Share

Permintaan Kai~

Author: Na_Vya
last update Last Updated: 2023-08-02 11:00:43

Roda empat milik Kai melaju cukup kencang, membelah jalanan aspal basah ibukota yang tengah padat-padatnya, akibat rintikan gerimis. Dia menepati perkataannya jika akan menjemput Safira di rumahnya. Niat itu tercetus begitu saja di otaknya. Sama sekali Kai tidak merencanakannya.

Cukup aneh, bukan? Tiba-tiba seorang Kai peduli terhadap Safira—perempuan yang notabene dia jadikan target sasaran untuk menyakiti Arkana.

Kai juga tidak mengerti dengan isi kepalanya saat mengatakan itu semua kepada Safira tadi siang. Rela jauh-jauh datang ke rumah perempuan itu, lalu tak sengaja mendengar semuanya.

Dia datang disaat yang tidak tepat, pikir Kai ketika hendak mengetuk pintu rumah Safira yang tidak tertutup sepenuhnya. Suara bentakan keras yang dia duga adalah suara Januar, lalu suara tangisan yang sudah bisa ditebak suara Safira, membuat rasa penasarannya makin memuncak.

Kai tidak terlalu terkejut dengan apa yang didengar dari mulut Januar perihal uang,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Safira demam~

    "Elu gak usah kerja di bar lagi." Kai mengulang ucapannya dengan satu alis terangkat tinggi, dan membuat Safira semakin ternganga."Kenapa? Kenapa aku ga boleh kerja di sana lagi? Kalo, aku gak kerja sambilan di sana, utangku gak akan lunas-lunas," ucap Safira, tak mengerti dengan permintaan tak masuk akal Kai.Bekerja sambilan saja dia belum tentu bisa melunasi utang-utang itu dengan cepat. Apalagi tidak bekerja sambilan? pikir Safira."Elu tinggal nurut aja, apa susahnya, sih? Udah gue minta baik-baik tapi elunya gak mau." Kai membuang napas kasar. Lalu lanjut bicara, "Harusnya elu seneng, karena gak perlu capek-capek kerja malem lagi. Ini malah nolak. Sok, banget, sih, lu!" "Ini bukan masalah aku nolak atau sok," sahut Safira tak terima dicibir. "Aku 'kan tadi bilang, kalo aku gak kerja sambilan, utangku gak akan lunas. Kalo aku andelin gaji SPG gak akan cukup. Kamu paham, gak, sih, aku ngomong?" "Ya udah, cari kerjaan lain aja. Susah banget!" Kai berdecak, lalu bersedekap. "Kerj

    Last Updated : 2023-08-02
  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Kenyamanan semu~

    "Halo?"Kai yang berdiri di balik jendela kamar, menoleh ke arah belakang, memastikan Safira tidak terganggu dengan suaranya yang sedang menelepon Danis. Dia berniat memberitahu temannya itu jika Safira tidak bisa berangkat bekerja karena sakit."Ya, Kai? Tumbenan lu telepon?" sindir Danis, membuat Kai sontak mendengkus."Gue cuma mau bilang, kalo si Safira gak berangkat kerja dulu malem ini," ucap Kai menatap lurus ke depan lagi, sambil meresapi semilir angin yang berembus. Di luar sana rupanya masih gerimis. Danis terdengar tertawa dari seberang sana. "Perhatian banget, lu sama calon istrinya Arkana. Pakek diizinin segala lagi." Kai berdecak tak suka mendapat sindiran semacam itu. Dia lantas segera menjelaskan. "Bukannya apa-apa. Tuh, orang lagi sakit. Jadi gak bisa berangkat kerja dulu." "Iya-iya. Gue paham." Danis terdiam sejenak. Kemudian dia bertanya, "Safira masih di apartemen lu?" "Masih." "Gila, lu, Men! Calon istri abang lu jangan lu embat juga." Danis memperingatkan.

    Last Updated : 2023-08-03
  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Harus kerja!

