Beranda / Pernikahan / Dua Sisi Menantu / Bab 22 (Annissa Zahra namanya)

Share

Bab 22 (Annissa Zahra namanya)

Penulis: El-Haz
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pov Ibu

Entah mengapa setiap melihatnya aku tak pernah suka. Bagiku Ilyas seperti salah memilih. Walaupun kuakui perempuan itu merupakan perempuan yang baik, tapi tetap saja rasa menolak dan tak suka lebih merajai hati. Dia, tak sepadan dengan kami.

"Bu." Panggilan dari Rika, anak sulungku membuyarkan lamunan. Aku menoleh kearah perempuan yang kulahirkan tiga puluh tiga tahun silam itu.

"Ada apa?"

"Cuma mau tanya, kalau Ilyas tak mau tinggal disini bagaimana, Bu?"

"Kamu mencemaskan hal itu?" Tampak Rika menganggukkan kepala.

"Ya kamu yang masak," ujarku datar. Mata Rika membulat.

"Kok Rika, Bu? Rika mana bisa."

"Seperti kata Nisa. Belajar."

"Zahira gimana, Bu? Siapa yang pegang?"

Aku berpikir sejenak. Iya juga.

"Hm, Kalau Ilyas dan Nisa tetap mau pulang. Ibu akan minta Sarah yang memasak."

Kali ini mata Rika membulat lebih besar. Dan, aku faham maksudnya.

"Ibu akan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dua Sisi Menantu    Bab 23 (Kecurigaan)

    "Mas pergi dulu ya. Baik-baik dirumah. Hp Mas tinggal ya. Mas pulang pasti tepat waktu," ujar Mas Ilyas dipintu saat akan pergi memenuhi undangan Pak RT."Iya, Mas. Kalau nanti mau agak lama minta anak-anak sini bilang ke rumah ya. Jadi Nisa nggak cemas.""Iya, Sayang. Assalamu'alaikum.""Waalaikumsalam."Kupandangi suamiku yang perlahan keluar dan membuka pagar.Menekan kuat jempol kaki satu sama lain.'Ayo, Nisa. Ayo. Mumpung belum jauh. Suamimu pasti memberi tahu, dia sangat mencintaimu. Tanyakan dan tenangkan hatimu.' Sisi jiwaku berbicara.'Tapi bagaimana jika suamimu tak mau memberi tahu? Jika suamimu tak memberi tahu, artinya selama ini pernikahan kalian penuh kebohongan dan untuk apa dipertahankan?' Sisi jiwaku yang lainnya ikut menambahi. Mereka saling berontak dan saling memaksakan keinginan masing-masing. Aku memejamkan mata kuat, menguatkan diri atas segala kemungkinan yang akan kudapati ataupun terjadi. Wala

  • Dua Sisi Menantu    Bab 24 (Rasa yang tak nyaman)

    Usai sholat subuh aku langsung beranjak ke dapur. Memasak sarapan untuk kami, setelah selesai, lanjut memutar cucian sembari membereskan sedikit keberantakan rumah. Tak lama Mas Ilyas pulang dari masjid. Dengan sigap lelaki yang membuatku belakangan ini menjadi curiga itu membantu membereskan rumah."Sayang, ngajar?""Ngajar, Mas," jawabku pada Mas Ilyas. Lelaki itu sedang mengepel ruang tamu."Mas antar nanti ya. Pulangnya juga mas jemput, terus kita langsung pergi jalan-jalan. Mas rindu suasana kota ini.""Loh, bukannya mau ke rumah Ibu Mas antar lauk?""Nggak. Hari ini kita nggak usah kesana. Kita jalan-jalan aja.""Loh kok gitu? Makan Ibu gimana, Mas?""Ibu pagi ini pergi ziarah ke makam Bapak. Diajak Sarah. Mereka juga bawa bekal katanya makan dijalan. Singgah ditempat yang teduh. Kalau daerah atas sana banyak tempat teduh kan."Aku membulatkan mata. Ibu akan pergi ziarah bersama Sarah? Bawa bek

  • Dua Sisi Menantu    Bab 25 (Rasa yang tak nyaman 2)

