Share

66. Cemburu

Author: Suzy Wiryanty
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Walau kamu sendiri juga tahu kondisiku dan Gayatri, aku terima hujatanmu. Aku cuma tidak menyangka kalau kamu sekarang mahir menyindir-nyindir alih-alih menyuarakan isi hatimu seperti biasanya."

Pipi Vira memerah. Saking nervous karena kehadiran Om Danu serta takutnya kehilangan Nara, ia sampai bertingkah kampungan.

"Maaf, sebenarnya aku tidak bermaksud bertingkah childish begini. Aku hanya takut kamu berpaling pada Gayatri. Sekali lagi, aku minta maaf, Nar." Setelah menyadari kesalahannya, Vira berusaha memperbaiki sikapnya. Dulu Nara menyetujui perjodohan ini karena tertarik pada sikapnya. Ia harus mempertahankan ketertarikan Nara padanya. Harus!

"Maaf ya, Nar? Aku sedang PMS. Makanya emosiku tidak terkontrol." Vira mengelus sekilas lengan Nara dan merebahkan kepalanya kikuk ke lekuk bahu Nara. Ia memang jarang mendemonstrasikan keintimannya pada Nara.

Sementara Nara, punggungnya seketika menegang. Ia memang tidak nyaman bersentuhan secara intim begini. Namun ia terpaksa membiarka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Eny Rozaini
lama up nya thorrr
goodnovel comment avatar
Reny Harisuci
mana lanjutannya
goodnovel comment avatar
Umroh Purnama
sudah mulai kelihatan hilalnya. dugaanku di Vira kok lesbian ya? dan pernah menerima pelecehan dari omnya sendiri sepertinya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   67. Patah Hati.

    "Mas Harsa ada keperluan apa di sini?" Gayatri dengan luwes mengalihkan topik pembicaraan. Ia sengaja menjawab pertanyaan Harsa dengan pertanyaan. "Ya ingin bertemu denganmu lah. Masa ingin bertemu dengan Bu Dedeh?" Harsa tertawa. Gayatri meringis. Ia belum terbiasa melihat Harsa yang ramah begini."Oh iya, lupa. Saya ada sesuatu untukmu." Harsa kembali ke mobil."Abang nggak pulang sekalian?" Takut kalau Harsa dan Iwas berselisih paham, Gayatri bermaksud menjauhkan keduanya. Saran Gayatri membuat Iwas jengkel."Kamu mau mengusir saya?" tanya Iwas langsung."Bukan mengusir, Bang. Abang bilang ada jadwal mengajar bukan? Saya hanya takut nanti Abang terlambat." Gayatri gelagapan. Ia merasa serba salah. "Jangan-jangan kamu memang punya rasa pada si Harsa," cibir Iwas. Setelahnya Iwas jadi malu sendiri. Ia bertingkah seperti anak abege labil yang tengah cemburu."Ya sudah, saya pulang dulu. Nanti sore saya akan ke sini lagi." Iwas pamit. Sebelum ia mempermalukan diri sendiri lebih jauh,

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   68. Drama Vira.

    "Iya juga ya?" Gayatri mengingat-ingat sosok sih perekam tadi."Satu lagi, bentuk tubuh laki-laki itu biasanya kayak segitiga terbalik. Yang artinya bahu mereka lebar. Berlawanan dengan pinggul mereka yang sempit. Dugaan gue, ini orang fixed perempuan.""Bisa jadi ya, Wind. Gue boleh memperlihatkan video ini pada Bang Iwas nggak?" Gayatri meminta izin terlebih dahulu."Ya bolehlah. Bukan cuma sama Bang Iwas aja sih. Menurut gue, lo perlihatkan aja sama pihak yang berwajib. Kayaknya orang ini berbahaya.""Oke. Terima kasih banget atas videonya ya, Wind? Kabar lo sendiri bagaimana? Pak Baskoro udah tahu belum kalo lo hamil?" Gayatri gantian menanyakan keadaan Windy. Windy pasti juga membutuhkan orang untuk mendengarkan curhatannya."Belum. Tapi rencana gue untuk meminta cerai sudah mendapatkan titik terang. Gue bertingkah semenyebalkan mungkin tiap hari agar si Baskoro muak dan mau melepaskan gue.""Lo siap jadi janda, Win?""Siap banget. Untuk apa punya laki tapi dianggap kayak keset?

