Wajahnya memberengut kesal, karena tidak mendapatkan informasi apa pun selain pesan terakhir Ela yang sedang sakit, dan menyampaikan permintaan maaf wanita itu kepada pembaca setia cerita di talak usai akad, karena ia tidak bisa melanjutkan cerita sementara waktu. Kabar sakitnya Ela sudah sampai di telinganya. Bahkan beberapa orang suruhan yang disewanya selalu mengabarkan perkembangan terbaru tentang wanita tercinta. Bahkan rencana pernikahan Ela di rumah sakit juga sampai ke telinganya. Saat itu ia begitu tidak bisa menerima kabar itu, lalu dia menyusun siasat dengan orang bayaran yang nyatanya sampai sekarang tak ada kabar beritanya.Pria yang sedang dimabuk cinta itu makin ketar ketir dan takut Ela lepas ke tangan pria lain. Dia merasa percuma dengan beberapa usaha untuk menggagalkan pernikahan itu, namun nyatanya sebentar lagi pernikahan itu akan terlaksana.Perkembangan terakhir tentang pernikahan itu jadi terlaksana atau tidak, belum sampai ke telinganya karena orang yang disew
Pak polisi itu cepat bangkit berdiri dan tak mau memberi kesempatan pada tersangka kabur lebih jauh lalu bergegas mengejarnya. Kejar-kejaran pun tak terelakkan antara Soni dan seorang aparat polisi. Tidak ada yang mau mengalah, yang satu ingin menyelamatkan diri, sedangkan yang lain ingin menangkapnya. Entah siapa yang akan berhasil.Keduanya berlari sekuat tenaga dan upaya. Dengan misi masing-masing. Yang satu berusaha menghindar yang satu lagi berusaha untuk menangkap. Beberapa orang yang berlalu lalang di pinggir jalan jadi penonton aksi kejar-kejaran antara Soni dan pak polisi yang tidak memberi kesempatan untuk Soni mengambil napas barang sejenak. Tak jarang, beberapa kali Soni hampir menabrak beberapa pejalan kaki demi bisa berlari sejauh mungkin. Hanya umpatan yang dilampiaskan orang untuk menunjukkan kekesalan hatinya pada Soni. Soni terus berlari tak peduli dengan umpatan tersebut. Yang penting bagi Soni tidak tertangkap pihak polisi.“Itu kan Soni anaknya pak Rusdy, kenapa
“Iya Mas, tapi ada apa ya?” belum juga Faiq menjawab pertanyaan Ela, sambungan telepon pun berakhir begitu saja. Perempuan itu jadi menggerutu kesal, ia kan penasaran, kenapa suaminya itu harus menjemputnya. Ela hanya mengendikkan bahu dan pasrah lalu melangkah ke parkiran, ia akan duduk menunggu sang suami di sana. Ela masih bertanya-tanya dalam hati 'Sebenarnya ada apa ya, kemaren katanya tak bisa menjemput karena sibuk bekerja. Kenapa tiba-tiba tadi telepon mengabarkan bisa jemput. Ada yang aneh, berbagai kemungkinan terbersit dalam benaknya. Apa mungkin mas Faiq ingin mengajakku pulang ke rumahnya. Batin Ela dengan perasaan kacau. Ia belum siap untuk tinggal bersama keluarga lain yang baru dikenalnya. Bagaimana ini? Desisnya gamang. Jangan-jangan mama mas Faiq memaksanya untuk mengajakku tinggal di rumahnya, dan dia tak bisa menolaknya makanya sekarang mas Faiq menjemputku. Ela terus melamun sepanjang jalan menuju parkiran, hingga tak sengaja bertabrakan dengan Farah sahabat b
