Billy bersandar di jendela mobil sambil memandang Amber dan Calvin dengan malas, ekspresinya tampak seperti tersenyum, tapi sebenarnya itu bukan senyuman sama sekali.
Amber dan Calvin sama-sama orang pintar jadi mereka sadar betul bahwa Billy juga Ian tidak menyukai Calvin dan sama sekali tidak berniat berbicara dengannya.
Amber berjalan mendekat ke mobil saat Calvin melambai sebelum berbalik dan pergi. Ya, Calvin pergi dengan sangat cepat, tanpa berbalik.
Melihat hal itu, Billy dengan sengaja bertanya kepada Amber. "Siapa pria itu? Mengapa kamu tidak memperkenalkan kami kepadanya? Dia terlihat agak tampan. Ya ampun, kamu tidak mencoba membuat Ian kami menjadi 'cuckold', kan?"
(Cuckold adalah istilah suami yang diselingkuhi istrinya).
Setelah mengucapkan kata-kata yang menghasut itu, Billy melirik Ian, tetapi Ian bahkan tidak repot-repot menatapnya.
Amber juga mengabaikannya, dia masuk ke dalam mobil begitu saja tanpa ekspresi. "
Menurut Amber, dari perilaku Ian hari ini, sepertinya kekambuhan Elly hari itu tidak berdampak sama sekali.Dan apakah keterampilan observasinya bisa apa saja lebih kuat? Jelas, dia tidak melakukan apa pun dengan Calvin dan bahkan malam ini, mereka hanya berdiri di sana mengobrol seperti biasa—setidaknya di mata orang yang lewat, mereka sangat normal. Apakah dia tidak menyadari kalau Billy hanya menggoda mereka satu atau dua kalimat sebelum menjatuhkannya?Beberapa saat Amber berpikir, dia pun tidak terburu-buru melihat ponselnya. "Menurutmu mengapa aku datang ke sini untuk membicarakan hal ini denganmu?" tanya Amber kemudian."Apa lagi yang bisa dilakukan? Apakah kamu akan berbicara kepadaku tentang hal lain?" balas Ian.Amber terdiam karena memang inilah yang ingin dia bicarakan dengannya.Tapi pertama-tama dia harus menjelaskan mengapa dia ingin membicarakannya. "Aku memang ingin membicarakan hal ini denganmu, tapi bukan karena aku mulai menyukai seseorang. Namun, sebaliknya, itu
Setelah Amber meninggalkan Axton hotel, perasaannya tiba-tiba terasa lebih ringan dari sebelumnya. Dia tidak menyangka kalau batu berat yang mengganjal di hatinya yaitu Mark akan dengan mudah disingkirkan oleh Ian.Amber masih merasa agak bersalah, tapi rasa bersalah itu tidak lagi ditujukan pada Mark. Adapun taruhan yang diajukan oleh Ian, dia mengerti apa tujuan pria itu.Ian tidak percaya pada cinta jadi sebagai konsekuensinya, dia juga tidak percaya kalau sesuatu yang baik bisa saja terjadi dari Calvin dan dia.Ian ingin dia menyadari kalau cinta mereka tidak berharga dan tidak berarti, tetapi apakah itu berarti dia sekarang harus menjalin hubungan asmara dengan Calvin dan kemudian bertindak sedemikian rupa sehingga Ian akan mempercayainya? Menurut Amber ini terlalu menggelikan!Amber merasa Ian tidak mungkin menjadi pria berpikiran dangkal seperti itu. Apa hubungan emosi orang lain d
Begitu menyadarinya, Amber menutup telepon, agak bingung.Dan kemudian dia segera mengangkat teleponnya dan menelepon Calvin lagi. "Apakah urusanmu sudah selesai? Kalau iya, aku ingin mengajakmu untuk ... um, sarapan?""Sekarang?" Suara Calvin membawa isyarat tertawa sambil menjawab, "Baiklah, aku hampir selesai. Di mana kita harus makan?""Tempatku?" Sebenarnya Amber berpikir lebih baik bertemu di kantornya di rumah sakit karena akan lebih privasi di sana. Namun, tidak mungkin dia bisa menemuinya di rumah sakit jadi satu-satunya alternatif yang dia miliki adalah mengundangnya ke rumahnya."Baiklah, beri aku sepuluh menit."***Calvin berkata sepuluh menit dan memang sepuluh menit kemudian, Amber menemuinya di lantai dasar gedung apartemennya.Amber tidak tahu Calvin berlari dari mana. Keadaan di luar sinar matahari cerah, tapi anginnya kencang, begitu kencang hingga membuat telinga sakit. Amber saja sudah merasa kedinginan dari