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   69. Ancaman Iwas.

    "Tunggu, Tri!" Iwas mencengkram pergelangan tangan Gayatri. Saat ini Gayatri telah sampai di parkiran rumah sakit."Ngapain Abang menyusul saya? Sana, temani saja Mbak Vira. Saya bisa pulang dengan menumpang taksi online." Gayatri mengibaskan lengan Iwas. "Tidak bisa. Kamu pergi bersama saya. Maka pulangnya kamu juga harus bersama saya. Lagi pula kita belum menebus obat bukan?" Iwas menghadang langkah Gayatri. "Minggir, Bang. Saya bisa menebusnya sendiri nanti. Apotik toh tidak hanya ada di rumah sakit ini." Gayatri mendorong dada Iwas dengan kedua tangannya sekaligus. Tapi Gayatri seperti mendorong tembok. Iwas tidak bergeser sesenti pun. Sementara di belakang Iwas, tampak Vira sudah menyusul."Bang, tolong jangan membuat kekacauan di rumah sakit. Malu, Bang," pinta Gayatri lirih. Ia sedang tidak punya energi untuk ribut-ribut dengan Vira."Iya, Was. Malu. Tepatnya si pelakor ini yang malu. Bisa-bisanya hamil dengan calon suami orang," celetuk Vira gemas. Seperti di dalam rumah sak

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   70. Si Penguntit dan Sedan Merah.

    "Lain kali kita tebus di apotik rumah sakit saja. Saya yakin, Vira tidak akan berani macam-macam lagi. Saya sudah memberi shock therapy padanya. Mana resep obatnya, Tri?" Iwas meminta resep setelah menghentikan kendaraan. "Kamu tunggu di mobil saja, ya? Apotiknya ramai sekali. Ini remote mobilnya kamu pegang saja. Nanti sensornya bunyi dan ribut sekali kalau saya bawa. Buka kaca mobilmu sedikit ya, Tri? Biar sirkulasi udaranya lancar." Iwas berlalu setelah menyerahkan remote mobil dan menerima resep dari Gayatri. Gayatri yang ditinggal di dalam mobil, memandangi keramaian jalan raya. Iwas benar, apotik ramai sekali. Iwas masih mengantri di belakang pembeli lainnya. Sekonyong-konyong kedua mata Gayatri terbelalak. Secara tidak sengaja ia melihat sosok berjaket kulit, bermasker dan berkacamata hitam keluar dari minimarket di depannya. Sosok itu mirip sekali dengan penguntitnya. Saat ini si penguntit tidak mengunakan topi. Tapi Gayatri yakin sekali, orang inilah penguntitnya. Sosoknya

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   71. Vira dan Rahasia Masa Lalunya.

    Vira menghentikan kendaraannya di sudut jalan yang relatif sepi. Sekarang ia menghindari jalanan yang ada Area Traffic Control System Atau CCTV lalu lintas. Ia takut kalau kejahatannya akan terbongkar. Setelah menenangkan diri sejenak, Vira mengeluarkan ponselnya dari dalam tas."Gue ada di sudut jalan Gatsu. Di depan ruko-ruko kosong yang sepi. Lo ke sini sekarang!" perintah Vira kesal. Bagaimana ia tidak kesal. Kekasihnya ini kembali melanggar perjanjian yang baru saja mereka sepakati. Akibatnya kekasihnya itu tadi hampir saja tertangkap oleh Gayatri. Untung dirinya tiba tepat waktu. Kalau tidak, mereka berdua saat ini pasti sudah digelandang ke kantor polisi.Kurang lebih sepuluh menit menunggu, Vira memindai kehadiran sang kekasih yang mendekat dengan mengendarai sepeda motornya. "Lo gila, ya? Udah gue bilang jangan main "kasar" lagi. Tapi lo masih aja mengusik, si Ratri?" Vira meneriaki sang kekasih yang belum turun dari motor."Gue nggak melakukan apa-apa, Vir. Gue tadi haus da

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   72. Menguak Tabir.

