Secara keseluruhan, pesta Trysta berlangsung cukup sukses. Sekelompok besar orang telah berpencar berdasarkan lingkaran pertemanan Trysta dan kemudian memainkan permainan tim di mana mereka saling menggoda dan minum-minum hingga pesta hampir berubah menjadi hiruk-pikuk.
Karena Amber mengkhawatirkan Ian yang masih dalam masa pemulihan, dia membantunya meminum sedikit alkohol. Namun, ini hanya membuat Billy mulai mengincarnya dan akhirnya membuatnya harus minum beberapa gelas lagi.
Hingga Amber berhasil terhuyung-huyung dalam keadaan mabuk setelah pertandingan. Dia diam-diam berbalik ke ruang tunggu di taman keluarga Frank, di mana dia mencoba untuk sadar dan mendapatkan kembali akalnya.
Sesaat kemudian, dari belakang sebuah cangkir disodorkan ke arahnya. Dia berbalik dan ketika dia melihat kalau itu adalah Calvin, hati Amber jadi sedikit bergetar.
"Ini air hangat, minumlah," ucap Calvin.
Ian awalnya memeluk Amber dan ketika dia merasakan tubuh wanita itu merosot, dia dengan mudah mengangkatnya.Namun, tidak mudah untuk berpura-pura mabuk, terutama dengan seseorang seperti Ian yang selalu bertingkah tidak biasa.Ian mengangkat Amber dan kemudian membawanya duduk di bangku taman yang ada di dekat mereka. Setelah duduk, Ian menempatkan kedua kakinya, menempel pada kaki Amber dan mengapitnya, sementara satu tangan menarik pinggang Amber ke dalam dan tangan lainnya dengan tidak sopan menarik dan memasukkan pakaiannya ke dalam celah di antara bukit kembarnya.Amber segera mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Ian, berpikir untuk menahan pria itu agar tidak berbuat lebih.Melihat itu, Ian menundukkan kepalanya dan dengan lembut mengusap wajah Amber sambil tersenyum dan bertanya, "Kamu sudah bangun dari kebodohanmu?"Kemudian Ian bahkan menghembuskan napas ringan ke telinga Amber dan dengan nada bahagia yang luar biasa
Kini mobil Ian mulai memasuki dan berhenti di depan lobby hotel Axton. Ya, Ian membawa Amber ke Axton hotel dimana dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja saat dia tidak melakukan perjalanan bisnis.Setelah mobil berhenti, Ian mengalihkan pandangannya melihat Amber yang masih tertidur. Entah kenapa dia merasa tidak mungkin membangunkan Amber jadi dia mendekat, lalu melepaskan seat belt wanita itu."Hmm ...."Amber menggeliat saat dia merasa sesuatu menyentuhnya."Kamu sudah bangun?" tanya Ian dengan nada dingin.Amber mengangguk pelan. "Ya, nanti aku akan tidur lagi, kepalaku pusing.""Dimana kita?" tanya Amber kemudian saat dia mengedarkan pandangannya."Turunlah." Ian tidak menjawab pertanyaan Amber. Dia menekan tombol mobil, membuka otomatis pintu mobil sportnya itu.Amber menurut. Dia turun dari mobil. Tepat di saat Amber turun, Ian pun turun dari mobil. Namun, ketika dia hendak melangkah, dia terhuyung. Beruntung Ian dengan cepat menangkapnya sehingga dia tidak sam
"Kenapa kamu menjadikan pernikahan sebagai masalah besar!" gumam Amber. Saat ini kulit kepalanya serasa mati rasa hanya karena melihat semua persiapan Ian dan dia merasa kalau dia tidak bisa membiarkan pria ini bekerja sampai mati seperti ini.Amber berbalik untuk mandi dan mengganti pakaian yang telah Ian siapkan sebelumnya. Setelah itu tanpa sepengetahuan Ian, dia menghubungi seorang teman dan pada saat yang sama dia juga memberitahu kepala departemennya kalau ada sesuatu yang terjadi dan dia izin datang terlambat.Kepala departemen menyetujui permintaannya tanpa ragu-ragu dan dia bahkan bertanya, "Ada apa? Beritahu aku jika ada yang bisa kubantu."Amber tersenyum mendengar jawaban baik kepalanya itu. "Sebenarnya, ada sesuatu yang terjadi. Aku berencana mengadakan makan malam bersama besok. Apakah Anda mau ikut?"Kepala departemen tertawa dengan riang dan berkata, "Tentu saja! Kenapa tidak?"