    "Sayang, udah selesai?" tanya Mas Ilyas padaku."Sudah, Mas. Tapi ini pastikan Mas kita ke kampung? Nanti udah kirim barang duluan ternyata nggak jadi pulang kan nggak enak sama Bapak dan Ibu," tanyaku memastikan lagi.Ya, rencana kami akan mengirim semua keperluan kami selama di kampung orang tuaku nanti. Karena sepulang pergi dari puncak kami akan langsung ke kampung selama sebulan seperti janji Mas Ilyas. Untuk langsung membawanya rasanya tak mungkin, jadi kami putuskan untuk mengirim semua barang duluan kesana."Pasti sayang. Pasti. Mas nggak akan bohong kok. Sepulangnya dari puncak kita langsung ke kampung.""Baik, Mas.""Oh ya, lauk untuk Ibu sudah di siapkan, Nis?""Sudah, Mas. Tinggal pasang saja, karena tadi masih panas.""Yasudah, biar Mas yang pasangkan ya," jawab Mas Ilyas lalu pergi beranjak.Setelah mengirim barang, tepat pukul dua belas aku tiba di rumah Ibu. Suasana ruma

  • Dua Sisi Menantu    Bab 26 (Ara)

    POV ILYAS (Ara)Ara namanya. Perempuan ceria nan supel yang telah memikat hatiku. Pemilik kulit putih dengan senyum manis itu benar-benar memberi warna dalam hati. Awal berkenalan dengannya karena pertemuan tak terduga, sama-sama mengantri membeli makanan cepat saji."Kak, nomor antrian berapa?" Sebuah suara menyapa."19," jawabku tanpa menoleh. Asik berbalas chat dengan teman di ponsel terbaru bermerk Blackberry."Cepat ya, aku 27. Hm bisa titip nggak, Kak? Cuma seporsi nasi ayam, kentang goreng, dan milo dingin aja kok.""Nggak!""Huh, pelit," cibirnya, "pantes sombong, orang kaya." Mendengar ucapannya seketika membuatku menoleh.Cantik. Satu kata didetik pertama. Lalu perempuan itu merangsek maju menemui seorang Ibu paruh baya didepanku. Melakukan usaha yang sama. Dan, berhasil.Gigih. Dua kata didetik ke dua puluh. Entah mengapa mata ini menjadi tak ingin lepas m

  • Dua Sisi Menantu    Bab 27 POV ILYAS (Tertangkap basah)

    POV ILYAS (Tertangkap basah)Dua bulan setelah itu. Tepat usia Ara yang akan ke dua puluh empat. Dia merengek manja padaku meminta sebuah hadiah besar untuk ulang tahunnya. Aku tertawa dibuatnya, karena ia mengomel panjang lebar sebelum memutuskan panggilan begitu saja.Kukatakan dia tidak akan mendapatkan apa-apa dariku. Sudah tua, tak pantas lagi meminta dan menerima kado, itu alasanku. Padahal sebenarnya aku sudah menyiapkan hadiah khusus dan besar untuknya. Sebuah mobil sunroof berwarna merah impiannya, tak lupa sebuah cincin yang akan aku sematkan dijarinya. Ya, benar kata Ibu. Usia kami sudah pantas untuk menikah. Aku mapan, begitupun Ara. Tak ada alasan untuk menunda lagi. Terlalu lama, tak baik juga.Satu minggu sebelum ulang tahun Ara, aku izin pulang. Menaiki pesawat Etihad Airways aku menuju Indonesia. Dengan membawa harapan dan cinta yang besar untuk perempuanku. Calon Ibu dari anak-anakku. Sarah Tara Putri.

  • Dua Sisi Menantu    Bab 28 POV ILYAS (Membencimu)

    Berkali-kali dering ponselku terdengar. Panggilan Ara yang ku abaikan. Ibu dan Bunda telah kuminta untuk tak usah lagi datang, dan aku meminta waktu untuk sendiri. Setelah mengatakan hal itu, Bunda langsung berhenti menghubungi. Hanya Ibu yang masih terus saja menghubungi, meminta kepastian dan penjelasan.Ah, Ibu. Haruskah ku katakan bahwa anak lelakimu yang telah menaklukan laut di bumi ini baru saja dipermainkan seorang wanita dan saat ini menjadi hancur?Dan, wanita itu adalah menantu idamanmu? Juga, istri idaman anakmu?"Yas, yang di cafe gimana?" Suara Rangga menyadarkanku dari lamunan."Entahlah, Ga. Rasanya gue nggak bisa mikir lagi.""Yas, gue paham perasaan lu. Gue pernah di posisi lu, ya walau si mantan nggak separah si Ara sih. Jancuk! Asli parah banget itu emang si Ara. Gue nih normal ya, Yas. Tapi tadi pas liat selimut si Ara melorot, yang ada tambah jijik gue. Halah, susah gue move on dari em

  • Dua Sisi Menantu    Bab 29 (POV SARAH)