    "Saya sudah memisahkan nama-nama waiters tetap dan juga waiters paruh waktu. Orang-orangnya juga sudah saya kumpulkan di aula," terang Bu Norma lagi. "Baik. Saya akan mempelajari daftar ini sebentar, sebelum memanggil waiter yang ingin saya temui." Gayatri membolak-balik berkas. Mencoba ingat-ingat wajah orang yang telah memberikannya minuman padanya selama party berlangsung. "Coba Abang lihat wajah-wajah waiters didaftar ini. Siapa tahu Abang mengingat orang yang telah memberi kita minuman." Gayatri mengoper daftar waiters pada Iwas. Ya, pada akhirnya Iwas ikut juga ke Medan. Hanya saja ia tidak bisa lama-lama. Iwas hanya bisa dua hari di Medan. Iwas bersikukuh ikut, karena ingin mengungkap kecurigaannya pada Vira. "Oke." Iwas membuka daftar dan mulai membolak-balik lembaran data-data waiters. Karena di sana ada pas photo, Iwas bisa melihat wajah disetiap nama. Iwas mengamati satu persatu wajah di sana dengan teliti."Panggil ke sini petugas CCTV yang bertugas waktu itu, Bu. Bawa

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   73. Kelicikan Vira.

    "Begitulah ceritanya, Bu, Pak. Bu Savira mengancam akan memecat ayah saya, kalau saya tidak menuruti keinginannya. Ibu saya tidak bekerja. Sementara ketiga adik saya masih bersekolah. Saya terpaksa melakukannya." Dengan bibir bergetar Desy mengakui semua perbuatannya."Apa buktinya bahwa kamu mengatakan hal yang sebenarnya." Iwas tidak begitu saja mempercayai kata-kata Desy. Harus ada alat bukti yang mendukung ceritanya."Saya punya buktinya dan memang bukti itu sengaja saya bawa." Desy merogoh saku kemejanya. Mengeluarkan dua bungkus kemasan obat yang sudah kosong."Ini, Pak." Desy memberi bungkusan obat itu pada Iwas."Ini adalah bungkus dua macam obat yang diberikan Bu Vira pada saya. Pada waktu itu Bu Vira berpesan, agar saya langsung membuang bungkus obat setelah saya mencampurnya di minuman. Tapi saya sengaja tidak membuangnya. Karena saya pikir, jika terjadi sesuatu, maka kemasan obat ini bisa menjadi bukti. Ternyata dugaan saya benar," ungkap Desy."Oh iya, untuk semakin membu

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   74. Tragedi Berdarah!

    Rizal pun memundurkan waktu seperti yang dipinta Iwas. Alih-alih melihat Iwas, Gayatri malah melihat dirinya yang menguap berulang kali sebelum masuk ke dalam kamar 224. Sekitar dua puluh menit kemudian, barulah Iwas terlihat masuk ke dalam kamar 223. Di sepanjang koridor Iwas terlihat menggerak-gerakkan kerah jasnya. Iwas tampak gelisah. Tepat pada pukul sepuluh lewat lima belas menit barulah Vira masuk ke kamar 233. Lima menit kemudian Vira keluar kamar sambil menelepon seseorang. Satu hal Gayatri anggap janggal adalah ; Vira tertawa-tawa selaman menelepon. Padahal pesan di ponselnya mengatakan bahwa Vira kembali ke Surabaya karena ayahnya sakit keras. Kontradiktif sekali bahasa tubuh Vira bukan?"Ok, Zal. Terima kasih atas bantuannya. Untuk kamera-kamera selanjutnya, saya akan memeriksanya sendiri. Kamu boleh kembali bertugas," ucap Gayatri tegas."Baik. Saya permisi dulu. Mari, Bu, Pak." Rizal mohon diri. Iwas mengangguk singkat. Ia mengerti maksud Gayatri. Gayatri meminta Rizal

