Karena amarah yang sudah tidak bisa dibendung, Audrey nyaris saja keceplosan menjelaskan siapa Jack sebenarnya. Dia baru tersadar setelah mendengar Jack berdeham.Sekarang, Audrey benar-benar terjepit dalam situasi yang sulit. Terlebih ketika Lady mendesaknya."Memangnya siapa pengantar pizza ini sebenarnya?! Konglomerat? Pejabat? Penguasa? Hahaha, aku akan pingsan jika itu benar!""Di-dia ini ...." Kalimat Audrey menggantung karena dia pun masih memikirkan kelanjutannya."Kamu tidak bisa membelanya 'kan? Itu bukan hal mudah karena memang tidak ada satu hal pun yang bisa dibanggakan dari pecundang itu! Semua yang dia miliki hanya nol besar!" Mary menunjuk wajah Jack yang tetap tenang."Berhenti menunjuknya, Nona. Jika Nona-nona sekalian keberatan dengan keberadaan Jack di sini, kalian bisa pergi. Pintu keluarnya masih sama seperti pintu yang kalian masuki tadi."Lady dan Mary saling menoleh. Keduanya mengerutkan kening, tak senang dengan ucapan Audrey."Kamu mengusir kami hanya demi l
Peristiwa memalukan di First Style tidak lekang begitu saja meski hari sudah berganti. Baik Lady maupun Mary tidak bisa melupakannya. Bagaimana mungkin wanita terhormat seperti mereka ditendang seperti gelandangan?Seumur hidup, peristiwa itu belum pernah terjadi! Biasanya mereka yang menghinakan orang lain, tapi malam itu mereka merasa berada di titik paling hina.Detik ini pun kekesalannya pada Jack, juga Audrey, masih sama persis. Mereka ingin membalas, tetapi belum sempat melakukannya, sudah terusir dengan keji.Seandainya bisa, pastilah mereka ingin menarik dan mengganti wajah saja karena saking malunya!"Lady, Mary, ini masih terlalu pagi untuk cemberut. Apa kalian datang bulan bersamaan?" Wanita berbaju merah muda itu menahan tawa."Grace, jangan mengejek. Itu sama sekali tidak lucu." Lady menimpali dengan wajah semakin kesal."Kamu tidak tahu hal buruk terkadang sangat sulit dilupakan. Aku bahkan sangat bernafsu untuk membunuh seseorang saat ini." Mary menghentakkan garpu ke m
"Sophie, apa semua baik-baik saja?""Ya, wajahmu mendadak pucat. Apa terjadi masalah dalam pekerjaanmu?"Grace dan Lady semakin penasaran. Mereka tahu, Sophie seorang yang percaya diri. Untuk pertanyaan yang bisa berakhir pada pujian, mengapa Sophie malah tiba-tiba 'cemas'?"Sophie, kita berteman sudah sejak kuliah. Katakan saja jika ada sesuatu yang mengganggumu. Kita biasa berbagi masalah bukan? Melihatmu seperti ini kami justru khawatir. Apa David melarangmu bekerja? Dia memintamu mengundurkan diri agar bisa di rumah saja saat menikah nanti?"Sophie menggeleng. "Tidak, tidak, di-dia malah senang jika karierku bagus." Dia berusaha tersenyum."Lalu?" Ketiga temannya kompak bertanya.Sebuah napas kabur dari mulut Shopie. Sepertinya dia sudah tidak sanggup lagi menyembunyikan masalah besar yang dialami."Teman-teman, seburuk apa pun yang menimpa Lady dan Mary semalam, masih lebih buruk apa yang menimpaku. Aku sampai tidak bisa menangis lagi karena air mataku seperti habis."Lady, Mary,