"Tidak! Tapi kita harus menerima berkah untuk pernikahan kita, bukan?" Amber memutar otak keras-keras mencari cara lain untuk menyesatkan Ian. "Mendapatkan restu dari orang lain ketika menikah juga merupakan hal yang baik. Kenapa lagi semua orang harus mengadakan upacara pernikahan yang sangat rumit dan memerlukan persiapan berbulan-bulan? Itu semua dilakukan untuk mendapatkan restu dari semua orang, sehingga pasangan tersebut kemudian bisa hidup bersama dengan bahagia dan selamanya."Ian berkedip. "Benarkah?""Benar!" jawab Amber dengan cepat.Ian pun tersenyum. "Meskipun aku tahu kamu berbicara omong kosong dengan wajah serius, tetap saja cukup enak untuk didengarkan.""...."Mereka telah menikah hari ini, jadi menurut Amber tidak pantas untuk memberinya tatapan congkak. Sebaliknya, dia mengambil kotak perhiasan kecil dari tasnya dan membukanya untuk memperlihatkan dua cincin k
Keesokan harinya Amber langsung kembali bekerja setelah mereka menerima surat nikah dan karena dia masih harus mengadakan makan malam di malam hari jad dia memberi instruksi kepada Ian, "Cari katering, lalu pesan makanan apa pun yang ingin kamu makan untuk dua meja."Amber bahkan bercanda dengan berkata, "Lagipula, akulah yang menikahimu."Ian mengangguk patuh dan pergi saat Amber kembali bekerja.Siang harinya, Amber kembali ke rumah untuk menyiapkan beberapa keperluan acara makan malam dan dia tidak melihat Ian tidak ada di rumah, jadi dia meneleponnya dan bertanya di mana dia berada.Namun, tak disangka ketika telepon tersambung, Ian memberikan respon yang cukup ringkas dengan hanya berkata "aku sibuk" kemudian dia langsung menutup telepon.Ian bahkan tidak memberi Amber waktu untuk bertanya apakah dia sudah membuat semua persiapan untuk jamuan makan.
Meskipun sebelumnya Charlie telah mengatakan kalau mengenai jamuan makan malam semua telah diatur, tetapi Amber masih sedikit kepikiran dan cemas.Di saat Amber sedang berpikir, tiba-tiba dia mendengar sedikit keramaian. Begitu dia melihat ternyata kepala departemen dan rekan-rekannya yang lain tiba. Amber hampir tidak mempercayainya, Ian benar-benar mengatur semuanya.Ketika mereka pertama kali masuk, semua orang terkejut dengan besarnya tempat itu. Kemudian, mereka melihat hanya Amber dan beberapa orang yang membantu yang ada di sana, sehingga membuat mereka bertanya, "Di mana pengantin prianya? Bagaimana dia bisa absen saat ini?"Kepala departemen kemudian menunjuk ke bungkusan besar bir yang dibawa oleh dua pria di belakangnya. "Setelah dia memetik salah satu bunga tercantik di rumah sakit kami, semua orang menyingsingkan lengan baju mereka dan bersiap untuk mencobanya.""Dia keluar untuk m
Setelah mendengar jawaban putrinya, ibu Amber berkata sambil memelototinya. "Ini tidak seperti kamu mencurinya! Tidak bisakah kamu membantunya mengelolanya dengan baik? Dan kamu bahkan mengatakan kalau kamu menginginkan seorang anak.Jika dia terus mengeluarkan uang seperti ini, apakah kamu berencana untuk membesarkan anak itu sendiri?"Dia bahkan menyeret Silvia dan Trysta ke dalam percakapan dengan menanyakan pendapat mereka. "Tidakkah menurutmu Ian gila karena membeli tempat sebesar ini?"Seketika Amber berkata dalam hati. "Ini benar-benar ibuku! Siapa lagi yang akan mengambil setiap kesempatan untuk memarahi orang lain? Dia mungkin masih memperlakukan anak-anaknya seperti anak berusia delapan tahun ketika mereka berusia delapan puluh tahun."Ketiga sahabat itu saling melirik sebelum Trysta tertawa dan menjawab, "Ian benar-benar menghabiskan lebih banyak uang daripada yang seh
Ian menyeret Amber langsung menaiki tangga dan masuk ke kamar tidur mereka. Saat dia membuka pintu, Amber melihat ada buket mawar merah besar di tempat tidur dan seikat lilin romantis yang disusun berbentuk hati di lantai."Oh, jadi dia sudah belajar cara menciptakan suasana romantis sekarang," pikir Amber.Namun, ketika Amber baru saja hendak memujinya, dia melihat Ian mencubit hidungnya dan kemudian dengan muram berkata, "Ah, baunya sama manisnya dengan yang kukira."Dia telah mengikuti saran Billy meskipun dia tahu saran itu tidak dapat diandalkan. Dia juga segera melupakan orang-orang yang mengatakan kalau bunga segar dan lilin aromaterapi diperlukan untuk pengantin baru saat kenyataan memberitahu kalau ruangannya sangat menjemukan sehingga dia tidak bisa fokus bercinta!Mengingat kemungkinan angin akan memadamkan lilin, kamar tidur telah ditutup rapat. Ruangan yang terisolasi membuat perpa