Latest chapter

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   86. Tamu Istimewa ( Tamat)

    "Ramai sekali rumah Abang sepertinya ya?" Gayatri mengamati keadaan rumah Iwas. Dirinya dan Iwas baru saja tiba. Ada dua buah mobil yang diparkir sejajar di halaman. Iwas juga parkir sejajar di sana. Sekarang halaman dipenuhi oleh tiga buah mobil. "Seperti yang saya bilang tadi. Ada seseorang yang istimewa ingin bertemu denganmu." Iwas tersenyum simpul. Selain ingin mempertemukan Gayatri dengan tamunya, Sesungguhnya ia juga sudah tidak sabar ingin bertemu dengan tamu istimewa tersebut."Ayolah, Bang. Kemisteriusan sikap Abang membuat saya makin senewen saja." Gayatri mengikuti Iwas yang keluar dari mobil. Setelah Iwas menekan remote untuk mengunci pintu mobil, Gayatri melangkah lebar-lebar menuju pintu rumah Iwas."Kamu sudah sampai, Tri?" Gayatri disambut oleh ayah dan ibunya di ruang tamu. Kedua orang tua Iwas juga berada di ruangan yang sama. Hubungan orang tuanya dan Iwas memang semakin membaik dari hari ke hari."Oh, tamu istimewanya Ayah dan Ibu ya?" Gayatri meringis. Ia memang

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   85. Badai Telah Usai.

    Gayatri dan Iwas duduk bersisian di ruangan juru periksa kepolisian. Mereka berdua sedang menunggu kedatangan Vira. Pada akhirnya Gayatri bersedia memenuhi permintaan Vira. Ia dan Iwas terbang ke Surabaya tadi pagi. Dan sore ini mereka berdua sudah duduk di kantor polisi tempat Vira ditahan.Sejurus kemudian Vira masuk ke dalam ruangan dikawal oleh seorang petugas. Gayatri termangu melihat penampakan Vira. Jikalau di televisi kemarin Vira tampak sehat dan tegar, saat ini Vira terlihat depresi. Wajahnya murung dengan mata memerah. Ditambah rambutnya yang acak-acakan, Vira tampak nelangsa. Namun Vira memaksakan seulas senyum padanya dan Iwas setelah mereka duduk berhadapan."Apa kabar, Mbak?" Setelah kalimat pembukanya terucap, Gayatri menyesalinya. Pertanyaan ini bisa artikan ambigu. Salah satunya adalah mengejek keterpurukan Vira."Maaf, Mbak. Bukan maksud saya untuk menyindir keberadaan Mbak Vira di sini." Gayatri meralat kalimatnya. "Tidak apa-apa, Tri. Saya sudah mengenal kepriba

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   84. Saling Cinta.

    Setelah mematikan telepon, Gayatri segera membuka televisi. Vira yang kini berseragam oranye, diwawancari beberapa awak media."Semenjak saya kecil, saya sudah lama mengalami pelecehan seksua* oleh Om Danu. Saya tetap diam karena Om Danu mengancam akan membuka rahasia saya. Yaitu bahwa saya mempunyai orientasi seksua* yang menyimpang. Ya, saya adalah penyuka sesama jenis. Ketika Om Danu kembali mengetahui rahasia saya yang lainnya, ia kembali mengancam saya. Bahwa jikakau saya ingin rahasia saya aman lagi, maka saya harus mengizinkannya mengulangi perbuatannya seperti dulu. Saya melawan, yang berakhir dengan terbunuhnya Om Danu. Saya hanya membela diri.Gayatri terkesima. Ia tidak menyangka kalau Vira dengan gagah berani membuka semua rahasianya."Saya tidak pernah mencintai Narawastu Adiwangsa. Saya telah mempunyai pacar sesama jenis sejak lama sekali. Saya berpacaran dengan Nara, karena tuntutan orang tua dan kehidupan sosial saya. Mengenai Gayatri Harimurti, dia dan Nara sudah sepu

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   83. Akankah Badai Usai?