    [Sudah Mas transfer ya. Semoga Papa cepat sembuh]Sebuah pesan whatsapp masuk ke ponselku. Aku tersenyum membacanya. Lima puluh juta kini mendekam manis dalam rekeningku. Kamu yang terhebat Mas. Segera aku mandi lalu berangkat ke kantor dengan perasaan bahagia yang membuncah didada.Tak kuhiraukan getar-getar pada ponselku. Panggilan dari si pengirim lima puluh jutaku. Ah, nanti saja. Aku sudah hampir terlambat ke kantor. Setelah berpamitan pada Mama segera aku berangkat ke kantor."Jangan lupa, jenguk Papa sepulang kerja," teriak Mama begitu aku berada di ujung pintu."Ya," jawabku malas. Apa yang keluar dari mulutku belakangan ini adalah semua dari kebalikannya. Ya, kataku artinya adalah tidak.Tentu saja aku tidak akan menjenguk Papa. Terlalu malas melihat wajahnya. Ada tidaknya dia, tak berpengaruh apapun bagi hidupku, terlebih kantongku.Saat sehat hanya ingat istri dan dua anak ny

  • Dua Sisi Menantu    Bab 30 (POV SARAH_Ketahuan)

    Berkali-kali aku menghubungi Mas Ilyas. Lelaki yang menemani hari-hariku selama lima tahun belakangan ini. Lelaki yang menjadi atm berjalanku. Bersamanya ketemukan warna-warni hidupku. Sejak mulai tamat sekolah, kuliah hingga bekerja tak lepas dari dukungan dan bantuannya.Kembali kucoba menghubunginya. Hasilnya nihil. Bahkan ternyata nomorku sudah di blokir Mas Ilyas. Aku tak habis akal. Kembali kuhubungi nomor ponselnya. Tersambung. Ditolak. Dan lagi, diblokir.Kuhapus airmataku, kasar. Rasanya menyesakkan. Kenapa setelah semuanya terjadi justru perasaan cintaku semakin besar? Benarkah ini cinta atau rasa penyesalan saja?"Jalang!" Lagi si brengsek Rangga memakiku lalu tancap gas, membawa mobil merah yang harusnya menjadi milikku, kado terbesar di sepanjang ulang tahunku selama ini.Ah, kenapa Mas Ilyas bisa kedaratan dan aku tak mengetahuinya?Dan kenapa pula Mas Ilyas bisa sepintar itu? Pa

Bab terbaru

  • Dua Sisi Menantu    Bab 33 (POV IBU_Janji)

    "Pergi saja! Tidak usah kunjungi Ibu lagi. Pergi saja kerumah si Lani. Ibu rasa kamu memang anak si Lani! Bukan anak Ibu!" teriakku kuat dan emosi. Rasanya menyakitkan sekali.Setelah mendengar teriakanku, tampak langkah Ilyas berhenti. Ia berbalik lalu menatapku."Walau Ibu menolak sekalipun. Ilyas tetaplah anak Ibu. Maafkan Ilyas yang telah mengecewakan Ibu karena menjadikan Nisa istri Ilyas. Dimata Ibu, Ilyas salah memilih. Tapi bagi Ilyas, pilihan Ilyas adalah yang terbaik."Jawaban Ilyas bagai ombak laut ganas yang menghantam pohon kecil dipinggir pantai. Sakit sekali rasanya."Ilyasssss. Hu hu hu hu," teriakku kuat ingin mengejar. Tapi Reno dan Zaki lebih cepat menangkapku. Menahan diri ini agar tak mengejar Ilyas keluar.Perlahan Rika dan Sarah membawaku ke kamar. Rasanya kepala mulai terasa sakit. Tubuhku lemas tak berdaya. Tapi hati masih dipenuhi rasa sakit dan benci bersamaan. Sakit

  • Dua Sisi Menantu    Bab 32 (POV SARAH_Awal mengenal Reno)

    Aku menatap mata itu. Berusaha menelisik hatinya, mencari cinta yang besar seperti dulu untukku. Hasil nya nihil. Tak ada.Lelaki itu tampak sehat dan semakin tampan. Lelaki yang selalu bermain dipikiran dan imajinasiku. Setelah berpisah darinya, banyak lelaki jatuh kepelukan. Dan semuanya brengsek. Tak ada yang seperti dia. Tulus dan apa adanya. Setelah berusaha mati-matian melupakan dan tak bisa. Seorang lelaki lain yang mengantarku pulang dahulu, datang mengulurkan tangan, menawarkan sebuah pertemanan.Aku tahu, bukan hanya sebuah pertemanan tapi juga sebuah rasa.Kutolak dengan halus. Lelaki itu bukan typeku. Dia terlalu dingin. Hanya tertawa dan tak pernah memuji fisik dan kecantikanku. Aku suka lelaki liar, liar berkata-kata dan liar tangannya bekerja.Lelaki itu mundur. Tak ada usaha. Melempem bak kerupuk tersiram air.Payah! Sama sekali bukan typeku. Setelah berteman begitu saja. Via chat sesekali telepon, suatu hari lelaki it