"Aku tidak ada waktu luang akhir pekan ini, tapi akhir pekan depan nanti saat aku ada waktu luang, aku akan mengundang kamu untuk makan makanan ibuku lagi." Amber berkata setelah menelan makanan di mulutnya. Dia berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Hubungi Trysta dan Silvia serta yang lainnya juga. Ibuku akan senang melihat kalian lagi."Sejenak Calvin menatap kosong sebelum menerima dengan gembira, matanya melengkung ke atas seperti bulan sabit kecil. "Baiklah. Aku akan ada waktu luang pada sore hari, jadi aku akan pergi memilih beberapa hadiah untuk mereka setelahnya. Aku masih punya beberapa barang dari luar negeri dan oh ... kamu harus membantuku memilih beberapa barang saat kamu ada waktu luang, sesuatu yang mereka sukai ...."Calvin mengatakan banyak hal sekaligus dan Amber langsung tahu kalau dia gugup. Dia pun tersenyum dengan nyaman. "Jangan mengkhawatirkan tentang semua itu. Yang paling penting adalah kamu pergi."Calvin menggelengkan kepalanya. "Bagaimana bisa? Dulu aku ser
Amber mengeluarkan ponselnya dan mulai menghubungi rumah sakit. Dia memerintahkan mereka agar memberi tahunya terlebih dahulu jika ada yang mencoba menanyakan kondisi Elly bahkan jika mereka adalah anggota keluarganya.Amber sebenarnya tidak tahu apakah Calvin akan langsung pergi ke sana atau tidak, tetapi yang jelas dia tahu bahwa pria itu pasti akan pergi suatu saat nanti.Dan benar saja, tepat ketika Amber hendak meninggalkan rumah, dia mendapatkan telepon dari kepala perawat yang memberitahukan kalau ada seorang pria datang mengunjungi Elly. Karena sekarang bukan jam berkunjung, maka dia tidak mengizinkannya masuk, tapi dia menjelaskan kondisi pasien kepadanya secara detail.Amber bertanya, "Apakah dia menyebutkan namanya?"Kepala perawat menjelaskan, "Dia mengatakan bahwa nama belakangnya adalah Reyes. Dia tampak seperti pemuda yang agak muda dan tinggi, cukup tampan."Rumah sakit juga memiliki rekaman keamanan sehingga Amber bisa memeriksanya sendiri. Karena bencana terakhir ka
Ibu Calvin dengan lembut menyeka air matanya, tetapi dia terus menangis sesekali saat berbicara dengan Amber."Mengingat betapa baik hati masyarakat saat ini, bahkan jika Elly memiliki ibu yang melarikan diri dan ayah yang tidak berguna. Selama dia bisa berdiri sendiri, lalu mengapa dia dikucilkan? Daripada menjadi diintimidasi, dia pasti terlibat, terlibat dengan tindakannya, menyebabkan orang tua lain menyalahkan anak-anak mereka padanya!"Amber tiba-tiba merasakan hawa dingin merambat di punggungnya setelah menyadari implikasi di balik kata-kata ibu Calvin. Dia dengan agak susah payah bertanya, "Itu tidak mungkin, 'kan? Mungkin dia menjadi ... lebih baik di kemudian hari?""Lebih baik?" Ibu Calvin berkata dengan sarkas dan hanya bisa tertawa mendengar jawaban Amber, wajahnya yang cantik berubah menjadi agak menyeramkan. "Lalu tahukah kamu kenapa aku harus menikah lagi? Kenapa, meskipun Calvin melakukannya dengan sangat baik di sini, tapi aku tetap mengi