    "Tidak apa-apa kalau mereka membatalkan pesanan, Pak Wayan. Selama mereka mengikuti prosedur, proses saja. Anggap saja belum rezeki mereka menginap di hotel kita." Gayatri menutup ponsel. Ia baru saja berbicara dengan pengurus hotel Grand Mediterania yang berlokasi di Ubud Bali. Semalam hingga siang hari ini, banyak tamu yang tiba-tiba membatalkan kamar yang sudah mereka pesan. Gayatri menduga hal itu ada hubungannya dengan berita-berita online yang berseliweran di media sosial.Sedari malam hingga siang ini Gayatri terus mendapat telepon dari relasi dan teman-teman dekatnya. Termasuk Citra dan juga Windy. Mereka memberinya link-link berita tentang dirinya dan Iwas yang wara wiri di tabloid online. Gayatri sama sekali tidak menduga. Kalau aksi lamaran tidak biasa Iwas akan mendapat tanggapan negatif dari netizen. Judul-judul berita yang ia baca dari berita-berita online tersebut rata-rata memojokkan dirinya dan Iwas. Malangnya nasib anak konglomerat ; dihianati kekasih, dilecehkan o

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   82. Tobat.

    Di depan mobil, Gayatri melihat Iwas berdiri. Iwas mengembangkan sebuah poster di dada dengan tulisan ; will you make me the happiest man on earth and say yes? Bukan itu saja. Di samping kanan dan kiri Iwas tampak Citra dan Windy bertepuk tangan dan berteriak ; say yes, Bestie."Ya Allah, semoga semua kebahagiaan ini bukan mimpi," bisik Gayatri dengan bibir bergetar. "Baiklah, Bang. Mari kita sempurnakan kebahagiaan kita." Gayatri membuka pintu mobil. Ia kemudian berlari menghampiri Iwas. Ketika tinggal berjarak beberapa langkah, Gayatri menghentikan langkahnya.“I’ve been waiting for this moment all my life. And the answer is, yes!” Gayatri berteriak keras. Setelahnya ia berlari menuju Iwas yang mengembangkan kedua tangannya. Citra dan Windy berteriak gembira. Suitan dan tepuk tangan dari para pengguna jalan lainnya mengiringi kebahagiaan Gayatri dan Iwas. Beberapa orang tampak merekam aksi mereka dengan ponsel."Selamat ya, Tri, Bang Iwas." Citra memeluk Gayatri dan mengucapkan sel

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   81. Lamaran Tak Biasa.

    Gayatri menguap lebar. Rapat baru saja ia bubarkan. Akhir-akhir ini dirinya dan segenap pengurus hotel memang bekerja lebih keras. Dengan adanya cicilan hutang yang jumlahnya tidak sedikit pada Harsa, Gayatri melakukan segala cara untuk menambah income hotel.Sembari memindai jam dinding, Gayatri memutar pinggangnya yang pegal ke kiri dan ke kanan. Gerakannya sangat hati-hati mengingat dirinya sedang mengandung. "Sudah pukul setengah tujuh rupanya," gumam Gayatri. Terlalu semangat bekerja telah membuatnya lupa waktu. Menguap lebar sekali lagi, Gayatri membereskan meja kerjanya. Setelah semua tertata rapi, Gayatri meraih tas. Ia bermaksud pulang dan beristirahat di rumah. Merogoh tas untuk mencari ponsel, Gayatri pun menelepon Pak Diman. Ia menginstruksikan agar Pak Diman menjemputnya di depan lobby. Gayatri memang meminta Pak Diman menjemputnya. Ia tadi menolak tawaran Iwas yang menelepin ingin mengantarnya pulang. Gayatri mengerti bahwa kedatangan Iwas ke Jakarta selain mengurus m

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   80. Tunggu Kejutan Dariku.