  • Dua Sisi Menantu    Bab 31 (Kembali)

    "Maaf, Tante membuang-buang waktu saya. Saya kira tante tulus menelepon saya untuk meminta maaf karena menyesalkan perbuatan anak Tante. Tapi ternyata saya salah. Mobil itu memang saya niatkan untuk Ara. Tapi setelah apa yang saya terima rasanya Ara tak pantas memiliki mobil itu. Maaf. Anak Tante terlalu jalang dan sangat tak layak menerima mobil mahal itu. Dan kini saya tahu dari mana Ara mendapatkan sifat tak tahu malu dan kejalangannya. Hmm, buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya."Aku menarik napas, kasar.Setelah mengatakan hal itu rasanya sesuatu yang mengganjal dihati seperti ada yang terlepas. Lega.Tes. Setetes air bening mengalir dipipiku. Ombak laut kuhadapi dengan berani namun untuk urusan hati, nyatanya aku lemah bahkan lebih lemah dari sebuah rumput didasar laut.Ya Allah, tak kusesali semua yang terjadi padaku. Bahkan aku syukuri akhirnya aku mengetahui semua ini. Yang aku sesali hanya mengapa terlalu lama? Lima tahun waktu

  • Dua Sisi Menantu    Bab 30 (POV SARAH_Ketahuan)

    Berkali-kali aku menghubungi Mas Ilyas. Lelaki yang menemani hari-hariku selama lima tahun belakangan ini. Lelaki yang menjadi atm berjalanku. Bersamanya ketemukan warna-warni hidupku. Sejak mulai tamat sekolah, kuliah hingga bekerja tak lepas dari dukungan dan bantuannya.Kembali kucoba menghubunginya. Hasilnya nihil. Bahkan ternyata nomorku sudah di blokir Mas Ilyas. Aku tak habis akal. Kembali kuhubungi nomor ponselnya. Tersambung. Ditolak. Dan lagi, diblokir.Kuhapus airmataku, kasar. Rasanya menyesakkan. Kenapa setelah semuanya terjadi justru perasaan cintaku semakin besar? Benarkah ini cinta atau rasa penyesalan saja?"Jalang!" Lagi si brengsek Rangga memakiku lalu tancap gas, membawa mobil merah yang harusnya menjadi milikku, kado terbesar di sepanjang ulang tahunku selama ini.Ah, kenapa Mas Ilyas bisa kedaratan dan aku tak mengetahuinya?Dan kenapa pula Mas Ilyas bisa sepintar itu? Pa

  • Dua Sisi Menantu    Bab 29 (POV SARAH)

    [Sudah Mas transfer ya. Semoga Papa cepat sembuh]Sebuah pesan whatsapp masuk ke ponselku. Aku tersenyum membacanya. Lima puluh juta kini mendekam manis dalam rekeningku. Kamu yang terhebat Mas. Segera aku mandi lalu berangkat ke kantor dengan perasaan bahagia yang membuncah didada.Tak kuhiraukan getar-getar pada ponselku. Panggilan dari si pengirim lima puluh jutaku. Ah, nanti saja. Aku sudah hampir terlambat ke kantor. Setelah berpamitan pada Mama segera aku berangkat ke kantor."Jangan lupa, jenguk Papa sepulang kerja," teriak Mama begitu aku berada di ujung pintu."Ya," jawabku malas. Apa yang keluar dari mulutku belakangan ini adalah semua dari kebalikannya. Ya, kataku artinya adalah tidak.Tentu saja aku tidak akan menjenguk Papa. Terlalu malas melihat wajahnya. Ada tidaknya dia, tak berpengaruh apapun bagi hidupku, terlebih kantongku.Saat sehat hanya ingat istri dan dua anak ny

  • Dua Sisi Menantu    Bab 28 POV ILYAS (Membencimu)