Perkebunan mewah Greenroad Villa tampak sangat mengagumkan. Sebuah villa megah yang artistik, dikelilingi kebun bunga dan buah. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata.Di malam hari, lampu-lampu yang menghiasi villa membuat pemandangan menjadi lebih indah. Bahkan, karena banyaknya lampu yang terpasang, Greenroad Villa juga dikenal dengan sebutan 'Taman Sejuta Lampu'.Satu kata yang paling pas untuk menggambarkan perkebunan mewah itu adalah sempurna!Semua orang di kota bahkan di negara ini ingin mencicipi rasanya hidup di Greenroad Villa. Akan tetapi, tidak akan bisa meski mereka menyerahkan berkoper-koper uang. Pasalnya, villa itu memang tidak untuk disewakan. Tuan Tom Roodenburg membangun tempat itu khusus untuk keluarga Roodenburg dan acara amal saja.Malam amal itu sendiri tidak dihadiri oleh sembarang orang. Mereka yang datang mendapat undangan khusus karena tercatat memiliki penghasilan banyak setiap bulannya. Satu undangan yang diberikan bisa untuk dua orang, entah perwakila
Rahang Jack mengeras saat menoleh ke suara pembuat onar. ‘Sial!’ celetuknya dalam hati kesal.Jack melengos sesaat. Bukan makian David yang membuatnya kesal, melainkan keberadaan orang-orang itu yang bisa mengancam momen indah malam ini. ‘Kenapa mereka harus datang sekarang?’Sumpah demi apa pun, Jack sudah kebal dengan makian model apa saja. Dia sudah terbiasa sejak sebelum tahu jati dirinya yang sesungguhnya. Namun, malam ini dia mengundang Audrey untuk menemaninya. Apa Audrey berdandan cantik dan anggun hanya untuk mendengar orang-orang itu menghina dirinya?Jack tidak mengerti mengapa dia harus bertemu dengan orang-orang menyebalkan itu lagi. Dalam formasi lengkap pula! Menyusahkan saja!“Jack, kita bisa lari jika kamu ingin.” Audrey mencoba memberi solusi setelah melihat perubahan mimik wajah Jack yang menjadi begitu kesulitan.Akan tetapi, Jack menggeleng. Kenapa dia harus membuat Audrey bersusah payah lari dengan hak tinggi dan gaun indahnya?“Kita hadapi saja. Apa pun yang aka
“Kamu tidak percaya?!” David naiik pitam melihat Jack demikian. “Dengar ya, satu goresan kecil yang kamu timbulkan di mobil ini, bisa menghabiskan banyak uang untuk membenahinya di bengkel. Itu sebabnya, jangan sembarangan meletakkan punggung baumu di mobil yang bukan milikmu! Bahkan meski bekerja hingga sisa umurmu habis pun, kamu tidak akan bisa membeli sebuah spion dari mobil ini.”“Wow!” Jack memegang kepalanya. Dalam hatinya dia melanjutkan, ‘Kamu akan pingsan jika tahu mobil ini milikku!’David mendekat pada Jack. Dia mencengkeram kerah baju lelaki itu sebelum berbisik, “Meskipun kamu dekat dengan Tuan Matthew, jangan mengira kamu bisa melakukan apa pun. Dengar, Tuan Matthew hanyalah bawahan dari Tuan Muda Roodenburg. Tunggu sampai aku bertemu dengan Tuan Muda. Aku bersumpah akan membuatmu memohon di kakiku karena tempo hari berani mempermalukan dan mengerjaiku. Congek sampah!”David mendorong Jack masih dengan mata melotot. Lalu, dia mengacungkan telunjuknya, “Awas kamu! Jangan
Kegiatan amal di Greenroad Villa diadakan tepatnya di dalam auditorium yang super megah. Sebuah panggung besar berada di paling depan, tampak memukau dengan desain yang begitu elegan. Dominasi warna emas semakin meningkatkan kesan mewah. Terlebih, kursi-kursi empuk premium berwarna merah, berderet rapi secara bertingkat-tingkat.Semua tamu undangan terpesona dengan keindahan auditorium di Greenroad Villa! Itu merupakan salah satu auditorium terbaik yang ada di negara ini.David, Sophie, dan teman-temannya duduk berdampingan di deret kursi yang sama. Tempat itu berada cukup jauh dari panggung. Jack tersenyum sebelum menunjuk satu titik, "Sebelah sana!" Dengan bantuan penjaga, tidak sulit bagi Jack untuk menemukan rombongan David, Sophie, dan teman-temannya dari sekian banyak tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut.Audrey mengangguk. Dia dan Jack berjalan cepat untuk datang pada rombongan para pembuat onar itu."Hei! Kamu tidak boleh duduk di sini! Cepat pergi dan duduk di temp