    Gayatri tidak menjawab. Ia mengerutkan kening. Berpikir keras sebelum menjawab. Iwas memintanya menjawab jujur. Makanya harus hati-hati. Lebih baik ia memberi jawaban yang aman saja."Sama saja kok, Bang. Dulu maupun sekarang, saya suka-suka saja.""Begitu ya? Coba berikan alasannya." Iwas tidak mau dijawab seadanya. Ia ingin mengetahui perasaan Gayatri padanya."Alasannya? Apa ya? Sikap Abang dulu walau dingin, Abang baik pada saya. Buktinya Abang dulu bersedia memenuhi permintaan saya. Baik itu permintaan menemani ke pesta ulang tahun Citra, ataupun ke rumah sakit menemui Zana.""Kalau saya yang sekarang?" cecar Iwas lagi. "Kalau Abang yang sekarang, ya lebih ramah sih." Gayatri mulai kesulitan merangkai kata-kata. Ia memang paling tidak bisa memuji-muji orang. Setelan pabriknya memang begitu."Masa cuma begitu? Tambahin lagi dong. Kan saya minta jawabnya yang jujur." Sembari tetap fokus menyetir, Iwas memasang telinganya baik-baik. Sulit sekali rupanya meminta Gayatri mengutarakan

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   79. Jatuh Cinta Berjuta Rasanya.

    Iwas menjalankan kendaraan dengan hati-hati. Saat ini Gayatri tertidur dalam mobil. Kepala Gayatri bersandar nyaman di bahunya. Selama berkendara dari gerai mie ayam menuju rumah Gayatri, Gayatri terkantuk-kantuk yang berakhir dengan tertidur di bahunya. Iwas tidak tega membangunkan Gayatri. Ia tahu Gayatri kelelahan. Mendekati rumah Gayatri, Iwas melambatkan laju kendaraan sebelum benar-benar berhenti. Saat Pak Irwan membuka pintu gerbang, Iwas melajukan kendaraan dan berhenti di teras rumah. Iwas menunggu sekitar lima menit, baru ia membangunkan Gayatri. Lebih baik Gayatri istirahat di kamar saja daripada bersandar begini."Tri, bangun. Kita sudah sampai di rumahmu." Iwas mengusap-usap bahu Gayatri."Heh, sampai di rumah? Kok tidak ke hotel saja?" Gayatri tersentak saat dibangunkan Iwas. Menyadari bahwa sekarang ia sudah berada di rumah, Gayatri mendecakkan lidah. Salahnya sendiri yang ketiduran. "Kamu mau ke hotel ya? Apa kamu tidak capek, Tri? Bukannya lebih baik kalau kamu isti

  • Dosen Dingin itu Ayah Anakku   78. Pengakuan Nia.

    "Saya dan Vira mempunyai masa lalu yang hampir sama. Jikalau Vira kerap dilecehkan oleh omnya, saya oleh ayah tiri saya." Nia memandangi langit-langit ruangan. Hari ini ia menerima kunjungan dari Gayatri dan Nara di kantor polisi. Mereka sekarang duduk berhadapan dengan sebuah meja sebagai pemisah. "Jikalau Vira dijebak omnya dengan photo-photo, saya dijebak dengan masalah finansial. Saya mempunyai dua orang adik yang masih kecil-kecil. Sementara ibu saya hanyalah ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan. Kalau saya mengadu, ayah tiri saya mengancam akan menceraikan ibu saya. Saya terpaksa bertahan demi ibu dan adik-adik," ungkap Nia jujur."Saya menyesal atas semuanya, Tri. Tapi mau bagaimana lagi. Nasi telah menjadi bubur," ucap Nia lesu."Saya tidak akan menghakimi masa lalu Mbak Nia, karena saya tidak berada di posisi Mbak. Yang saya sayangkan kenapa kalian berdua tidak berterus terang dari awal? Masalah kalian ini sebenarnya penyelesaiannya sederhana. Kalian cukup mengaku saja

DMCA.com Protection Status