“Yup! Benar sekali. Sebenarnya bukan Soni yang mengaku, tapi orang suruhan pria itu yang mengungkap jati diri orang yang menyuruhnya. Lagian ya, mana mau sahabatmu itu mengakui perbuatannya, bahkan dia berusaha kabur dari kejaran polisi. Untung Pak Rusdy menemukan dan membawanya ke kantor polisi,” terang Faiq lugas dan jelas. “Makanya kita dipanggil ke sini untuk dimintai keterangan.” jelas Faiq dengan wajah bahagia. Ya, ialah orang yang paling berbahagia dengan ditangkapnya Soni, dengan begitu tidak ada lagi yang akan mengancam keutuhan rumah tangganya. Lelaki itu memang layak dihukum atas perbuatannya dan mempertanggung jawabkan kesalahannya.“Oh gitu syukurlah, aku berharap kejadian ini tidak terulang kembali. Tidak ala yang berusaha mengangguku. Sudah cukup aku dibuat menderita karena ulahnya.“Kamu senang sekarang?” sambung Faiq ikut merasa senang dan bahagia.“Senang? Mas Faiq ini makin aneh saja. Bagaimana mungkin aku senang bertemu pria gila itu, ada-ada saja.” Kilah Ela sedi
“Baiklah! Semua sudah cukup jelas. Keterangan yang kalian berikan sudah cukup kuat untuk dijadikan bukti. Kami akan memprosesnya dalam waktu dekat. Kalian tunggu saja kabar dari kami," ucap pak polisi."Sama-sama Pak, bila ada lagi keterangan yang dibutuhkan kami siap bantu. Hubungi kapanpun bapak mau," ucap Faiq tersenyum Ramah. "Beri dia hukuman yang setimpal dengan perbuatannya Pak," sambung Faiq lugas menatap tajam ke arah Soni."Dan kamu Soni, sadarlah! cinta itu tak bisa dipaksa. Saya berharap selama kamu di sini bisa merenungi semua perbuatanmu dan akhirnya sadar, tindakan kamu itu salah besar.""Kamu yang harusnya sadar, kembalikan Ela padaku dan ceraikan sekarang juga. Kamu itu baru datang dalam kehidupan Ela, jangan sombong bisa memilikinya. ingat! suatu saat nanti aku akan datang merebutnya darimu.""Astagfirullah Soni, apa yang kamu katakan. Di kantor polisi saja kamu masih berani mengancam Faiq, apa kamu gila," bentak pak Rusdy kalap."Iya, aku gila. Gila karena Ela meni
Tanpa sepengetahuan Ela, ada mata yang mengerjap kaget melihat seseorang yang begitu dirindukannya muncul di kampus tempatnya mengajar. Wanita itu mengucek matanya untuk memastikan penglihatannya itu benar. Setelah diperhatikan dengan seksama, tak salah lagi, pria di dalam mobil itu adalah lelaki yang ditunggunya sekian tahun. Dadanya bergemuruh hebat, pancaran kelegaan tercetak di wajahnya. Tapi... Wanita itu termenung sesaat, apa benar pria itu orang dicarinya selama ini.Ia yakin, ia tidak salah lihat. Mobilnya persis berada di depan mobil yang ditumpangi Ela mahasiswinya. Tadi ia tak sengaja melihat pantulan wajah lelaki itu dari kaca spion di atas dasbor mobilnya. Ia menoleh kembali ke belakang dengan cepat, memastikan penglihatannya. Ternyata benar lelaki itu adalah Faiq sahabat sekaligus cinta pertamanya."Ya tuhan, tak menyangka bisa bertemu dengannya di sini. Padahal hampir sekian tahun dan sekian bulan aku mencari keberadaannya. Allah maha baik, terima kasih ya Allah kau per
“Kalau begitu, kamu jangan kasih tahu nomor ponsel mas Faiq, kok gue malah curiga. Bu Widuri itu ada hubungan dengan suamimu. Apalagi waktu kamu bilang, Bu Widuri itu tahu banget bagaimana kehidupan mas Faiq waktu di panti. Apa kamu tidak curiga sedikit pun pada suamimu itu, bahkan Bu Widuri sampai mengira kamu adiknya segala." Farah berhenti bicara sejenak untuk mengambil napas, setelahnya, kembali bicara. "Benarkan dugaan gue, menurut kamu bagaimana?" Ela menanggapi dengan gelengan seakan mengatakan tidak mengerti alias bingung. Ya sampai saat ini, Ela belum mengetahui ada hubungan apa antara suaminya dan Bu Dosen yang kata Farah itu killer dan pertu alias perawan tua."Jangan-jangan mas Faiq itu mantan pacarnya dan mungkin saja mereka masih berhubungan sampai sekarang. Kamu harus hati-hati Ela, jangan sembarangan kasih nomor ponsel suamimu padanya. Jangan sampai kamu menyesal nanti, sesal belakangan tiada berguna." nasehat Farah panjang kali lebar yang ditanggapi anggukan oleh gad