Setelah pertemuan dengan ibu Calvin, Amber dengan patuh pulang dan menunggu di rumahnya.Bahkan ketika ibu Amber selesai bekerja dan berkemas, Amber masih di sana, menunggu. Karena itu ibu Amber menjadi tidak sabar, mau tidak mau meneleponnya. "Sudah berapa lama sejak kamu kembali? Apakah kamu tersesat? Haruskah aku mengirimkan tandu untukmu?"Mendengar sang ibu berkata demikian, keringat menetes dari dahi Amber. Dia dengan cepat menjawab dengan nada yang menyenangkan. "Aku agak sibuk sekarang. Aku pasti akan pulang minggu depan.""Sibuk? Sibuk dengan apa?" Ibu Amber tidak mendengarkan kata-katanya sama sekali, malah mulai memikirkan tentang si pria tolol yang muncul tidak jelas di rumah putrinya waktu itu. Berpikir seperti itu membuatnya marah dan membuat suaranya segera menjadi dalam. "Tidak mungkin kamu masih belum putus dengan pria itu, 'kan?"Mendengar pertanyaan sang ibu, Amber tidak tahu harus
"Kamu! Kalian? Am ... beerr!"Begitu teriakan itu datang, Amber berbalik karena takut akan kemungkinan terburuk, dia terlambat menyadari bahwa telepon yang dia letakkan di meja kopi tadi masih merekam. Di layar ponselnya memperlihatkan wajah kaget ibunya.Namun, segera setelah itu, wajah sang ibu menghilang dari layar dan berganti dengan tangan besar ayahnya yang muncul dan kali ini mengakhiri panggilan video.Di pihak mereka tidak diragukan lagi ada pertengkaran besar lainnya, tapi Amber tidak bisa mengkhawatirkannya untuk saat ini.Amber kembali berbalik dan melihat Calvin sedang mengawasinya. Dia memiliki sepasang mata yang sangat bagus, mata besar dan sedikit bengkok di bagian sisinya, disertai dengan rasa melankolis yang tak terduga.Kemurungan itu sangat menarik perhatian, seperti lampu kaca patri yang dibuat neneknya untuknya ketika dia masih kecil. Di malam musim dingin yang dalam, dia selalu ingin melepas kap lampu untuk melihat caha
"Istrimu benar-benar jatuh cinta kepadamu."Ian berbalik dan melihat bahwa meskipun pria itu berpakaian sangat bagus, dia dikelilingi oleh suasana yang suram. Ada beberapa botol kaca yang bertumpuk di tangannya.Ian dengan dingin bertanya, "Kenapa kamu berkata seperti itu?""Karena dia sangat mengkhawatirkanmu," kata pria asing itu sembari tersenyum kecut, lalu dia menunjuk ke arah Amber. "Dia sudah memanggang makanan selama beberapa menit terakhir, tapi dia pasti sudah melihat ke arahmu setidaknya lima puluh kali sekarang."Setelah pria asing itu mengatakan hal itu, dia berdiri dengan gemetar. "Tidak ada rahasia di mata seorang kekasih, tapi sayang sekali aku terlambat memahaminya. Sejujurnya, kemana pun aku pergi, aku melihat pasangan bahagia ada dimana-mana."Kemudian pria asing itu berjalan pergi dan terus bergumam kepada dirinya sendiri. ***Ian memandang ke arah Amber dan pada saat yang sama, Amber pun mengangkat kepalanya dan menatapnya juga, matanya yang cerah dipenuhi dengan
Setelah semua orang mendengar Amber dan Ian berencana pergi ke Danau Willoughby untuk berbulan madu. Billy mulai membujuk Silvia. "Sayang, bisakah kita pergi juga?"Namun, sayangnya Silvia menamparnya dengan keras melalui tanggapannya. "Mereka pergi ke sana untuk berbulan madu! Apa gunanya kita pergi?!""Latihan bulan madu sebelum bulan madu yang sebenarnya?""Ke puncak gunung?" kata Silvia dengan terkejut. Kemudian dengan serius memperingatkan Billy, "Dengar baik-baik ya karena aku hanya akan memberitahumu sekali ini saja. Aku hanya ingin bersantai dan dimanjakan. Jika kamu berani membawaku ke tempat seperti itu untuk bulan madu kita, maka aku akan menghajarmu tanpa alasan!"Sebenarnya Billy ingin terus berdebat dengan Silvia, tetapi ketika dia memeriksa seberapa jauh Danau Willoughby, dia merasa kalau tinggal di rumah bukanlah ide yang buruk."Ada beberapa hal menyenangkan yang bisa dilakukan di sekitar sini juga. Kita bisa tinggal di sini selama sebulan penuh!"Seketika Trysta memi