    Berkali-kali dering ponselku terdengar. Panggilan Ara yang ku abaikan. Ibu dan Bunda telah kuminta untuk tak usah lagi datang, dan aku meminta waktu untuk sendiri. Setelah mengatakan hal itu, Bunda langsung berhenti menghubungi. Hanya Ibu yang masih terus saja menghubungi, meminta kepastian dan penjelasan.Ah, Ibu. Haruskah ku katakan bahwa anak lelakimu yang telah menaklukan laut di bumi ini baru saja dipermainkan seorang wanita dan saat ini menjadi hancur?Dan, wanita itu adalah menantu idamanmu? Juga, istri idaman anakmu?"Yas, yang di cafe gimana?" Suara Rangga menyadarkanku dari lamunan."Entahlah, Ga. Rasanya gue nggak bisa mikir lagi.""Yas, gue paham perasaan lu. Gue pernah di posisi lu, ya walau si mantan nggak separah si Ara sih. Jancuk! Asli parah banget itu emang si Ara. Gue nih normal ya, Yas. Tapi tadi pas liat selimut si Ara melorot, yang ada tambah jijik gue. Halah, susah gue move on dari em

  • Dua Sisi Menantu    Bab 27 POV ILYAS (Tertangkap basah)

    POV ILYAS (Tertangkap basah)Dua bulan setelah itu. Tepat usia Ara yang akan ke dua puluh empat. Dia merengek manja padaku meminta sebuah hadiah besar untuk ulang tahunnya. Aku tertawa dibuatnya, karena ia mengomel panjang lebar sebelum memutuskan panggilan begitu saja.Kukatakan dia tidak akan mendapatkan apa-apa dariku. Sudah tua, tak pantas lagi meminta dan menerima kado, itu alasanku. Padahal sebenarnya aku sudah menyiapkan hadiah khusus dan besar untuknya. Sebuah mobil sunroof berwarna merah impiannya, tak lupa sebuah cincin yang akan aku sematkan dijarinya. Ya, benar kata Ibu. Usia kami sudah pantas untuk menikah. Aku mapan, begitupun Ara. Tak ada alasan untuk menunda lagi. Terlalu lama, tak baik juga.Satu minggu sebelum ulang tahun Ara, aku izin pulang. Menaiki pesawat Etihad Airways aku menuju Indonesia. Dengan membawa harapan dan cinta yang besar untuk perempuanku. Calon Ibu dari anak-anakku. Sarah Tara Putri.

  • Dua Sisi Menantu    Bab 26 (Ara)

    POV ILYAS (Ara)Ara namanya. Perempuan ceria nan supel yang telah memikat hatiku. Pemilik kulit putih dengan senyum manis itu benar-benar memberi warna dalam hati. Awal berkenalan dengannya karena pertemuan tak terduga, sama-sama mengantri membeli makanan cepat saji."Kak, nomor antrian berapa?" Sebuah suara menyapa."19," jawabku tanpa menoleh. Asik berbalas chat dengan teman di ponsel terbaru bermerk Blackberry."Cepat ya, aku 27. Hm bisa titip nggak, Kak? Cuma seporsi nasi ayam, kentang goreng, dan milo dingin aja kok.""Nggak!""Huh, pelit," cibirnya, "pantes sombong, orang kaya." Mendengar ucapannya seketika membuatku menoleh.Cantik. Satu kata didetik pertama. Lalu perempuan itu merangsek maju menemui seorang Ibu paruh baya didepanku. Melakukan usaha yang sama. Dan, berhasil.Gigih. Dua kata didetik ke dua puluh. Entah mengapa mata ini menjadi tak ingin lepas m

  • Dua Sisi Menantu    Bab 25 (Rasa yang tak nyaman 2)

    "Sayang, udah selesai?" tanya Mas Ilyas padaku."Sudah, Mas. Tapi ini pastikan Mas kita ke kampung? Nanti udah kirim barang duluan ternyata nggak jadi pulang kan nggak enak sama Bapak dan Ibu," tanyaku memastikan lagi.Ya, rencana kami akan mengirim semua keperluan kami selama di kampung orang tuaku nanti. Karena sepulang pergi dari puncak kami akan langsung ke kampung selama sebulan seperti janji Mas Ilyas. Untuk langsung membawanya rasanya tak mungkin, jadi kami putuskan untuk mengirim semua barang duluan kesana."Pasti sayang. Pasti. Mas nggak akan bohong kok. Sepulangnya dari puncak kita langsung ke kampung.""Baik, Mas.""Oh ya, lauk untuk Ibu sudah di siapkan, Nis?""Sudah, Mas. Tinggal pasang saja, karena tadi masih panas.""Yasudah, biar Mas yang pasangkan ya," jawab Mas Ilyas lalu pergi beranjak.Setelah mengirim barang, tepat pukul dua belas aku tiba di rumah Ibu. Suasana ruma

DMCA.com Protection Status