“Oh ya Ela, mama dan papa menanyakan kapan kamu mau ikut tinggal bersamaku di rumah. Mama sepertinya keberatan, kalau kita tinggal terpisah.” Faiq menatap sang istri, menunggu jawaban, tentu saja jawaban yang sesuai dengan keinginan orang tuanya.Ela mendadak diam, dadanya berdebar kencang. Tak menyangka suaminya membicarakan hal yang ingin dia utarakan lebih dulu. Pucuk dicinta ulampun tiba. Kini ia tak perlu repot membicarakan pesan Abi dan umi. Padahal dia sedang mencari waktu yang tepat, keberuntungan berpihak padanya. Mas Faiq sendiri yang telah memintanya. Paling tidak ia tidak perlu menjilat lidah sendiri, awalnya menolak sekarang malah ngebet. Ih kesannya gimana gitu, itu yang membuatnya ragu ingin mengatakan permintaan orang tuanya itu dari pagi tadi. Tapi sekarang ia tak perlu pusing memikirkan, karena solusinya datang sendiri melalui Faiq. Lelaki itu sendiri yang memulai pembicaraan yang ingin ia sampaikan. Kok bisa gitu ya.Beberapa saat menunggu, Ela tak kunjung menjawab
Lelaki itu akhirnya pergi juga meninggalkan kamar, meninggalkan Ela dengan degup jantung yang menderu. Bibir wanita itu kembali tersungging manis. Membayangkan tingkah agresifnya tadi sungguh membuatnya malu. Ia sungguh tak percaya, bisa melakukan hal yang sangat tabu untuknya. Wajahnya memerah, sontak ia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.Setelah mengatur debar di dada, Ela mulai siap-siap seperti permintaan suaminya. Ia beranjak ke lemari, meraih kado dari Farah yang dulu hampir saja ia buang. Tapi setelah ia tahu kegunaan pakaian tipis menerawang itu, ia menyimpannya kembali di lemari. Kini ia berniat memakainya untuk menyenangkan sang suami. Yah, kini hatinya telah mantap, siap sempurna tanpa ada keraguan sedikitpun.Hampir 20 menit ia bersiap-siap dan menunggu kedatangan sang suami di kamar tepatnya di tempat tidur. Beberapa kali ia menguap, tapi sayangnya orang yang ditunggu tak kunjung datang. Ela menarik selimut hampir menutupi seluruh badannya. Ia belum siap menu
“Mas, kok berhenti, gak jadi masuk?” tanya Ela bingung. Wanita itu memindai area ruang keluarga, dan tatapannya melongo kaget, menyaksikan pertikaian antara kakak ipar dan suaminya.Bukannya menjawab pertanyaan Ela, Faiq justru berbisik di telinga sang istri. “Lihat itu, mereka lagi berantem. Kita dengarkan dari sini.”“Menguping pembicaraan orang diam-diam itu tidak baik Mas, apalagi mereka tengah berantem. Ayo kita keluar saja,” ajak Ela cepat seraya berbisik. Tangannya tak lupa menarik tangan sang suami dan mengajaknya keluar. Tapi sayang, Faiq tak bergerak dari posisinya. Ela menatap suaminya dengan perasaan kalut, takut ketahuan oleh kakak ipar dan suaminya.“Ayo Mas, tunggu apa lagi. Sebaiknya kita pergi sekarang,” pinta Ela memelas.Faiq mendekatkan bibir ke telinga sang istri lalu berbisik, “Ini kedua kalinya mereka berantem, aku harus tahu apa yang mereka debatkan.”“Tapi....”“Syut... Diamlah. Nanti kita ketahuan, bahaya!” pinta Faiq menutup mulut sang istri. Akhirnya Ela men