Ian tidak merasa mengantuk lagi, jadi dia menarik Amber bangun dan turun dari tempat tidur. "Kalau begitu kita harus berangkat lebih awal. Mumpung di luar tidak terlalu panas."Sebenarnya dia ingin pergi karena terlalu banyak orang di rumah, yang akan membuat perhatian Amber lebih terpecah dari biasanya. Dia benci tidak bisa memonopolinya.Di sisi lain, menghabiskan waktu berduaan dengannya dan hanya memikirkannya saja sudah membuatnya merasa lebih bahagia.Sementara itu, Amber juga tidak terlalu ingin tidur kembali, jadi dia pun bangun dan mulai mengobrak-abrik lemari untuk mencari sesuatu untuk dipakai.Ian pergi mandi dulu. Namun, di tengah mandinya, dia tidak dapat menahan kegembiraannya lagi. Dia menjulurkan kepalanya keluar kamar mandi dan dengan bertanya penuh harap kepada Amber."Kamu ingin pergi ke mana dulu? Niagara? Pulau seribu? Atau mungkin Danau Willoughby? Kita harus mengunjungi beberapa lokasi di dalam negeri terlebih dahulu dan kemudian pergi ke luar negeri."Menurut
Billy yang saat ini dalam keadaan setengah mabuk, dia menerima telepon dari Ian dengan menyalakan speaker ponselnya, jadi ketika dia mendengar permintaan blak-blakan Ian, dia balas berteriak dengan parau. "Apa!? Kamu akan meninggalkan kami seperti ini sementara kalian berdua pergi tidur? Di mana Dr. Camille?! Biarkan dia berbicara denganku!"Kemudian, semua orang mendengar pengantin pria menjawab dengan nada lembut yang luar biasa, "Dia lelah dan dia sudah tertidur."Kemudian, setelah dia mengatakannya, dia menutup telepon.Seluruh orang dalam ruangan memandang Billy yang sedang memegang ponselnya sambil bertanya-tanya dengan hampa, "Apakah itu hanya mimpi? Kapan seorang Ian Axton pernah bersikap selembut itu? Dan dia baru saja merasa bangga, bukan? Ya, 'kan?!"Billy memandang ke arah orangtua Amber dan Ruby. Wajah mereka sangat berwarna-warni dan dia akhirnya mengerti. "Itu bukan mimpi. Ya Tuhan! Ian menghabiskan seluruh vitalitas Amber sampai tidak
Ian menyeret Amber langsung menaiki tangga dan masuk ke kamar tidur mereka. Saat dia membuka pintu, Amber melihat ada buket mawar merah besar di tempat tidur dan seikat lilin romantis yang disusun berbentuk hati di lantai."Oh, jadi dia sudah belajar cara menciptakan suasana romantis sekarang," pikir Amber.Namun, ketika Amber baru saja hendak memujinya, dia melihat Ian mencubit hidungnya dan kemudian dengan muram berkata, "Ah, baunya sama manisnya dengan yang kukira."Dia telah mengikuti saran Billy meskipun dia tahu saran itu tidak dapat diandalkan. Dia juga segera melupakan orang-orang yang mengatakan kalau bunga segar dan lilin aromaterapi diperlukan untuk pengantin baru saat kenyataan memberitahu kalau ruangannya sangat menjemukan sehingga dia tidak bisa fokus bercinta!Mengingat kemungkinan angin akan memadamkan lilin, kamar tidur telah ditutup rapat. Ruangan yang terisolasi membuat perpa