    Sore ini Kai berencana pergi ke suatu tempat untuk menemui seseorang yang sudah beberapa kali menghubungi dirinya. Karena sibuk mengurus beberapa usaha kecil-kecilan yang dia jalani selama ini, Kai hampir tak memiliki waktu untuk menepati janjinya pada orang tersebut. Ditambah dengan sakitnya Safira selama tiga hari ini, membuat kesibukan Kai menjadi dua kali lipat. Entah kenapa, semenjak Arkana memberinya tanggung jawab untuk menjaga Safira, Kai menjadi benar-benar menjalankan perannya sebagai seorang adik yang baik. Menjaga serta memastikan keadaan Safira yang ditinggal sang calon suami ke luar negeri. "Kayaknya gue udah berlebihan. Gue harusnya gak pakek perasaan ke Safira. Inget tujuan lu, Kai. Elu harus hancurin hati Arkana lewat Safira. Dengan begitu, semua yang elu alamin selama ini jadi impas. Buat apa coba, lu capek-capek ngerawat dia yang lagi sakit? Ck!" Kai baru menyadari jika selama beberapa hari ini semua tak berjalan sesuai dengan rencananya.Setelah memastikan penamp

    Last Updated : 2023-08-03
  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Kelancangan Safira~

    Meski kondisinya sudah agak membaik, Safira belum sepenuhnya pulih. Terkadang rasa pusing masih mendera kepalanya ketika bangkit dari duduk. Pandangannya pun terkadang mengabur tiba-tiba dan tengkuknya terasa sedikit berat. Kemarin, Kai juga sempat membawanya periksa ke dokter, karena demamnya yang tak kunjung turun. Dokter mengatakan jika tekanan darah Safira rendah dan tidak boleh terlalu lelah. Pemicu utamanya adalah stress. Pertengkaran dengan ayahnya beberapa waktu lalu kemungkinan menjadi penyebab Safira jadi banyak pikiran. Banyak hal yang dia tak mengerti hingga detik ini, perihal perubahan drastis ayahnya yang dulu terkenal sebagai ayah yang ideal. Januar begitu tega menyakiti batin Safira tanpa memikirkan perasaan putrinya itu. Melimpahkan tumpukan utang-utang yang jumlahnya begitu besar."Fir." Lolita mendekati Safira yang baru saja selesai meminum obatnya di ruangan khusus pekerja perempuan. Dia berdiri di samping Safira yang sedang duduk di

    Last Updated : 2023-08-04
  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Amarah Kai~

    Sudah lebih dari tiga puluh menit Kai berada di ruangan yang sama dengan Safira. Jarak duduk yang hanya beberapa jengkal saja, memudahkan Kai untuk mengawasi Safira yang sedang menemani Juan bernyanyi dan minum. Riuhnya musik tak serta merta membuat tenang pikiran Kai yang tengah dilanda kekesalan.Kai kesal? Kenapa? Kenapa dirinya mati-matian menahan kesal saat melihat Juan dengan santainya memegang-megang bagian tubuh Safira. Temannya itu sungguh tak bisa mengondisikan tangannya. Setiap ada kesempatan, maka Juan tak menyia-nyiakannya.Seperti sekarang ini. Juan bernyanyi sambil mengerling nakal kepada Safira yang duduk di sampingnya. Malah dengan sengaja melingkarkan lengannya di pinggul Safira, lalu merapatkan kakinya di tungkai perempuan yang malam ini sungguh terlihat berbeda. Kai tidak menyangka, jika Safira seberani itu dalam berpakaian. Baju tanpa lengan yang dikenakan memamerkan lekukan tubuh Safira sangat nyata. Apalagi di bagian dada. Pria mana yang tidak tergiur melihat i

    Last Updated : 2023-08-04
  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Bingung~

    "Eugh ..." gumam Safira sambil menggeliat. Kedua kelopak matanya berkedip-kedip, lalu perlahan-lahan terbuka. Namun, seketika Safira menyipitkan mata karena sorot cahaya lampu yang terlalu terang. "Kepalaku sakit," keluhnya sembari memegang kepala.Rasa pusing di kepala rupanya belum mereda. Seingat Safira terakhir kali dia berada di ruangan VIP tempatnya bekerja. Tetapi, saat ini sepertinya dia sudah berada di kamar. Kamar yang menjadi tempat tinggalnya selama beberapa hari ini."Aku udah di sini," gumam Safira, melirik jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Ternyata dia tertidur cukup lama. Bukan! Bukan tidur, tetapi pingsan. "Elu udah sadar?" Kai tiba-tiba masuk dengan nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih. Lelaki itu sudah terlihat rapi dan segar. Safira menoleh lalu mengangguk kecil, memerhatikan Kai yang meletakkan nampan ke atas nakas. Kemudian, Kai berjalan ke arah jendela dan menyingkap tirai-tirainya ke sisi lain sebelum membukanya. Cahaya matahari pa

    Last Updated : 2023-08-05
  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Terbongkar~