“Bunda,” ucapnya terbata-bata. Wanita itu lantas membuka pintu dan memintanya mamanya masuk ke dalam. Perempuan yang dipanggil bunda itu pun lantas masuk ke apartemen sang putri. Lalu mendaratkan bokongnya di kursi tunggal yang ada di sana. Matanya memindai area ruang keluarga yang tertata dengan rapi dan juga bersih. Meskipun rapi dan bersih, tetap saja tinggal sendiri itu tidak menyenangkan.“Betah kamu tinggal menyendiri di sini?”“Maksud bunda?”“Kamu jangan pura-pura tidak tahu apa maksud perkataan bunda.”“Menikah!! Itu yang ingin bunda katakan bukan?”“Iya, apalagi.”“Kapan kamu bisa memenuhi permintaan bunda, Nak? Kamu itu bukan ABG labil lagi. Kamu itu sudah kelewat dewasa.”Widuri tersentak kaget, ia sangat paham dengan maksud perkataan sang bunda, memang dirinya sudah kelewat dewasa, bahkan sebentar lagi usianya mencapai 29 tahun. Tapi mau bagaimana, lelaki yang ia sukai dari dulu bahkan sampai sekarang tidak berubah, namun tidak direstui oleh sang bunda hanya karena lelak
“Baiklah! Saya mengerti. Sebenarnya apa yang hendak kamu bicarakan?” tanya Widuri menatap lekat sang mantan. Dadanya sampai sekarang masih bergetar hebat, saat menatap lelaki di depannya itu. Rasa cinta itu semakin menancap dalam hati, meskipun tidak terlihat rasa rindu itu di mata Faiq. Tak membuat rasa cintanya padam, tapi terus saja menyala terang. Apalagi setelah melihat keberhasilan dan kesuksesan yang pria itu sandang sekarang menambah rasa kagum dan keinginan untuk memiliki lelaki itu sepenuhnya semakin tertancap kuat dalam dadanya. Terlebih setelah mendengar perkataan Ela, kalau Faiq belum menikah dan tidak punya wanita spesial. Ia berharap, dialah wanita yang mendampingi Faiq melewati fase kehidupan berumah tangga. Ia merasa, Faiq masih mengharapkannya, belum bisa move on, buktinya sampai sekarang Faiq masih betah menyendiri. Bisa seyakin itu Widuri memahaminya, padahal andai ia tahu, jika Faiq sudah memiliki wanita spesial yang bergelar istri, entah bagaimana perasaan per
“Ela, Maaf! Tadi gak bangunin kamu, soalnya tidurmu pulas banget,” ucap Faiq menyesal seraya mendaratkan bokongnya di kursi tak jauh dari Ela. Lelaki itu menatap sang istri yang tak menoleh sedikit pun padanya.Sebenarnya tadi Faiq ragu untuk masuk ke dalam ruang keluarga, ulahnya semalam yang pura-pura pingsan membuatnya enggan bertemu dengan Ela. Ia khawatir Ela mengetahui kepura-puraannya dan bisa saja wanita itu menceritakan kepada orang tuanya. Tapi bila tetap diam dan menunggu di luar juga akan membuat kedua orang tuanya pasti bertanya-tanya. Makanya Faiq memberanikan diri masuk bergabung dengan istri dan kedua orang tuanya. Ia tak hiraukan, meskipun nanti pandangan buruk yang dilayangkan Ela.“Tidak apa-apa Mas.” Jawab Ela singkat, setelah terdiam cukup lama. Itu pun karena tak enak pada kedua mertuanya, bila Ela menampakkan kekesalan di depan sang mertua. “Oh iya Mas, nanti kita jadi pergi menemui Bu Widuri?” tanya Ela memastikan. “Kalau jadi, aku mau siap-siap sekalian mau ka
“Bukan begitu, sekarang sudah terlalu larut. Bagaimana kalau besok saja,” ucap Faiq bernegosiasi. Lelaki itu bicara tanpa beban, seolah sang istri tidak marah dituduh tidak virgin.Bukan tanpa alasan Faiq menunda sampai besok, malam ini karena sudah terlalu malam dan ia juga dari tadi menguap terus, maka tercetuslah ide menunda malam pertama itu sampai besok pagi.Lelaki itu berusaha membujuk Ela, tapi sayangnya Ela sudah terlalu kesal. Akhirnya ia bicara dengan ketus. Bahkan terkesan mengancam. Ela jelas tak bisa terima begitu saja, di mana harga dirinya. Kehormatannya dipertanyakan.“Sekarang! Atau tidak sama sekali,” ancam Ela tak terima dicurigai tidak perawan oleh lelaki yang baru beberapa hari ini sah menjadi suaminya.Sebagai wanita yang selalu menjaga kehormatannya, jelas kecewa dibuatnya.Sakit hatinya dituduh tidak perawan apalagi oleh suami sendiri. Rasanya Ela ingin menjambak rambut lelaki itu untuk melampiaskan kekesalan hati, tapi ia tak punya keberanian melakukannya. Si