Melihat kesempatan untuk mempermalukan Jack, Sophie tidak mau menyia-nyiakannya begitu saja. Selama menjadi pacar lelaki itu dulu, belum pernah sekalipun dia melihat Jack memainkan piano.Ini bukan alat musik murahan!Jangankan membeli sebuah piano, Jack bahkan tidak memiliki cukup uang untuk mengikuti kelas musik piano. Jadi, apa dia sedang bermimpi hingga bicara melantur?'Yang bisa dia lakukan selama ini hanya mengantar pizza. Tidak mungkin dia bisa memainkan piano. Cih! Mau bergaya dan membuat pacarnya terkesan? Kamu melakukan kesalahan besar dengan berbual di dekatku!'Sophie 1000 persen yakin Jack berbohong!Oleh sebab itu, setelah tepuk tangan berhenti sebagai tanda akhir dari penampilan pianis kecil, wanita itu bersiap untuk mengangkat tangannya kalau-kalau pembawa acara mempersilakan tamu undangan untuk unjuk bakat bermusik.Dan benar!Prediksi Sophie tidak meleset!Pembawa acara melakukan hal yang sama persis dengan yang dia pikirkan.Maka, dengan cepat Sophie bertindak. Tid
Bulan bundar sempurna. Dari loteng Greenroad Villa, angin membuat pucuk pohon cemara seperti sedang menggesek-gesekkan tubuhnya pada purnama. Ada kopi yang mengepul di dalam dua cangkir putih di atas meja kayu. Tangan yang kekar tampak mengambil satu di antara cangkir itu. “Ini sangat indah,” kata Claire setelah sang suami menyesap kopi. Dia mengagumi pemandangan malam hari di tempat itu. Jack menggeleng. “Ada yang lebih indah dari ini.” Dengan wajah berseri Claire menyahut. “Benarkah?” “Hm.” Jack kembali menyeruput kopi buatannya sendiri. “Cepat katakan padaku. Aku ingin melihatnya besok.” Claire semakin bersemangat. “Kenapa harus menunggu besok?” “Jadi, aku bisa melihatnya sekarang?” “Tentu saja.” Claire bertepuk tangan kegirangan. “Di mana aku bisa melihatnya?” Dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Jack. “Pergilah ke kamar.” Claire yang mendengarkan suaminya dengan sungguh-sungguh mengernyetkan keningnya. Namun, dia tetap berkata, “Lalu?” “Saat kamu berdiri di de
Orang-orang terkejut dengan reaksi Jack atas apa yang dilakukan Claire, tanpa terkecuali Claire itu sendiri. Sejak mengenal Jack hingga mereka memutuskan untuk menikah, Jack tidak pernah membentaknya, kecuali hanya jika dia bersalah.‘Lalu, apa salahku?’ batin Claire sambil menatap suaminya.Beberapa wanita yang berada di kursi tamu juga tidak menyangka bahwa sang tuan muda akan membentak istrinya. Mereka sampai memegangi dada karena terkejut. Menurut pandangan mereka, apa yang dilakukan Claire sudah benar.Orang-orang yang kurang ajar itu pantas mendapat dua sampai tiga tamparan lagi. Beberapa di antara tamu malah ingin menjambak mereka juga.Jika Claire syok, tidak demikian dengan Lady. Meski tamparan Claire membuat pipinya terasa sakit, dia senang mengetahui sang tuan muda dengan cepat membentak istrinya karena sudah bersikap kasar. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan. Entah kesempatan apa yang dimaksud oleh Lady.“Tuan Muda,” ucap Matthew merasa perlu untuk membela Claire.