    "Hmm ... Itu ...." Baru saja Kai akan menjawab, tetapi tiba-tiba dering ponsel Safira terdengar dari arah kamar. Safira lekas bangkit dari duduknya. "Bentar. Hapeku bunyi." Salep di tangan dia taruh sekenanya, lalu bergegas pergi ke kamarnya.Mulut Kai kembali terkatup rapat, menggaruk alis sambil menghela napas sangat panjang. Dia merasa beruntung sebab tidak perlu berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Safira, yang dia sendiri tak tahu jawabannya.ck! Kai menatap buku-buku tangannya yang baru saja diolesi salep oleh Safira. Tak sadar bibirnya melengkungkan senyum. "Kenapa gue lakuin itu? Kenapa? Emang perlu, ya, harus ada alesan dulu, kalo mau nolong orang?" Kai bermonolog, masih mencari-cari jawaban atas pertolongannya semalam kepada Safira."Danis pasti ngomel, nih! Bodo', ah!" Daripada pusing sendiri, Kai memutuskan bermain ponsel. Dengan begitu, dia bisa menyingkirkan perasaan-perasaan aneh yang mulai mengusik. "Eve?" Panggilan telepon dari Eve langsung dijawab oleh Kai

    Last Updated : 2023-08-05
  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Perusak kesenangan~

    Ruangan itu mendadak berubah menjadi panas. Kemarahan Safira dan tamparannya pada Kai membuat Danis ternganga tak percaya. Anak perempuan Januar itu ternyata sangat berani. Danis sampai tak bisa berkata-kata. Sementara Kai jelas merasa geram dengan apa yang dia terima dari Safira. Tamparan mendadak itu nyatanya meninggalkan rasa panas yang teramat di pipi Kai, dan mungkin saat ini sudah berbekas telapak tangan."Elu kenapa, sih, Fir? Dateng-dateng main nampar gue. Elu kesambet, iya? Sialan, lu!" Pipi yang terasa memanas itu, Kai usap-usap sambil memicing tajam ke Safira. Andai saja, yang memukulnya seorang laki-laki, Kai pasti sudah membalas sejak tadi. ck! "Kamu, ya! Bisa-bisanya punya pikiran licik kayak gitu?" Telunjuk Safira menuding ujung hidung Kai. Amarahnya belum memudar, bahkan semakin bertambah berkali-kali lipat ketika melihat Kai yang sama sekali tak merasa bersalah. "Kamu emang brengsek!" Tangan Safira sudah terangkat lagi. Melayan

    Last Updated : 2023-08-06

Latest chapter

  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Kebahagiaan Yang Sebenarnya~

    "Mama!" Seorang anak kecil memakai seragam sekolah taman Kanak-kanak langsung berlarian, ketika baru saja turun dari mobil sedan warna hitam. Nampaknya dia sudah tidak sabar ingin segera menemui sang ibu yang belakangan ini selalu sibuk dengan toko kosmetiknya. Sementara, di belakang bocah lima tahun itu ada pria yang selama ini dipanggilnya 'Papa', sedang berjalan mengikuti. Manik pria itu begitu teduh, menatap sang pujaan yang selama ini betah menyendiri.Safira menoleh ke sang anak yang kini sudah setinggi lututnya. Kaisar menjelma menjadi bocah laki-laki yang sangat tampan dan cerdas. Ternyata, waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa, kepergian Kai sudah memasuki di tahun ke lima. "Hati-hati, Sayang. Jangan lari!" Karena takut jika anaknya itu terjatuh saat menaiki tangga, Safira bergegas keluar dari toko kosmetiknya. Dia berdiri di depan pintu masuk toko itu. Kaisar hanya terkekeh melihat sang ibu yang selalu mengkhawatirkan dirinya. Bocah itu memeluk lutut Safira dengan erat.

  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Akhir kisah~

    Kemarin kabar mengenai pidana mati dari hakim atas nasib Kai, sangat mengguncang Safira. Sampai-sampai, perempuan itu tak sadarkan diri akibat terlalu syok, dan tertekan. Ditambah dengan kondisi yang memang sedang tidak fit, semakin memengaruhi mental Safira. Selama hampir lima belas bulan lebih, ujian demi ujian datang silih berganti ke kehidupan Safira. Dari mulai dia tahu kebenaran Kai yang seorang pecandu dan pengedar. Lalu, perpisahannya dengan Kai karena lelaki itu direhab. Kemudian, penangkapan Kai. Dan sekarang, pidana mati yang akan dilakukan dua hari lagi. Bagaimana Safira bisa bertahan dari segala terjangan ujian yang tak berhenti datang? Hukuman ini terlalu pedih. Dosa yang dia pikir manis, justru pahit di ujung kisah. Semesta seolah tak memberi restunya. Tuhan seakan mengutuk kisah cintanya bersama Kai. Bahkan, Kaisar yang masih sangat kecil harus ikut menanggung perbuatannya di masa lalu. Hari ini, Safira masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan kekasihnya. Pengac