Setelah mendengar jawaban putrinya, ibu Amber berkata sambil memelototinya. "Ini tidak seperti kamu mencurinya! Tidak bisakah kamu membantunya mengelolanya dengan baik? Dan kamu bahkan mengatakan kalau kamu menginginkan seorang anak.Jika dia terus mengeluarkan uang seperti ini, apakah kamu berencana untuk membesarkan anak itu sendiri?"Dia bahkan menyeret Silvia dan Trysta ke dalam percakapan dengan menanyakan pendapat mereka. "Tidakkah menurutmu Ian gila karena membeli tempat sebesar ini?"Seketika Amber berkata dalam hati. "Ini benar-benar ibuku! Siapa lagi yang akan mengambil setiap kesempatan untuk memarahi orang lain? Dia mungkin masih memperlakukan anak-anaknya seperti anak berusia delapan tahun ketika mereka berusia delapan puluh tahun."Ketiga sahabat itu saling melirik sebelum Trysta tertawa dan menjawab, "Ian benar-benar menghabiskan lebih banyak uang daripada yang seh
Meskipun sebelumnya Charlie telah mengatakan kalau mengenai jamuan makan malam semua telah diatur, tetapi Amber masih sedikit kepikiran dan cemas.Di saat Amber sedang berpikir, tiba-tiba dia mendengar sedikit keramaian. Begitu dia melihat ternyata kepala departemen dan rekan-rekannya yang lain tiba. Amber hampir tidak mempercayainya, Ian benar-benar mengatur semuanya.Ketika mereka pertama kali masuk, semua orang terkejut dengan besarnya tempat itu. Kemudian, mereka melihat hanya Amber dan beberapa orang yang membantu yang ada di sana, sehingga membuat mereka bertanya, "Di mana pengantin prianya? Bagaimana dia bisa absen saat ini?"Kepala departemen kemudian menunjuk ke bungkusan besar bir yang dibawa oleh dua pria di belakangnya. "Setelah dia memetik salah satu bunga tercantik di rumah sakit kami, semua orang menyingsingkan lengan baju mereka dan bersiap untuk mencobanya.""Dia keluar untuk m
Keesokan harinya Amber langsung kembali bekerja setelah mereka menerima surat nikah dan karena dia masih harus mengadakan makan malam di malam hari jad dia memberi instruksi kepada Ian, "Cari katering, lalu pesan makanan apa pun yang ingin kamu makan untuk dua meja."Amber bahkan bercanda dengan berkata, "Lagipula, akulah yang menikahimu."Ian mengangguk patuh dan pergi saat Amber kembali bekerja.Siang harinya, Amber kembali ke rumah untuk menyiapkan beberapa keperluan acara makan malam dan dia tidak melihat Ian tidak ada di rumah, jadi dia meneleponnya dan bertanya di mana dia berada.Namun, tak disangka ketika telepon tersambung, Ian memberikan respon yang cukup ringkas dengan hanya berkata "aku sibuk" kemudian dia langsung menutup telepon.Ian bahkan tidak memberi Amber waktu untuk bertanya apakah dia sudah membuat semua persiapan untuk jamuan makan.
"Tidak! Tapi kita harus menerima berkah untuk pernikahan kita, bukan?" Amber memutar otak keras-keras mencari cara lain untuk menyesatkan Ian. "Mendapatkan restu dari orang lain ketika menikah juga merupakan hal yang baik. Kenapa lagi semua orang harus mengadakan upacara pernikahan yang sangat rumit dan memerlukan persiapan berbulan-bulan? Itu semua dilakukan untuk mendapatkan restu dari semua orang, sehingga pasangan tersebut kemudian bisa hidup bersama dengan bahagia dan selamanya."Ian berkedip. "Benarkah?""Benar!" jawab Amber dengan cepat.Ian pun tersenyum. "Meskipun aku tahu kamu berbicara omong kosong dengan wajah serius, tetap saja cukup enak untuk didengarkan.""...."Mereka telah menikah hari ini, jadi menurut Amber tidak pantas untuk memberinya tatapan congkak. Sebaliknya, dia mengambil kotak perhiasan kecil dari tasnya dan membukanya untuk memperlihatkan dua cincin k