Tidak dipungkiri, aura yang keluar dari Jack membuat empat wanita itu tertekan. Mereka tampak mencengkeram pakaian sendiri untuk menyembunyikan tangan mereka yang bergetar karena takut. “Lady,” panggil Jack karena empat wanita itu membisu tanpa kata. Lady memaksakan diri untuk tersenyum. “Sa-saya, Tuan Muda.” Jack tertawa mendengar Lady yang dahulu mengoloknya sebagai pecundang, kini memanggilnya dengan sebutan demikian, dan itu dikatakan dengan nada bicara yang lembut. “Kamu bersikeras ingin menemuiku. Katakan, sesudah ini, apa yang kamu inginkan?” Jack memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sejujurnya, reaksi Jack yang berubah-ubah, terkadang tampak murka, terkadang begitu ramah, malah membuat Lady bingung. Dia sadar benar jika Jack berhak murka. Dan dia akan menerima apa saja yang akan Jack lakukan. Lady sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ekspresi wajah teman-temannya. Dia yakin, ekspresi wajahnya sekarang juga tidak jauh berbeda dari mereka; takut, cemas, be
Para pengawal menunda untuk menyeret Sophie dan kawan-kawannya keluar karena mendengar ucapan berwibawa dari seorang pria. Itu adalah ucapan yang tidak mungkin mereka abaikan.Benar, Jack sendiri yang menahan para pengawalnya meringkus para wanita pembuat onar. Kini, tempat itu seperti membeku. Semua orang bergeming melihat wajah tenang Jack selagi bertanya-tanya apa yang akan terjadi berikutnya."Apa yang akan Tu-tuan Muda lakukan?" tanya Gary menyaksikan Jack berjalan ke tepi panggung usai berpamitan dengan istrinya. Meskipun Gary hanya melihat dari layar kaca televisi, napasnya ikut tertahan juga.Sebagai orang yang memiliki banyak kesalahan pada Jack, Gary tentu mencemaskan kehidupannya. Dia menjadi paham tentang hal buruk yang terus menimpanya, walau itu tidak seburuk apa yang menimpa David, Gary sempat frustrasi atas grafik hidupnya yang merosot. Melihat keadaannya sekarang, sudah mampu menjelaskan segala kesialan yang menimpanya.Lalu, bagaimana jika ternyata kesialannya masih
Satu teriakan itu berhasil memprovokasi tamu undangan lainnya. Kini tempat itu dipenuhi oleh seruan yang meminta Tuan Muda Roodenburg untuk mencium istrinya. Kedua pipi Claire memerah mendengarnya. Dia bahkan melepas rangkulannya dari leher Jack, sedikit tertunduk menghadap para hadirin. Jack mengambil napas melihat istrinya demikian. Dia mendekatkan wajahnya pada Claire, membuat para hadirin menghentikan seruan mereka. Semua tegang menunggu apa yang akan Tuan Muda lakukan. “Jangan cemas. Aku tidak akan melakukannya di depan umum,” bisik Jack sangat rendah, hingga hanya Claire yang bisa mendengarnya. Wanita itu menoleh pada suaminya dengan wajah cerah. Sementara para hadirin masih menanti sang tuan muda melakukan apa yang mereka harapkan. Dalam saat-saat sunyi itu, mendadak terdengar panggilan dari deret kursi belakang. “TUAN MUDA!!” Orang-orang terkejut. Mereka menoleh ke belakang, ke sumber suara, demi melihat kenampakan wanita yang begitu lancang memanggil Tuan Muda Roodenbu