  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Hukum Karma~

    Suara riuh para tamu menyambut pengantin wanita yang baru saja keluar dari kamar, membuat suasana pernikahan yang sebentar lagi akan dilangsungkan itu semakin ramai. Safira melangkah sambil tersenyum lebar, menatap para tamu yang hadir untuk menjadi saksi pernikahannya dengan Kai. Gaun pengantin modern, dengan model sangat sederhana membalut tubuhnya yang ramping. Riasan di wajahnya tak begitu mencolok, flawless tetapi tetap memancarkan aura kebahagiaan tak terhingga. 'Takdir itu ... adalah misteri Tuhan. Siapa yang menyangka jika aku akhirnya menikah dengan Kai bukannya dengan Arkana.' Safira berkata dalam hati, masih tak percaya bila semua ini nyata adanya. Dia menikah dengan Kai—adik dari calon suaminya—Arkana."Wah, kamu cantik banget, Fir." Ruth memuji calon menantunya yang malam itu terlihat sangat cantik. "Makasih, Mom." Safira tersipu, sambil tak berhenti mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruang tamu yang sudah disulap mirip gedung pernikahan. Ruth yang menyadari bila

  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Lenyap~

    "Kenapa kamu gak mau ngajuin banding, Kai? Kenapa?" Ruth bertanya serak, mengguncang pundak Kai dengan sisa-sisa tangisan. Setelah mendengar putusan yang dijatuhkan Hakim untuk Kai, Ruth jatuh pingsan, dan baru tersadar dua puluh menit kemudian. Dari ruangan sidang, Arkana membawa sang ibu tiri ke poliklinik yang tersedia di Kejaksaan Negeri tersebut. Barack terlihat duduk di salah satu kursi yang tersedia di kamar rawat Ruth. Dia juga sempat syok mendengar keputusan pengadilan untuk sang anak. Raut tuanya tak bisa menyembunyikan perasaan sedih yang mendalam. Sudut matanya terus meneteskan cairan hangat. Kenapa nasib anak laki-laki yang terlambat dia akui keberadaannya sangat mengenaskan, pikir Barack. "Iya, Kai. Harusnya kamu ajuin banding, karena itu sudah menjadi hak setiap terdakwa. Pengacara kita bisa mengurusnya untukmu." Danish turut mengeluarkan pendapat, dan merasa kecewa dengan keputusan Kai yang tidak mau mengajukan banding. Arkana tak mau ketinggalan. "Kamu gak mikirin

  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Sidang Putusan~

    Setelah tiga bulan lebih sepuluh hari, Kai berada di penjara. Hari ini, keluarganya pergi menjenguknya. Jika hari-hari lalu, hanya pengacara dan Danish yang datang ke tempat tersebut. Kini seluruh keluarga datang, termasuk bayi yang sedang lucu-lucunya itu. Di sebuah ruangan khusus, mereka semua berkumpul. Kaisar yang baru bangun tidur tengah berada di gendongan Ruth. Barack yang kesehatannya makin membaik, duduk di samping istrinya sambil bercanda-canda kecil dengan cucunya. Tepat di seberang meja, Safira dan Arkana memandangi Kaisar yang tertawa-tawa kecil."Kaisar gak rewel," ujar Arkana, yang mengira keponakannya akan rewel dan tidak betah berada di sana. Bayi tiga bulan lebih itu nampak biasa-biasa saja, dan justru terlihat sangat nyaman. Safira pun setuju dengan ucapan Arkana. " Kaisar mungkin udah tau, Mas, kalo mau ketemu papanya." Senyum haru tersungging di bibir Safira. Untuk pertama kalinya, Kaisar akan bertemu langsung dengan papanya. Biasanya, hanya lewat sambungan tele