“Mas lupa, pernikahan kita kan masih menjadi rahasia, masa aku bongkar di depan dosenku sendiri. Mana mungkin?” kilah Ela masam dengan wajah memberengut kesal."Eh iya, benar juga. Maaf lupa?" cengir Faiq tak enak hati.“Terus dia percaya?”“Iya, dia percaya begitu saja. Saat itu aku juga heran, kenapa dia bisa seyakin itu pada orang yang baru dikenalnya. Bahkan dia bilang begini, kamu adik angkat Faiq di panti ya, dia mencoba menebaknya.”“Terus kamu jawab apa?”“Aku jawab dengan anggukan saja.”“Terus yang membuatku merasa aneh dan bingung, kok dia bisa langsung bilang begitu ya, makanya aku curiga ada hubungan tak biasa antara mas Faiq dengan Bu Widuri. Karena wanita itu seperti sangat mengenal diri mas Faiq. Itu baru pikiranku yang pendek itu mas, belum tentu benar. Makanya sekarang aku beranikan tanya.”“Kapan kalian ketemu?”“Waktu aku masih tinggal bersama Abi dan umi, mas Faiq jemput ke rumah terus mengantarku ke kampus. Waktu itu dia melihat mas Faiq berada dibalik kemudi.”
“Kamu belum jawab salamku, menjawab salam itu wajib, jika kamu lupa.” Ujar Faiq mengingatkan istrinya.“Waalaikumsalam,” sahut Ela cepat. Wanita itu masih tampak menetralkan napas yang memburu karena saking terkejutnya. Lalu mengulurkan tangan untuk Salim dengan suaminya.“Kamu kaget ya, sedang apa sih, asyik bener, hingga beberapa kali salamku tak kamu jawab.” Protes Faiq meletakkan tas berisi laptop dan map berisi berkas di meja samping tempat tidur. Lelaki itu menghempaskan bokong tepat di sebelah Ela.“Maaf Mas, aku tidak mendengar ucapan salammu.” Jawab Ela tak enak hati.“Tidak apa-apa, aku juga minta maaf telah membuatmu terkejut.”“Terus kenapa mas mengagetkan aku, coba bayangkan kalau aku jantungan dan mati, gimana coba?”“Maaf, maaf, janji tidak akan diulangi.” Ucap Faiq untuk kedua kalinya. “Kamu sedang apa sebenarnya? Kok sampai kaget gitu? Kamu tidak melakukan sesuatu hal yang mencurigakan bukan?”“Ya tidaklah Mas, biasa, aku lagi nulis,” bohong Ela. Padahal tadi dia seda
“Kamu kenal dengan lelaki muda itu,” tanya pak Handoko mendekati sang putra sambil tangannya menunjuk ke Faiq yang kini hanya kelihatan punggungnya saja.Sebenarnya dia penasaran, bagaimana bisa Faiq mengenal putranya, mereka tidak pernah ketemu secara langsung. Selama ini Erlangga juga tidak pernah menceritakan teman yang bernama Faiq. Makanya dari pada penasaran, mending dia tanya langsung pada Erlangga.“Kenal Pa, dia itu-kan Faiq. Suami baru Ela.”“Apa?” ucap Bu Waida dan pak Handoko tak percaya secara bersamaan karena saking terkejutnya. “Kapan mereka menikah, bukannya waktu itu calon suami barunya itu diculik sebelum akad nikah dilangsungkan.” Oceh Bu Waida tak percaya, karena dia masih berharap, dengan batalnya pernikahan itu, ia berharap masih ada harapan untuk Erlangga bersatu dengan mantan istrinya.Kini harapan wanita itu sirna seketika, ia tak menyangka pernikahan itu ternyata telah dilangsungkan. Kenapa ia tidak tahu mengenai perihal itu, kenapa juga Rosyida tidak mengund