Prosesi pernikahan Tuan Muda Roodenburg dengan Nona Claire Boutcher telah selesai. Kini, persahabatan mereka sudah resmi menjadi hubungan suami istri dengan ikatan cinta yang suci. Kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah kedua mempelai, keluarga, dan para tamu undangan, kecuali empat sekawan yang duduk di kursi belakang. Sophie yang sejak tadi menitikan air mata, kini memeluk Lady untuk menyembunyikan isakannya setelah melihat Jack mencium kening Claire. Masih hangat dalam ingatan Sophie, selama dia dan Jack dahulu berpacaran, Jack tidak pernah meminta ciuman darinya. Sedangkan saat menjadi kekasih David, pria itu meminta segalanya darinya, bahkan di hari pertama mereka berpacaran. Sungguh, dahulu Sophie menilai Jack sebagai pecundang meski dalam hal percintaan. Sementara dia memberikan penilaian sangat tinggi untuk David, dan menganggapnya sebagai pria sejati yang bergairah. ‘Tapi lihat sekarang. Jack menikahi Claire di depan seluruh warga Rhineland dengan gagah dan penuh kharisma
“Dari suaranya saja, jelas sekali jika Tuan Muda adalah orang yang ramah dan rendah hati. Daripada dirinya, jelas kita semua yang mendapat kesempatan untuk hadir di acara ini begitu bahagia dan merasa terhormat. Kita benar-benar beruntung. Bahkan jika seseorang membeli undangan pernikahan dari Tuan Muda dengan harga fantastis, aku akan dengan yakin menolaknya. Ini benar-benar momen patah hati yang paling berharga.” Grace tersenyum lebar dengan pandangan mata tertuju pada layar besar yang ada di sisi kanan panggung. Dalam layar itu menampilkan sosok pria bertopeng yang menyita perhatian seluruh manusia di Rhineland.Dua layar besar memang sengaja disediakan di samping panggung demi membantu para hadirin yang duduk di kursi belakang, supaya tetap bisa melihat dengan jelas jalannya acara. Apa yang ditampilkan dalam layar itu adalah apa yang terlihat di layar televisi juga. Sebenarnya Grace dan rombongan sedikit kecewa karena mereka mendapat kursi di deret paling belakang, tetapi mereka
"Jika yang berbicara ini adalah David yang dahulu, aku pasti percaya. Tapi David, sekarang kamu bahkan hanya tinggal di kos sempit ini. Tidak mungkin kamu bertemu dengan wanita dari kelas atas." Gary mengambil kripik kentang dan mengunyahnya dengan santai. Tidak ada lagi rasa segan atau was-was akan membuat David tersinggung. "Mungkin saja David melihatnya saat masih menjadi manajer keuangan di Big Roodgroup." Gary menimpali.Namun, David masih bergeming. Dia tidak menggeser sedikit pun pandangannya dari kaca televisi. Kerutan di keningnya semakin banyak."David." Bahkan panggilan pelan dari Gary membuat David terkejut.Sambil menggelengkan kepala, David berkata, "Tidak salah lagi, dia memang wanita itu."Ryan bertanya, "Apa yang kamu bicarakan?" "Aku sangat yakin, dia, mempelai wanita Tuan Muda Roodenburg adalah wanita kasar yang bekerja di King Pizza. Dia berteriak-teriak memakiku dan Sophie. Dia melarang kami masuk ke kedai itu."Gary dan Ryan sempat melihat satu sama lain sebelu
Greenroad Villa hari ini terlihat sangat ramai. Para pelayan begitu sibuk ke sana ke mari mengurus segala keperluan, apalagi sejak tadi para tamu sudah mulai datang.Banyak tamu istimewa yang datang ke acara pernikahan paling mewah dan fenomenal ini, misalnya para pejabat, artis, konglomerat, dan lain sebagainya. Mereka sangat antusias mengingat ini adalah pernikahan pewaris tunggal keluarga Roodenburg, keluarga dengan kekayaan, popularitas, dan pengaruh paling besar.Memangnya siapa yang mau melewatkan undangan pernikahan pewaris tunggal dari keluarga nomor satu dari orang-orang kelas atas?"Sebenarnya, aku masih trauma dengan kejadian di malam amal itu." Lady menggandeng lengan Sophie. "Aku tidak menyangka jika undangan pernikahan itu asli. Rasanya ini terlalu ... mendadak, super mendadak. Untung saja kalian memaksaku ikut, jika tidak, aku akan lebih menyesal lagi karena tidak hadir di acara berbahagia idolaku, meski mungkin tidak lama lagi aku akan menangisinya." Lady melanjutkan.