  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Bentuk tanggung jawab Kai~

    Di ruang tamu saat ini ada empat orang saling duduk berhadapan, tetapi tak ada satu dari mereka yang memulai pembicaraan. Safira duduk bersebelahan dengan Arkana, sementara Januar, duduk berdampingan dengan Danish. Awalnya, Safira enggan menemui sang ayah, yang hampir setahun sama sekali tak ada kabar. Baginya, untuk apa menemui pria yang tidak bertanggung jawab seperti ayahnya itu. Rasa kecewa Safira begitu membekas hingga sekarang. Berkat bujukan Arkana-lah, keengganan itu berubah menjadi keingintahuan yang besar, ketika Danish turut bertamu ke rumah itu. Semenjak duduk dan bersitatap dengan putri satu-satunya, Januar tak memiliki keberanian untuk memulainya. Dia sadar jika apa yang sudah dilakukannya tidak pantas untuk dimaafkan. Safira berhak marah. Safira berhak membencinya. Januar sendiri sudah mendapatkan karmanya. Istri barunya menipunya dan membawa kabur uangnya. "Fir, maaf sebelumnya. Mungkin kamu bertanya-tanya kenapa saya mendampingi Pak Januar ketemu sama kamu." Danish

  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Skenario Tuhan~

    Seorang perempuan yang baru sebulan melahirkan itu nampak tak memiliki gairah hidup sama sekali. Hari-harinya kini hanya diisi dengan lamunan dan tangisan. Bayangan kebahagiaan yang dulu dia impikan nyatanya sekadar khayalan semata. Seakan Tuhan tengah menghukumnya habis-habisan sampai ke titik terendah. Menyesali pun dirasa percuma, karena pada akhirnya dirinyalah yang menjadi penyebab semua kemalangan ini. Hukum karma sepertinya memang ada, dan berlaku untuk orang-orang yang tidak pernah bersyukur. Dan kini Safira merasakannya sendiri. Pengkhianatannya pada sang kekasih telah mendapatkan balasan setimpal. Hamil di luar nikah, lantas melahirkan tanpa seorang pendamping di sisinya. Lelaki yang dia kira akan memberikan kebahagiaan serta membersamainya dalam mengurus sang buah hati kini mendekam di penjara, atas kesalahannya. "Oek ... oek ...." Suara tangisan bayi laki-laki yang terbangun menggema di kamar itu. Safira yang sedang tenggelam dalam rasa penyesalan sampai tak mendengar

  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Ujian atau hukuman?

    Beberapa saat yang lalu, dua perawat baru saja selesai membantu Safira. Dari mulai metode skin to skin dengan bayinya, hingga mendampingi menyusui untuk yang pertama kali. Safira begitu bahagia, sebab bayi laki-lakinya yang sangat mirip dengan Kai itu sudah pintar menyusu. Dia lega serta bangga pada dirinya sendiri. "Bu, dedeknya kami bawa ke ruang bayi dulu. Nanti kalau waktunya menyusui kami akan bawa kemari." Salah satu perawat berkata sambil menidurkan bayi laki-laki Safira ke box bayi. "Dedeknya ganteng, mirip ayahnya," celetuk sang perawat. Telinga Safira yang mendengar celetukan itu sontak tersenyum. Dia hampir lupa kalau Kai belum kembali lagi setelah pamit ke kamar mandi. "Oh, iya, Sus. Laki-laki yang tadi dampingin saya belum masuk lagi, ya? Kira-kira ke mana, ya? Suster tau gak?" Safira bertanya sambil menatap dua suster yang seketika saling pandang. Salah satu dari mereka mendekati ranjang Safira. Berdiri di samping, dan bertanya, "Maaf, apa tadi ibu gak denger, waktu a

  • Dosa Termanis dengan Calon Iparku   Kejutan besar!

    Kebahagiaan kini tengah menyelimuti Ruth dan Arkana yang baru saja mendengar tangisan bayi, yang melengking nyaring dari dalam sana. Raut keduanya penuh rasa haru serta tak berhenti mengucap syukur. Cucu laki-laki pertama telah lahir di keluarga besar Barack. "Ar, kamu telepon Papimu. Bilang, kalo cucunya udah lahir," titah Ruth dengan mata berkaca-kaca. "Soalnya tadi Papimu khawatir banget." Ruth menyeka sudut mata dengan tisu."Iya, Mom." Arkana bergegas menghubungi Barack yang tidak bisa ikut menemani di sini. Dia melangkah beberapa meter dari Ruth yang berdiri di depan pintu ruangan. Danish mendekati Ruth. "Selamat, Tante. Cucunya udah lahir," ucapnya seraya mengulurkan tangan di depan Ruth. Ruth tersenyum dan membalas jabatan Danish. "Makasih, ya. Semua juga berkat kamu yang selama ini udah mau bantuin Kai." Jabatan tangan mereka terburai. Danish tersenyum canggung. "Sama-sama, Tante. Kai itu sahabat saya. Sebagai orang yang deket sama dia, saya cuma ngasih dukungan," ujarnya

DMCA.com Protection Status