa tugasnya hanyalah berusaha sebaik mungkin. Perkara hasil, biarkan itu menjadi ketetapan Yang Maha Mengetahui.“Ahh, ini makanan terenak yang aku makan setelah kurang lebih empat hari terombang-ambing di laut lepas,” ungkap Kumbara yang

  • Dunia Baru Sagara   128| Sudah Lulus?

    Baru saja tiba di pulau, Gara disambut oleh sekelompok orang asing bersenjata yang lagi dan lagi membuat ketiganya siaga.“Belum genap satu jam kita melewati badai aneh, sekarang ujian apa lagi ini ya Allah?” tukas Kumbara tak habis pikir.Sesulit ini perjuangan mereka untuk mengantarkan Gara menjadi pendekar terhebat.“Sepertinya mereka penduduk setempat,” kata Larasati memindai penampilan para prajurit yang menghadang mereka.Sebenarnya barisan prajurit itu tidak benar-benar menghadang. Mereka hanya berdiri tegap dengan persenjataan lengkap seraya membentuk pagar seolah tengah menanti kehadiran seseorang.“Kau tahu dari mana?” tanya Gara.“Lihatlah tanda pengenal yang menggantung di masing-masing sabuk mereka. Semuanya menunjukkan lambang kerajaan Purwodadi, bisa dipastikan mereka adalah utusan kerajaan.”Beberapa orang membuka barisan bersamaan dengan bunyi tapak kuda yang kian mendekat. Seorang pria gagah berambut panjang melompat turun dari kuda yang ditungganginya. Pria itu men

  • Dunia Baru Sagara   127| Melawan Monster

    Kemunculan Gara dari pusaran air tak melemahkan amarah monster laut damai. Ia terus memukul-mukul permukaan air melalui tentakel raksasanya. Situasi di sana kacau sekali. Tiba-tiba saja, awan mendung berkumpul membentuk formasi yang menyeramkan. Kilat petir menyambar dan bermunculan di langit gelap. Angin bertiup dengan kecepatan tinggi, menciptakan gulungan ombak besar dan membuat laut bergelombang hebat.Gara baru menyadari keberadaan monster itu, dia pun terkejut karena kini dirinya tengah melayang di udara dengan tameng air yang mengelilinginya. Sungguh di luar nalar, ia merasa seluruh tubuhnya kembali bugar. Persis seperti yang pernah dialaminya ketika melawan pendekar Galasakti sebelumnya.Padahal tadi banyak luka yang diperoleh akibat pertempuran sengitnya dengan panglima Arash. Sagara ingat, dirinya nyaris hilang kesadaran akibat kobaran api yang hampir membakar seluruh tubuhnya. Lantas apa yang terjadi sekarang? Makhluk aneh apa yang ada di depannya itu?

  • Dunia Baru Sagara   126| Badai Tak Terduga

    “Besar juga keberanianmu, pendekar Gara. Kukira kau akan melarikan diri seperti kedua temanmu tadi,” kata Panglima Arash, pria bertopeng yang akhirnya kini mendarat di kapal nelayan.Panglima Arash sengaja melarang pasukannya untuk turun tangan kali ini. Dia ingin head to head, atau menghabisi musuh bebuyutannya ini dengan tangannya sendiri. Kali ini, Arash ingin memastikan bahwa urat nadi pendekar Gara benar-benar terputus dengan tebasan tangannya. Arash sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menghadiahkan penggalan kepala Gara kepada yang mulia Batara. Calon pemimpin Ambarwangi dari fraksi Barat.“Untuk apa aku melarikan diri di saat aku ingin sekali bertemu denganmu, Panglima Arash,” kata Gara berani sekali. Dia juga gamblang menyebutkan nama Arash dan itu cukup membuat sang panglima terkejut.“Rupanya kau sudah tahu siapa aku,” kata Arash mengakui ketelikan Gara kali ini.“Tentu saja, aku

  • Dunia Baru Sagara   125| Aku Tidak Akan Kalah

    Menjelang tengah malam, Gara masih belum memejamkan mata sama sekali. Entah mengapa rasa kantuk serta merta hilang dan tak terasa barang sedikit. Dia sudah berusaha mengubah posisi—menghadap kanan, kiri, telentang, tengkurap. Semua sudah ia coba namun tetap tak mendapat titik nyaman. Dia sendiri tidak mengerti mengapa bisa mengalami hal itu. Di saat semua orang tertidur dengan pulasnya, Gara justru gelisah seorang diri.Merasa upayanya tidur tidak akan berhasil, pemuda itu pun memutuskan keluar ruangan. Lebih baik ia menghirup udara segar di luar, siapa tahu perasaannya bisa membaik. Derap langkah Gara terdengar begitu jelas, bersahutan dengan gemuruh angin dan suara ombak laut. Gara berjalan ke arah dek kapal. Ia berdiri di sana sambil matanya menyusuri sekitar. Pria itu yakin tak ada satu pun yang terjaga selain dirinya. Namun, Gara merasa seseorang tengah memperhatikan gerak-geriknya dari kejauhan.Pria itu menarik napas panjang, kemudian menahannya beberapa d

  • Dunia Baru Sagara   124| Laut Damai?

    “Akhirnya, kita tiba,” kata Larasati bersamaan dengan senyum mengembang.Lega sekali rasanya bisa tiba di tempat tujuan dengan selamat setelah kurang lebih empat hari mengarungi hamparan laut mega luas dari kerajaan Kentamani ke kerajaan Purwodadi.“Kau tampak bahagia sekali, Laras, bahkan senyummu lebih lebar dibanding ketika aku berhasil mengalahkan pendekar Galasakti. Sejauh yang aku ingat, dalam perjalanan kali ini juga kau jauh lebih tenang,” kata Gara yang berdiri di samping perempuan itu.Mereka berdua sedang berdiri di bagian depan kapal, memandang laut dengan gradasi warna biru dan hijau yang terpadu indah, ditemani refleksi langit yang kini berubah menjelang jingga.“Entahlah, aku hanya menyukai perjalanan kali ini dibanding perjalanan sebelumnya. Apa kau tidak bisa merasakan ketenangan yang dibawa laut ini pada kita?”“Maksudmu?”“Sudah bukan rahasia lagi jika kerajaan Purwodadi terkenal dengan kawasan lautnya yang sangat luas. Selain terkenal dengan kekayaan maritimnya, l

  • Dunia Baru Sagara   123| Ambisi Panglima Arash

    Selepas menemui tuannya, panglima Arash meninggalkan area istana dan berkunjung ke markasnya. Ia meluapkan emosi dengan memanah, puluhan anak panah melesat kencang menembus sasaran yang jauh di depan sana. Tidak ada yang melenceng, semuanya menancap tepat di area merah. Kemampuannya dalam hal ini memang tidak perlu diragukan. Dia sangat mumpuni dalam bertarung, memanah, berkuda, dan merakit senjata tajam. Wajar jika kini dia menyandang gelar sebagai panglima perang yang paling disegani di fraksi barat. Fraksi yang menjadi dalang dari carut marutnya pemerintahan di kerajaan Ambarwangi dan yang telah mencelakai raja Majapati.Saat panglima Arash fokus meluapkan emosi, kedatangan seorang prajurit menghentikan kegiatan itu. Panglima Arash seperti sudah tahu maksud dan tujuan prajurit itu. Ya, memang sebelumnya dirinya yang meminta bawahannya itu untuk menyelidiki sesuatu. Panglima Arash menyimpan peralatan memanahnya, turun dari podium panah dan mengajak bawahannya itu untuk mengobrol di

DMCA.com Protection Status